BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selain kebutuhan primer ( sandang, pangan, papan) ada hal penting yang sangat dibutuhkan oleh kita agar dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari, yaitu kesehatan. Sehat itu sendiri ada beberapa definisi. Antara lain definisi sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO,2013) menyebutkan bahwa: Sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna, baik fisik, mental, dan kesejahteraan sosial, yang merupakan satu kesatuan dan tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan. Kesehatan dilihat dari aspek ekonomi. Terlihat bila seseorang (dewasa) produktif dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri dan keluarganya. Jika terjadi gangguan kesehatan pada orang dewasa maka akan mengurangi produktifitas nya dalam bekerja, hal ini tidak hanya berpengaruh pada dirinya sendiri ataupun keluarganya tetapi juga berpengaruh pada produktifitas dari tempatnya bekerja. (Koesyanto, 2013) Diperkirakan 2,3 juta orang meninggal setiap tahun akibat sakit atau kecelakaan kerja. Lebih dari 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja dan 313 juta pekerja mengalami kecelakaan non fatal per tahunnya. Sementara irtu anggaran untuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja, yang terbanyak yaitu penyakit karena gangguan muskuloskeletal 40%, penyakit jantung 16%, kecelakaan 16% dan 19% penyakit saluran pernafasan (ILO, 2015). Dari beberapa penelitian menggambarkan bahwa penyakit dengan prosentase terbesar adalah gangguan muskuloskeletal. Paling banyak adalah nyeri punggung. Lebih spesifiknya nyeri pada punggung bawah atau Low Back Pain (LBP). LBP merupakan keluhan yang sering ditemui pada praktek sehari–hari dan diperkirakan hampir semua orang pernah mengalaminya sekali semasa hidupnya. LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung karena ketegangan otot, kekakuan lokal dibawah kosta dan diatas lipatan gluteus inferior dengan atau tanpa linu pegal. Dikatakan kronik jika berlangsung
1
2
selama 12 minggu atau lebih. (Chou 2011). Chronic Low Back Pain (CLBP) jarang fatal tetapi nyeri yang dirasa mengakibatkan penderita mengalami suatu ketidakmampuan (disabilitas) yaitu keterbatasan fungsional dalam aktifitas sehari-hari dan kehilangan jam kerja terutama usia produktif, sehingga merupakan alasan terbanyak dalam mencari pengobatan. Kasus CLBP bukan hal baru di Indonesia, berdasarkan data dari Universitas Negeri Semarang ditemukan angka prevalensi kejadian CLBP di Indonesia berkisar 7,6% - 37% pertahun dari jumlah populasi. (Koesyanto, 2013). Masalah CLBP pada pekerja umumnya dimulai pada usia dewasa muda dengan puncak prevalensi kelompok usia 25-50 tahun. Mayoritas penderita CLBP akan mengalami kekambuhan setelah sembuh. Akibatnya seringkali keluhan CLBP mengganggu aktifitas dan menurunkan produktifitas. Dari masalah tersebut diperlukan adanya pendekatan dari berbagai tenaga kesehatan. Sesuai dengan peran fisioterapi menurut PERMENKES RI No 65/ MENKES/ SK/ V/ 2015 tentang standar pelayanan fisioterapi. “Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan / kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan
secara
manual,
peningkatan
gerak,
peralatan
(fisik,
elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.” Kasus CLBP sangat berperan penting ditangani oleh fisioterapi dengan serius, baik dalam hal preventif, promotif, kuratif maupun rehabilitatif. Mulai dari dilakukannya pemeriksaan yang benar dengan tepat dan efisien agar diperoleh diagnosa fisioterapi yang tepat sehingga dapat di tentukan tindakan intervensi fisioterapi yang tepat dan prognosa yang sesuai dengan kondisi. Pemeriksaan yang tepat dan efisien akan meminimalisir pengeluaran biaya yang digunakan untuk mengumpulkan data penunjang seperti pemeriksaan radiologi, laboratorium, elektro myografi (EMG). Pemeriksaan yang tepat dan efisien yang berlanjut dengan intervensi tindakan fisioterapi yang tepat pula dapat membantu pasien untuk mengurangi atau bahkan menghentikan penggunaan obat-obat anti nyeri golongan NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi Drug). Karena penggunaan obat – obat NSAID beresiko pada lambung antara
3
lain mulai dari yang ringan yaitu merangsang produksi asam lambung yang hingga yang berlebihan yaitu terjadinya pendarahan lambung dan otak. Sejauh
ini
pengobatan
CLBP
secara
umum
bertujuan
untuk
menghilangkan rasa nyeri, mempertahankan fungsi punggung bawah, meningkatkan range of movement (ROM), meningkatkan kekuatan punggung bawah,serta mencegah kekambuhan nyeri punggung bawah. Salah satu cara pengobatan CLBP adalah tindakan fisioterapi yang dilakukan secara rutin akan memberikan efek yang baik karena dapat mencegah nyeri datang kembali. Selain dengan fisioterapi nyeri CLBP dapat di cegah dengan memahami faktor pencetus dan menjaga postur tubuh yang baik. Postur yang baik menyebabkan otot tubuh bekerja lebih effisien sehingga tidak menimbulkan stres pada tulang belakang. Dalam penanganan kasus nyeri pinggang fisioterapi juga tetap mempunyai keterbatasan yang kita sebut dengan red flag, dimana dalam kondisi ini fisioterapis wajib merujuk kepada pihak yang lebih kompeten untuk menanganinya atau menggunakan data tambahan seperti magnetic resonansi imaging
(MRI) sebelum melakukan intervensi terapi fisioterapi. Batasan
tersebut adalah jika menemukan pasien dalam kondisi antara lain, onset usia <20 atau > 50 tahun, nyeri non mekanik (tidak berhubungan dengan waktu dan aktifitas), nyeri thorax, riwayat karsinoma, penggunaan steroid, HIV, merasa kurang sehat,penurunan berat badan yang drastis,gejala neurologis yang kuat, deformitas struktur tulang belakang. Selain red flag fisioterapis juga perlu memperhatikan faktor resiko. Selain karena faktor individu, faktor lingkungan kerja juga sangat mempengaruhi terjadinya cedera pada pekerja. Lingkungan kerja yang kurang ergonomis seperti peralatan kerja yang kurang sesuai dengan jenis pekerjaan, pengaturan suhu dan pencahayaan yang kurang. Hal ini akan berpengaruh terhadap kesehatan pekerja. Sehingga akan mempengaruhi produktifitas kerja. Untuk itu perlu bagi kita sebagai seorang fisioterapis yang lingkup
kerjanya
antara
lain
meliputi
pencegahan,
pemulihan
dan
pemeliharaan. Perlu mengetahui tentang apakah yang dimaksud dengan lingkungan yang ergonomis. Kemudian mengajarkan kepada masyarakat khususnya pekerja seperti apakah lingkungan yang ergonomis tersebut.
4
Menurut pusat kesehatan RI upaya ergonomi antara lain adalah penyesuaian peralatan dan tempat kerja dengan dimensi tubuh manusia, agar manusia sebagai pelaksanaan tidak mengalami cepat lelah, dapat mengatur suhu ruangan kerja, pengaturan pencahayaan sesuai dengan kebutuhan kondisi dan kebutuhan manusia dalam dunia kerja. Banyak metoda untuk mengatasi gangguan nyeri punggung khususnya punggung bawah yang dapat fisioterapis ajarkan ke masyarakat. Beberapa diantaranya adalah terapi latihan. Contohnya terapi latihan tersebut adalah tehnik Mc.Kenzie, William flexion exercise, back school exercise, core stability dan beberapa yang lainnya. Disini penulis akan mengambil tehnik back school exercise karena mudah diterapkan serta lebih mudah diajarkan dalam kelompok. Pada penelitian sebelumnya oleh Garcia, Allesandra Narciso et, al. 2013, back school exercise adalah terapi latihan yang terkait dengan komponen pendidikan tentang penanggulangan nyeri pada CLBP yang telah dianggap sebagai salah satu intervensi yang efektif untuk mengurangi rasa sakit dan kecacatan pada pasien CLBP. Efek terapi latihan cenderung menetap untuk mencegah nyeri setidaknya sampai enam bulan setelah treatment dibandingkan perawatan yang biasa. Ditemukan bukti yang kuat bahwa terapi latihan dapat mengurangi intensitas kekambuhan kembali. Target penulis disini adalah dapat memberikan edukasi yang efektif kepada pekerja dalam bentuk grup bukan individu. Untuk itu penulis memilih tehnik yang mudah dikerjakan dirumah sebagai home program bukan intervensi pribadi perindividu seperti pasien yang datang ke klinik. Agar harapan penulis pada masyarakat untuk lebih mengenal fisioterapi dapat tercapai.
B. IDENTIFIKASI MASALAH Kesehatan akan mempengaruhi manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Secara tidak langsung (indirect) postur yang jelek dan ergonomi yang buruk akan mengakibatkan muscle imbalance pada otot paravertebra lumbal. Gangguan yang terjadi akibat CLBP berupa nyeri dan disabilitas pada penderita. Pada CLBP sering di interprestasikan sebagai nyeri yang berkaitan dengan aktivitas seperti berpakaian, duduk, berdiri, jalan, mengangkat barang.
5
Dalam kegiatan sehari-hari punggung dan tulang belakang hampir selalu terlibat dalam aktifitas manusia. Dalam kaitannya dengan problem gangguan fisik yang berhubungan dengan alat gerak tubuh, gangguan tulang belakang adalah salah satu dari sekian banyak gangguan akibat kerja, baik itu dilihat dari susunannya fungsinya, maupun proses patologinya. Daerah lumbal terdiri dari L1- L5 dan L5-S1 yang paling besar menerima beban atau berat tubuh sehingga daerah lumbal menerima gaya dan stres mekanikal paling besar sepanjang vertebrae (Bellenir,2008 dalam ayustiasih 2012). Terdapat banyak sekali intervensi fisioterapi yang dapat diberikan dalam menangani kondisi CLBP. Pada penelitian ini fisioterapis akan mencoba melakukan penelitian terhadap perbedaan intervensi edukasi lingkungan kerja yang ergonomis dengan penambahan back school exercise pada edukasi lingkungan kerja yang ergonomis terhadap CLBP.
C. PERUMUSAN MASALAH 1. Adakah efek edukasi lingkungan kerja yang ergonomis terhadap nyeri dan disabilitas pada kondisi Chronic Low Back Pain? 2. Adakah efek edukasi lingkungan kerja yang ergonomis dan back school exercise terhadap nyeri dan disabillitas pada
kondisi Chronic Low Back
Pain? 3. Apakah ada perbedaan efek edukasi lingkungan kerja yang ergonomis dengan penambahan back school exercise terhadap nyeri dan disabilitas pada kondisi Chronic Low Back Pain?
D. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui adakah efek penambahan back school exercise pada edukasi lingkungan kerja yang ergonomis terhadap nyeri dan disabilitas pada kondisi Chronic Low Back Pain. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui efek edukasi lingkungan kerja yang ergonomis terhadap nyeri dan disabilitas pada kondisi Chronic Low Back Pain.
6
b. Untuk mengetahui efek back school exercise terhadap nyeri dan disabilitas pada Chronic Low Back Pain.
E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat bagi penulis a.
Penulis dapat lebih memahami ilmu tentang ergonomi pada lingkungan kerja yang dapat mencegah dan menjaga agar tidak kambuh kembali pada kasus Chronic low Back Pain.
b.
Peneliti dapat lebih memahami manfaat latihan back school pada pengobatan dan menjaga agar tidak kambuh kembali pada kasus Chronic Low Back Pain.
c.
Penulis dapat lebih memahami tehnik penulisan dan penelitian yang nantinya dapat dijadikan dasar dalam memberikan edukasi secara kelompok pada masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan informasi dan masukan guna penelitian lebih lanjut. 3. Bagi pengembangan ilmu Memberikan pengetahuan mengenai edukasi pada masyarakat dalam bentuk kelompok agar masyarakat lebih mengenal fisioterapi. Bagaimana memberikan program fisioterapi yang efektif dan efisien mulai dari proses pemeriksaan,
pengumpulan
data,
mengambil
kesimpulan
untuk
menentukan diagnosa yang tepat dan tindakan terapi yang sesuai serta mudah dipahami oleh masyarakat awam. 4. Bagi masyarakat Menambah pengetahuan bagaimana lingkungan yang ergonomis agar terhindar dari cedera akibat lingkungan kerja yang kurang baik. Mengetahui cara latihan yang efektif dan sederhana tapi mampu mencegah Chronic Low Back Pain, memulihkan dan mencegah supaya tidak kambuh kembali. Mengurangi biaya yang harus dikeluarkan karena adanya pemeriksaan yang efektif dan efisien. Lebih mengenal profesi fisioterapi yang ternyata lingkup kerjanya sangat luas karena menyangkut gerak dan fungsional tubuh.