BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek kesehatan pada akhir abad ke-20 yang merupakan bencana bagi manusia adalah munculnya penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang dapat menyebabkan AIDS (Aquarired Immunodeficiensy Syndrome). Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang (Cris,2009). HIV termasuk salah satu penyakit yang sedang mendapat perhatianmasyarakat dunia. Penyebaran infeksi terus berlangsung dan merampas kekayaan setiap negara karena sumber daya manusia yang produktif menderita (Maramis,2007).HIV positif adalah orang yang telah terinfeksi virus HIV dan tubuh telah membentuk antibodi (zat anti) terhadap virus. Mereka berpotensi sebagai sumber penularan bagi orang lain. Sudikno(2012) mengatakan bahwa HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan presemmal, dan air susu ibu.Selain itu, penularan dapat terjadi melalui hubungan intim atau seks, tranfusi darah, dan jarum suntik yang sudah terinfeksi HIV. Upaya untuk mencegah terjadinya penularan HIV adalah pencegahan melalui hubungan seksual, melalui darah skrining darah donor, melalui jarum atau alat tusuk lainnya, ibu HIV kepada bayinya dan melalui Voluntary counselling and testing (VCT ) (Depkes, 2004). Mengurangi resiko terjadinya penularan HIV salah satunya adalah penggunaan kondom ketika melakukan hubungan seksual. Kondom juga berfungsi sebagai alat pelindung dari penyakit akibat hubungan seks (Wiknjosastro, 2002 ). WHO (2011), jumlah penderita HIV di seluruh dunia meningkat jumlahnya hingga mencapai 5,2 juta jiwa. Padahal pada tahun 2010 hanya 1,2 juta jiwa (Kampung TKI, 1
2
2011). Hingga akhhir tahun 2010 lalu data dari KepMenKes menunjukkan ada 14.865 penderita HIV.Sedangkan tahun 2010 penderita HIV ada 15.275.Secara akumulatif jumlah penderita HIV di Indonesia telah mencapai 22.726 kasus dengan angka kematian 4.249 orang (Pencegahan HIV, 2011). Berdasarkan jumlah penderita HIV pada tahun 2010 tercatat sebanyak 373 orang.Sedangkan pada tahun 2011 jumlah penderita HIV di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 755 orang. Pada tahun 2011 tercatat jumlah kasus meninggal dunia akibat HIV/AIDS di Jawa Tengah sebanyak 89 kasus (Profil Kesehatan Jateng, 2011). Depkes (2007), prevalensi HIV/AIDS di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan.Sebagai contoh, di Zambia tahun 2001/2002 angka prevalensi penderita HIV/AIDS di daerah perkotaan berbanding pedesaan adalah 4:3 (WHO, 2005). Sedangkan di Indonesia pada 31 Desember tahun 2007 jumlah penderita HIV/AIDS 11.141 kasus per 100.000 penduduk, angka kejadian HIV/AIDS sebanyak 4,91 kasus per 100.000 penduduk. Jawa Baratmemiliki jumlah kasus HIV/AIDS 1.675 kasus per100.000 penduduk, case rate sebanyak 4,28 kasus per100.000 penduduk. Menurut Holmes (2003), Komisi Penanggulangan AIDS mengungkapkan bahwa kasus HIV dan AIDS sampai dengan bulan Agustus 2010 dari semua kelompok umur sejumlah 21.770 orang, termasuk remaja (KPA, 2011). Sementara itu Kementerian Kesehatan (2010), melaporkan bahwa sampai dengan akhir tahun 2010 terdapat kasus AIDS sejumlah 24.131 dengan angka kematian 4.539. Kasus AIDS tertinggi terdapat pada kelompok usia muda (15-29 tahun), yaitu 50,5 persen. Meningkatnya jumlah remaja penderita HIV dan AIDS dimungkinkan karena keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan yang berdampak pada rendahnya pengetahuan tentang HIV dan AIDS yang benar.Menurut KPA (2011), pemahaman remaja tentang HIV dan AIDS masih sangat minim, padahal remaja termasuk kelompok usia yang rentan dengan perilaku berisiko. Persentase remaja (15-24 tahun) yang mampu menjawab dengan benar cara-cara pencegahan penularan HIV dan AIDS serta menolak pemahaman yang salah mengenai penularan HIV dan AIDS hanya sebesar 14,3 persen (AIDS Foundation, 2006). Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (2003) menunjukkan sekitar 34 persen remaja putri dan 21 persen remaja laki-laki berumur 1524 tahun belum pernah mendengar istilah HIV dan AIDS (BKKBN, 2012).
3
Hasil SDKI (2007), menunjukkan bahwa persentase wanita pernah kawin yang pernah mendengar tentang AIDS sebesar 61 persen dan pada laki - laki sebesar 71 persen. Wanita dengan umur 20-39 tahun, berstatus kawin dengan pendidikan tinggi lebih banyak mendengar AIDS dibanding kelompok wanita lainnya. Demikian juga pada laki - laki mengikuti pola yang sama. Laki - laki dengan tingkat pendidikan lebih tinggi berstatus kawin dan tinggal di perkotaan cenderung lebih banyak mendengar AIDS dibandingkan kelompok laki-laki lainnya. Suryoputro, dkk.(2006), mengemukakan bahwa peningkatan aktifitas seksual dikalangan kaum remaja, tidak diiringi dengan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi termasuk HIV dan AIDS, penyakit menular seksual (PMS) dan alat-alat kontrasepsi. Hal ini didukung oleh penelitian Sucipto (2007),
terhadap 88 remaja
menunjukkan bahwa 55,7 persen remaja berpengetahuan baik, 42 persen berpengetahuan sedang dan 2,3 persen memiliki pengetahuan rendah. Sebanyak 55,7 persen remaja memiliki perilaku seksual yang berisiko tertular HIV/AIDS dan 44,3 persen berperilaku tidak berisiko. Niniek L.P (2011), remaja dalam perkembangannya memerlukan lingkungan adaptif yang menciptakan kondisi yang nyaman untuk bertanya dan membentuk karakter bertanggung jawab terhadap dirinya. Ada kesan pada remaja, seks itu menyenangkan, puncak rasa kecintaan, yang serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan.Berkembang pula opini seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba (sexpectation). Terlebih lagi ketika remaja tumbuh dalam lingkungan mal-adaptif, akan mendorong terciptanya perilaku amoral yang merusak masa depan remaja. Dampak pergaulan bebas mengantarkan pada kegiatan menyimpang seperti seks bebas, tindak criminal termasuk aborsi, narkoba, serta berkembangnya penyakit menular seksual . Berdasarkan penelitian terdahulu bahwa pengetahuan remaja merupakan segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan hal-hal yang berkaitan dengan suatu ilmu. Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usian antara masa kanak - kanak dan dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini (Romauli,2009).
4
Pengetahuan remaja pada masa sekarang ini
masih rendah, hal ini
didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Sudikno (2010), mengatakan bahwa data menunjukkan bahwa
persentase
perempuan dan laki-laki usia muda (15-24 tahun) yang mampu
menjawab dengan benar cara - cara pencegahan penularan HIV serta menolak pemahaman yang salah mengenai penularan HIV baru 14,3 persen. Survei siswa Sekolah Menengah Atas di enam kota selama kurun waktu 2007-2009 menunjukkan rendahnya angka penggunaan kondom secara konsisten (di bawah 20 persen), meskipun lebih dari setengah responden dapat mengidentifikasi kondom sebagai alat untuk mencegah infeksi HIV. Pada tahun 2011, di antara siswa Sekolah Menengah Atas yang mengaku telah melakukan hubungan seksual, 49 persen menyatakan bahwa mereka tidak menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual terakhir mereka. Hasil dari penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan remaja dengan pencegahan penularan HIV diantaranya penelitian yang dilakukan oleh sawitri, (2012) dengan judul “penyuluhan tentang pencegahan dan penularan hiv/aids pada siswa/i smp kertha wisata tegalalang gianya“ rmengatakan bahwa telah terjadi peningkatan pengetahuan siswa/i SMP Kertha Wisata mengenaipencegahan dan penularan HIV dan AIDS. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Juliastika (2012) dengan judul “ hubungan pengetahuan tentang hiv/aids dengan sikap dan tindakan penggunaan kondom pria pada wanita pekerja seks di kota manado”. Hasil penelitian bahwa variabel pengetahuan tidak berhubungan bermakna dengan variabel sikap (p = 0,092) dan variabel pengetahuan tentang HIV/AIDS menunjukkan hubungan yang bermakna dengan tindakan reponden dalam penggunaan kondom (p = 0,022). Penelitian lainnya oleh Sudikno, (2012) dengan judul “pengetahuan HIV dan AIDS pada remaja di indonesia”. Jenis penelitian ini merupakan deskriptif dengan desain potong lintang. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa pengetahuan HIV dan AIDS pada remaja usia (13-17 tahun)dengan katagori baik diketahui sebesar51,1 persen, sedangkan remaja denganpengetahuan HIV dan AIDS kurangsebesar 48,9 persen. Persentase remajayang mampu menjawab dengan benarpengetahuan HIV dan AIDS hanyasebesar 0,3 persen. Niniek (2011) juga meneliti dengan judul “analisis hubungan pengetahuan pencegahan
5
HIV/AIDS dan perilaku seks tidak aman pada remaja usia 15-24 tahun di indonesia”. Penelitian ini menggunakan metode analisis. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 30 April 2014 yang dilakuakan di SMA Negri 2 Blangkejeren, dimana penulis mengajukan pertanyaan lisan mengenai pengahan penularan HIV.Dari 10 siswa/I yang diajukakan pernyataan mereka hanya bisa menjawab 3-4 pernyataan dan yang tidak bisa menjawab 46 pernyataan. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa/I yang berada di SMA Negri 2 Blangkejeran, alasan mereka tidak dapat menjawab
dengan benar karena mereka tidak
pernah
mendapatkan informasi dari sumber yang benar dan tidak adanya tempat atau layanan khusus remaja didalam sumber yang benar dan dimana mereka bisa mendapatkan pengetahuan tentang HIV tersebut.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui “apakah ada hubungan pengetahuan remaja dengan pencegahan penularan HIV/AIDS Di SMA Negri 2 Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues Tahun 2014 ?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja dengan pencegahan penulara HIV/AIDS Di SMA Negri 2 Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues.
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS Di SMA Negri 2 Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues tahun 2014. b. Mengetahui pencegahan dan penularan HIV/AIDS Di SMA Negri 2 Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues tahun 2014.
6
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi pendidikan Sebagai masukan kepada pihak sekolah untuk memasukan materi pembelajaran mengenai HIV/AIDS dalam kurikulum pembelajaran siswa di SMA Negri 2 Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues. 2. Bagi Responden Untuk tidak melakukan dan dapat mencegah hal-hal yang dapat menularkan penyakit HIV/AIDS bagi Siswa/i di SMA Negri 2 Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan bacaan diperpustakan dan referensi bagi yang memerlukan masukan berupa data pengembangan penelitian demi kesempurnaan penelitian ini. Selain itu, dapat dijadikan dokumentasi ilmiah untuk merangsang minat peneliti selanjutnya.