BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap siswa dalam menerima materi pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain termasuk dalam mengikuti pelajaran. Siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik hanya dengan mendengarkan penjelasan guru dan ada siswa yang dapat mengikuti pelajaran dengan baik jika guru memberitahukan sebelumnya bahwa akan diadakan tes atau kuis yang akan diambil nilainya. Siswa yang mengetahui akan diadakan tes cenderung untuk belajar dan mempelajari apa yang diperkirakannya akan ditanyakan dalam tes (Azwar, 2011). Secara tidak langsung bahwa tes atau kuis merupakan faktor yang memotivasi dan mengarahkan siswa dalam belajar, sehingga siswa akan giat belajar. Motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu dipengaruhi oleh kebutuhan orang tersebut (needs) (Yamin, 2011). Kesadaran siswa dalam mempelajari matematika belum ada dan siswa belum merasa “membutuhkan” matematika dalam kehidupannya. Siswa yang belum menyadari dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai siswa, akan menurunkan motivasi siswa untuk mencapai hasil yang lebih baik (Yamin, 2011). Motivasi ialah proses pendorong dan mempertahankan tujuan dengan mengarahkan perilaku (Schunk, 2012). Peran guru sangat penting selama proses pembelajaran berlangsung yaitu sebagai pembimbing dan pengajar. Strategi dan model pembelajaran mempunyai andil yang sangat besar dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan guru, cenderung hanya menyampaikan materi atau dengan metode konvensional sehingga dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar dan hasil belajar siswa. Kelemahan dari sistem pengajaran dengan metode konvensional didefinisikan oleh Djamarah (2005) yaitu kegiatan belajar mengajar bersifat pasif, bila dilaksanakan dalam jangka waktu yang lama akan membosankan, dan membentuk kebiasaan yang kaku. Kesalahan dalam penggunaan strategi dan model pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar siswa dan menurunkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Guru memberikan kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif atau dapat mencapai hasil dengan tujuan, persoalan ini membawa implikasi antara lain guru harus mengembangkan siswa pengajaran dan guru harus mampu melakukan proses belajar mengajar yang efektif (Ali, 2004). Guru hendaknya menggunakan strategi dan model pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi dan pengelolaan situasi di kelas untuk membuat siswa termotivasi dalam belajar pelajaran matematika. Siswa yang termotivasi dalam belajar, secara tidak langsung siswa akan mempelajari pelajaran tersebut tanpa ada rasa paksaan sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Winkel (2012), motivasi belajar terbagi atas dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan 1
2 keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari luar diri siswa yang juga dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Motivasi yang akan ditumbuhkan dengan adanya pemberian kuis dalam proses pembelajaran adalah motivasi ekstrinsik, sebab beberapa siswa belum menyadari pentingnya belajar bagi perkembangan dirinya sendiri. Azwar (2011) menyatakan bahwa jika belajar akan dapat terjadi dengan memberikan motivasi ekstrinsik maka motivasi inilah yang perlu dimanipulasi dan dimanfaatkan sehingga memberikan efek maksimal terhadap usaha dalam belajar. Kuis merupakan ulangan singkat yang diberikan pada saat proses belajar mengajar, materi yang digunakan dalam kuis dapat berupa materi yang sudah diajarkan (Arikunto, 2002). Pemberian kuis bertujuan untuk menumbuhkan motivasi dan memberikan semangat siswa dalam belajar, yaitu melalui persaingan atau kompetisi yang sehat di antara siswa dalam memperoleh nilai yang sebaik mungkin. Pemberian kuis merupakan penilaian berbasis kelas yang disebut dengan penilaian formatif, penilaian ini merupakan proses pengumpulan informasi dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian belajar yang terdapat di kurikulum (Yamin, 2010). Penilaian formatif dengan pemberian kuis yang dilakukan lebih sering, dengan menggunakan tiap pertemuan antara siswa dan guru di mana siswa dapat mendiskusikan kemajuan siswa yang pada akhirnya akan terkait pada pencapaian hasil belajar dan menjadi wahana di mana guru dapat mendiagnosis kesulitan siswa dalam memahami materi yang disampaikan dan masalah yang kemudian dapat dipecahkan dengan pemberian umpan balik yang menyertakan nilai secara spesifik yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya (Kyriacou, 2011). Kuis dilakukan di awal pembelajaran atau di akhir pembelajaran. Melalui kuis yang diberikan kepada siswa diharapkan akan menimbulkan gairah dan semangat dalam belajar matematika, apalagi jika ada tambahan nilai atau poin yang akan diperoleh siswa apabila mereka dapat menyelesaikan soal–soal tersebut dengan baik. Hasil penelitian dari Setyanta dan Murwaningtyas (2012) menyatakan pemberian kuis dalam pembelajaran matematika berpengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar siswa, dimana kelas yang diberi kuis pada pembelajaran matematika akan termotivasi dan hasil belajar siswa lebih tinggi dan lebih baik dari pada kelas yang tidak diberi kuis. Shirvani (2009) dengan hasil penelitiannya yaitu pemberian kuis pada setiap pertemuan dapat mempengaruhi motivasi siswa dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa meningkat dan siswa lebih termotivasi jika akan diadakan kuis. Begitu juga dengan hasil penelitian dari Sumargiyani (2011) bahwa menggunakan metode ekspositori dengan pemberian kuis dapat meningkatkan motivasi belajar
3 kalkulus differensial mahasiswa dan juga dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Berbeda dengan hasil penelitian dari Kage dan Namiki (1990) bahwa siswa sekolah menengah pertama yang telah diberi satu rangkaian kuis, terlihat bahwa siswa tidak termotivasi jika diadakan kuis, ini terlihat dari sedikitnya siswa yang termotivasi terlihat dari sedikitnya siswa yang termotivasi jika diberikan kuis. Siswa lebih senang jika belajar sesuai dengan jadwal dan kuis dilakukan jika adanya penilaian di akhir materi. Sama halnya dengan penelitian dari Hasenbank (2005) yaitu jika siswa diberikan kuis secara tiba-tiba, maka siswa akan merasa putus asa dan hasil belajar yang dicapai tidak maksimal. Siswa yang akan kuis yang diadakan pada pertemuan berikutnya, sama halnya siswa tidak termotivasi untuk belajar karena siswa menganggap belum siap untuk diadakan kuis dan lebih memilih diberikan pekerjaan rumah, sehingga belum ada motivasi dan kesadaran pada siswa untuk memperdalam materi yang akan digunakan untuk kuis. Penelitian ini akan dilaksanakan di sekolah SMP Pangudi Luhur Salatiga pada siswa kelas VII. Hasil dari observasi dan wawancara dengan guru matematika di SMP Pangudi Luhur Salatiga mengenai permasalahan yang sering dihadapi yaitu minimnya kesadaran siswa untuk belajar dan mengulang materi pelajaran yang disampaikan sehingga materi yang didapat dengan mudah terlupakan. Rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII di SMP Pangudi Luhur Salatiga pada mata pelajaran matematika dapat dilihat dari hasil wawancara dengan siswa, bahwa siswa tersebut mengatakan tidak menyukai pelajaran matematika karena rumusnya banyak dan susah dipahami. Anggapan tentang sulitnya mempelajari matematika sering mendominasi pemikiran siswa sehingga banyak di antara mereka yang kurang berminat dan kurang termotivasi dalam belajar matematika. Guru menjelaskan materi menggunakan metode ceramah, sehingga siswa sulit untuk memahami dan siswa tidak tertarik mempelajari materi yang sudah dijelaskan. Guru hasil belajar dan pemahaman materi siswa secara individu dengan mengadakan tes pada akhir materi jika materi yang disampaikan oleh guru telah selesai. Siswa diberitahukan kapan tes itu akan diadakan sehingga diharapkan siswa mempersiapkan diri untuk tes. Jarak antara tes pada tiap materi sangat jauh sehingga materi yang akan digunakan untuk materi tes sangat banyak dan beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memahami tiap sub-bab pada materi yang akan diteskan. Hal tersebut yang menyebabkan siswa merasa tidak siap mengikuti tes dan siswa tidak termotivasi untuk belajar karena siswa menganggap materi yang akan di teskan terlalu sulit. Selain itu, guru tidak pernah mengadakan tes kecil atau kuis di pertengahan materi atau pada akhir pembelajaran, sehingga setiap diadakan tes kecil atau kuis secara mendadak siswa menjadi putus asa dan tidak termotivasi untuk belajar mengulangi materi yang baru saja diajarkan. Tidak adanya faktor yang dapat mendorongan atau memotivasi siswa dalam belajar
4 yang dilakukan oleh guru mengakibatkan hasil belajar yang didapatkan oleh siswa rendah. Kesulitan siswa tersebut berdampak pada hasil belajar yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata hasil tes semester 1 tahun ajaran 2012/2013 siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga yaitu 68, serta sebanyak 42,85% siswa mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu 65 dengan nilai terendah 58 dan nilai tertinggi 87. Berdasarkan uraian di atas maka diadakan penelitian lebih lanjut yang akan menggunakan pembelajaran dengan pemberian kuis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian kuis terhadap motivasi belajar dan hasil belajar matematika pada siswa sehingga diadakan penelitian ini yaitu “Pengaruh Pemberian Kuis Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: apakah ada pengaruh pembelajaran matematika dengan pemberian kuis terhadap motivasi dan hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013? C. Tujuan Pelaksanaan Penelitian Tujuan penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan pembelajaran matematika dengan pemberian kuis terhadap motivasi dan hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013. D. Batasan Istilah 1. Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa guru gunakan untuk mengajar dan cenderung mengunakan metode ceramah, memberikan tugas, bersifat pasif dan kaku. Guru menekankan pada latihan mengerjakan soal, menghafal rumus dan menggunakan rumus tanpa memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dengan teman sekelas sehingga guru lebih aktif, 2. Pemberian kuis merupakan tes atau ulangan singkat yang termasuk dalam penilaian formatif, diberikan pada saat proses belajar mengajar, materi yang digunakan dalam kuis dapat berupa materi yang sudah diajarkan. 3. Motivasi belajar dapat ditimbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan citacita. Faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
5 4. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dicapai oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran di sekolah yang dapat diketahui melalui evaluasi belajar (tes tertulis). E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi ataupun referensi pembelajaran dengan pemberian kuis untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terutama terhadap motivasi belajar dan hasil belajar matematika pada siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan gambaran dan masukan dalam pemberian kuis pada proses belajar mengajar di kelas. Memberikan kontibusi tentang adanya pembelajaran matematika dengan pemberian kuis pada pembelajaran matematika. Sebagai informasi untuk melakukan variasi metode dalam pembelajaran matematika. b. Bagi Siswa Pembelajaran matematika dengan pemberian kuis dapat membantu siswa memahami dan memperdalam pada materi yang telah dipelajari. c. Bagi Praktisi Pendidikan Diharapkan penerapan pembelajaran matematika pemberian kuis dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun pembelajaran pada materi ajar yang lain.