BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Lazimnya masa remaja dimulai saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat mencapai usia matang tersebut. Masa remaja ini terjadi beberapa perubahan atau perkembangan yang terjadi antara
lain
perkembangan
perkembangan seksual.
fisik,
Dengan
perkembangan adanya
emosional
perkembangan
dan
seksual,
keingintahuan remaja tentang seks menjadi lebih besar dan dorongan seks pun meningkat (Hurlock, 1999).
Setiap orang pasti pernah mengalami rangsangan seksual, baik disengaja maupun tidak. Untuk memenuhi dorongan seks tersebut, ada yang ingin mencoba melakukan beberapa aktivitas seksual. Sebaiknya seseorang belum menikah segera mengalihkan perhatian itu karena biasanya dari mencoba itulah akhirnya seseorang akan merasa ketagihan. Akibatnya, lambat laun akan terjerumus dalam hubungan seksual yang dapat merugikan dirinya sendiri. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh psikolog Ratih Ibrahim (2010), awalnya remaja ingin tahu tentang aktivitas seksual, lalu mencoba, lalu ketagihan dam menganggap seksulitas itu biasa. Tetapi ini tidak mutlak dan belum tentu semua remaja seperti itu, tergantung dari karakteristik remaja itu sendiri. Karena karakter setiap remaja itu beda-beda. Ada yang terpapar seks bebas. Ada yang acuh dan tidak terpapar seks bebas. Hal ini dilihat dari kebiasaan pergaulan remaja sejauh mana remaja mengenal seksualitas.
Dorongan seksual timbul karena adanya hormon dalam tubuhnya. Dorongan seksual ini semakin meningkat jika faktor dari luar ikut pula menunjang. VCD atau bacaan-bacaan porno kini telah dijual bebas dan
seorang akan dengan sangat mudah mendapatkannya. Selain itu, maraknya warung-warung internet semakin memudahkan untuk mengakses gambargambar porno. Hal-hal inilah yang semakin memicu timbulnya ke dalam hubungan seksual (Dianawati, 2003).
Tahap perkembangan anak remaja mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal-hal baru dan menarik perhatian mereka. Perasaan ingin tahu yang terus dijejali dengan informasi menarik namun sesat membuat mereka tergoda untuk mencoba hal yang berkaitan dengan seks, akhirnya mau tidak mau merangsang mereka untuk memulai masa yang disebut pubertas dini (Gunarsa, 2007).
Seksualitas masa remaja diawali terjalinnya interaksi antar lawan jenis, yaitu
berkencan.
Dalan
berkencan
dengan
pasangannya,
remaja
mengekspresikannya dalam berbagai cara, seperti memberikan bunga, tanda mata, mengirim surat, bergandengan tangan, berciuman dan lain sebagainya. Adanya dorongan seksual dan rasa ketertarikan terhadap lawan jenisnya, ada remaja yang melakukan secara terbuka mengadakan percobaan dalam kehidupan seksual. Misalnya, dalam berpacaran mereka mengekspesikan perasaannya dalam bentuk perilaku yang melibatkan kontak secara fisik dengan pasangannya, seperti berpelukan, berciuman hingga melakukan hubungan seksual (Saifuddin, 1999).
Angka statistik tentang perilaku seks pra nikah anak remaja dari tahun ke tahun semakin meningkat besar. Era tahun 1970, penelitian mengenai perilaku seks pra nikah menunjukan angka 7-9%. Dekade tahun 1980, angka tersebut meningkat menjadi 12-15%. Pada tahun 1990 meningkat menjadi 20%. Di era tahun 2000 ini, ditemukan 26,35% remaja telah melakukan hubungan seks pra nikah. Data BKKBN menunjukan peningkatan jumlah remaja Indonesia yang melakukan hubungan seks pra nikah, tahun 2005-2006 di kota-kota besar di Indonesia, angka hubungan seks pra nikah pada remaja sebesar 47,54%. Namun, hasil survei terakhir
tahun 2008 meningkat menjadi 63 % (BKKBN, 2008). Selain itu, data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010) menunjukan 51% remaja di Jabodetabek telah melakukan seka pra nikah dan di Surabaya 54% remaja perempuan sudah tidak perawan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ririn (2009), mengenai faktor perilaku seks pra nikah remaja di Surakarta nenyatakan bahwa semakin baik pengetahuan remaja tentang seks pra nikah maka perilaku seks pra nikah remaja semakin baik dan sebaliknya, semakin baik pemahaman tingkat agama maka perilaku seks pra nikah remaja semakin baik dan sebaliknya, semakin sedikit sumber informasi yang diperoleh remaja tentang seks pra nikah maka perilaku seks pra nikah remaja semakin baik dan sebaliknya, dan semakin tinggi peran keluarga pada remaja maka perilaku seks pra nikah remaja semakin baik dan sebaliknya.
Kejadian di atas tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, bahkan sudah merambah ke daerah pinggiran kota. Seperti di Pekalongan, Jawa Tengah telah ditemukan adegan mesum selayaknya pasangan suami istri yang dilakukan oleh pelajar SMA Swasta (Resapugar, 2010). Pekalongan khususnya Desa Wonopringgo kini jumlah warung internet (warnet) bertambah. Tahun 2008 terdapat 3 warung internet dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 10 warung internet. Warung internet dengan mudah dapat dimasuki oleh berbagai kalangan usia terutama kalangan remaja. Hal ini harus diwaspadai karena tanpa adanya pengawasan yang baik dari pemilik warnet maka dengan mudahnya remaja-remaja dapat mengakses pornografi. Selain pengaruh adanya warung internet, pergaulan remaja, dan rasa ingin tahu pun juga dapat memicu timbulnya hubungan seks pra nikah pada kalangan remaja.
Hasil penelitian Komnas Perlindungan Anak (KPAI) di Indonesia pada bulan Januari-Juni 2008 menyimpulkan empat hal: Pertama, 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno. Kedua, 93,7% remaja SMP
dan SMA pernah ciuman, genital stimulation (meraba alat kelamin) dan oral seks. Ketiga, 62,7% remaja SMP tidak perawan. Hasil survei tentang dampak pornografi dan pornoaksi tahun 2000 yang dilakukan di tiga propinsi: Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, dengan 4000 responden siswa pelajar. Sekitar 2000 responden diambil dari desa, selebihnya tinggal di kota-kota. Hasil yang diperoleh diantaranya adalah 46% siswa SD, SMP, dan SMU “putus sekolah”. 36% dari siswa yang putus sekolah tersebut menikah sebelum umur 15 tahun. 50% pasangan sangat muda tersebut telah melakukan hubungan sex sebelum nikah. 70% mengatakan hubungan sex (antar remaja dilakukan di dalam rumah), karena orang tua sibuk dan jarang di rumah (Okezone.com).
Desa Wonopringgo merupakan salah satu desa yang letak wilayahnya berada pada peralihan antara kota dan desa. Wilayah Desa Wonopringgo Kelurahan Wonopringgo ini terdapat kenakalan remaja seperti gaya berpacaran yang tidak hanya sekedar bergandengan tangan tetapi mulai berpelukan, berciuman, berpacaran di tempat sepi, selain itu juga beberapa anak remaja yang tidak melanjutkan sekolah kemudian mereka memilih untuk menikah di usia muda. Salah satu alasan remaja tersebut menikah muda kerena sudah hamil di luar nikah. Kerena cinta mereka mau melakukan apapun demi kekasihnya. Jika bergaul dengan temannya, maka remaja akan mengikuti cara pergaulan di kelompok tersebut. Pergaulan dalam pertemanan sangat bervariasi mulai dari berbicara tentang lawan jenis, hal yang disukainya, sampai hal yang berhubungan dengan seks. Masa remaja terjadi gejolak asmara dan dorongan seksualnya yang meningkat (Wong, 2008). Hal ini dapat menjeruskan remaja untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas. Dengan adanya dorongan seks, remaja mempunyai rasa ingin tahu tentang seks tersebut. Warung internet salah satu alternatif untuk menjawab rasa ingin tahunya tentang seks. Remaja dengan mudahnya masuk untuk mengakses gambar seks atau video porno atau hal yang berkaitan dengan seks.
B. Rumusan Masalah Setiap orang pasti pernah mengalami rangsangan seksual, baik disengaja maupun tidak. Untuk memenuhi dorongan seks tersebut, ada yang ingin mencoba melakukan beberapa aktivitas seksual. Dorongan seksual timbul karena adanya hormon dalam tubuhnya. Dorongan seksual ini semakin meningkat jika faktor dari luar ikut pula menunjang. VCD atau bacaanbacaan porno kini telah dijual bebas dan seorang akan dengan sangat mudah mendapatkannya. Selain itu, maraknya warung-warung internet semakin memudahkan untuk mengakses gambar-gambar porno. Hal-hal inilah yang semakin memicu timbulnya ke dalam hubungan seksual.
Berawal dari rasa ingin tahu maka remaja dapat melakukan hubungan seks sebelum nikah. Berlawanan dengan ajaran yang telah didapat seorang remaja dari orang tuanya, pada dasarnya sebagian remaja justru ingin menikmati seks yang seharusnya belum boleh dilakukan. Lebih memprihatikan bila keinginan ini berhasil diwujudkan oleh pasangan yang telah dimabuk cinta.
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, masalah penelitian adalah: “faktor apa saja yang berhubungan dengan seksualitas pada remaja di Desa Wonopringgo Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan seksualitas, antara lain tekanan teman pergaulan, tekanan pacar, rasa penasaran, dan media informasi pada remaja di Desa Wonopringgo Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tekanan teman pergaulan, tekanan pacar, rasa penasaran, dan media informasi di Desa Wonopringgo Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.
b. Mendeskripsikan seksualitas remaja di Desa Wonopringgo Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. c. Menganalisis
hubungan
tekanan
teman
pergaulan
dengan
seksualitas pada remaja di Desa Wonopringgo Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. d. Menganalisis hubungan tekanan pacar dengan seksualitas pada remaja di Desa Wonopringgo Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. e. Menganalisis hubungan rasa penasaran dengan seksualitas pada remaja di Desa Wonopringgo Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. f. Menganalisis hubungan media informasi dengan seksualitas pada remaja di Desa Wonopringgo Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. g. Menganalisis tekanan teman pergaulan, tekanan pacar, rasa penasaran, dan media informasi dengan seksualitas pada remaja di Desa
Wonopringgo
Kecamatan
Wonopringgo
Kabupaten
Pekalongan.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan seksualitas pada remaja di Desa Wonopringgo Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat Bagi Remaja Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan seksualitas pada remaja di Desa Wonopringgo Kecamatan Wonopringgo Kabuaten Pekalongan.
b. Manfaat Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
membuat
program-program
untuk
meningkatkan
pengetahuan dan kualitas remaja tentang faktor yang berhubungan dengan seksualitas. 3. Manfaat Bagi Institusi Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan, dan Instansi terkait untuk perbaikan program kesehatan reproduksi. 4. Manfaat Bagi Institusi pendidikan a. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar dalam bidang kesehatan reproduksi. b. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar dalam
bidang
keluarga
terutama
dalam
memperkenalkan
seksualitas pada remaja. c. Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa keperawatan
UNIMUS
yang
berkaitan
dengan
kesehatan
reproduksi remaja. 5. Manfaat Bagi Peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melakukan penelitian sejenis.
E. Bidang Ilmu Penelitian ini dilakukan dalam bidang keperawatan yaitu keperawatan komunitas.