BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sukarmin (2012) gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung. Gastritis merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas dan bila tidak ditangani dengan baik dapat juga berakitbat fatal. Biasanya penyakit gastritis terjadi pada orang-orang yang mempunyai pola makan yang tidak teratur dan merangsang produksi asam lambung (Wijoyo, 2009).
Perkembangan teknologi dan industri saat ini memberikan pengaruh negatif dengan berkembangnya berbagai produk makanan yang sebagian besar tidak sehat. Salah satu jenis makanan yang dalam waktu singkat telah berkembang yaitu fast food seperti pizza, fried chicken, donat, burger yang populer di Amerika dan Eropa yang umumnya mengandung kalori tinggi, kadar lemak, gula dan Sodium (Na) juga tinggi tetapi rendah serat, Vitamin A, Asam Askorbat, Kalsium dan Folat. Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila terlanjur menjadi pola makan yang tidak sehat (Arisman, 2004).
Makanan tersebut tersedia dengan berbagai rasa, variasi harga dan kenyamanan serta dengan mudah dijumpai tidak hanya di kota ataupun kabupaten tetapi juga diberbagai desa. Selain itu iklan TV juga sering menampilkan makanan snack ringan yang rendah gizinya dan tidak mengandung semboyan makanan empat sehat lima sempurna (Arisman, 2004).
1
2
Pola makan disuatu daerah dapat berubah-rubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor ataupun kondisi setempat antara lain faktor budaya, agama, status sosial ekonomi, hal-hal yang disukai atau tidak disukai, rasa lapar, nafsu makan, rasa kenyang dan perencanaan yaitu dimulai dari mulut, kerongkongan, esofagus, lambung, usus halus, usus besar (Wijoyo, 2009).
Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi. Dari penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis dibeberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di Kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat. Tahun 2009 penyakit gastritis merupakan salah satu penyakit didalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia dan menyerang lebih banyak perempuan dari pada laki-laki dengan jumlah kasus 30.154 orang (Profil Kesehatan Indonesia, 2009).
Pada tahun 2007 penyakit gastritis menempati urutan yang ke 9 dari 50 peringkat utama pasien rawat jalan di seluruh rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 218.500 kasus serta survey yang dilakukan pada masyarakat Jakarta pada tahun 2010 yang melibatkan 1.645 responden mendapatkan bahwa pasien dengan masalah gastritis ini mencapai 60% artinya masalah gastritis ini memang ada dimasyarakat dan tentnunya harus menjadi perhatian kita semua. Prevalensi meningkat dengan meningkatnya umur, di negara berkembang yang tingkat ekonominya lebih rendah. Terjadi infeksi 80% penduduk setelah usia 20 tahun (Andi, 2010).
Gastrititis atau lebih lazim kita menyebutnya sebagai penyakit maag merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas dan bila tidak ditangani dengan baik dapat juga mengakibatkan fatal. Biasanya penyakit gastritis terjadi pada orangorang yang mempunyai pola makan yang tidak teratur dan merangsang produksi asam lambung. Beberapa infeksi mikroorganisme juga dapat menyebabkan
3
terjadinya gastritis, gejala – gejala sakit gastritis selain nyeri di daerah uluh hati adalah mual, muntah, lemas, kembung dan terasa sesak, nafsu makan menurun, wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin, pusing, atau selalu bersendawa dan pada kondisi yang lebih parah bisa mengalami muntah darah (Wijoyo, 2009).
Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran macam dan model bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari, pola makan terdiri dari frekuensi makan dan jenis makanan. Dengan menu seimbang perlu dimulai dan dikenal dengan baik sehingga akan terbentuk kebiasaan makan makanan seimbang dengan dikemudian hari. Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan prevetif dalam mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, 2004). Penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Wahyuni, (2012) tentang ketetapan
waktu makan, asupan kafein, protein dan tingkat stres terhadap kejadian gastritis pada mahasiswa strata 1 FKM Universitas Hasanuddin mengatakan bahwa ada hubungan antara ketepatan waktu makan dan tingkat stress dengan kejadian gastritis pada mahasiswa yang berturut-turut nilai p= 0,007, OR=2,00, 95% CI=1,202–3,329 dan p= 0,025, OR= 1,758, 95% CI= 1,073-2,881. Tidak ada hubungan antara asupan kafein dan protein dengan kejadian gastritis dimana nilai p= 0,802, OR= 1,065, 95% CI= 0,652-1,7440 dan p= 0,319, OR= 0,78, 95% CI= 0,478-1,272.
4
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosni, 2009 tentang pengaruh kebiasaan merokok, konsumsi Non Streoid Anti Inflamatory Drugs (NSAID) dan kopi terhadap kejadian gastritis di Puskesmas Mulyorejo Surabaya gastritis merupakan masalah kesehatan di masyarakat. Ketidakseimbangan faktor agresif dan defensif lambung dapat menyebabkan gastritis. Faktor ini dipengaruhi antara lain oleh kebiasaaan merokok, konsumsi Non Streoid Anti Inflamatory Drugs (NSAID) dan kopi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik responden terbanyak > 20 tahun, perempuan lebih banyak daripada laki-laki.
Hasil survei yang dilakukan oleh peneliti di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sari Mutiara, bahwa 10 mahasiswa tingkat I reguler mengatakan makanan yang dimakan sering kurang dari porsi mereka hal ini diakibatkan karena mereka tidak menyediakan makana dirumah hanya yang dimbil dari tempat jual makanan, mereka juga mengatakan waktu makannya tidak teratur terkadang tidak sarapan berangkat kekampus dan terkadang hanya makan malam, selain itu jenis makanan yang dikonsumsi juga sering yang instan seperti mie instan, sehingga mereka sering merasakan mual, perutnya kembung, dan sering merasakan nyeri pada ulu hati hal ini terjadi karena kurangnya pengontrolan dari orang tua setelah berpisah karena melanjutkan sekolah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut yaitu hubungan pola makan mahasiswa tingkat I regular Program Studi Ilmu Keperawatan dengan kejadian gastritis di Universitas Sari Mutiara Medan tahun 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka didapat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana hubungan pola makan mahasiswa tingkat I regular Program Studi Ilmu Keperawatan dengan kejadian gastritis di Universitas Sari Mutiara Medan Tahun 2014 ?”
5
C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan pola makan mahasiswa tingkat I regular Program Studi Ilmu Keperawatan dengan kejadian gastritis di Universitas Sari Mutiara Medan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa untuk melalu menjaga dan mengoptimalkan derajat kesehatan melalui pola makan mereka meskipun dalam keadaan terbatas. 2. Bagi Orang tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pentingnya mengingatkan anaknya untuk menjaga kesehatan dan pola makan yang baik. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai informasi tambahan maupun data awal untuk mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai hubungan pola makan mahasiswa dengan kejadian gastritis.