BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistic. Perawat memandang klien sebagai makhluk bio-psikososiokultural dan spiritual yang berespon secara holistic dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis. Perawat berusaha untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan
yang
menyeluruh,
antara
lain
dengan
memfasilitasi
pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama. (Hamid, 2000 dalam Sumiati,dkk., 2011). Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien kritis atau menjelang ajal. (Hidayat A.A, 2006). Berdasarkan pernyataan diatas, maka perawat dalam memberikan asuhan keperawatan tidak hanya memperhatikan aspek fisik saja tetapi meliputi pemenuhan kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan biologis, psikologis, social cultural dan spiritual yang utuh dan unik. Kenyataannya bahwa perawat kurang memperhatikan tentang aspek spiritual, inilah fenomena yang perlu diteliti. Hal ini didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Tanjung N.&Salbiah (2011) di RSUD Deli Serdang
1
2
Lubukpakam diperoleh bahwa mayoritas (94,3%) pasien memiliki harapan yang tinggi tentang perilaku caring perawat dan sebagian besar (78,6%) pasien merasa puas terhadap perilaku caring perawat. berdasarkan hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa belum sempurnanya perawat memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Untuk itu, disarankan agar perawat lebih memperhatikan kebutuhan spiritual pasien sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien. Hungelmann (dalam Poeter&Perry, 2007) mengatakan Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah “rasa keharmonisan saling kedekatan antara diri dengan orang lain, alam,
dan dengan kehidupan yang
tertinggi”. Rasa keharmonisan ini dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara nilai,tujuan, dan system keyakinan mereka dengan hubungan mereka didalam diri mereka sendiri dan dengan orang lain. Pada saat terjadi stress, penyakit, penyembuhan atau kehilangan, seseorang mungkin berbalik ke cara-cara lama dalam merespon atau menyesuaikan dengan situasi. Seringkali gaya koping ini terdapat dalam keyakinan atau nilai dasar orang tersebut. Keyakinan ini sering berakar dalam spiritualitas orang tersebut. Sepanjang hidup seorang individu mungkin tumbuh lebih spiritual, menjadi lebih menyadari tentang makna,tujuan dan nilai hidup. Aspek spiritual memang seharusnya diperhatikan, mengingat ada beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa keyakinan spiritual berpengaruh terhadap perawatan selama sakit dan hospitalisasi, diantaranya : penelitian Nataliza (2011) di Ruang Rawat Inap RSI Siti Rahmah diperoleh hasil bahwa pelayanan kebutuhan spiritual yang diberikan seluruhnya oleh perawat sangat efektif dalam menurunkan terbukti dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi menurun setelah dilakukan pelayanan kebutuhan spiritual dari 55% mengalami kecemasan sedang menjadi 45% kecemasan ringan. Ada berbagai macam cara pemberian asuhan keperawatan spiritual yang dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien, salah satunya yaitu
3
Terapi religius doa yang berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien. Seperti penelitian yang dilakukan Budianto Tahun 2009 di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus diperoleh hasil bahwa gambaran sebelum dilakukan asuhan keperawatan spiritual berupa terapi religius doa pada pasien pre operasi : tidak ada kecemasan 0 , kecemasan ringan 54,29%, kecemasan sedang 34,29%, kecemasan berat 11,42% dan panic 0%. Setelah dilakukan asuhan keperawatan spiritual berupa terapi religius doa tidak ada kecemasan 94,29 %, kecemasan sedang 0 %, dan panic 0%. Hasil yang sama juga diperoleh Luluk&Joko (2010) yang melakukan penelitian tentang pengaruh bimbingan do’a dan dzikir terhadap kecemasan pasien pre-operasi di RSUD Swadana Pare Kediri bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan kecemasan pasien pre-operasi antara pasien yang diberi bimbingan dzikir dan pasien yang tidak diberi bimbingan dzikir, dimana kecemasan pasien pre operasi pada pasien yang tidak diberi bimbingan dzikir lebih tinggi dibanding pasien yang diberi bimbingan dzikir. Bimbingan spiritual islami
juga efektif dalam penurunan
kecemasan dan motivasi hidup pasien terminal. Terlihat penelitian dengan metode kualitatif yang dilakukan oleh Ibrahim,dkk (2002) diperoleh hasil bahwa pemberian bimbingan spiritual efektif untuk menurunkan kecemasan segera setelah diberikan bimbingan kepada
klien yang
mengalami penyakit terminal tetapi setelah tidak dibimbing setelah dua minggu kecemasan klien terminal berangsur-angsur meningkat lagi dan pemberian bimbingan spiritual efektif meningkatkan motivasi hidup bagi klien terminal, baik tentang kesungguhan mencari nafkah, keinginan untuk meningkatkan peningkatan kebutuhan-kebutuhan hidup maupun keajegan dalam bekerja. Penelitian yang dilakukan oleh Sumiati,dkk tahun 2011 di RSUD Mardi Lestari
didapatkan hasil bahwa pemahaman perawat terhadap
pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien lansia di RSUD Mardi Lestari Kabupaten Sragen kurang Optimal. Perawat diharapkan memperhatikan
4
dan berusaha memenuhi kebutuhan spiritual pasien lansia agar mutu pelayanan perawatan meningkat. Dari fakta yang ada menunjukkan bahwa sampai saat ini perawat percaya dan tahu bahwa keperawatan spiritual merupakan bagian dari keperawatan yang holistic, akan tetapi perawat jarang mempersiapkan diri dan melakukannya. Dan sebagian perawat yang sudah melakukan asuhan keperawatan spiritual belum memperoleh hasil yang maksimal. Bahkan dalam sebuah jurnal oleh William McEwan pada tahun 2004 tertulis ada banyak sekali laporan negative tentang belum berhasilnya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual untuk pasien. Pengetahuan perawat tentang
spiritual yang minimal salah satu alasannya yaitu
pendidikan dasar mereka yang minimal sekali dalam mendiskusikan masalah spiritual, informasi mengenai kebutuhan spiritual dan perawatan spiritual sulit diakses serta kurangnya textbok tentang spiritual dan perawatan spiritual. Hal ini perlu diperhatikan karena ada hubungan antara persepsi mahasiswa keperawatan tentang perawatan spiritual dengan ekspresi (empati) pada saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.(Chism,L.A&Magnan M.A,2009) Studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti dengan melakukan wawancara kepada para perawat yang bekerja di Unit Rawat Inap RST Bhakti Wira Tamtama Semarang,
beberapa perawat
mengatakan bahwa pelayanan spiritual dilakukan oleh tim Pastoral Care, namun dalam beberapa minggu terakhir ini pastor tidak kelihatan , dan perawat juga sibuk dengan tugas keperawatan jadi tidak sempat untuk memberikan pelayanan spiritual selain itu hanya factor kegawatan dan penanganan secara fisik saja yang yang dilakukan, salah satu diantara perawat juga
mengatakan bahwa sebenarnya memang dibutuhkan
perawatan spiritual sebagai konteks perawatan pasien secara holistic, tetapi di RST Bhakti wira Tamtama belum dilaksanakan asuhan semacam itu. Selain itu peneliti melakukan survey di ruang perawatan dan menemukan data sebagai berikut : diantara jeda waktu antara dhuhur dan
5
asar , tidak terlihat pasien yang melakukan ibadah sholat maupun berdoa, perawat tidak terlihat mengingatkan atau mengajak pasien untuk berdoa. Apabila ada pasien dalam keadaan kritis, hanya keadaaan umum pasien saja yang diperhatikan, perawat tidak terlihat mengajak berdoa dan memberikan semangat kepada keluarga pasien . selain itu adajuga perawat yang mengingatkan keluarga untuk berdoa berdzikir
saat
pasien
sedang
sakaratul
dan
membimbing pasien
maut.selama
melakukan
pengamatan, peneliti tidak bertemu dengan tim pastoral care karena sudah beberapa minggu tidak datang dan perawat tidak mengetahui alasan ketidak hadiran tim pastoral care tersebut. Berawal dari fakta tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengetahuan perawat tentang
kebutuhan
spiritual pasien di Unit Rawat Inap RST Bhakti Wira Tamtama Semarang.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
studi deskriptif tentang bagaimana pengetahuan perawat
tentang kebutuhan spiritual pasien di Unit Rawat Inap RST Bhakti Wira Tamtama Semarang Tahun 2013
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mendiskripsikan pengetahuan perawat tentang kebutuhan spiritual pasien di Unit Rawat Inap RST Bhakti Wira Tamtama Semarang Tahun 2013 2. Tujuan Khusus a. untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang kebutuhan spiritual pasien b. untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang intervensi pemenuhan kebutuhan spiritual yang diberikan kepada pasien
6
D. Manfaat 1. Peneliti Sebagai penerapan ilmu yang telah didapat dalam program studi ilmu keperawatan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dan proses keperawatannya. 2. Profesi keperawatan Memberi masukan dalam mengoptimalkan fungsi perawat dalam pemberian
asuhan
keperawatan
secara
menyeluruh
tanpa
mengesampingkan aspek spiritual 3. Rumah sakit Sebagai masukan dan
evaluasi perawat dalam pelaksaanaan
pemberian asuhan keperawatan spiritual kepada pasien 4. Peneliti selanjutnya Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
E. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu manajemen keperawatan F. Keaslian Penelitian Nama Peneliti
Tahun Penelitian
Judul Penelitian
Desain
dan
Hasil
Penelitian Mesah Budianto
2009
Pengaruh Terapi Religius Doa Kesembuhan terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
Penelitian menggunakan quasi experiment one group pre test-post test design dan tehnik purpose sampling. Hasil penelitian menunjukkan t hitung (25,152) lebih besar dari t table (1,645) atau sig (0,00) lebih kecil dari α (0,05) sehingga Ho ditolak dan H1 diterima berarti terapi religius doa kesembuhan efektif untuk
7
Ibrahim Rahmat, Risanto Siswosudarmo, Ike Sureni
2002
Luluk Masluchah&DJoko Sutrisno
2010
Novayanti Tanjung, Salbiah
2011
Keefektifan Pemberian Bimbingan Spiritual Islami Pada Klien Terminal Terhadap Kecemasan dan Motivasi Hidup di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta Pengaruh Bimbingan Do’a dan Dzikir Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi
Harapan Pasien dalam Kepuasan Perilaku Caring Perawat di RSUD Deli Serdang Lubukpakam
menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus Jenis penelitian pre dan pos tes quasi eksperimen. Hasil menunjukkan bahwa pemeberian bimbingan spiritual dapat menurunkan kecemasan dan meningkatkan motivasi hidup pada klien terminal.
Hasil penelitian membuktikan ada perbedaan yang signifikan pada kecemasan pasien preoperasi antara pasien yang diberi bimbingan dzikir dan pasien yang tidak diberi bimbingan dzikir (t= -3,344 dengan p = 0,002), dimana tingkat kecemasan pasien preoperasi yang tidak diberi bimbingan dzikir dan doa lebih timggi disbanding pasien yang diberi bimbingan dzikir Desain penelitian yang digunakan adalah deskripsi korelasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa analisa data memperlihatkan 94,3% pasien memiliki harapan yang tinggi tentang perilaku caring perawat dan 78,6% pasien merasa puas terhadap perilaku caring perawat. analisa hipotesis dengan uji paired-sample t test memperlihatkan adanya pengaruh
8
Tati Sumiati, Meidiana Dwidiyanti, Anggorowati, Bambang EW
2011
Pemahaman Perawat terhadap Kebutuhan Spiritual Klien Pada Pasien Lansia di RSUD Mardi Lestari Kabupaten Sragen
harapan pasien terhadap tingkat kepuasan pasien pada perilaku caring perawat dengan p value = 0,000 (p = < 0,05). Peneliti menyarankan agar perawat lebih memperhatikan kebutuhan spiritual pasien sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien. Jenis Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian kebutuhan spiritual adalah suatu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Dalam memberikan intervensi asuhan keperawatan spiritual ternyata kurang optimal karena ada faktor penghambat. Perbedaan pelaksanaan ritual pasien lansia di rumah sakit dipengaruhi oleh agama yang dianut. Perlakuan terhadap lansia ditunjukkan dalam sikap dengan dasar alasan : kesadaran diri terhadap lansia, ajaran agama dan teori Maslow
9