BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lainnya yang diberikan kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan (Hatta, 2010). Menurut
Peraturan
269/MENKES/PER/III/2008
Menteri tentang
Kesehatan Rekam
RI
Nomor
Medis,
bahwa
penyelenggaraan rekam medis mempunyai kekuatan hukum di bidang administrasi.
Hukum
kesehatan
diartikan
sebagai
hukum
yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan yang terdiri dari penerapan perangkat hukum perdata, pidana, dan tata usaha negara. Salah satu kegunaan rekam medis adalah sebagai bukti tertulis. Bukti tertulis dalam rekam medis menjadi sumber informasi pada pengisian Surat Keterangan Medis (SKM). Alat bukti adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan menggunakan alat-alat bukti tersebut, digunakan sebagai bahan pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa (Alfitra, 2011). Peran dan fungsi rekam medis sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum, bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan, sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan, serta sebagai bahan untuk membuat statistik kesehatan (Hatta, 2010). Rekam medis harus berisi informasi yang lengkap tentang proses pelayanan kesehatan dimasa lalu, masa kini, dan perkiraan dimasa yang akan datang. Kepemilikan rekam medis sering menjadi perdebatan dilingkungan kesehatan, dokter akan beranggapan bahwa mereka berwenang penuh terhadap pasien dan pengisian rekam medis akan tetapi petugas rekam medis bersikeras untuk mempertahankan berkas rekam
1
2
medis untuk tetap selalu berada di lingkungan kerjanya. Selain itu, banyak pihak internal maupun pihak eksternal yang ingin mengetahui isi rekam medis. Rekam medis itu sangat penting dan besar pengaruhnya dengan aspek hukum (Hatta, 2010). Jenis Surat Keterangan Medis (SKM) yang digunakan untuk pengadilan adalah visum et repertum. Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter forensik atas permintaan tertulis dari penyidik berdasarkan sumpah yang telah diucapkan tentang apa yang telah dilihat dan ditemukan pada benda yang diperiksa berdasarkan pengetahuan
yang
sebaik-baiknya
untuk kepentingan pengadilan.
Pembuatan visum et repertum dibutuhkan kerjasama antara dokter forensik dan perekam medis. Penerapan etika profesi harus diterapkan dalam kerjasama ini supaya menghasilkan hubungan yang baik antar profesi kesehatan di sarana pelayanan kesehatan (Waluyadi, 2005). Pembuatan visum et repertum harus memenuhi dua syarat yaitu syarat formil dan syarat materiil. Syarat formil adalah menyangkut tentang prosedur yang harus dipenuhi, sedangkan syarat materiil adalah menyangkut isi dari visum et repertum yang sesuai dengan kenyataan yang ada pada tubuh korban yang diperiksa. Dokter dan petugas rekam medis khususnya petugas Surat Keterangan Medis (SKM) mempunyai peran penting dalam pembuatan visum et repertum di suatu rumah sakit. Rumah sakit perlu dibuatkan suatu Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang tata laksana pengadaan visum et repertum. Visum et repertum secara utuh telah menjadi penghubung antara ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan membaca visum et repertum dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang dan para praktisi hukum yang dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia (Afif, 2010). Berdasarkan hasil kerja pengabdian tanggal 27 Juli 2015 sampai dengan 26 Agustus 2015 dan studi pendahuluan tanggal 19 Desember
3
2015 ditemukan suatu permasalahan yaitu keterlambatan pelaksanaan visum et repertum di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara. Sebanyak 14 pembuatan visum et repertum yang terlambat dengan presentasi 38% dan tidak ada pembuatan visum et repertum dengan kasus meninggal. Keterlambatan tersebut telah melebihi aturan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pembuatan visum et repertum yang melebihi batas waktu maksimal 7 (tujuh) hari dapat menimbulkan faktor yang mempengaruhi keterlambatan. Syarat dan alur pelaksanaan visum et repertum telah ditetapkan dalam standar yang ada, maka dibutuhkan pembuatan visum et repertum yang tepat waktu. Masih terdapat surat permintaan visum et repertum dari pihak kepolisian yang terlambat masuk ke rumah sakit sebanyak 3 surat. Jika visum et repertum tidak dibuat oleh rumah sakit, maka tidak bisa dijadikan sebagai alat bukti hukum. Visum et repertum menjadi bukti yang benar dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya supaya proses peradilan berjalan secara adil. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti tentang faktor keterlambatan dalam pelaksanaan pembuatan visum
et
repertum
dibagian
Instalasi
Rekam
Medis
khususnya
pelaksanaan pembuatan surat keterangan visum et repertum di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana faktor keterlambatan pelaksanaan visum et repertum di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara ?” C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui pelaksanaan visum et repertum di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui persyaratan dalam pembuatan visum et repertum di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.
4
b. Mengetahui alur pelaksanaan visum et repertum di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara. c. Mengetahui faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan visum et repertum di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.
D. Manfaat 1. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Kesehatan 1) Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak rumah sakit dalam peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dalam pembuatan visum et repertum sebagai alat bukti hukum, serta digunakan untuk membangun hubungan baik dengan akademis kampus untuk saling bertukar ilmu. 2) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guna untuk meningkatkan
kinerja
petugas
kesehatan
yang
berkesinambungan di masa yang akan datang. b. Bagi Peneliti 1) Peneliti dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan dalam pelaksanaan pembuatan visum et repertum. 2) Peneliti dapat mengaplikasikan ilmunya tentang rekam medis yang diperoleh dalam pendidikan atau perkuliahan. 3) Memberikan
kesempatan
belajar
menganalisa
dan
mengidentifikasi suatu masalah sehingga akan berguna apabila sudah memasuki dunia kerja. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan 1) Menambah permasalahan
referensi yang
pengetahuan timbul
di
dengan
lapangan
yang
adanya dapat
dibandingkan dengan teori yang sudah ada. 2) Memberikan
masukan
selanjutnya yang sejenis.
dan
perbandingan
bagi
peneliti
5
b. Bagi Peneliti Lain Sebagai dasar, acuan, dan referensi untuk penelitian selanjutnya yang ada hubungannya dengan masalah dalam penelitian ini. c. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya mengenai rekam medis, serta dapat menambah referensi atau koleksi perpustakaan yang nantinya akan berguna bagi pembaca. E. Keaslian 1. Permati
(2012),
judul
Visum
et
Repertum
Jenasah
sebagai
Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian Permati (2012) adalah visum et repertum di Pengadilan Negeri Yogyakarta sudah sesuai dengan standar pembuatan yang ada dan tidak memiliki masalah dalam hakim menggunakan visum et repertum dalam pertimbangan pemutusan perkara. Visum et repertum yang belum sesuai dengan standar pembuatan justru ditemui oleh penyidik di Polres Ngaglik sebelum diproses dipengadilan. Persamaan antara penelitian Permati (2012) dengan penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan membahas subjek yang sama yaitu visum et repertum. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Permati (2012) adalah penelitian Permati (2012) membahas tentang visum et repertum di Pengadilan Negeri Yogyakarta sesuai dengan standar pembuatan yang ada dan menggunakan rancangan penelitian cross sectional, sedangkan penelitian ini membahas tentang keterlambatan dalam pelaksanaan visum et repertum dan penelitian ini menggunakan jenis rancangan studi kasus.
6
2. Pristianti (2013), judul Peran Visum et Repertum Kasus Hidup Sebagai Alat Bukti Hukum, Studi Kasus : Tingkat Kepuasan Penyidik Di Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap Visum et Repertum RSUP dr Sardjito yang Dikeluarkan Mulai Januari 2012 hingga Desember 2012 Hasil penelitian Pristianti (2013) adalah jumlah penyidik sebagai responden sebanyak 40 orang. Hasil yang didapat pada tingkat kepuasan terhadap pelayanan, seluruh penyidik merasa puas (100%). Pada tingkat kepuasan terhadap waktu terdapat 28 (70%) merasa puas, 10 (25%) yang cukup puas, sedangkan sebanyak 2 (5%) kurang puas. Kesimpulannya tingkat kepuasan penyidik terhadap visum et repertum yang dikeluarkan oleh RSUP dr Sardjito memang tidak puas seluruhnya. Kendala ketidakpuasan terdapat pada masih tidak tepatnya waktu penyelesaian visum yang lebih dari 14 hari dan masih terdapatnya bahasa medis di dalam isi visum yang tidak dimengerti oleh penyidik. Persamaan diantara keduanya adalah subjeknya yaitu visum et repertum dan sama-sama meneliti terkait dengan visum et repertum. Perbedaan antara penelitian Pristianti (2013) dengan penelitian ini adalah penelitian Pristianti (2013) menggunakan metode penelitian deskriptif observasional dan pengambilan datanya dilakukan melalui wawancara dengan panduan kuesioner, sedangkan penelitian ini metodenya menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan rancangan penelitian studi kasus, serta pengambilan datanya dengan menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. 3. Wulandari (2013), judul Pelaksanaan Pembuatan Visum et Repertum Hidup Berdasarkan Variasi Kasus Tahun 2012 Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Hasil penelitian Wulandari (2013) adalah di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pelaksanaan pembuatan visum et repertum belum sepenuhnya sesuai dengan standar operasional prosedur yang ada. Banyak visum et repertum yang memerlukan perawatan rawat inap dan yang dibuat oleh dokter umum atau IGD dibuat lebih dari 7 hari. Variasi kasus yang banyak menyebabkan keterlambatan adalah kasus
7
kecelakaan lalu lintas dan penganiayaan. Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tidak melaksanakan pembuatan visum et repertum sementara. Kendala-kendala yang dialami dalam pelaksanaan pengeluaran visum et repertum dibedakan menjadi dua macam yaitu sumber daya manusia dan sarana prasarana. Sumber daya manusia meliputi ketidakterbacaan tulisan dokter, jadwal dokter yang tidak setiap hari ada, dan juga ketidakterisian berkas rekam medis. Untuk sarana dan prasarana berupa standar operasional prosedur yang belum tersosialisasi secara optimal sehingga banyak dokter yang belum mengetahui lama standar pembuatan visum et repertum. Persamaan diantara keduanya adalah subjeknya yaitu visum et repertum dan sama-sama meneliti terkait dengan visum et repertum menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Perbedaan antara penelitian Wulandari (2013) dengan penelitian ini adalah penelitian Wulandari (2013) membahas tentang visum et repertum berdasarkan variasi kasus dan mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP), sedangkan penelitian ini membahas tentang faktor keterlambatan pelaksanaan visum et repertum seluruhnya dan persyaratan yang mendukung dalam pembuatan visum et repertum. F. Gambaran Umum RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara didirikan dengan SK. Bupati Banjarnegara No. 440/727/2014 tanggal 9 Juni 2014, yaitu sebagai RSU (Rumah Sakit Umum) tipe C. Tugas pokok RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang pelayanan kesehatan. Pada tanggal 16 Oktober 2013 telah dilaunching dan ditetapkan nama
dan
logo
baru
RSUD
Kabupaten
Banjarnegara
dengan
menggunakan nama perintis berdirinya Rumah Sakit yaitu “RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara”. 1. Visi “Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama Masyarakat Banjarnegara dan Sekitarnya”.
8
2. Misi a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan. b. Mendukung program prioritas bidang kesehatan. c. Mewujudkan pelayanan Rumah Sakit yang terakreditasi. d. Mengembangkan manajemen yang efektif dan dinamis. 3. Motto Motto RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara adalah “Mantap Melayani”. Konsep
“mantap
melayani”
adalah
merefleksikan
dan
pengejawantahan makna dari pelayanan yang “MANTAP” adalah : a. M-udah (urusan tidak berbelit-belit) b. A-man (mengutamakan keselamatan) c. N-yaman (lingkungan bersih dan rapi) d. T-epat (tindakan sesuai kebutuhan pasien) e. A-dil (tidak mendahulukan kelompok, golongan tertentu) f.
P-rofesional (bekerja sesuai profesi, prosedur, dan menunjukkan kemampuan terbaik). Jenis pelayanan yang tersedia di RSUD Hj. Anna Lasmanah
Banjarnegara meliputi : 1. Pelayanan rawat jalan : a. Poliklinik Bedah b. Poliklinik Gigi dan Mulut c. Poliklinik Gizi d. Poliklinik Kebidanan dan Kandungan e. Poliklinik Kulit dan kelamin f.
Poliklinik Mata
g. Poliklinik Penyakit Dalam h. Poliklinik Saraf i.
Poliklinik THT
j.
Poliklinik Medical Check Up (MCU)
k. Poliklinik Kesehatan Anak l.
Poliklinik Instalasi Rehabilitasi Medik
m. Poliklinik Okupasi Terapi
9
n. Poliklinik Radiologi o. Poliklinik Fisioterapi p. Poliklinik Orthopedi q. Laboraturium r.
Psikologi
s. Instalasi Gawat Darurat 2. Ruang rawat inap : a. Ruang Dahlia b. Ruang Teratai c. Ruang Soka d. Ruang Anyelir e. ICU f.
Ruang Kenanga
g. Ruang Paviliun h. Ruang Menur i.
Ruang Mawar
j.
Ruang Perinatologi