BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Biaya yang diserap untuk penyediaan obat merupakan komponen terbesar dari pengeluaran rumah sakit. Di banyak negara berkembang belanja obat di rumah sakit dapat menyerap sekitar 40-50% biaya keseluruhan rumah sakit. Belanja perbekalan farmasi yang demikian besar tentunya harus dikelola dengan efektif dan efisien, hal ini diperlukan mengingat dana kebutuhan obat di rumah sakit tidak selalu sesuai dengan kebutuhan (Depkes RI, 2008a). Obat merupakan komponen esensial dari suatu pelayanan kesehatan serta unsur penting dalam memperoleh kesembuhan bagi pasien. Obat memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah sakit. Untuk itu, pengelolaan obat di rumah sakit harus dikelola dengan baik, mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi sampai penggunaannya oleh pasien. Menurut Quick dkk (1997), manajemen pengelolaan obat meliputi perencanaan,
pengadaan,
distribusi,
dan
penggunaan.
Gambaran
umum
pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit pemerintah Indonesia pada umumnya masih banyak mengalami kekurangan. Menurut Depkes RI (2008a), diantara kekurangan yang sangat mencolok antara lain : 1. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) baik dari aspek jumlah maupun mutu terutama di sebagian besar rumah sakit di kabupaten/kota. 2. Keterbatasan sumber pendanaan, dimana sebagian kecil saja kebutuhan anggaran obat yang dapat dipenuhi oleh Pemerintah Daerah (Pemda). 3. Keterbatasan sarana dan prasarana pengelolaan obat, dimana hal ini berpengaruh terhadap mutu obat yang sudah diadakan. 4. Komitmen dari Pemda untuk menyediakan anggaran, sarana dan tenaga. Diantara manajemen pengelolaan obat, terdapat satu proses yaitu perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses dari pemilihan item obat, jumlah obat, sampai dengan penyusunan daftar rencana kebutuhan. Perencanaan kebutuhan obat, alat kesehatan dan bahan habis pakai untuk kebutuhan rumah sakit dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Perhitungan 1
2
kebutuhan obat dilakukan oleh Apoteker yang didasarkan pada data pemakaian obat dalam satu tahun, sisa stok yang ada, dan usulan obat dari dokter. Kendala yang sering terjadi pada tahap perencanaan adalah merencanakan obat lebih banyak dan memilih jenis item obat yang kurang tepat sehingga sering terjadi duplikasi. Kadang-kadang menggunakan obat mahal padahal tersedia obat yang lebih murah. Perencanaan kebutuhan obat yang tidak sesuai yaitu ada obat yang terlalu banyak, disamping itu ada obat yang terlalu sedikit untuk direncanakan pengadaannya. Ketidakcukupan obat sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan salah satu yang sangat menentukan adalah perencanaan kebutuhan obat yang belum tepat. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Kota Magelang merupakan rumah sakit tipe B non pendidikan yang memiliki 234 tempat tidur yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Berdasarkan data bagian umum RSUD Tidar Kota Magelang, pada tahun 2012 indikator kualitas pelayanan yang dimiliki RSUD Tidar Kota Magelang meliputi persentase BOR sebesar 92,41%, AVLOS 4,5 hari, TOI (hari) 0,38, BTO 75,16 kali dalam satu tahun, NDR sebesar 16,82%, dan GDR sebesar 31,81%. Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat untuk memperoleh kesembuhan dan memulihkan kesehatan maka faktor yang sangat berpengaruh yaitu mengenai ketersediaan obat yang memadai, baik jenis maupun jumlahnya. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Tidar Kota Magelang bertindak sebagai pengelola obat yang salah satunya berperan dalam perencanaan kebutuhan obat. Instalasi farmasi RSUD Tidar Kota Magelang memiliki 2 orang Apoteker yang bekerja sebagai kepala instalasi farmasi dan sebagai koordinasi gudang reguler instalasi farmasi. Perencanaan kebutuhan obat di RSUD Tidar Kota Magelang ini dibagi menjadi 3 kategori yaitu perencanaan obat reguler yang ditujukan untuk pasien umum, perencanaan obat askes yang ditujukan untuk pasien yang menggunakan asuransi kesehatan, dan perencanaan obat jamkesmas yang ditujukan untuk pasien
yang
menggunakan asuransi jamkesmas.
Perencanaan kebutuhan obat diadakan setiap 1 bulan sekali dengan menggunakan metode konsumsi dan dilakukan oleh IFRS yang kemudian hasil dari perencanaan
3
kebutuhan obat per bulannya akan diserahkan ke unit layanan pengadaan (ULP) untuk direalisasikan. Permasalahan yang masih ditemui pada RSUD Tidar Kota Magelang pada bulan januari hingga maret tahun 2013 yaitu masih banyaknya obat yang berlebih yang mana sisa stok obat untuk kebutuhan obat selama 1 bulan masih banyak atau menumpuk serta masih rendahnya persentase ketepatan perencanaan kebutuhan obat. Persentase ketepatan perencanaan dan obat yang over estimation dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Persentase ketepatan perencanaan dan over estimation Tahun 2013 ∑ item obat sesuai realisasi
∑ item obat % ∑ item % over yang ketepatan obat estimati ketepatann perencanaa over on ya 100 ± n estimati 10% on Januari Reguler 243 152 62,55 85 35 Askes 78 14 17,95 61 78,20 Jamkesmas 38 9 23,68 29 76,31 Februari Reguler 358 100 28 256 71,50 Askes 149 14 9,40 133 89,26 Jamkesmas 82 9 11 73 89 Maret Reguler 249 74 29,71 171 68,67 Askes 164 22 13,41 141 86 Jamkesmas 81 5 6,7 76 93,82 Sumber : Data perencanaan kebutuhan obat RSUD Tidar Kota Magelang Tahun 2013
Berdasarkan permasalahan tersebut evaluasi terhadap perencanaan kebutuhan obat di RSUD Tidar Kota Magelang perlu dilakukan. Hasil akhir yang diinginkan yaitu meningkatkan ketepatan perencanaan kebutuhan obat. Dengan demikian perlu dilakukan intervensi edukasi yang dapat memberikan pengertian yang lebih mudah dipahami sehingga diharapkan petugas pengelola obat dapat mengetahui permasalahan dalam perencanaan, mendiskusikan permasalahan yang timbul serta pemecahan masalah untuk mengambil keputusan. Menurut Quick dkk (1997), pemilihan strategi intervensi yang akan dilakukan didasarkan pada masalah yang sering terjadi dan target sasaran. Pemilihan intervensi ini juga harus mengingat berbagai hal seperti kemungkinan intervensi dan potensi dampak perbaikan yang dapat diharapkan pelaksanaannya, biaya, tenaga, waktu dan lain-lain. Intervensi pada umumnya akan lebih efektif jika dikombinasikan dua atau lebih pendekatan untuk mengatasi masalah, yaitu pendekatan edukasi yang lebih mengarah kepada pengetahuan untuk mendukung
4
keterampilan dengan cara manajerial. Pemilihan strategi intervensi harus mempertimbangkan berbagai hal agar tercapai tujuan yang diharapkan, antara lain masalah dan kendala yang ada, pengetahuan dan keterampilan petugas, sikap maupun perilaku petugas, biaya, waktu, tenaga dan kemampuan yang diperlukan agar sesuai dengan hasil yang diharapkan. Salah satu intervensi yang efektif adalah kontak face-to-face (tatap muka) atau pertemuan (diskusi) kelompok kecil. Metode ini sebagai kombinasi antara teori komunikasi dan teori perilaku dengan teknik pengajaran (education) secara konvensional. Dalam diskusi kelompok kecil (DKK), metode pelatihan yang dipakai sebagai sarana sehingga terjadi proses tukar pikiran antar peserta. Metode ini bertujuan untuk mengembangkan, menjelaskan dan manguatkan konsepkonsep dalam pelatihan, mengubah ide-ide dan pemahaman mengenai suatu hal, mengembangkan serta menjawab suatu masalah sehingga terwujud suatu kesepakatan diantara peserta. Anggota DKK terdiri dari 5-10 orang (Quick, dkk1997). Umpan balik diberikan kepada individu atau kelompok anggota. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian umpan balik adalah mendiskusikan masalah secara terfokus, identifikasi kekurangan untuk meningkatkan intensifikasi supervisi, mengakui adanya kesuksesan yang telah dicapai oleh unit atau fasilitas kesehatan dan identifikasi kelemahan dan kekuatan suatu program. Umpan balik juga menunjukkan apakah perubahan individu maupun organisasi telah terjadi akibat adanya komunikasi (Koontz dkk, 1984). Penelitian ini akan melihat pengaruh DKK yang disertai umpan balik terhadap perencanaan kebutuhan obat RSUD Tidar Kota Magelang, apakah dapat meningkatkan ketepatan perencanaan kebutuhan obat di rumah sakit. Intervensi DKK yang disertai umpan balik ini diharapkan akan membawa perubahan yang nyata pada pengelolaan obat di rumah sakit terutama dalam melakukan perencanaan kebutuhan obat.
5
B. Rumusan Masalah Dari uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu apakah perencanaan kebutuhan obat pada triwulan ketiga tahun 2013 di RSUD Tidar Kota Magelang dapat lebih tepat daripada perencanaan kebutuhan obat pada triwulan pertama tahun 2013 di RSUD Tidar Kota Magelang?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan ketepatan perencanaan kebutuhan obat di RSUD Tidar Kota Magelang pada tahun 2013. 2.
Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah intervensi DKK yang disertai umpan balik dapat memberikan hasil yang berbeda terhadap evaluasi perencanaan kebutuhan obat sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan melihat beberapa indikator perencanaan, antara lain : a. Persentase kesesuaian obat dengan formularium RSUD Tidar Kota Magelang b. Persentase kesesuaian obat dengan DOEN tahun 2011 c. Persentase alokasi dana d. Persentase jumlah item obat yang ada dalam perencanaan dengan jumlah item obat dalam kenyataan pemakaian. e. Persentase ketepatan perencanaan
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat teoritis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai wahana pembelajaran guna meningkatkan pengelolaan
wawasan, obat
pengetahuan
khususnya
dan
perencanaan
keterampilan kebutuhan
mengenai
obat,
untuk
meningkatkan ketepatan perencanaan kebutuhan obat di unit pelayanan kesehatan serta sebagai sumbangan informasi bagi penelitian selanjutnya.
6
2.
Manfaat praktis a. Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi manajemen RSUD Tidar Kota Magelang dalam upaya perbaikan perencanaan kebutuhan obat di masa yang akan datang. b. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan untuk peningkatan pengelolaan obat khususnya perencanaan.
E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Imaculata (2005) tentang pengaruh intervensi DKK dan umpan balik terhadap pelayanan resep rawat inap anggrek di apotek rumah sakit umum daerah Ruteng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak intervensi DKK dan pemberian umpan balik terhadap pelayanan resep rawat inap anggrek di apotek RSUD Ruteng dengan menggunakan jenis penelitian kuasi eksperimental, rancangan pre-posttest tanpa kontrol dan data diambil secara cross sectional. Hasil yang didapat yaitu intervensi DKK dan umpan balik dapat menurunkan % resep rawat inap anggrek yang tidak dilayani di apotek rumah sakit. Eni (2009), Pengaruh DKK disertai umpan balik terhadap pengetahuan dan keterampilan perencanaan petugas pengelola obat puskesmas di Kab. Tebo Provinsi Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketepatan perencanaan obat di puskesmas dengan intervensi DKK disertai umpan balik dengan menggunakan jenis penelitian kuasi eksperimental, rancangan nonequivalent control group design dan data diambil secara prospektif. Hasil yang didapat yaitu intervensi DKK yang disertai umpan balik dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas pengelola obat dalam perencanaan obat di puskesmas. Handayani (2004), Upaya peningkatan peresepan obat generik dengan metode DKK disertai umpan balik di poli rawat jalan rumah sakit umum Tabanan Bali. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan peresepan obat generik dengan menggunakan jenis penelitian kuasi eksperimental, rancangan pre-posttest tanpa kontrol dan data dikumpulkan secara retrospektif dan prospektif. Hasil yang didapat yaitu intervensi DKK disertai umpan balik dapat merubah perilaku dokter
7
sehingga terjadi peningkatan peresepan obat generik di poli rawat jalan RSU Tabanan Bali. Erida (2008), Upaya intervensi edukasi diskusi kelompok kecil disertai umpan balik terhadap pemanfaatan daftar obat dalam peresepan di rumah sakit daerah KH Daud Arif Kuala Tungkal Prov.Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemanfaatan daftar obat dalam penulisan resep oleh dokter di rumah sakit daerah Kuala Tungkal setelah dilakukan intervensi DKK disertai umpan balik. Penelitian ini menggunakan rancangan kuasi experimental, rancangan pre-posttest tanpa kontrol dan data dikumpulkan secara retrospektif dan prospektif. Hasil yang didapat yaitu pemanfaatan daftar obat rumah sakit dalam penulisan resep mengalami peningkatan setelah intervensi DKK disertai umpan balik dan mengurangi obat yang stok out dan stagnasi. Han (2008), Pengaruh DKK terhadap perencanaan obat di puskesmas Kabupaten Sambas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas pengelola obat terhadap ketepatan perencanaan obat di Puskesmas Kabupaten Sambas. Penelitian ini menggunakan rancangan kuasi eksperimental dengan rancangan pre-posttest control group design. Hasil yang didapat yaitu intervensi DKK dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas pengelola obat dalam perencanaan obat. Dari kelima penelitian tersebut, persamaan dengan penelitian terdahulu adalah, dalam proses penelitian sama-sama menggunakan intervensi Diskusi Kelompok Kecil (DKK) disertai umpan balik dengan jenis penelitian kuasi eksperimental. Perbedaannya adalah pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketepatan perencanaan kebutuhan obat di RSUD Tidar Kota Magelang.