BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah dan semakin menjadi sorotan di seluruh dunia. Penyakit tidak menular menjadi penyebab kematian sekitar 38 juta (68%) dari seluruh kematian di dunia pada tahun 2012. Lebih dari 40% kematian tersebut merupakan kematian prematur yaitu terjadi dibawah umur 70 tahun. Jumlah kematian akibat PTM terus meningkat di seluruh negara di dunia sejak tahun 2000. Peningkatan tertinggi di regional World Health Organization (WHO) Pasifik Barat yaitu dari 8,6 juta menjadi 10,9 juta dan WHO Asia Tenggara, dari 6,7 juta di tahun 2000 menjadi 8,5 juta di tahun 2012. Kematian akibat PTM diprediksikan akan meningkat dari 38 juta pada tahun 2012 menjadi 52 juta pada tahun 2030 (WHO, 2014). Kasus kematian yang diakibatkan oleh PTM di Indonesia juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan publikasi dari Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI) yang diambil dari hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, diketahui bahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi, dimana kematian karena PTM semakin meningkat (41,7% menjadi 59,5%), sedangkan kematian akibat penyakit menular semakin menurun. Berdasarkan olahan laporan rumah sakit tahun 2009 dan 2010, gambaran ini juga terlihat sama yaitu penyakit PTM merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit Indonesia (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan Global Status Report of Non Communicable Disease WHO menyebutkan bahwa pada tahun 2012 kematian akibat PTM di Indonesia mencapai 578.200 pada laki-laki dan 527.600 pada perempuan (WHO, 2014). Mengingat besarnya masalah yang diakibatkan PTM, mendorong dunia dalam hal ini World Health Organization (WHO) merumuskan PTM sebagai salah satu target yang diangkat dalam agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yaitu mengurangi sepertiga
1
2
kematian prematur akibat PTM melalui pencegahan dan perawatan. Hasil sementara identifikasi calon indikator SDGs untuk sektor kesehatan di Indonesia khususnya PTM adalah pada tahun 2030 diharapkan kematian akibat PTM menurun sebesar 25% (Dirjen Bina Gizi KIA, 2015). Penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi penyebab kematian tertinggi adalah penyakit kardiovaskular, di tahun 2012 menjadi penyebab kematian 17,5 juta jiwa atau sekitar 46,2% dari seluruh kematian akibat PTM di dunia (WHO, 2014). Sementara, World Heart Federation (WHF) menyebutkan bahwa mayoritas penyakit kardiovaskular disebabkan oleh faktor risiko yang dapat dikontrol, ditangani atau dimodifikasi, di antaranya adalah hipertensi dan diabetes mellitus. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah berada di atas nilai normal yaitu ≥140 mmHg tekanan darah sistolik atau ≥90 mmHg tekanan darah diastolik. Hipertensi dikenal sebagai “silent killer” karena sering muncul tanpa tanda/gejala, banyak orang tidak sadar mengalami hipertensi (WHF, 2012). Hipertensi merupakan salah satu dari faktor risiko utama kematian global dan diperkirakan menjadi penyebab 9,4 juta kematian dan 7% beban penyakit. Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Jika tidak terkontrol maka hipertensi akan menyebabkan stroke, infark miokard, gagal jantung, demensia, gagal ginjal dan kebutaan. Prevalensi hipertensi global pada umur 18 tahun ke atas sekitar 22% pada tahun 2014 (WHO, 2014). Hasil Riskesdas tahun 2013 mencatat bahwa prevalensi hipertensi diagnosis oleh nakes berdasarkan wawancara tahun 2013 (9,5%) lebih tinggi dibanding tahun 2007 (7,6%) (Kemenkes RI, 2013). Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa selain hipertensi, diabetes mellitus juga merupakan faktor risiko mayor terjadinya penyakit kardiovaskular. Menurut WHF (2012), sekitar 60% dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskular merupakan penderita diabetes mellitus. Sementara di Indonesia diabetes mellitus juga masuk dalam urutan ketiga terbanyak kasus baru rawat jalan PTM prioritas di rumah sakit setelah hipertensi dan penyakit jantung berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2009-2010 (Kemenkes RI, 2012). Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
3
Republik Indonesia (Balitbangkes RI) yang diambil dari data Riskesdas 2007– 2013, berdasarkan diagnosa, prevalensi penyakit diabetes mellitus di Indonesia mengalami peningkatan dari 0,7% menjadi 1,5%. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia juga mengalami peningkatan pada tahun 2007-2013 yaitu 7,2%-9,4% (Balitbangkes RI, 2013). Oleh karena itu perlu adanya perhatian pada penanganan dan pencegahan penyakit hipertensi dan diabetes mellitus yaitu salah satunya dengan melakukan analisa dan penelitian-penelitian terhadap faktor risiko dari kedua penyakit ini. Banyak faktor yang dapat dimodifikasi berkontribusi terhadap tingginya prevalensi hipertensi dan diabetes mellitus, salah satunya adalah status gizi khususnya overweight dan obesitas (WHO, 2014). Status gizi terutama status gizi lebih, merupakan salah satu faktor risiko penyebab terjadinya hipertensi dan diabetes mellitus. Hiza et al. (2000); Pratiwi & Tala (2013); Santos et al. (2010) juga menambahkan bahwa hubungan status gizi dan kesehatan memperlihatkan bahwa orang yang mengalami obesitas atau berat badan lebih, cenderung akan mengalami masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, stroke, diabetes, dan sakit jantung. Sementara, di Indonesia kasus status gizi lebih (overweight dan obesitas) meningkat setiap tahunnya. Data Riskesdas menunjukkan bahwa prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas meningkat, pada tahun 2013 sebanyak 19,7% lebih tinggi dari tahun 2007 dan 2010. Sedangkan prevalensi obesitas perempuan dewasa 32,9%, juga mengalami kenaikan dibanding tahun 2007 dan 2010. Sementara itu, hasil pengukuran obesitas sentral berdasarkan pengukuran lingkar pinggang yang dianggap sebagai faktor risiko yang berkaitan erat dengan beberapa penyakit kronis, secara nasional prevalensinya adalah 26.6% pada tahun 2013, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%) (Balitbangkes RI, 2013). Terdapat berbagai survei kesehatan yang telah dilakukan di Indonesia. Salah satunya adalah Indonesia Family Life Survey (IFLS) yang telah dilakukan sejak tahun 1993 (IFLS 1 tahun 1993, IFLS 2 tahun 1997, IFLS 3 tahun 2000, IFLS 4 tahun 2007 dan IFLS 5 tahun 2014). Survei IFLS merupakan survei longitudinal dengan penyediaan data yang komprehensif. Survei ini bertujuan memberikan
4
gambaran keadaan sosial-ekonomi dan kesehatan rumah tangga di Indonesia yang dilakukan berkesinambungan. IFLS mengumpulkan data dari responden individu, rumah tangga, komunitas, tempat tinggal, fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Sampel IFLS merepresentasikan 83% populasi Indonesia dengan lebih dari 30.000 individu yang tinggal di 13 provinsi di Indonesia. Survei IFLS yang terbaru adalah IFLS 5 yang dilaksanakan pada tahun 2014-2015 (Witoelar, 2016). Kelebihan IFLS 5 dibanding survei IFLS sebelumnya karena IFLS 5 telah menggunakan sistem
computer-assisted personal interview (CAPI) saat
pengambilan data di lapangan, tidak menggunakan kuesioner kertas. Program yang digunakan telah dipersiapkan (diuji coba, dikoreksi) selama 18 bulan. Selain telah menggunakan komputer, enumerator juga dilengkapi dengan alat perekam suara. Aktivitas pengambilan data direkam untuk kepentingan kontrol kualitas data (Strauss, et al., 2016). Data IFLS 5 dapat diakses secara gratis dan telah dapat diakses mulai 31 Maret 2016 (SuveyMETER, 2016). Peneliti tertarik menganalisis data IFLS 5 karena survei tersebut merupakan rangkaian survei ongoing, sehingga akan sangat bermanfaat untuk masukan penelitian yang akan datang. Meskipun ditemukan beberapa penelitian yang mirip sebelumnya namun peneliti merasa perlu untuk meneliti kembali mengingat masyarakat terus mengalami transisi bukan hanya dari segi sosiodemografi tetapi juga transisi dari segi kesehatan dan gizi. Selain itu di berbagai penelitian sebelumnya cenderung fokus pada perbedaan antara obesitas dan non obesitas. Sehingga berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian mengenai hubungan status gizi (berdasarkan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang) dengan kejadian hipertensi dan diabetes mellitus di Indonesia menggunakan data sekunder IFLS 5.
B. Rumusan Masalah Pencegahan dan penanganan hipertensi dan diabetes mellitus harus dilakukan secara komprehensif. Mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi dan diabetes mellitus menjadi penting dalam upaya pencegahan
5
dan penanganan hipertensi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka terdapat masalah yang perlu dijawab melalui penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Apakah status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) merupakan faktor risiko hipertensi di Indonesia? 2. Apakah status gizi berdasarkan lingkar pinggang (LP) merupakan faktor risiko hipertensi di Indonesia? 3. Apakah status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) merupakan faktor risiko diabetes mellitus di Indonesia? 4. Apakah status berdasarkan lingkar pinggang (LP) merupakan faktor risiko diabetes mellitus di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian hipertensi dan diabetes mellitus di Indonesia. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran hipertensi dan diabetes mellitus di Indonesia dan di masing-masing provinsi. b. Untuk mengetahui gambaran status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang (LP) di Indonesia. c. Untuk menganalisis hubungan antara status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian hipertensi di Indonesia. d. Untuk menganalisis hubungan antara status gizi berdasarkan lingkar pinggang (LP) dengan kejadian hipertensi di Indonesia. e. Untuk menganalisis hubungan antara status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian diabetes mellitus di Indonesia. f. Untuk menganalisis hubungan antara status gizi berdasarkan lingkar pinggang (LP) dengan kejadian diabetes mellitus di Indoensia.
6
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis, antara lain: 1. Manfaat teoritis a. Memberikan informasi mengenai faktor risiko hipertensi dan diabetes mellitus. b. Memberikan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya tentang hipertensi dan diabetes mellitus. 2. Manfaat praktis a. Memberikan masukan pada praktisi kesehatan mengenai pencegahan dan penanganan hipertensi dan diabetes mellitus yang komprehensif melalui informasi faktor risikonya yang didapatkan pada penelitian ini. b. Memberikan masukan pada pemerintah Indonesia dalam upaya pencegahan dan penanganan hipertensi dan diabetes mellitus.
E. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran referensi peneliti, berikut beberapa penelitian yang mirip dengan penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini.
7
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Judul Penelitian 1. Status gizi, pola konsumsi makanan dan aktivitas fisik hubungannya dengan hipertensi pada pegawai negeri sipil kantor kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan (Yenni, 2016).
Tujuan Mengetahui hubungan antara status gizi, pola konsumsi makanan dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) kantor kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Metode - Rancangan penelitian: Crosssectional study. - Lokasi:Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan. - Subyek: 144 PNS yang bekerja di kantor kecamatan. - Variabel: hipertensi, status gizi, pola konsumsi makanan, aktivitas fisik. - Analisis data:uji Chi-Square dan regresi logistik.
2. Hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi di Kecamatan Sintang, Kalimantan Barat (Natalia et al., 2015).
Mengetahui hubungan - Rancangan penelitian: Crossantara obesitas dan sectional study kejadian hipertensi di - Lokasi:Kecamatan Sintang, kecamatan Sintang. Kalimantan Barat. - Subyek: 146 orang. - Variabel: obesitas, hipertensi. - Analisis data:uji Chi-Square dan perhitungan nilai rasio prevalensi.
Hasil Berdasarkan pemeriksaan tekanan darah terdapat 47,22% responden hipertensi. Berdasarkan riwayat hipertensi yang diderita dan diagnosa oleh tenaga kesehatan hanya 15,97% yang hipertensi. Status gizi berdasarkan IMT berhubungan signifikan dengan kejadian hipertensi (p<0,05) (R2 9,9%) dengan mengikutsertakan variabel asupan lemak, asupan kalium dan riwayat keluarga. Asupan natrium dan aktivitas fisik tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi pada PNS kantor kecamatan Kabupaten Ogan Komering Ulu. Prevalensi hipertensi pada penelitian ini sebesar 54,1%. Dari 85 Subyek dengan IMT normal diketahui 31 (36,5%) Subyek menderita hipertensi, sedangkan dari 61 Subyek dengan IMT obesitas diketahui 48 (78,7%) Subyek menderita hipertensi. Angka prevalensi hipertensi pada Subyek dengan IMT normal adalah 0,36 dan pada Subyek dengan IMT obesitas adalah 0,78. Terdapat hubungan bermakna antara obesitas dan kejadian hipertensi (p= 0,000) dengan nilai rasio prevalensi (RP) sebesar 2,16 (CI 95%: 1,32 – 2,24).
Perbedaan - Tidak meneliti diabetes mellitus. - Tidak meneliti lingkar pinggang. - Responden hanya pada PNS dan terpusat di satu wilayah kecamatan.
- Status gizi subyek hanya dibedakan obesitas dan tidak. - Tidak meneliti lingkar pinggang responden.
8
Judul Penelitian 3. Pola konsumsi, gaya hidup, dan indeks massa tubuh sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi pada nelayan di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau (Fatma, 2010).
Tujuan Mengetahui hubungan pola konsumsi (konsumsi garam, konsumsi kopi, konsumsi serat, konsumsi alkohol), gaya hidup (kebiasaan merokok, stres psikososial) dan indeks massa tubuh sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi pada nelayan.
4. Hubungan obesitas dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Wates Kabupaten Kulon Progo tahun 2013 (Rosadi, 2013)
Mengetahui hubungan obesitas dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kabupaten Kulon Progo.
Metode - Rancangan penelitian: unmatched case control study. - Lokasi:Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. - Subyek: 274 nelayan, dengan rincian 137 kasus yang merupakan penderita hipertensi dan 137 nelayan yang tidak hipertensi. - Variabel:Pola konsumsi (konsumsi natrium, konsumsi kalium, konsumsi kopi, konsumsi serat, konsumsi alkohol), gaya hidup (kebiasaan merokok, stres psikososial), indeks massa tubuh, hipertensi. - Analisis data:uji Chi-Square dan regresi logistik. - Rancangan penelitian: Crosssectional study. - Lokasi:Puskesmas Wates Kabupaten Kulon Progo,Yogyakarta. - Subyek: 376 orang. - Variabel: DM tipe 2, indeks massa tubuh, lingkar pinggang, rasio longkar pinggang-panggul.. - Analisis data:uji Chi-Square dan regresi logistik.
Hasil Penelitian Perbedaan Konsumsi natrium, konsumsi kalium, - Rancangan penelitian konsumsi kopi, kebiasaan merokok berbeda. mempunyai hubungan yang bermakna - Tidak meneliti lingkar dengan kejadian hipertensi pada pinggang. nelayan. Konsumsi serat, konsumsi alkohol, stres psikososial mempunyai hubungan yang tidak bermakna dengan kejadian hipertensi pada nelayan. IMT mempunyai hubungan yang tidak bermakna dengan kejadian hipertensi pada nelayan.
Berdasarkan analisis regresi logistik - Status gizi berdasarkan setelah mengendalikan variabel umur, IMT dan LP hanya hipertensi, aktifitas fisik, dan merokok dibedakan obesitas dan diperoleh hasil bahwa obesitas tidak. berdasarkan IMT dan lingkar pinggang - Lokasi penelitian hanya memiliki hubungan yang bermakna terpusat di satu wilayah dengan kejadian diabetes mellitus tipe puskesmas. 2. Sedangkan obesitas berdasarkan rasio lingkar pinggang-panggul tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2.
9
Judul Penelitian 5. Prevalensi hipertensi dan determinannya di Indonesia (Rahajeng & Tuminah, 2013).
Tujuan Mengetahui prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah serta wawancara, mengetahui karakteristik dan determinan hipertensi di Indonesia, mengetahui faktor risiko yang berkaitan dengan hipertensi.
Metode - Rancangan penelitian: crosssectional dan case-control. - Lokasi:Indonesia - Subyek: sesuai data Riskesdas 2007 dengan responden berumur ≥18 tahun berjumlah 567.530 orang; 146.093 kasus (respondeng dengan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥90 mmHg, pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan) dan 371.989 kontrol (responden dengan tekanan darah sistolik <140 mmHg dan diastolik <90 mmHg, tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan dan tidak minum obat hipertensi). - Variabel:hipertensi, merokok, konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik, konsumsi makanan asin yang tinggi, konsumsi makanan manis tinggi, konsumsi makanan berlemak tinggi, kurang konsumsi sayur-buah, stres, obesitas (IMT >27), obesitas abdominal (lingkar pinggang pria >90 cm; wanita >82 cm), umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi serta tipe daerah (desa/kota). - Analisis data:regresi logistik.
Hasil Penelitian Perbedaan Prevalensi hipertensi berdasarkan - Rancangan penelitian pengukuran dan termasuk kasus yang berbeda. sedang minum obat, secara nasional - Sumber data sekunder adalah 32,2%. Prevalensi tertinggi di berbeda. Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) - Status gizi berdasarkan sedang yang terendah adalah Papua IMT dan LP hanya Barat (20,1%). Prevalensi hipertensi dibedakan obesitas dan nasional berdasarkan pengukuran saja tidak. adalah 28,3%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi tetap Kalimantan Selatan (35,0%), yang terendah juga tetap Papua Barat (17,6%). Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau minum obat, prevalensi secara nasional hanya 7,7%, tertinggi didapatkan di Sulawesi Utara (11,4%) dan terendah di Papua (4,2%). Faktor risiko hipertensi di Indonesia adalah umur, jenis kelamin, pendidikan rendah, kebiasaan merokok, konsumsi minuman berkafein ≥1 kali per hari, konsumsi alkohol, kurang aktifitas fisik, obesitas dan obesitas abdominal.
10
Judul Penelitian 6. The association between body mass index and hypertension is different between East and Southeast Asians (Tuan et al., 2009)
Tujuan Membandingkan hubungan IMT dengan hipertensi pada orang dewasa di Cina, Indonesia dan Vietnam serta menentukan cut-off IMT yang terbaik dalam memprediksi hipertensi di populasi tersebut.
Metode - Rancangan penelitian: Crosssectional study. - Lokasi:Cina, Indonesia dan Vietnam. - Subyek: 7.562 orang Cina, 18.502 orang Indonesia, dan 77.758 orang Vietnam yang berumur 1865 tahun. - Variabel: IMT, hipertensi. - Analisis data:uji regresi Poisson, uji chi-square, kurva receiver operating characteristic (ROC).
7. Intensified association between waist circumference and hypertension in abdominally overweight children (Dong et al., 2016).
Membandingkan kekuatan hubungan antara lingkar pinggang (LP) dan hipertensi pada anakanak dengan tingkat LP yang berbeda.
- Rancangan penelitian: Crosssectional study. - Lokasi: Cina. - Subyek: 82,413 anak-anak yang berumur 9-17 tahun. - Variabel: lingkar pinggang (LP) dan hipertensi. - Analisis data:uji regresi logistik.
Hasil Penelitian Prevalensi hipertensi di Cina, Indonesi dan Vietnam secara berturut-turut adalah 22,9%, 24,8%, dan 14,4% pada laki-laki, sedangkan pada perempuan yaitu 16,6%, 26,9% dan 11,7%. Pada semua kelompok IMT, prevalensi hipertensi paling tinggi di Indonesia. Berdasarkan analisis yang dilakukan, cut-off IMT yang optimal untuk orang dewasa di Cina, Indonesia dan Vietnam secara berturut-turut adalah 23-24, 2122,5 dan 20,5-21. Cut-off 0,5-1,0 unit lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki dan pada umur yang lebih tua (41-65 tahun) dibanding responden dengan umur yang lebih muda (18-40 tahun). Anak-anak overweight abdominal menunjukkan risiko hipertensi yang lebih tinggi (OR 2,39; 95%CI 2,262,54) dibandingkan anak-anak dengan LP normal. Pada anak-anak dengan LP normal, dengan umur dan jenis kelamin spesifik, peningkatan satu standar deviasi LP berhubungan dengan 42% peningkatan odds hipertensi (OR 1,4; 95%CI 1,30-1,55). Peningkatan tersebut meningkat hingga 74% pada anak-anak overweight abdominal (OR 1,74; 95%CI 1,66-1,82). Pola yang sama juga ditemukan pada kelompok jenis kelamin dan daerah yang berbeda, dan pada anak-anak berusia 9-14 tahun.
Perbedaan - Tidak meneliti lingkar pinggang (LP). - Tidak meneliti DM.
- Tidak meneliti IMT - Tidak meneliti DM - Subyek penelitian anakanak.
11
Judul Penelitian 8. The relationship of body mass index to diabetes mellitus, hypertension and dyslipidemia: comparison of data from two national surveys (Bays et al., 2007).
Tujuan Melihat hubungan antara kategori IMT yang berbeda dan prevalensi diabetes mellitus, hipertensi dan dislipidemia. Melihat distribusi tingkat IMT pada responden yang mengalami diabetes mellitus, hipertensi dan dislipidemia. Membandingkan hasil pengukuran tersebut pada dua survei nasional yaitu Study to Help Improve Early evaluation and management of risk factors Leading to Diabetes (SHIELD) dan National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES).
Metode - Rancangan penelitian: Crosssectional study. - Lokasi: United State. - Subyek: 127.420 orang dari data SHIELD dan 4.257 orang dari data NHANES yang berumur ≥18 tahun. - Variabel: IMT, diabetes mellitus, hipertensi dan dislipidemia. - Analisis data:uji regresi logistik, uji chi-square.
Hasil Penelitian Perbedaan Responden survei SHIELD dan - Tidak melihat lingkar NHANES memiliki distribusi IMT pinggang sama, dengan rata-rata (± SD) 27,8 - Kategori umur kg/m2 (± 6,8) (median= 26,6 kg/m2) responden berbeda. pada SHIELD dan 27,9 kg/m2 (± 6,2) (median= 26,8 kg/m2) pada survei NHANES. Peningkatan IMT berhibungan dengan meningkatnya prevalensi DM, hipertensi dan dislipidemia di kedua survei tersebut (p<0,01). Pada DM, hipertensi dan dislipidemia, lebih dari 75% pasien memiliki IMT ≥25 kg/m2. Estimasi prevalensi DM dan hipertensi sama di kedua survei tersebut, sedangkan dislipidemia secara substansial lebih tinggi pada survei NHANES dibandingkan SHIELD. Pada kedua survei tersebut, prevalensi DM, hipertensi dan dislipidemia terjadi di semua range IMT, namun meningkat seiring lebih tingginya IMT. Namun tidak semua responden yang overweight atau obesitas memiliki penyakit metabolik ini dan sebaliknya tidak semua yang responden yang memiliki penyakit tersebut mengalami overweight atau obesitas. Kecuali untuk prevalensi dislipidemia, SHIELD adalah sebanding dengan NHANES.