BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Jamur adalah tanaman berspora yang bersifat biotik (hidup) maupun abiotik (tak hidup). Jamur merupakan organisme tidak berkhlorofil. Terdapat empat macam sifat hidup jamur yaitu bersifat heterotrop, saprofit, mutualistik dan parasit. Bersifat heterotrop artinya organisme yang hidupnya tergantung dari organisme lain. Bersifat saprofit, artinya hidup pada zat organik yang tidak diperlukan lagi, Bersifat mutualistik, artinya kehidupan antar organisme yang saling menguntungkan. Bersifat parasit, artinya jamur yang merugikan organisme lain atau yang masih hidup (Pasaribu dkk, 2002 hal:1-2). Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) mulai dikembangbiakkan tahun 1900 (Asegab, 2011). Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah satu pilihan dalam skala rumah tangga. Menurut masyarakat agribisnis jamur Indonesia (MAJI), jamur tiram adalah jenis jamur yang paling diminati oleh para konsumen jamur. Jamur tiram dapat dijadikan pekerjaan sampingan karena pemeliharaan bibitnya singkat, artinya tidak memerlukan waktu yang lama. Selain itu dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok. Tetapi, dalam bertani jamur tiram diperlukan ketelitian, kebersihan, dan keuletan (Chazali dan Pertiwi, 2010 hal: 3-4). Jamur tiram putih adalah salah satu golongan jamur yang banyak dikonsumsi masyarakat karena memiliki kandungan gizi yang banyak daripada jamur jenis lainnya (Cahyana dkk, 1999 hal: v). Diketahui setiap 100 gram jamur kering tiram putih mengandung 5,94% protein; 1-2,3 gram lemak; 1,56% serat; Vitamin B1 0,75 mg; Vitamin B2 0,75 mg; Vitamin C 12,4 mg; Ca 8,9 mg; 0,17 % lemak; Fe 1,9 mg; 50,59 % karbohidrat dengan 45,65 kj energi. Jamur tiram putih mempunyai banyak khasiat yaitu dalam
1
2
hal metabolisme, saraf otonom, pencernaan, usus dua belas jari, lambung dan hepatitis (Chazali dan Pertiwi, 2010 hal:12). Media tanam jamur tiram yaitu berupa serbuk kayu, bekatul dan kapur. Kayu yang keras mengandung selulosa yang dibutuhkan oleh jamur untuk tumbuh (Chazali dan Pertiwi, 2010 hal: 30). Kayu yang digunakan untuk serbuk gergaji dalam penanaman jamur tiram ini adalah kayu jenis sengon. Kayu sengon ini adalah jenis kayu terbaik yang digunakan untuk media tanam jamur. Bekatul merupakan substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur. Menurut hasil penelitian, dedak maupun bekatul memberikan hasil yang sama terhadap hasil pertumbuhan jamur. Pada media jagung, media tersebut fungsinya sama dengan media bekatul yaitu digunakan sebagai substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur (Chazali dan Pertiwi, 2010 hal: 32). Kapur (C CO ) berfungsi sebagai mineral dan juga sebagai pengatur pH. Hal tersebut dikarenakan Kandungan C dalam kapur berfungsi menetralisir asam yang dikeluarkan oleh miselium yang bisa menyebabkan pH lingkungan menjadi rendah (Chazali dan Pertiwi, 2010 hal: 32). Unsur-unsur yang dibutuhkan pertumbuhan jamur tiram putih adalah berupa lignin dan selulosa. Selulosa merupakan bahan yang kaya akan karbon yang berfungsi dalam proses fermentasi mikroba (Chazali dan Pertiwi, 2010 hal: 22). Selain zat-zat tersebut yang dibutuhkan oleh jamur tiram, untuk pertumbuhannya jamur membutuhkan sumber nutrisi lainnya yaitu fosfor, nitrogen, karbon, kalium dan belerang (Suriawiria, 2000 hal: 62). Selain itu jamur tiram juga membutuhkan vitamin untuk pertumbuhannya diantaranya thiamin, inositol, Biotin, asam nikotinal, pyridoxin dan vitamin B . Nitrogen dan karbon dapat menambah kecepatan pertumbuhan miselium dan tubuh buah pada jamur (Widyastuti, 2009 hal: 45). Jamur juga membutuhkan kalsium sebagai penetral pH asam pada media. Limbah atau by product feedstuffs merupakan hasil dari pengolahan yang menjadi hasil sampingan yang diperoleh dari bahan baku bahan lain (Santoso, 1987 hal 61). Limbah yang akan saya gunakan pada penanaman
3
jamur tiram putih adalah limbah yang berasal dari jagung. Jagung merupakan tanaman yang sangat penting bagi makhluk hidup, yaitu hewan dan manusia (Aak, 1993, hal: 11). Limbah yang berasal dari jagung tersebut yaitu berupa tongkol jagung. Limbah tongkol jagung sering dibuang begitu saja oleh masyarakat. Limbah jagung ini mengandung zat-zat yang diperlukan jamur untuk tumbuh. Limbah jagung yaitu tongkolnya memilki kandungan lignin dan hemiselulosa yang sangat tinggi (Annisa, 2010 hal: 12). Limbah tongkol jagung mengandung selulosa 42,43% dan lignin sebesar 21,73% (Susanto, 2009 dalam Nurbaiti dkk, 2010 hal: 18). Selain itu juga tongkol jagung memiliki karbon sebesar 48,22%; oksigen sebesar 42,94%; hidrogen sebesar 6,2%; sulfur sebesar 0,13% dan nitrogen sebesar 1,57% (Bourke, 2006 dalam Nurbaiti dkk, 2010 hal: 18). Nitrogen bebas yang terkandung dalam tongkol jagung yaitu 53,5% selain itu tongkol jagung mengandung protein 2,5% dan serat kasar 32% (Johnson, 1991 dalam Subekti 2006 hal: 5). Serat kasar yang dimiliki tongkol jagung yaitu 11% (Anggorodi, 1990 hal: 193). Fosfor yang terdapat pada tongkol jagung banyak terkandung saat awal pembungaan (Effendi dkk, 1991 hal: 57). Jamur tiram putih memerlukan pupuk dalam pertumbuhannya diantaranya TSP dan NPK. Unsur N dan P dapat diperoleh melalui limbah tongkol jagung, sedangkan unsur K dapat diperoleh melalui bekatul. Dari penelitian sebelumnya, Tepung jagung dan bekatul adalah media yang baik untuk budidaya jamur tiram. Media tersebut merupakan media campuran dengan bahan utama yaitu serbuk gergaji. Pada media campuran tepung jagung, komposisi yang paling baik adalah 20%. Sedangkan untuk media bekatul yaitu 30%. Sehingga diperoleh tingkat produksi jamur yang diperoleh mencapai 170 gram. Semakin tinggi bahan campuran pada media maka semakin tinggi produksi jamur tiram. (Sutarja, 2010 hal: vi-54). Jadi dengan penambahan media pada jamur tiram putih yang berupa tongkol jagung dapat menambah nutrisi dan menjadi pupuk organik bagi jamur tiram putih. Kandungan lignin dan selulosa pada limbah jagung tersebut dapat membantu pertumbuhan jamur tiram putih yang mengandung
4
lebih banyak mineral dan dapat mengatur pH. Penggunaan limbah jagung ini dapat membantu para petani jamur tiram putih supaya dalam bertani jamur tiram putih lebih ekonomis dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Oleh karena itu saya menggunakan limbah ini untuk meneliti Produktivitas jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) pada media tambahan limbah tongkol jagung (Zea mays L). B. Pembatasan Masalah 1.
Subyek penelitian Subyek penelitian yang digunakan adalah media tanam limbah jagung yang berupa tongkol jagung.
2.
Objek penelitian Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
3.
Parameter dalam penelitian ini Parameter yang digunakan adalah produktivitas jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) munculnya miselium, jumlah tubuh buah dan berat basah) yang ditanam pada media tongkol jagung (pada ulangan 1, 2 dan 3).
C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.
Bagaimana pengaruh media tanam tongkol jagung terhadap pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)?
D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui
pengaruh
media
tanam
tongkol
pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).
jagung
terhadap
5
E. Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat diantaranya: 1.
Manfaat Teoritis a.
Menambah khasanah keilmuan bagi peneliti.
b.
Menambah pengetahuan tentang budidaya jamur tiram putih yang menggunakan limbah jagung
2.
Manfaat Praktis a.
Memberikan manfaat bagi petani jamur tiram tentang pengetahuan mengenai budidaya jamur tiram
b.
Memberikan peluang usaha kepada masyarakat yang ingin meningkatkan usahanya dalam budi daya jamur tiram
c.
Memberikan informasi bagi petani jamur tiram supaya lebih ekonomis dalah budi daya jamur tiram putih
d.
Membantu petani jamur tiram putih untuk mengurangi biaya produksi