BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah penemuan obat erat kaitannya dengan eksplorasi senyawa bahan alam. Tumbuhan banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat untuk mengobati penyakit. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat di masyarakat dilakukan dengan cara direbus atau diekstak. Proses tersebut dianggap kurang efektif dan efisien, hingga timbul inisiatif untuk mengisolasi senyawa yang terkandung dalam tumbuhan tersebut (Harvey, 2008). Proses pengkajian kandungan senyawa yang dilakukan tidaklah mudah, prosesnya panjang serta melalui tahapan ‘trial and error’. Ada beberapa senyawa obat yang diketahui indikasinya karena kesalahan dalam pemberiannya, berikut beberapa obat yang diperoleh dari isolasi senyawa bahan alam (Mc Foy, 2013): Tabel. 1 Obat yang diisolasi dari tumbuhan
Obat
Khasiat
Asal tanaman
Agrimophol Arecoline Opium Kina Vinkristin
Anthelmintik Anthelmintik Analgesik Antimalaria Anti kanker
Agrimonia supatoria Areca catechu Papaver somniferum Cinchona ledgeriana Vinca rosea
Saat ini telah banyak pengkajian yang dilakukan mengenai isolasi senyawa bioaktif pada tumbuhan serta manfaatnya. Hal ini mengharuskan adanya derivatisasi golongan senyawa agar ruang lingkup pengkajiannya lebih mudah. Derivatisasi ini biasanya dikelompokkan berdasarkan gugus yang identik pada 1
rantai sisi senyawanya, seperti alkaloid, flavanoid, poliketida dan lain-lain (Herbert, 1989). Ada juga senyawa yang diperoleh dalam bentuk makromolekul dengan BM (berat molekul) yang besar. Umumnya senyawa tersebut berikatan dengan penyusun primer dari tumbuhan (glukosa, asam amino dan asam lemak) membentuk suatu senyawa yang kompleks. Rianodine misalnya, tersusun atas glikosida yang berikatan dengan alkaloid (pyrolidin) dalam bentuk ester. Senyawa metabolit sekunder yang berasal dari tumbuhan diantaranya ada yang toksik. Toksisitasnya dapat dimanfatkan sebagai insektisida (pertanian), pewarna/cat (seni lukis), obat-obatan (kesehatan) (Hussein dan Brasel, 2001). Spigelia anthelmia merupakan tumbuhan herbal yang memiliki efek toksik. Nelson dkk. (2007) memasukan tumbuhan ini sebagai salah satu tumbuhan toksik dalam karyanya Handbook of poisonous and injurious plant. Duke. (2010) menggolongkan S. anthelmia dalam daftar tumbuhan herb of medicine. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut terutama pengkajian mengenai kandungan kimia yang memberikan efek toksik. Potensi ketoksikan pada tumbuhan selalu dihubungkan dengan aktivitas antikanker. Hal ini karena tumbuhan yang toksik mengandung senyawa yang berpotensi untuk membunuh sel kanker. Camptotecin yang terkandung dalam tumbuhan Camptothecae acuminatae merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki aktivitas sebagai anti kanker. Carballo dkk. (2002) menyebutkan korelasi positif antara uji sitotoksik dengan mortalitas kematian pada Artemia salina. Penelitian Safitri (2013) menunjukkan potensi ketoksikan dari tumbuhan S. anthelmia, setelah mengujinya 2
melalui skrining dengan BST (Brine Shrimp Test) yang mengikutkan beberapa koleksi tumbuhan dari pantai selatan, Bantul, Yogyakarta.Ekstrak diklorometana dari tumbuhan S. anthelmia memperlihatkan aktivitas toksisitas tertinggi terhadap kematian A. salina. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini untuk menelusuri senyawa toksik yang terkandung dalam tumbuhan S. anthelmia yang memiliki potensi sebagai senyawa antikanker pada sel kanker payudara T47D dan sel kanker kolon WiDr. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik suatu permasalahan sebagai berikut: 1. Senyawa apakah yang berperan sebagai senyawa toksik terhadap larva udang A. salina yang terkandung dalam tumbuhan S. anthelmia? 2. Seberapa besar tingkat ketoksikannya terhadap sel kanker payudara T47D dan sel kolon WiDr ? C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain : 1. Mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa toksik terhadap larva udang A. salina pada ekstrak S. anthelmia
dengan model Bioassay-guided
Isolation. 2. Menguji tingkat toksisitas isolat pada sel kanker payudara T47D dan sel kanker kolon WiDr.
3
D. Manfaat Penelitian Harapan dengan dilakukannya penelitian ini : 1. Menjadi bukti ilmiah tentang potensi S. anthelmia untuk dimanfaatkan dan dibudidayakan sebagai obat bahan alam. 2. Memberikan informasi tentang kandungan senyawa bioaktif dalam tumbuhan S. anthelmia yang berpotensi membunuh sel kanker payudara T47D dan sel kanker kolon WiDr. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, penelitian mengenai S. anthelmia (Vasconcelos dkk., 2004) sebatas pada uji aktivitas ekstraknya. Coloma (1999) melakukan penelitian dalam bidang pertanian untuk melihat aktivitas S. anthelmia, dengan cara membandingkannya dengan beberapa tumbuhan yang mengandung rianodine. Sejauh yang peneliti ketahui, belum ada penelitian
yang
melakukan
isolasi
senyawa
toksik
dari
tumbuhan
S. anthelmia dengan model Bioassay guided isolation yang menggunakan BST sebagai guided untuk menelusuri senyawa aktifnya. Serta melakukan evaluasi untuk melihat potensinya terhadap sel kanker payudara T47D dan sel kanker kolon WiDr.
4
F. Urgensi Penelitian Indonesia memiliki banyak jenis tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, salah satunya adalah S. anthelmia. Informasi mengenai pemanfaatan tumbuhan S. anthelmia yang dapat memberikan efek toksik dan jenis senyawanya masih sangat sedikit. Informasi mengenai kandungan senyawa toksik pada S. anthelmia dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar penelitian lanjutan mengenai pemanfaatan tumbuhan S. anthelmia sebagai obat kanker. Harapannya tumbuhan ini nanti akan dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai dengan hasil pengkajian ilmiahnya.
5