BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa semua makanan yang dikemas harus mempunyai label yang memuat keterangan mengenai isi, jenis dan jumlah bahan-bahan yang digunakan, tanggal kadaluwarsa, komposisi zat gizi yang dinyatakan dalam jumlah dan sebagai persen angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk setiap takaran saji, serta keterangan penting lainnya seperti kehalalan produk, dengan demikian konsumen dapat mengetahui kandungan gizi dan kelayakan makanan kemasan tersebut (Almatsier, 2011). Berdasarkan hasil survey The Food and Drug (FDA) pada tahun 2005, mengatakan bahwa dimana 60% sampai 80% konsumen di Amerika membaca label produk pangan sebelum membeli produk makanan baru dan 30% sampai 40% konsumen mengaku bahwa label produk pangan yang mempengaruhi keputusan mereka dalam membeli jenis produk pangan (Philipson, 2005). Penelitian kuantitatif yang dilakukan pada tahun 2003 oleh International Food Information Council (IFIC) mengatakan bahwa masyarakat Amerika membaca label makanan saat memutuskan untuk membeli suatu produk makanan. Lebih dari 8 dari 10 konsumen atau sekitar 83% melihat komposisi atau informasi gizi pada label makanan, dimana 11% selalu melihat, 32% hampir selalu melihat dan 40% kadang-kadang melihat label makanan. Hanya 13% masyarakat Amerika jarang menggunakan informasi label makanan dan 4% yang tidak pernah melakukan pembacaan label pada makanan. Konsumen Amerika menunjukkan kesadaran yang tinggi terhadap informasi pada label gizi dimana kandungan gizi yang menjadi perhatian konsumen adalah kalori 89%, lemak total 81%, natrium 75%, gula 73%, karbohidrat 72%, lemak jenuh 71% dan kolesterol 66% (Borra, 2006).
1
Di Indonesia berdasarkan data Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) pada tahun 2007, mengungkapkan bahwa 6,7% konsumen di Indoensia yang memperhatikan label dalam memilih produk makanan. Menurut data Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Kajian Awarness Keamanan Pangan Masyarakat tahun 2015 menyebutkan hanya ada 25,3% konsumen yang mengecek komposisi makanan 10 dari 10 kali kesempatan membeli, 37,1% sering, 34,5% jarang dan 3,1% tidak pernah (BPOM, 2015). Hasil
survey
Badan
POM
tahun
2015
yang
dilakukan
pada
450
mahasiswa/mahasisiwi di DKI Jakarta hanya 33% yang memiliki pemahaman baik terhadap label dan 67% tidak memiliki pemahaman yang baik terhadap label pangan. Dalam penelitian Asmaiyar (2004) pada konsumen di pasar kebayoran lama Jakarta Selatan, mengatakan bahwa tingkat kepatuhan konsumen dalam membaca label pangan masih cukup rendah yaitu 45% dari 120 konsumen sebagai responden. Jika dibandingkan dengan negara Amerika, masyarakat di Indoensia sangat sedikit yang memperhatikan label produk pangan. Hal yang sama terjadi pada kelompok umur dewasa muda, khususnya mahasiswa. Hanya 21,6% mahasiswa di Universiti Teknologi Mara, Malaysia yang sering membaca label informasi nilai gizi ketika membeli produk makanan kemasan (Nurliyana, Morazmir, dan Yanuar, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Mediani (2014) menemukan bahwa hanya 37,2% mahasiswa IPB yang tergolong baik dalam membaca label gizi. Penelitian Susanto (2008) yang dilakukan pada siswa SMA di kota Bogor pengaruh label kemasan pangan dalam keputusan siswa membeli makanan menunjukkan label kemasan pangan yang paling diperhatikan responden adalah label halal 36,5%, waktu kedaluwarsa 34,9%, nama produk 20,6% dan komposisi makanan 7,9%. Sebanyak 88,9% responden memutuskan untuk tidak jadi membeli makanan jika tidak menemukan label kemasan pangan yang dicarinya dan hanya 11,1% yang tetap membeli makanan walaupun tidak menemukan label kemasan pangan yang dicarinya. Zahara (2009) juga menemukan bahwa hanya 39,1% mahasiswa FKM UI yang patuh membaca label informasi gizi. 2
Pembacaan label pangan merupakan bagian dari pendidikan gizi yang dapat menambah pengetahuan tentang pangan kepada konsumen. Didalam label kemasan memberikan informasi berupa nama produk pangan, kandungan gizi pangan, tanggal kadaluwarsa, berat bersih (netto), fungsi zat gizi, cara penggunaan, penyimpanan dan cara pengolahan yang tepat (Purwijayanto, 2005 dalam Hasibuan 2013). Penelitian Olberding, Wolf dan Contento (2010) menunjukkan bahwa para pengguna label informasi gizi cenderung mengkonsumsi makanan yang lebih sehat. Kim, Nayga dan Capps (2000) dalam Compos, Doxey, dan Hammond (2011) menunjukkan bahwa penggunaan label informasi nilai gizi dapat menurunkan asupan kolesterol, lemak dan menaikkan asupan asupan serat. Pada penelitian lain juga dikemukakan bahwa terdapat hubungan antara membaca label informasi gizi dengan asupan kalori dan karbohidrat yang lebih rendah dan asupan kalsium dan vitamin C yang lebih tinggi (Kim, et al., (2014). Pengetahuan mengenai gizi dan kemampuan membaca label juga merupakan faktor yang secara signifikan berhubungan dengan kebiasaan membaca label informasi gizi. Individu yang memiliki pengetahuan tinggi mengenai gizi cenderung lebih sering untuk membaca label informasi gizi (Drichoutis, et al., 2008). Hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa di Korea Selatan menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai gizi berhubungan positif dengan penggunaan label informasi gizi (Choi dan Na, 2013). Sama halnya dengan pengetahuan mengenai gizi, kemampuan membaca label informasi gizi juga memiliki hubungan yang positif dengan penggunaan label informasi gizi. Penelitian Nurliyana, Morazmir dan Anuar (2011) pada mahasiswa di Malaysia menemukan hubungan signifikan antara kemampuan membaca label informasi gizi dengan penggunaan label informasi gizi. Mahasiswa yang tidak memahami label informasi gizi akan cenderung mengabaikan label informasi gizi pada produk makanan. Perilaku membaca label makanan, selain untuk menghindari konsumsi makanan yang berlebihan juga untuk menghindari konsumen dari alergi terhadap salah satu pangan, selain itu konsumen juga dapat menghindari 3
konsumsi produk pangan dari bahaya kadaluwarsapada suatu produk pangan, misalnya makanan kaleng yang memasuki masa kadaluwarsa akan bersifat racun karena terbentuknya bakteri phatogen atau jamur yang berkembang. Begitu juga pada makanan kemasan yang terbuat dari kacang-kacangan setelah memasuki masa kadaluwarsa akan terbentuk senyawa aflatoksin akibat tercemar dari jamur aspergillus falavus dan aspergillus parasiticus. Semua senyawa tersebut akan memberikan efek bahaya jika terkonsumsi oleh manusia (Sibuea, 2002). Mahasiswa fakultas ilmu-ilmu kesehatan memiliki konsep kesehatan masyarakat, karena konsep tersebut menanamkan untuk hidup perperilaku sehat. Konsep kesehatan masyarakat bergerak dalam bidang preventif dan promotif yang seharusnya sudah ada atau sudah ditanamkan dalam kehidupan mahasiswa serta dilakukan seorang mahasiswa kesehatan salah satunya adalah dengan membaca label pada produk pangan karena sebagai mahasiswa di Falkutas Ilmuilmu
Kesehatan
merupakan
agen
perubahan
dalam
meningkatkan
derajatkesehatan masyarakat. Dengan demikian, membaca informasi label produk pangan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam menjamin keamanan, kualitas, maupun kuantitas produk pangan yang dikonsumsinya dan merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit yang dapat disebabkan oleh konsumsi makanan. Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan jenis kelamin, umur, uang bulanan, pengetahuan gizi seimbang dan kemampuan membaca label informasi gizi dengan kebiasaan membaca label informasi gizi pada mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. B. Identifikasi Masalah Kebiasaan membaca label informasi gizi merupakan salah satu upaya pencegahan kelebihan asupan gizi (Wardlaw dan Hanpl, 2007), yang nantinya dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif di masa mendatang (WHO, 2015). Mahasiswa
di
Fakultas
Ilmu-ilmu
Kesehatan
dinilai
memiliki
pengetahuan yang cukup dibidang kesehatan dan merupakan calon tenaga kesehatan yang diharapkan dapat memberikan contoh hidup sehat bagi 4
masyarakat. Sebagai mahasiswa kesehatan di Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan yang bergerak dalam bidang preventif, kuratif dan promotif, seharusnya mahasiswa kesehatan menanamkan perilaku dan pola hidup sehat dan salah satunya adalah membaca label pangan kemasan sebelum mengkonsumsi atau membeli suatu produk tersebut. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan gizi seimbang, kemampuan membaca label informasi gizi dengan kebiasaan membaca label informasi gizi pada mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. C. Pembatasa Masalah Dengan keterbatasan waktu dan biaya maka peneliti membatasi masalah penelitian yaitu hanya melihat hubungan jenis kelamin, umur, uang bulanan, pengetahuan gizi seimbang dan kemampuan membaca label informasi gizi dengan kebiasaan membaca label informasi gizi pada mahasiswa Fakultas Ilmuilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah hubungan jenis kelamin, umur, uang bulanan, pengetahuan gizi seimbang dan kemampuan membaca label informasi gizi dengan kebiasaan membaca label informasi gizi pada mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul?” E. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Mengetahui hubungan jenis kelamin, umur, uang bulanan, pengetahuan gizi seimbang dan kemampuan membaca label informasi gizi dengan kebiasaan membaca label informasi gizi pada mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul tahun 2016. b. Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran karakteristik responden (jenis kelamin, umur, uang bulanan) pada mahasiswa Fikes Universitas Esa Unggul. 2. Mengetahui gambaran pengetahuan gizi seimbang pada mahasiswa Fikes Universitas Esa Unggul. 5
3. Mengetahui gambaran kemampuan membaca label informasi gizi pada mahasiswa Fikes Universitas Esa Unggul. 4. Mengetahui gambaran umum kebiasaan membaca label informasi gizi pada mahasiswa Fikes Universitas Esa Unggul. 5. Menganalisis hubungan jenis kelamin dengan kebiasaan membaca label informasi gizi pada mahasiswa Fikes Universitas Esa Unggul. 6. Menganalisis hubungan umur dengan kebiasaan membaca label informasi gizi pada mahasiswa Fikes Universitas Esa Unggul 7. Menganalisis hubungan uang bulanan dengan kebiasaan membaca label informasi gizi pada mahasiswa Fikes Universitas Esa Unggul. 8. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi seimbang dengan kebiasaan membaca label informasi gizi pada mahasiswa Fikes Universitas Esa Unggul. 9. Menganalisis hubungan kemampuan membaca label informasi gizi dengan kebiasaan membaca label informasi gizi pada mahasiswa Fikes Universitas Esa Unggul. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa Fikes UEU Meningkatkan pengetahuan mengenai label informasi gizi pada kemasan pangan sehingga dapat bisa lebih selektif dalam memilih produk pangan. 2. Bagi Imu Gizi UEU Memperkaya penelitian yang telah dilakukan dan dapat menjadi bahan pustaka bagi penelitian selanjutnya yang berguna dalam pengembangan ilmu gizi. 3. Bagi Peneliti Memperoleh ilmu dan pengalama sehingga dapat menyampaikan dan mengamplikasikannya di masyarakat.
6