BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi kegemukan dan obesitas terus meningkat sangat tajam di seluruh dunia, dan mencapai tingkatan yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti negara Eropa, Amerika Serikat dan Australia telah mencapai tingkatan epidemi. Obesitas tidak hanya ditemukan pada penduduk dewasa tetapi juga pada anak-anak dan remaja, di Amerika Serikat, prevalensi obesitas pada anak meningkat setidaknya 50% sejak tahun 1976 (Sharma,2009), di Inggris 8% menjadi 20 %, di Spanyol 23% menjadi 35%, di Perancis dari 10% menjadi 14 %, dan di Yunani meningkat sebanyak 7%, (Dehghan et al,2005) Di Australia antara tahun 1985-1997 prevalensi obesitas pada anak meningkat tiga kali lipat mencapai 27% dan 30%, di India ditemukan 10% anak laki-laki dan 12% anak perempuan mengalami kegemukan dan 5% dari anak lakilaki dan 6% anak perempuan mengalami obesitas (Sharma,2006) Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Damayanti dkk yang tergabung dalam Masyarakat Pediatri Indonesia, pada anak-anak usia sekolah dasar secara berurutan dari yang tertinggi ialah Jakarta 25%, Semarang 24,3%, Medan 17,75%, Denpasar 11,7%, Surabaya 11,4%, Padang 7,1%, Manado 5,3%, Yogyakarta 4% dan Solo 2,1 %. Rata-rata prevalensi kegemukan pada anak sekolah dasar di 10 kota besar di Indonesia mencapai 12,2% (Wahyu,2009) Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 prevalensi obesitas pada balita di Indonesia adalah 12,2% dan meningkat menjadi 14 % pada tahun 2010 (Balitbangkes, RI 2008 & Balitbangkes, RI 2010) Di Yogyakarta prevalensi obesitas pada anak mencapai 9,7%, penelitian lainnya menemukan bahwa 7,8% remaja diperkotaan dan 2% remaja dipedesaan mengalami obesitas (Hadi, 2004). Kegemukan dikaitkan dengan sejumlah penyakit penyerta pada anak-anak, meskipun data tentang penyakit penyerta obesitas pada anak ini sangat kurang 1
dibandingkan dengan data penyakit penyerta obesitas pada orang dewasa namun efek merugikan dari kegemukan pada anak mirip dengan orang dewasa (Daniels & Popkin, 2010). Menurut hasil Riskesdas tahun 2010, pada kelompok usia remaja, dewasa wanita dan dewasa pria, rata-rata pemenuhan asupan air masing-masing adalah 71.5%±29,4%, 79,9%±31,7% dan 64,8%±23,3%. Penemuan ini sejalan dengan hasil studi The Indonesian Hydration Study (THIRST) tahun 2010 yang menilai kecukupan asupan air penduduk Indonesia berdasarkan indikator urin specific grafity, dimana ditemukan besarnya masalah dehidrasi ringan dikalangan penduduk Indonesia yaitu 46,1% dan 1 diatara 2 remaja indonesia mengalami dehidrasi ringan (Hardinsyah,2012). Susu dan produk susu merupakan sumber kalsium utama dalam diet orang Amerika, kontribusi kalsium dari susu dan produk susu sebesar 70 %, 60 tahun yang lalu, asupan susu orang Amerika 4 kali lebih banyak dibandingkan minuman ringan, namun pada tahun 1998 asupan minuman ringan 2⅓ kali lebih banyak dari susu. Perubahan ini menunjukkan bahwa asupan susu mulai tergantikan dengan minuman lain. Minuman ringan manis menjadi sumber asupan gula terbesar dalam diet orang Amerika, terutama dikalangan umur 6-19 tahun. Hal ini telah dikaitkan dengan masalah gizi dan kesehatan yang merugikan seperti obesitas, karies gigi, dan penurunan kepadatan tulang (Bone mineral density) (Jeong HaEun et al,2009). Data dari beberapa penelitian tentang hubungan asupan kalsium dengan berat badan dan lemak tubuh, menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi kalsium yang setara dengan 2 gelas susu perhari secara teratur dapat mengurangi resiko kelebihan berat badan hingga 70 % (Heaney et al,2002). Dalam sebuah studi longitudinal pada anak-anak konsumsi makanan tinggi kalsium dan konsumsi susu setiap hari mempunyai hubungan negatif dengan kadar lemak tubuh anak (Carruth & Skinner 2001, Skinner, et al 2003). Asupan kalsium juga mengurangi
2
resiko resistensi insulin sebanyak 21 % pada remaja yang kelebihan berat badan dan mengurangi resiko diabetes (Pireira et al, 2002) Minuman manis (Sugar-sweetened beverages) merupakan minuman yang sangat digemari oleh anak-anak. Dalam beberapa penelitian dikemukakan bahwa pola konsumsi minuman manis pada anak-anak dan remaja di berbagai negara sangat meningkat. Data dari Departemen Pertanian Amerika serikat mencatat bahwa konsumsi soft drink meningkat sangat tajam dalam 50 tahun terakhir. Konsumsi soft drink meningkat dari 195 mL perhari menjadi 275 mL perhari pada total populasi, pada anak usia sekolah konsumsi minuman ringan ini adalah 265 mL atau lebih perhari (Ludwig, et al, 2001). Pola konsumsi telah banyak dikaitkan dengan kegemukan pada anak, asupan jus buah konsentrat dan minuman manis merupakan sumber potensial yang dikaitkan dengan prevalensi obesitas pada anak, (O’Connor et al, 2006). B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut, perumusan masalah penelitian adalah : Apakah konsumsi air, susu dan produk susu serta minuman manis merupakan faktor risiko terjadinya obesitas pada anak di Kota Jogjakarta dan Kabupaten Bantul?
C. Pertanyaan Penelitian
Apakah ada perbedaaan jumlah konsumsi air putih , susu dan produk susu yang tidak sehat, serta minuman manis pada anak obes dan anak yang memiliki berat badan normal di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul ?
3
D. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pola konsumsi air putih, susu dan produk minuman manis pada anak obes di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Tujuan Khusus 1.
Mengetahui perbedaan konsumsi air putih pada anak obes dan anak yang memiliki berat badan normal di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
2.
Mengetahui perbedaan konsumsi susu dan produk susu pada anak obes dan anak yang memiliki berat badan normal di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
3.
Mengetahui perbedaan konsumsi minuman manis pada anak obes dan anak yang memiliki berat badan normal di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
E.
1.
Manfaat penelitian
Bagi Pemerintah Daerah. Hasil Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam pengembangan program kesehatan khususnya dalam mengatasi masalah kegemukan pada anak usia sekolah.
2.
Bagi Dinas Kesehatan Sebagai bahan masukan bagi pengelola program gizi dalam pengembangan program perbaikan gizi anak sekolah .
4
3.
Bagi Pembaca Menambah wawasan tentang pentingnya pengaturan konsumsi air,susu dan produk olahannya , dan minuman manis pada anak sebagai awal pencegahan masalah gizi di kemudian hari.
F. Keaslian Penelitian
1.
Handoko dan Triandhini (2012) Pola Konsumsi Sugar-Sweetened Beverages Bagi Masa Depan Kesehatan Masyarakat Indonesia, berupa ulasan tentang pola konsumsi sugar-sweetened beverages dan dampaknya bagi kesehatan. Peningkatan konsumsi sugar-sweetened beverages dikaitkan dengan daya beli masyarakat yang semakin tinggi namun menjadi ancaman bagi kesehatan pada golongan anak-anak dan usia produktif.
2.
Blum, et al (2005) Beverage Consumption Patterns in Elementary School Aged Children across a Two-Year Period, Penelitian ini merupakan penelitian longitudinal yang bertujuan untuk melihat pengaruh konsumsi minuman (susu, jus buah,minuman berkarbonasi dan minuman manis) dengan BMI z-score anak selama periode 2 tahun, subjek penelitian dikelompokkan menurut hasil pengukuran BMI z-score yaitu anak dengan berat badan normal, anak yang memiliki berat badan lebih, anak yang mengalami kenaikan berat badan dan anak yang mengalami penurunan berat badan, hasil dari penelitian ini diketahui bahwa terjadi penurunan signifikan pada konsumsi susu dan kenaikan yang signifikan pada konsumsi minuman manis pada seluruh kelompok anak dengan berat badan normal, sedangkan pada anak gemuk terjadi peningkatan minuman bersoda dan penurunan konsumsi susu yang tidak signifikan, peningkatan konsumsi minuman bersoda pada anak yang gemuk lebih besar dibandingkan dengan anak normal, dalam penelitian ini diketahui bahwa anak yang mempunyai kebiasaan minum minuman bersoda memiliki kenaikan berat badan yang signifikan setelah 2 tahun kemudian.
5
3.
Daniels dan Popkin (2010) : Impact of water intake on energy intake and weight status, berupa tinjauan sistematis, tujuannya adalah untuk membandingkan konsumsi air dan sugar-sweetened beverages (SSBs), dan hubungannya dengan peningkatan berat badan, perbedaannya penelitian terletak pada subjek penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi air sangat terkait dengan pola makan seseorang, dan konsumsi susu jauh lebih kecil kemungkinannya dapat meningkatkan berat badan dibandingkan dengan SSBs.
4.
Dubnov-Raz, et al (2011) Influence of water drinking on resting energy expenditure in over weight children, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian air putih dengan pengeluaran energi pada anak obesitas, hasilnya adalah bahwa pemberian air putih meningkatkan pengeluaran energi pada anak obesitas. Perbedaannya pada jenis penelitian, penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan tidak melihat asupan minuman lainnya.
5.
Lasater, et al (2011) Baverage Patterns and trends among school-aged children in the US, 1989-2008. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan data tiga survei nasional Amerika dengan tujuan untuk melihat pola asupan minuman pada anak sekolah yang berumur 6-11 tahun. Dalam penelitian ini dilaporkan pola konsumsi minuman perkapita dan jumlah asupan perorang, hasilnya diketahui bahwa peningkatan pola konsumsi sugar-sweetened beverages (minuman rasa buah, minuman berkarbonasi,susu tinggi lemak dan tinggi gula, minuman olahraga) pararel dengan peningkatan kegemukan pada anak.
6.
Heaney, et al (2002) Calcium and Weight : Clinical Studies, berupa review dari 6 penelitian dan 3 percobaan terkontrol, bertujuan untuk mengevaluasi asupan kalsium efek dari asupan kalsium pada berat badan dan lemak
6
tubuh, ditemukan bahwa efek konsisten asupan kalsium yang lebih tinggi menggambarkan lemak tubuh yang lebih rendah atau penurunan berat badan pada orang dewasa, demikian pula penambahan asupan kalsium sebanyak 300 mg atau setara dengan 2 gelas susu sehari secara teratur berhubungan dengan lemak tubuh yang lebih rendah pada anak-anak seberat ~ 1 kg dan penurunan berat badan 2,5-3 kg pada orang dewasa. Perbedaan penelitian adalah pada jenis penelitian yang merupakan penelitian percobaan dan beberapa menggunakan sampel orang dewasa.
7