BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Setiap orang menginginkan keadaan sehat karena dengan keadaan sehat setiap orang dapat melakukan segala aktifitas tanpa hambatan. Begitu pula dengan wanita. Kesehatan wanita jauh lebih komplek, karena kesehatan wanita dapat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan biologis yang terjadi di dalam tubuh seorang wanita. Salah satu perubahan biologis tersebut adalah perubahan hormon kelamin wanita dimulai pada saat mencapai masa pubertasnya. Saat masa pubertas, wanita mulai mengalami menstruasi atau haid sebagai salah satu ciri khas kedewasaan wanita. Menstruasi pada umumnya akan dialami oleh wanita ketika sudah memasuki usia reproduksi yaitu remaja yang berkisar 10-16 tahun dan berakhir pada saat manopause yaitu pada usia 40-50 tahun. Peristiwa itu sangat wajar sehingga dapat dipastikan bahwa semua wanita yang normal pasti akan mengalami proses itu. Setiap wanita yang normal pasti akan mengalami menstruasi setiap bulan dengan siklus yang berbeda-beda kecuali jika adanya pembuahan (kehamilan). Pada saat mendekati menstruasi, wanita akan banyak sekali mengalami perubahan antara lain perubahan emosi dan perubahan fisik. Perubahan yang timbul dimulai dengan adanya gejala premenstrual syndrome (PMS) hingga masalah tidak mengalami menstruasi atau sampai mengalami menstruasi yang berkepanjangan. Namun terkadang selain mengalami perubahan fisik dan emosi, menstruasi juga menimbulkan masalah yaitu adanya keluhan nyeri haid. Pada sebagian wanita terkadang menstruasi menyebabkan terhambatnya aktifitas sehari-hari karena rasa sakit yang sangat luar biasa. Dalam istilah medis, nyeri haid disebut dismenore. Sebanyak 90% wanita mengalami dismenore yang sangat mengganggu aktifitas mereka pada hari pertama sampai hari ketiga masa mentruasi (Sapsford, 2007).
1
2
Oleh para ahli dismenore dibagi menjadi dua yaitu dismenore primer dan sekunder. Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya. Di Indonesia angka kejadian dismenore terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder. Biasanya gejala tersebut terjadi pada wanita usia produktif 3-5 tahun setelah mengalami haid pertama dan wanita yang belum pernah hamil (Journal Occupational and Enviromental, 2008). Gejala-gejala nyeri haid diantaranya rasa sakit datang secara tidak teratur, tajam dan kram bagian bawah perut yang biasanya menyebar kebagian belakang kemudian ke kaki hingga pangkal paha dan vulva (bagian luar alat kelamin wanita) (Wijayakusuma H, 2008). Rasa mual, muntah, diare, lesu, dan sakit kepala adalah gejala-gejala yang menyertainya. Pada prinsipnya, pengobatan untuk nyeri haid adalah eliminasi penyebab patologis terjadinya nyeri, terutama pada kasus dismenore sekunder. Sedangkan pada kasus dismenore primer biasanya wanita lebih sering menggunakan cara instan yaitu dengan mengkonsumsi obat pereda nyeri haid. Dan berdasarkan kajian teoritik sampa saat ini obat penghilang nyeri haid belum ada yang aman terutama bila diminum dalam jangka waktu yang lama karena dapat berdampak tidak baik bagi ginjal dan liver. Oleh karena itu, dapat diberikan alternatif pengobatan untuk mengurangi nyeri haid, misalnya dengan menggunakan hot pack (kompres panas), tidur dan istirahat yang cukup, serta olahraga yang teratur. Sekarang ini, kompres panas telah banyak digunakan untuk mengurangi berbagai nyeri. Aplikasi panas dapat menimbulkan dilatasi atau membukanya aliran darah yang mengakibatkan rileksasi dari otot. Suhu panas diketahui bisa meminimalkan ketegangan otot. Akibatnya setelah otototot relaks, rasa nyeri pun berangsur-angsur hilang. Selain dengan pemberian hot pack (kompres panas), penanganan yang diberikan juga bisa dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Olahraga adalah aktifitas fisik yang memiliki tujuan tertentu dan dilakukan dengan aturan-aturan tertentu secara sistematis seperti adanya aturan waktu,
3
target denyut nadi jumlah pengulangan gerakan dan lain-lain dilakukan dengan mengandung unsur rekreasi serta memiliki tujuan khusus tertentu. Untuk exercise dapat diberikan aerobic exercise yang memberikan banyak hal positif antara lain meningkatkan kebugaran tubuh, memperlancar peredaran darah, membantu proses pembakaran lemak dan jika dilakukan secara rutin dapat meningkatkan kondisi fisik yang semakin fit. Pemberian aerobic evercise dan hot pack masing-masing bertujuan untuk membantu menyeimbangkan hormon prostaglandin sehingga mencegah kontraksi otot rahim (miometrium) dan kontraksi pembuluh darah (vasokonstriksi) yang menyebabkan nyeri haid serta memberikan efek rileksasi dan memperlancar sirkulasi darah. Dengan berkurangnya nyeri pada saat mentruasi, seorang wanita diharapkan dapat beraktifitas lagi seperti biasanya dan dapat menghilangkan kebiasaan untuk mengkonsumsi obat penghilang nyeri pada saat mengalami dismenore. Berdasarkan latar belakang yang diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat topik ini sebagai bahan penelitian. Penulis membagi dua kelompok yaitu kelompok pertama diberikan aerobic exercise, sedangkan kelompok
kedua diberikan aerobic exercise dan penambahan hot pack
untuk mengetahui intervensi apa yang lebih efektif dalam mengurangi nyeri pada penderita dismenore dan dituliskan dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Penambahan Hot Pack pada Aerobic Exercise Terhadap Dismenore”.
B.
Identifikasi Masalah Nyeri menstruasi atau dismenore adalah rasa nyeri yang dirasakan oleh seorang wanita pada saat mengalami menstruasi. Rasa nyeri yang dirasakan biasanya berasal dari perut bawah ke pinggang dan menjalar sampai ke paha bahkan bisa di ikuti oleh mual, muntah, sakit kepala, dan diare. Rasa nyeri tersebut biasanya disebabkan karena perubahan hormonal yaitu prostaglandin tanpa adanya kelainan genital yang nyata. Selain itu biasanya emosi seorang wanita menjadi turun naik, penurunan aktifitas
4
kerja, nafsu makan meningkat, payudara terasa sakit, sakit kepala, badan lemas, perut kembung dan bahkan menjadi susah tidur. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut kebanyakan wanita mengambil cara instan yaitu meminum obat penghilang nyeri. Hal ini menjadi sangat mengganggu seorang wanita untuk beraktifitas seperti biasanya. Hal-hal instan yang banyak dilakukan wanita tersebut belum memiliki penelitian dan hasil yang jelas. Padahal dengan cara yang sederhana saja wanita tersebut tidak perlu mengalami dismenore, salah satu caranya adalah dengan berolahraga yang teratur karena olahraga memberikan efek memperlancar peredaran darah. Selain itu memberikan kompres panas pada bagian perut dan bagian pinggang bawah juga dapat memberikan rasa rileksasi. Seorang fisioterapis juga mempunyai peran dalam masalah dismenore ini namun hanya mencakup dismenore yang bersifat primer, Oleh karena itu penulis ingin mengetahui perbedaan pengaruh penambahan hot pack pada aerobic exercise terhadap dismenore.
C.
Rumusan Masalah Berdasakan uraian latar belakang, dan identifikasi masalah yang ada maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu : 1.
Apakah ada pengaruh aerobic exercise terhadap fungsional dan emosional pada penderita dismenore?
2.
Apakah ada pengaruh penambahan hot pack pada aerobic exercise terhadap fungsional dan emosional pada penderita dismenore?
3.
Apakah ada perbedaan pengaruh penambahan hot pack pada aerobic exercise terhadap fungsional dan emosional pada penderita dismenore?
4.
Apakah ada pengaruh aerobic exercise terhadap nyeri pada penderita dismenore?
5.
Apakah ada pengaruh penambahan hot pack pada aerobic exercise terhadap nyeri pada penderita dismenore?
6.
Apakah ada perbedaan pengaruh penambahan hot pack pada aerobic exercise terhadap nyeri pada penderita dismenore?
5
D.
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan penambahan hot pack pada aerobic exercise terhadap dismenore.
2.
Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui pengaruh aerobic exercise terhadap fungsional dan emosional pada penderita dismenore.
b.
Untuk mengetahui pengaruh penambahan hot pack pada aerobic exercise terhadap fungsional dan emosional pada penderita dismenore.
c.
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan hot pack pada aerobic exercise terhadap fungsional dan emosional pada penderita dismenore.
d.
Untuk mengetahui pengaruh aerobic exercise terhadap nyeri pada penderita dismenore?
e.
Untuk mengetahui Apakah ada pengaruh penambahan hot pack pada aerobic exercise terhadap nyeri pada penderita dismenore.
f.
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan hot pack pada aerobic exercise terhadap nyeri pada penderita dismenore.
E.
Manfaat Penelitian 1.
Bagi Pengembangan Ilmu Memberikan referensi tambahan ilmu dalam memilih intervensi atau latihan yang tepat terhadap masalah fungsional dan emosional serta gangguan nyeri pada penderita dismenore
2.
Bagi Fisioterapi a.
Dengan penelitian ini diharapkan para fisioterapis dapat menerapkan aerobic exercise dalam bentuk jogging dan hot pack terhadap pasien yang mengalami masalah fungsional dan emosional serta gangguan nyeri pada penderita dismenore sehingga hasil yang diharapkan dapat lebih optimal dan dapat diterapkan dalam praktek sehari-hari.
6
b.
Dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dan pengembangan ilmu Fisioterapi di masa yang akan datang.
3.
Bagi Peneliti a.
Membuktikan apakah ada perbedaan penambahan hot pack pada aerobic exercise terhadap masalah fungsional dan emosional serta penurunan nyeri pada penderita dismenore.
b.
Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan peneliti dalam hal melakukan penelitian ilmiah sekaligus menambah pengetahuan pataologi dan intervensi mengenai dismenore.