BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan seks merupakan kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu yang telah mencapai kematangan fisik dan psikis baik pada wanita maupun laki-laki terutama pada pasangan yang sudah menikah. Hubungan seksual yang sehat pada pasangan akan berdampak pada meningkatnya keharmonisan didalam keluarga. Saat seseorang melakukan hubungan seksual yang beresiko seperti berhubungan dengan WPS (Wanita Penjaja Seks) maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan diantaranya adalah penyakit IMS. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang sebenarnya diberbagai negara tidak diketahui dengan pasti. IMS merupakan satu kelompok penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Berdasarkan laporan – laporan yang dikumpulkan oleh WHO (World Health Organization), setiap tahun diseluruh negara terdapat sekitar 250 juta penderita baru yang meliputi penyakit gonore, sifilis, herpes genetalis dan jumlah tersebut menurut hasil analisis WHO cenderung meningkat dari waktu kewaktu (Daili, 2004). Prevalensi di Indonesia beberapa tahun terakhir ini tampak kecenderungan meningkatnya IMS misalnya prevalensi sifilis meningkat sampai 10% pada beberapa kelompok WTS (Wanita Tuna Susila), 35% pada kelompok waria dan 2% pada kelompok ibu hamil, prevalensi gonore meningkat sampai 30 – 40% pada kelompok WPS dan pada penderita IMS yang berobat ke rumah sakit. Berdasarkan data IMS bulan Februari 2010 di Puskesmas Lebdosari Wilayah Semarang, ditemukan wanita pekerja seks yang terinfeksi gonore / suspek gonore, kondiloma akuminata dan keluarnya duh (cairan) tubuh pada
1
2
vagina wanita pekerja seks. Jumlah penderita gonore / suspek gonore sebanyak 41 orang (23,7%), yang terdiri dari usia 15 – 24 tahun sebanyak 14 orang (8,1%) dan usia 25 – 49 tahun sebanyak 27 orang (15,6%). Sedangkan jumlah penderita kondiloma akuminata terdapat 1 orang yaitu usia 25 – 49 tahun. Jumlah kasus keluarnya cairan pada vagina wanita pekerja seks terdapat 28 orang (16,2%), yang terdiri dari usia 15 – 24 tahun sebanyak 14 orang (8,1%) dan usia 25 – 49 tahun sebanyak 14 orang (8,1%). Jumlah WPS yang berkunjung ke klinik. IMS pada bulan Februari 2010 sebanyak 173 WPS , masing – masing dengan usia 15 – 24 tahun ada 63 WPS, usia 25 – 49 tahun ada 110 WPS. WPS (wanita penjaja seks) merupakan salah satu populasi berisiko tinggi terinfeksi IMS dan HIV/ AIDS lainnya akibat seringnya berhubungan seks yang berganti-ganti pasangan. Salah satu kelompok yang beresiko terkena IMS adalah WPS di Resosialisasi Argorejo Semarang. Resosialisasi Argorejo merupakan resosialisasi yang paling besar di kota Semarang dengan hampir 635 populasi WPS (PKBI kota Semarang februari 2012). Data pengunjung pada bulan november 2011, di Resos Argorejo dalam setiap bulan minimal mencapai 80 pelanggan per wisma dengan berbagai karakteristik tetapi yang paling dominan adalah pelanggan dengan profesi wiraswasta. Dari 4 pelanggan, 2 mengatakan tidak mau menggunakan kondom karena tidak enak, 1 mengatakan memakai, 1 mengatakan tidak memakai karena tidak ada tawaran dari WPS. Kondom salah satu alat yang terbuat dari karet/lateks, berbentuk tabung. Kondom tidak tembus cairan, dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma. Kondom memiliki fungsi yang sangat besar diantaranya mencegah IMS, mencegah kehamilan, serta yang mencegah penularan yang mematikan. Untuk meningkatkan pemakaian kondom maka perlu peningkatan pengetahuan mengenai kegunaan kondom sebagai alat kontrasepsi untuk menurunkan penularan infeksi menular seksual.
3
Penelitian Lolita Sari (2005) yang berjudul Kesadaran Penggunaan Kondom Dalam Pencegahan Penularan IMS DAN HIV/AIDS Pada Anak Jalanan Kawasan Pasar Johar Di Kota Semarang dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua anak jalanan belum memiliki kesadaran dalam penggunaan kondom untuk pencegahan penularan IMS dan HIV/AIDS. Hal ini dikarenakan, pengetahuan anak jalanan mengenai IMS, HIV/AIDS dan kondom masih rendah, sikap anak jalanan dalam melakukan hubungan seks yang tidak aman dan cara pencegahan penularan IMS dan HIV/AIDS belum baik. Penelitian lain oleh Mubarokah (2006) yang berjudul teknik negosiasi WPS (Wanita Penjaja Seks) dalam mengajak klien memakai kondom studi kualitatif, upaya pencegahan HIV/AIDS di Resosialisasi Argorejo Semarang. Hasil penelitian menyatakan bahwa subyek penelitian menawarkan jasa seks yang lebih nyaman bila menggunakan kondom, potongan harga bila klien mau memakai kondom, ancaman berupa penyakit kelamin akibat tidak memakai kondom dan ancaman hamil bila tidak bersedia memakai kondom. Berdasarkan paparan diatas penulis memandang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan IMS dan HIV/ AIDS dengan pemakaian kondom pada pelanggan seks komersial di Resosialisasi Argorejo Semarang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah penelitian sebagai berikut “hubungan antara tingkat pengetahuan IMS dan HIV/ AIDS dengan pemakaian kondom pada pelanggan seks komersial di Resosialisasi Argorejo Semarang ?”. C. Tujuan Penelitian Dengan dilaksanakannya penelitian ini penulis berharap dapat mencapai tujuan umum, tujuan khusus dan manfaat sebagaimana berikut : 1.
Tujuan Umum
4
Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan IMS dan HIV/ AIDS dengan pemakaian kondom pada pelanggan seks komersial di Resosialisasi Argorejo Semarang. 2.
Tujuan Khusus
Adapun Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah: a.Mendikripsikan tingkat pengetahuan pelanggan seks komersial di
Resosialisasi Argorejo mengenai IMS dan HIV/AIDS. b.
Mendiskripsikan pemakaian kondom pada pelanggan seks
komersial di Resosialisasi Argorejo. c. Untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan mengenai IMS
dan HIV/ AIDS dengan penggunaan kondom pada pelanggan seks komersial. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa manfaat, diantaranya : 1. Bagi Puskesmas
Dengan diketahuinya keberadaan hubungan antara pengetahuan mengenai IMS dan HIV/ AIDS dengan penggunaan kondom pada pelanggan seks komersial, maka pukesmas dapat meningkatkan pelayanan khususnya konseling dan promosi kesehatan tentang pemakaian kondom dalam mencegah kejadian penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/ AIDS pada Pelanggan Seks Komersial. 2. Bagi pelanggan Dengan diketahuinya keberadaan hubungan antara pengetahuan mengenai IMS dan HIV/ AIDS dengan penggunaan kondom pada pelanggan seks komersial, sehingga diharapkan dapat menambah pengetahuan pelanggan seks komersial tentang upaya pencegahan IMS dan HIV/ AIDS. 3. Bagi Profesi
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi profesi keperawatan dan untuk pengembangan ilmu keperawatan khususnya dibidang keperawatan komunitas.
E. Keaslian Penelitian No 1
Kesadaran
Judul penelitian Penggunaan Kondom
Variabel -
Metode penelitian Kualitatif
Hasil semua anak jalanan belum memiliki
Dalam Pencegahan Penularan IMS
kesadaran dalam penggunaan kondom
DAN HIV/AIDS Pada Anak Jalanan
untuk pencegahan penularan IMS dan
Kawasan
HIV.
Pasar
Johar
Di
Kota
Semarang. 2
Oleh: Lolita Sari,2005 Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Variabel independent: umur,
Dengan Infeksi Menular
pendidikan
pendapatan,pengetahuan dan Higiene
pendapatan,pengetahuan dan
alat Genital dengan IMS
Pada
3
4
Wanita
Pekerja
Seksual Seks
Di
Relokasi Argorejo Semarang.
Higiene alat Genital
Oleh: Yulian Endarto,2005 Pengaruh pengetahuan dan sikap
Variabel dependent: IMS Variabel Independent:
tentang HIV/AIDS terhadap perilaku
pengetahuan
penggunaan
tentang HIV/AIDS
kondom
di
Eks
dan
Kuantitatif
Kuantitatif
sikap
ada hubungan antara umur, pendidikan
Tidak ada pengaruh yang bermakna antara
pengetahuan,sikap
dengan
perilaku penggunaan kondom
Resosialisasi Dadapan Kec.Ngasem,
Variabel dependent: perilaku
Kab.Kediri. Oleh: Munawaroh,2009 Teknik Negosiasi WPS (Wanita
penggunaan kondom -
kualitatif
pengetahuan subyek penelitian tentang
Penjaja Seks) Dalam Mengajak Klien
HIV/AIDS dan kondom (Perbedaan
Memakai Kondom Studi Kualitatif,
HIV dan AIDS, cara penularan, cara
Upaya Pencegahan HIV/ AIDS di
memakai
Resosialisasi
kondom) sebagian besar sudah cukup
Sunan
Kuning
5
kondom,
dan
manfaat
6
No
Judul penelitian Semarang. Oleh: mubarokah, 2006
Variabel
Metode penelitian
Hasil baik. subyek penelitian menawarkan jasa seks yang lebih nyaman bila menggunakan kondom, potongan harga bila klien mau memakai kondom, ancaman
berupa
penyakit
kelamin
akibat tidak memakai kondom dan ancaman hamil bila tidak bersedia 5
Hubungan antara tingkat pengetahuan
Variabel
independent:
mengenai
tingkat
pengetahuan
IMS
dan
HIV/AIDS
dengan pemakaian kondom PSK di
mengenai
Resosialisasi
HIV/AIDS
murwendah,2011.
Argorejo.
Oleh
Variabel
IMS
dan
dependent:
pemakaian kondom PSK di Resosialisasi Argorejo
6
Kuantitatif
memakai kondom -