BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan.
Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat
setiap masalah yang muncul sebagai suatu hal yang wajar dan harus dihadapi, bukan menghindar atau melarikan diri dari masalah. Kualitas kematangan mental seseorang dibangun dari fondasi yang kuat. Orang sukses bukan tidak pernah gagal, melainkan mereka tidak pernah menyerah. Kegigihan, keuletan (perseverance) merupakan salah satu karakter kepribadian yang sangat dibutuhkan dalam mencapai suatu tujuan jangka panjang (Duckworth et al., 2007: 92). Kegigihan adalah keteguhan dalam memegang pendapat atau keuletan. Ketika seseorang memutuskan untuk tetap melanjutkan upaya hingga tercapai tujuan, itulah kegigihan. Meskipun tidak mudah memilikinya, tetapi kehidupan ini sendiri sebenarnya dapat membentuk kegigihan seseorang. Sehingga tak menutup kemungkinan setiap manusia yang hidup memiliki sikap mental yang gigih dan menjadi salah satu dari orang-orang sukses di dunia. Karya sastra seperti novel Cintrong Paju-Pat karya Suparto Brata merupakan karangan yang mengandung nilai-nilai dan kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang khas. Pembaca sastra dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri. Sebagai karya sastra bukan hanya bisa melahirkan suatu kreasi yang mudah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia disamping itu karya sastra juga harus bisa menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh umat manusia (Semi, 2012: 8). Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra prosa fiksi. Novel merupakan prosa fiksi banyak menghadirkan cerita-cerita yang mengangkat masalah kehidupan manusia dalam interaksi dengan lingkungan dan sesama,
1
2
interaksi dengan dirinya sendiri, serta interaksi dengan Tuhan. Fiksi merupakan hasil perenungan yang dilakukan kehidupan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Dengan demikian novel merupakan satu diantara karya sastra yang mencerminkan suatu kehidupan masyarakat.
Menurut Waluyo dan Wardhani
(2009: 1) Prosa fiksi yaitu jenis prosa yang dihasilkan dari proses imajinasi. Imajinasi merupakan daya khayal pengarang yang dituangkan dalam cerita. Jadi, pada dasarnya novel merupakan salah satu jenis prosa fiksi yang melibatkan pengalaman pengarang berdasarkan kenyataan yang ada. Pengalaman pengarang itu dituangkan dalam bentuk cerita melalui tokoh-tokoh yang ada,. yang menarik dalam sebuah cerita yaitu konflik. Konflik terjadi karena ada permasalahan yang dialami tokoh. Masalah yang muncul dapat berupa masalah sosial, tekanan batin, cara pandang. Pemaparan penokohan dalam novel dimaksudkan untuk mengetahui tokoh dan karakternya. Untuk memunculkan masalah yang menarik pada tokoh utama, maka diperlukan tokoh-tokoh yang lain. Unsur pembangun novel ada dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun dari dalam novel itu sendiri yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, setting, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari luar novel, meliputi aspek psikologi, sosiologi, dan biografi pengarang. Unsur intrinsik yang menjadi tinjauan kajian penelitian ini adalah penokohan dengan memanfaatkan unsur ekstrinsiknya pada aspek psikologi. Berdasarkan hal itu, ada hubungan antara sastra dengan psikologi sastra yang meliputi hubungan psikologi watak tokoh dalam karya sastra, psikologi pembaca sebagai penikmat karya sastra, dan psikologi penulisan ketika melakukan proses kreatif. Novel Cintrong Paju-Pat karya Suparto Brata yang terdiri dari 74 bab berisi 312 halaman, ketebalan novel 1,5cm, panjang lebar novel 20,5x14cm. Novel ini diterbitkan oleh Penerbit Narasi Yogyakarta, cetakan pertama 2010. Gambar sampul depan sepasang muda-mudi bergendongan dengan canda tawa. Kata cintrong paju-pat secara etimologi mempunyai arti sebagai berikut: cintrong dari bahasa dialek berarti cinta sedangkan paju mempunyai arti sudut, pat berarti
3
empat. Secara lengkap cintrong paju-pat mempunyai makna cinta segi empat. Pendekatan psikologi sastra digunakan untuk mengkaji novel Citrong Paju-Pat Karya Suparto Brata. Adapun aspek kajian yaitu nilai kegigihan hidup seorang tokoh wanita dalam menghadapi masalah yang dialaminya melalui cerita novel yang ada. Martinah (2013) Perjuangan Perempuan dan Nilai Pendidikan Novel Dalam Air Mata Terakhir Bunda Karya Kirana Kejora Dengan Pendekatan Feminisme. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, ISSN: 1693-623X Vol 1, No 2, 2013 (hal 155-169). Dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa: 1. Perjuangan perempuan dalam membela ketidakadilan gender, 2. Keadaan sosial masyarakat, dan 3. Nilai-nilai pendidikan. Jurnal nasional di atas bisa menjadi acuan atau pedoman dalam pembahasan lebih lanjut terhadap novel Cintrong Paju-Pat karya Suparto Brata. Novel Citrong Paju-Pat karya Suparto Brata yang mengungkapkan kegigihan hidup seorang wanita merupakan suatu penelitian baru yang belum diteliti oleh siapapun, di dalamnya mengungkapkan bagaimana seorang wanita dalam mempertahankan harga dirinya atas berbagai peristiwa serta keadaan yang dialaminya. Seorang wanita yang mandiri dan bertanggungjawab dalam hidup serta pekerjaan yang diembannya, maupun berbagai permasalahan-permasalahan yang ada. Novel
Cintrong
Paju-Pat
karya
Suparto
Brata
didalamnya
mengungkapkan nilai-nilai pendidikan budi pekerti melalui tingkah laku perbuatan seorang wanita. Hal ini bertujuan agar pembaca mampu memahami keadaan dan keberadaan seorang wanita dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi kehidupan dengan secara gigih, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam novel dapat diimplementasikan dalam kehidupan di masyarakat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. Bertolak dari hal tersebut, maka penelitian ini dikerjakan dengan mengambil judul Nilai Kegigihan Hidup Seorang Wanita Dalam Novel Cintrong PajuPat Karya Suparto Brata dan Relevansinya dengan Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah. (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra).
4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah unsur-unsur yang membangun struktur novel Cintrong Paju-Pat karya Suparto Brata? 2. Bagaimanakah bentuk nilai kegigihan hidup seorang wanita dalam novel Cintrong Paju-Pat karya Suparto Brata? 3. Bagaimanakah relevansi nilai kegigihan hidup seorang wanita novel Cintrong Paju-Pat karya Suparto Brata dengan pendidikan budi pekerti di sekolah? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun kedua tujuan itu adalah: 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mendiskripsikan dan menjelaskan novel Cintrong Paju-Pat dengan pendekatan Psikologi Sastra. 2. Tujuan Khusus Penelitian ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut: a. Mendeskripsikan unsur-unsur yang membangun struktur
novel
Cintrong Paju-Pat karya Suparto Brata. b. Mendeskripsikan bentuk nilai kegigihan hidup seorang wanita dalam novel Cintrong Paju-Pat karya Suparto Brata. c. Mendeskripsikan relevansi nilai kegigihan hidup seorang wanita dalam novel Cintrong Paju-Pat karya Suparto Brata dengan pendidikan budi pekerti di sekolah.
5
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini merupakan dua manfaat yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis. Adapun manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Secara teori manfaat penelitian ini untuk melengkapi dan menambah khasanah keilmuan dalam bidang sastra. Kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap keilmuan dalam mengapresiasikan novel dan memberikan semangat kepada penikmat karya sastra secara mendalam. 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan sebagai bahan ajar khususnya guru bahasa Jawa. b. Bagi guru bahasa Jawa, hasil penelitian ini dapat dijadikan materi pembelajaran bahasa dan sastra Jawa pada umumnya, dan khususnya pendidikan budi pekerti. c. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang menghibur dan memiliki manfaat sebagai instropeksi diri. Selain itu siswa SMA/SMK diharapkan dapat semakin pintar dalam memilih bacaan (khususnya novel). Dengan memilih novel yang mengandung pesan moral yang baik dan dapat menggunakannya untuk sarana pembentukan watak/karakter serta pendidikan budi pekerti.