BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal dan merata di seluruh wilayah Republik Indonesia. Strategi untuk mewujudkan tujuan tersebut diarahkan pada misi pembangunan kesehatan yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, rata dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Masalah kesehatan anak masih menjadi perhatian utama dalam bidang kesehatan di Indonesia. Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak. Lebih dari tiga perempat kematian bayi terjadi dalam satu tahun pertama kehidupan anak, dan Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah faktor infeksi (Depkes RI, 2010). Satu setengah juta atau sepertiga kematian bayi di seluruh dunia setiap tahun disebabkan oleh infeksi. Kebanyakan dari bayi yang terkena infeksi diawali dengan infeksi tali pusat (WHO, 1999). Tetanus pada maternal dan neonatal
1
2
merupakan penyebab kematian tersering akibat persalinan dan penanganan tali pusat tidak bersih. Saat ini perawatan pasca persalinan yang kurang bersih, perawatan tali pusat yang kurang steril, pertolongan persalinan dengan alat yang kurang steril masih menjadi faktor risiko utama penyebab tetanus neonatrum (Wibowo, 2012). Tali pusat atau umbilical cord merupakan saluran kehidupan bagi janin selama berada di dalam kandungan. Melalui tali pusat semua kebutuhan untuk keberlangsungan hidup janin dapat terpenuhi. Setelah bayi lahir tali pusat sudah tidak digunakan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi inilah yang memerlukan perawatan yang baik agar tidak terjadi infeksi (Sodikin, 2009). World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan praktik perawatan tali pusat bersih meliputi mencuci tangan dengan air bersih dan sabun baik sebelum dan sesudah perawatan dilakukan, serta menjaga tali pusat agar tetap kering dengan paparan udara. Praktik lain yang juga dapat mengurangi risiko infeksi tali pusat adalah penerapan rooming-in selama 24 jam untuk ibu dan bayi. Peningkatan frekuensi kontak skin-to-skin ibu akan meningkatkan kolonisasi bakteri non patogen dari flora kulit ibu ke bayi yang dipercaya dapat mengurangi risiko bayi terkena infeksi tali pusat (WHO, 1999). Bayi normal yag dilahirkan di rumah sakit maupun di klinik bersalin biasanya hanya mendapat perawatan selama 2-3 hari. Selanjutnya perawatan sepenuhnya akan dilanjutkan oleh ibu. Bagi ibu yang pertama kali melahirkan, merawat bayi baru lahir merupakan hal yang tidak mudah. Perasaan takut akan
3
merawat dan menyakiti bayinya sering dirasakan para ibu, sehingga dalam membersihkan tali pusat ibu serba salah (Pilliteri, 2002). Penyebab langsung kematian bayi dan balita akibat infeksi relatif dapat ditangani dengan mudah. Salah satunya dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat sebagai upaya memperbaiki perilaku masyarakat dan keluarga agar dapat menjamin kehamilan, kelahiran serta perawatan bayi baru lahir yang lebih sehat (United Nation Development Programme, 2007). Peran ibu dalam merawat tali pusat sangat besar terutama dalam upaya mencegah terjadinya infeksi tali pusat. Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2009), menyimpulkan bahwa sebagian besar ibu postpartum primigravida tidak mengerti tentang perawatan tali pusat yang tepat untuk bayi. Sebagian ibu juga belum mengenali tanda-tanda infeksi pada tali pusat sehingga perlu dipikirkan untuk pihak rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan untuk membuat program dan prosedur tetap yang mendukung upaya peningkatan pengetahuan ibu mengenai perawatan tali pusat bayi. Pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat perlu diberikan terutama bagi ibu postpartum dengan primipara sebab ibu pemegang peranan utama dalam perawatan bayi (Pillitteri, 2002). Pengetahuan yang dimiliki ibu mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir akan berpengaruh terhadap status kesehatan bayi. Perkembangan dan perubahan cara perawatan tali pusat yang dahulu menggunakan prinsip tertutup kini telah berubah dengan menggunakan prinsip kering terbuka. Bagi sebagian ibu metode perawatan tali pusat secara terbuka ini masih dianggap suatu hal yang baru bila harus melihat tali
4
pusat terbuka tanpa diberi penutup (Depkes, 2006). Pemberian informasi secara tepat dan jelas akan mengatasi ketakutan dan kekhawatiran ibu dalam merawat tali pusat pada bayi. Penelitian yang dilakukan oleh Susanti dan Hartini (2007) menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku perawatan tali pusat bayi pada ibu nifas. Sebanyak 43,3% dari 30 responden memiliki tingkat pengetahuan kurang baik. Sehingga para ibu sangat memerlukan informasi kesehatan tentang perawatan tali pusat dari tenaga kesehatan baik dokter, bidan maupun perawat. Kendala yang sering ditemui pada proses pendidikan kesehatan adalah kurang tepatnya pemilihan metode yang dipergunakan sehingga tidak memberikan efek signifikan terhadap perubahan perilaku. Keterbatasan waktu dan biaya merupakan faktor yang dapat menjadi kendala dalam proses pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan media atau alat bantu yang akan digunakan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nasihah (2013) terdapat perbedaan pengaruh antara pemberian pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi, dengan paritas terhadap perawatan tali pusat pada ibu nifas di RSUD Gambiran. Metode demonstarsi juga dapat diterapkan di rumah sakit guna meningkatkan pemahaman ibu. Metode demonstrasi merupakan suatu cara penyajian pengertian atau ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan, atau menggunakan suatu prosedur (Astoeti, 2006 cit Hastuti dan Andriyani, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan Wibawa
5
(2007) metode demonstrasi dikatakan lebih efektif dalam mengembangkan sikap responden tentang penyakit DBD. Hasil tersebut dipahami karena kelompok demonstrasi mendapat pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju pada pengalaman yang lebih abstrak. Penelitian yang dilakukan oleh Prihandini et al (2013) tentang pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi dan metode leaflet terhadap motivasi ibu dalam pemberian makanan bergizi bagi balita, berpendapat bahwa sebaiknya dalam merubah motivasi ibu dalam pemberian makanan bergizi pada balita dengan memberikan pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi. Hardiningsih (2012) dalam hasil penelitiannya tentang perbedaan pendidikan kesehatan dengan ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan dan sikap dalam rangka pencegahan HIV/AIDS, menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan leaflet lebih baik daripada dengan ceramah terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS. Melalui leaflet materi yang disampaikan dapat tererap 83% dan dapat diingat sebanyak 30%. Media leaflet merupakan alat bantu sederhana yang dapat digunakan dalam proses pendidikan kesehatan. Beberapa kelebihan yang dimiliki leaflet membuat sebagain orang menggunakan media ini untuk pendidikan kesehatan. Kawuriansari et al (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa, leaflet terbukti dapat meningkatkan skor pengetahuan remaja putri tentang dismenorea dikarenakan leaflet mempunyai kelebihan antara lain: tahan lama, mencakup orang banyak, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana,
6
dapat mengungkit rasa keindahan, mempermudah pemahaman dan meningkatkan gairah belajar (Notoadmodjo, 2005). Hal tersebut diperkuat oleh Rofista (2012) yang menganalisis pengaruh leaflet sebagai media pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan terapi pasien hiperkolesterolemia. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon ditunjukkan bahwa leaflet memberikan pengaruh yang bermakna terhadap kepatuhan pasien. Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk melihat kepatuhan pada pengobatan balita dengan diare, leaflet merupakan salah satu metode pendidikan yang memberikan pengaruh bermakna. Pendidikan kesehatan mengenai perawatan tali pusat dilakukan oleh perawat yang merawat ibu postpartum di RSUD Kota Yogyakarta. Metode perawatan tali pusat kering terbuka yang diajarkan perawat kepada ibu dilakukan apabila ibu sudah siap dan dalam keadaan stabil, hari kedua rawat inap pasca melahirkan, bersamaan saat memberikan edukasi tentang cara menyusui yang baik dan benar, atau saat ibu dan bayi akan pulang. Menurut hasil studi pendahuluan, penemuan infeksi tali pusat di RSUD Kota Yogyakarta saat ini sangat jarang terjadi. Meskipun keluhan tentang pendidikan kesehatan tali pusat dari pihak perawat maupun pasien jarang terjadi, tetapi pengaruh metode yang saat ini digunakan pun belum diketahui. Perlunya upaya meningkatkan metode atau cara dalam pendidikan kesehatan sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan mendorong pasien agar dapat mandiri dalam menjaga kesehatannya khususnya dalam perawatan tali pusat bayi.
7
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat dengan metode demonstrasi dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu di RSUD Kota Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitiannya adalah: “Apakah ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi dan media leaflet tentang perawatan tali pusat terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan perawatan tali pusat di RSUD Kota Yogyakarta ?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan pengaruh pemberian pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi dan media leaflet tentang perawatan tali pusat terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang perawatan tali pusat di RSUD Kota Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a.
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam perawatan tali pusat bayi sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat.
8
b.
Mengetahui sikap ibu dalam perawatan tali pusat bayi sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat
c.
Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan tali pusat bayi dengan pendidikan kesehatan metode demonstrasi dibanding dengan media leaflet.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : 1. Institusi rumah sakit Sebagai dasar pertimbangan dalam penyusunan prosedur tetap dalam mengembangkan upaya pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat pada ibu post partum di RSUD Kota Yogyakarta. 2. Profesi keperawatan dan bidan Perawat atau bidan dapat melakukan perawatan yang sesuai prosedur dengan tepat agar dapat menurukan risiko infeksi pada bayi baru lahir. Selain itu diharapkan perawat atau bidan dapat melakukan pendidikan kesehatan dengan benar agar dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan perawatan tali pusat. 3. Ibu postpartum Dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan perawatan
9
tali pusat bayi dengan benar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. 4. Peneliti Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman dan wawasan dalam penelitian tentang pendidikan kesehatan perawatan bayi baru lahir khususnya dalam perawatan tali pusat. Serta dapat mengetahui perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode yang berbeda yaitu demonstrasi dan leaflet.
E. Keaslian Penelitian Sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian yang serupa dengan penelitian ini. Namun sebelumnya pernah dilakukan beberapa penelitian sejenis yaitu: 1.
Susilowati (2009), meneliti tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Perawatan Tali Pusat terhadap Kemampuan Ibu dalam Merawat Tali Pusat di RSIA Sakina Idaman Sleman Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan rancangaan one group pretest-posttest. Pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat dilakukan dengan metode ceramah dan demonstrasi secara berkelompok di RSIA Sakina Idaman. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat terhadap kemampuan ibu dalam merawat tali pusat. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada metode pendidikan kesehatan yang digunakan dan tempat penelitian.
10
2.
Susanti dan Hartini (2007), melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Perawatan Tali Pusat Bayi pada Ibu Nifas di BPS Sri Romdhati Jetis Semin Gunungkidul”. Penelitian dengan disain cross sectional ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku perawatan tali pusat bayi pada ibu nifas. Perbedaan terletak pada tempat penelitian, metode dan rancangan serta lokasi penelitian. Persamaan terletak pada topik penelitian yaitu perawatan tali pusat dan variabel pengetahuan perawatan tali pusat.
3.
Akoit (2012), meneliti tentang “Pengetahuan Ibu Primigravida tentang Perawatan Tali Pusat pada Bayi di Puskesmas Alak, Kecamatan Alak Kabupaten Kupang”. Penelitian dengan metode kuantitatif pendekatan deskriptif dengan survei, menunjukkan bahwa pengetahuan ibu primigravida tentang perawatan tali pusat di Puskesmas Alak memiliki pengetahuan yang cukup. Perbedaannya terletak pada variabel, metode dan lokasi penelitian. Persamaan terletak pada variabel pengetahuan perawatan tali pusat.
4.
Prihandini, et al (2013) memeliti tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dendan Metode Demonstrasi dan Metode Leaflet Terhadap Motivasi Ibu Dalam Pemberian Makanan Bergizi Bagi Balita di Posyandu Kunthisari Jetak Kabupaten Semarang” dengan jenis penelitian metode quasi eksperimental desain pre test-post test group. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan motivasi antara kelompok demonstrasi dengan kelompok leaflet setelah pendidikan kesehatan. Peneliti berpendapat bahwa sebaiknya dalam merubah motivasi ibu dalam pemberian makanan bergizi pada balita dengan
11
memberikan pendidikan kesehataan dengan metode demonstrasi. Perbedaan penelitian terletak pada topik penelitian, lokasi dan sampel penelitian yang digunakan. Persamaannya pada metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan dan jenis penelitian. 5.
Nasihah
(2013)
meneliti
tentang
“Pengaruh
Pendidikan
Kesehatan
Menggunakan Metode Ceramah dan Demonstrasi Dengan Paritas Terhadap Perawatan Tali Pusat Pada Ibu Nifas”. Desain penelitian yang digunakan adalah randomized experiment with control design dengan pendekatan post test only. Hasil penelitian menunujukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan paritas terhadap perawatan tali pusat pada ibu nifas di RSUD Gambiran. Perbedaan penelitian terletak pada desain, variabel, metode dan lokasi penelitian. Persamaan terletak pada topik penelitian perawatan tali pusat dan salah satu metode pendidikan kesehatan menggunakan demonstrasi. 6.
Hardiningsih (2012), meneliti tetang “Perbedaan Pendidikan Kesehatan Dengan Ceramah Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Dalam Rangka Pencegahan HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Surakarta”. Jenis penelitiannya adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan menggunakan rancangan pretest-posttest group design. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan leaflet jauh lebih baik daripada dengan ceramah terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS. Perbedaan penelitian terletak pada topik penelitian, variabel, sampel dan lokasi penelitian. Persamaanya adalah sama-sama
12
membandingkan dua metode pendidikan kesehatan yang berbeda yaitu ceramah dan leaflet, jenis rancangan yang digunakan juga sama. 7.
Khairani (2009), meneliti tentang “Promosi Kesehatan Mencuci Tangan Menggunakan Sabun Melalui Metode Ceramah, Demonstrasi dan Latihan Dibandingkan dengan Media Leaflet Pada Siswa Sekolah Dasar di Kota Jambi”. Penelitian quasi-eksperimental dengan rancangan non-equivalent control group design with pretest and postest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi kesehatan mencuci tangan menggunakan sabun melalui metode ceramah, demonstrasi dan latihan lebih efektif meningkatkan pengetahuan, sikap dan kecenderungan perilaku (intensi) dibandingkan dengan promosi kesehatan melalui media leaflet pada siswa sekolah dasar. Perbedaan terletak pada topik, variabel, sampel dan lokasi penelitian. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada metode yang digunakan dan rancangan penelitian.
8.
Rofista (2012), penelitiannya berjudul “Analisis Pengaruh Leaflet Sebagai Media
Pendidikan
Hiperkolesterolemia
Kesehatan di
Dua
Terhadap
Kepatuhan
Terapi
Pasien
Puskesmas
Kecamatan
Kota
Depok”
menyimpulkan bahwa pemberin leaflet dapat meningkatkan kepatuhan pasien hiperkolesterolemia dalam pola makan, aktivitas fisik, dan kepatuhan pengobatan. Penelitian ini merupakan penelitian praeksperimental dengan rancangan One Group Pretest-Posttest. Perbedaan terletak pada variabel, topik, metode, rancangan, sampel dan lokasi penelitian. Penelitian ini sama-
13
sama membahas leaflet sebagai metode pendidikan kesehatan yang dapat digunakan dalam kesehatan.