BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan manusia adalah proses pembangunan yang bertujuan agar manusia memiliki kemampuan di berbagai bidang, khususnya dalam bidang pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Sedangkan pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya. Pemerintah Indonesia periode 2005 – 2009 memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan pertama dalam pembangunan kesehatan (Profil Kesehatan Indonesia, 2008). Data Biro Pusat Statistik menyajikan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2008 sebesar 228.532.342 jiwa. Penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 50 % dan penduduk usia 0-14 tahun sebanyak 27,23%. Memperhatikan komposisi ini dapat diketahui peran vital perempuan dalam fungsi reproduksi dan penentuan derajat kesehatan ibu dan anak . Derajat Kesehatan Ibu dan anak dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu Angka Kematian Ibu dan Angka kematian bayi. Berdasarkan SDKI, 2007, saat ini angka kematian ibu sebesar 228/100.000 kelahiran Hidup dan angka kematian bayi sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Selain AKI dan AKB yang masih tinggi, saat ini terjadi peningkatan kasus IMS termasuk HIV/AIDS, peningkatan kesadaran perempuan dan masyarakat terhadap hak reproduksi, peningkatan kesadaran hukum, perubahan sosial-demografi dan iklim, dinamika kemajuan pengetahuan dan teknologi yang akhirnya berdampak pada perubahan pola kesehatan dan kebutuhan perempuan terhadap jenis dan kualitas pelayanan kesehatan. Dalam konteks pelayanan kesehatan ibu dan anak, Bidan memiliki kontribusi yang sangat signifikan. Menurut Pusdatin, Depkes, tahun 2008 terdapat 57.489 bidan (Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008) yang bekerja di tingkat Puskesmas dan jumlah ini belum termasuk dengan bidan yang ada di area pelayanan non puskesmas seperti komunitas, institusi pelayanan kesehatan sekunder – tersier dan Bidan praktik mandiri. Menurut BPS, Susenas, tahun 2008, di daerah perkotaan pertolongan persalinan dilakukan oleh bidan sebesar 64,25 % dan di pedesaan hanya sebesar 46,34 % yang ditolong bidan. Standar praktek dan kompetensi bidan saat ini tertuang dalam Kepmenkes no. 369 tahun 2007 menyatakan bahwa praktik bidan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan tindakan sesuai kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan serta melaksanakan tindakan kegawat daruratan. Bidan memiliki tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan tidak hanya pada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan berpraktik di semua fasilitas pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, rumah sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
1
B. Perumusan masalah
Bagaimana aktivitas Bidan di tempat praktik di berbagai setting pelayanan kesehatan di berbagai daerah di Indonesia ? Apakah terdapat kesesuaian antara standar kompetensi Bidan dan aktivitas Bidan di tempat praktik ? Apakah kendala yang dihadapi Bidan dalam melakukan praktik di wilayah kerjanya?
C. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi jenis kegiatan riil yang dilakukan bidan di seluruh fasilitas Pelayanan Kesehatan 2. Menilai kesesuaian antara standar kompetensi dan aktivitas Bidan di tempat praktik 3. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi Bidan dalam melakukan praktik di wilayah kerjanya D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan pada review penyusunan standar kompetensi bidan 2. Mengidentifikasi jenis kegiatan riil yang dilakukan bidan di seluruh fasilitas Pelayanan Kesehatan 3. Mengidentifikasi kesesuaian antara standar kompetensi dan aktivitas Bidan di tempat praktik 4. Mengidentifikasi aktifitas bidan di tempat praktek di luar standar kompetensi 5. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi Bidan dalam melakukan praktik di wilayah kerjanya
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori. 1.
Pengertian Bidan Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan pendidikan yang diakui dinegara itu, serta memiliki kualifikasi, izin untuk menjalankan praktek kebidanan. Dia harus memberikan asuhan selama masa hamil, persalinan, dan pascasalin, Memimpin persdalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan kegawat daruratan pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia juga mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untukwanita tersebut tapi juga untuk keluarganya (ICM).
2.
Peran dan Fungsi Bidan Peran Bidan Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola,pendidik, dan peneliti. A. Peran Sebagai Pelaksana Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan. 1. Tugas mandiri Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu: 1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan, mencakup: a. Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien. b. Menentukan diagnosis. c. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi. d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun. e. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan. f. Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan. g. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan/tindakan. 2) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan mereka sebagai klien, mencakup: a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa pranikah. b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar. c. Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien. d. Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana. e. Mengevaluasi hasil tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien. f. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan. 3
3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal, mencakup: a. Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil. b. Menentukan diagnosis kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah. d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun. e. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan bersama klien. f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien. g. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien, h. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang telah diberikan. 4) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinar dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan. b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa persalinan. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengar prioritas masalah. d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun. e. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan bersama klien. f. Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa persalinan sesuai dengan prioriras. g. Membuat asuhan kebidanan. 5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, mencakup: a. Mengkaji status keselhatan bayi baru lahir dengan melibatkan keluarga. b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai prioritas. d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan. f. Membuat rencana tindak lanjut. g. Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan. 6) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas. b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah. d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana. e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan. f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien. 7) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada pus (pasangan usia subur) b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan. c. Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien. d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan. f. Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien. g. Membuat pencatatan dan laporan. 4
8) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta menopause, mencakup: a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien. b. Menentukan diagnosis, prognosis, prioritas, dan kebutuhan asuhan. c. Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama klien. d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana. e. Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan. f. Membuat rencana tindak lanjut bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan. 9) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang bayi/balita. b. Menentukan diagnosis dan prioritas masalah. c. Menyusun rencana asuhan sesuai dengan rencana. d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah. e. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan. f. Membuat rencana tindak lanjut. g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan.
2. Tugas Kolaborasi Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu: 1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga. mencakup: a. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi. c. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioriras kegawatdaruratan dan hasil kolaborasi serta berkerjasama dengan klien. d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien. e. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan. f. Menyusum rencana tindak lanjut bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporan. 2) Memberi asu6an kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi. b. Menentukam diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan pada kasus risiko tinggi. c. Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai dengn prioritas d. Melaksanalkan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama. 5
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporan. 3) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko dan keadaan kegawatdaruratan c. Menyusun rrencana asuhan kebidanan pada i6tl dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan priositas. e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama pada ibu hamil dengan risiko tinggi. f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporan. 4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan pertolongan pertarna sesuai dengan prioritas. d. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan rencana. e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama. f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporan. 5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan gawatdarurat yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir de ngan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan Faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan memerlukan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama. f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
6
6) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada balita dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang nemerlukan tindakan kolaborasi. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioricas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan. c. Menyvsun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan memerlukan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama. f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporaan. 3. Tugas ketergantungan Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu: 1) Menerapkan manajamen kebidanan ,pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebndanan yang memerlukan tindakan di luar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas serta sumbersumber dan fasilitas untuk kebmuuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga. c. Merujuk klien uncuk keperluan iintervensi lebih lanjuc kepada petugas/inscitusi pelayanan kesehaatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap. d. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan incervensi. 2) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas. c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan. d. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan. e. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang. f. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi. 3) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup: a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam persalinan yang memerlukan konsultasi dan rujukan. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas. c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan. d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang. e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikae seluruh kejadian dan intervensi.
7
4) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup: a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam masa nifas yang memerlukan konsultasi serta rujukan. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas. c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan. d. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi. 5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga, mencakup: a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada bayi baru lahir yang memerlukan konsulrasi serta rujukan. b. Menentatkan diagnosis, prognosis, dan prioritas. c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang. e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi. 6) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup: a. Mengkaji adanya penyulit dan kegawatdaruratan pada balita yang memerlukan konsultasi serta rujukan. b. Menenrukan diagnosis, prognosis, dan prioritas. c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang. e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi. B. Peran Sebagai Pengelola Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim. 1. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan Bidan bertugas; mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, terutama pelayanan kebnjanan untuk individu, keluarga kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatl;can masyarakat/klien, mencakup: 1) Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat. 2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat. 3) Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana (KB) sesuai dengan rencana. 4) Mengoordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun, atau petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak-serta KB. 8
5) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan keseharan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB, termasuk pemanfaatan sumbersumber yang ada pada program dan sektor terkait. 6) Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada. 7) Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik profesional melalui pendidikan, pelatihan, magang sena kegiatankegiatan dalam kelompok profesi. 8) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. 2. Berpartisipasi dalam tim Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya, mencakup: 1) Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberi asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut. 2) Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader kesehatan atau petugas lapangan keluarga berencaca (PLKB) dan masyarakat. 3) Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan lain. 4) Memberi asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi. 5) Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang berkaitan dengan kesehatan. C. Peran Sebagai Pendidik Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader. 1. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, serta maryarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang berhubungarn dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, mencakup: 1) Mengkaji kebutuhan pendidikan dan penyuluhan kesehatan, khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana bersama klien. 2) Menyusun rencana penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang bersama klien. 3) Menyiapkan alat serta materi pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun. 4) Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan sesuai dengan rencana jangka pendek serta jangka panjang dengan melibatkan unsurunsur terkait, termasuk klien. 5) Mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan bersama klien dan menggunakannya untuk memperbaiki serta meninglcatkan program dl masa yang akan datang. 6) Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/ penyuluhan kesehatan secara lengkap serta sistematis.
9
2. Melatih dan membimbing kader Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan, serta membina dukun dl wilayah atau tempat kerjanya, mencakup: 1) Mengkaji kebutuhan pelatihan dan bimbingan bagi kader, dukun bayi, serta peserta didik 2) Menyusun rencana pelatihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian. 3) Menyiapkan alat bantu mengajar (audio visual aids, AVA) dan bahan untuk keperluan pelatihan dan bimbingan sesuai dengan rencana yang telah disusun. 4) Melaksanakan pelatihan untuk dukun bayi dan kader sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait. 5) Membimbing peserta didik kebidanan dan keperawatan dalam lingkup kerjanya. 6) Menilai hasil pelatihan dan bimbingan yang telah diberikan. 7) Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan. 8) Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan serta bimbingan secara sistematis dan lengkap. D. Peran Sebagai Peneliti/Investigator Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, mencakup: 1. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan. 2. Menyusun rencana kerja pelatihan. 3. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana. 4. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi. 5. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut. 6. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan. FUNGSI BIDAN Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan adalah sebagai berikut. A. Fungsi Pelaksana Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup: 1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan. 2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi. 3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu. 4. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi. 5. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas. 6. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui. 7. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah 8. Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan wewenangnya. 9. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan wewenangnya.
10
B. Fungsi Pengelola Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup: 1. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat. 2. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya. 3. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan. 4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan pelayanan kebidanan 5. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan. C. Fungsi Pendidik Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup: 1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana. 2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang tanggung jawab bidan. 3. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di masyarakat. 4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang keahliannya. D. Fungsi Peneliti Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup: 1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan. 2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana. 3.
Area Kompetensi Bidan
STANDAR KOMPETENSI BIDAN Kompetensi ke 1 : Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya. Pengetahuan dan Keterampilan Dasar 1. Kebudayaan dasar masyarakat di Indonesia. 2. Keuntungan dan kerugian praktik kesehatan tradisional dan modern. 3. Sarana tanda bahaya serta transportasi kegawat-daruratan bagi anggota masyarakat yang sakit yang membutuhkan asuhan tambahan. 4. Penyebab langsung maupun tidak langsung kematian dan kesakitan ibu dan bayi di masyarakat. 5. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya yang diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesehatan dalam memperoleh pelayanan kebidanan). 6. Keuntungan dan resiko dari tatanan tempat bersalin yang tersedia. 7. Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman. 8. Masyarakat keadaan kesehatan lingkungan, termasuk penyediaan air, perumahan, resiko lingkungan, makanan, dan ancaman umum bagi kesehatan. 11
9. Standar profesi dan praktik kebidanan. Pengetahuan dan Keterampilan Tambahan 1. Epidemiologi, sanitasi, diagnosa masyarakat dan vital statistik. 2. Infrastruktur kesehatan setempat dan nasional, serta bagaimana mengakses sumberdaya yang dibutuhkan untuk asuhan kebidanan. 3. Primary Health Care (PHC) berbasis di masyarakat dengan menggunakan promosi kesehatan serta strategi penvegahan penyakit. 4. Program imunisasi nasional dan akses untuk pelayanan imunisasi. Perilaku Profesional Bidan 1. Berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal. 2. Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya. 3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir. 4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit, penularan dan strategis dan pengendalian infeksi. 5. Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan. 6. Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak. 7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri. 8. Menggunakan keterampilan mendengar dan memfasilitasi. 9. Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga. 10. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. PRA KONSEPSI, KB, DAN GINEKOLOGI Kompetensi ke-2 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua. Pengetahuan Dasar 1. Pertumbuhan dan perkembangan seksualitas dan aktivitas seksual. 2. Anatomi dan fisiologi pria dan wanita yang berhubungan dengan konsepsi dan reproduksi. 3. Norma dan praktik budaya dalam kehidupan seksualitas dan kemampuan bereproduksi. 4. Komponen riwayat kesehatan, riwayat keluarga, dan riwayat genetik yang relevan. 5. Pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi potensi kehamilan yang sehat. 6. Berbagai metode alamiah untuk menjarangkan kehamilan dan metode lain yang bersifat tradisional yang lazim digunakan. 7. Jenis, indikasi, cara pemberian, cara pencabutan dan efek samping berbagai kontrasepsi yang digunakan antara lain pil, suntik, AKDR, alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), kondom, tablet vagina dan tisu vagina. 8. Metode konseling bagi wanita dalam memilih suatu metode kontrasepsi. 9. Penyuluhan kesehatan mengenai IMS, HIV/AIDS dan kelangsungan hidup anak. 10. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan penyakit menular seksual yang lazim 12
terjadi. Pengetahuan Tambahan 1. Faktor-faktor yang menentukan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan. 2. Indikator penyakit akut dan kronis yang dipengaruhi oleh kondisi geografis, dan proses rujukan pemeriksaan/pengobatan lebih lanjut. 3. Indikator dan metode konseling/rujukan terhadap gangguan hubungan interpersonal, termasuk kekerasan dan pelecehan dalam keluarga (seks, fisik dan emosi). Keterampilan Dasar 1. Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang lengkap. 2. Melakukan pemeriksaan fisik yang berfokus sesuai dengan kondisi wanita. 3. Menetapkan dan atau melaksanakan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan laboratorium seperti hematokrit dan analisa urine. 4. Melaksanakan pendidikan kesehatan dan keterampilan konseling dasar dengan tepat. 5. Memberikan pelayanan KB yang tersedia sesuai kewenangan dan budaya masyarakat. 6. Melakukan pemeriksaan berkala akseptor KB dan melakukan intervensi sesuai kebutuhan. 7. Mendokumentasikan temuan-temuan dari intervensi yang ditemukan. 8. Melakukan pemasangan AKDR. 9. Melakukan pencabutan AKDR dengan letak normal. Keterampilan Tambahan 1. Melakukan pemasangan AKBK. 2. Melakukan pencabutan AKBK dengan letak normal. ASUHAN DAN KONSELING SELAMA KEHAMILAN Kompetensi ke-3 : Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu. Pengetahuan Dasar 1. Anatomi dan fisiologi tubuh manusia. 2. Siklus menstruasi dan proses konsepsi. 3. Tumbuh kembang janin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 4. Tanda-tanda dan gejala kehamilan. 5. Mendiagnosa kehamilan. 6. Perkembangan normal kehamilan. 7. Komponen riwayat kesehatan. 8. Komponen pemeriksaan fisik yang terfokus selama antenatal. 9. Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi, pembesaran dan/atau tinggi fundus uteri. 10. Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat, hyperemesis gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus imminen, molahydatidosa dan komplikasinya, dan kehamilan ganda, kelainan letak serta pre eklamsia. 11. Nilai Normal dari pemeriksaan laboratorium seperti Haemaglobin dalam darah, test gula, protein, acetone dan bakteri dalam urine. 12. Perkembangan normal dari kehamilan: perubahan bentuk fisik, ketidaknyamanan yang lazim, pertumbuhan fundus uteri yang diharapkan. 13. Perubahan psikologis yang normal dalam kehamilan dan dampak kehamilan 13
terhadap keluarga. 14. Penyuluhan dalam kehamilan, perubahan fisik, perawatan buah dada ketidaknyamanan, kebersihan, seksualitas, nutrisi, pekerjaan dan aktifitas (senam hamil). 15. Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin. 16. Penata laksanaan immunisasi pada wanita hamil. 17. Pertumbuhan dan perkembangan janin. 18. Persiapan persalinan, kelahiran, dan menjadi orang tua. 19. Persiapan keadaan dan rumah/keluarga untuk menyambut kelahiran bayi. 20. Tanda-tanda dimulainya persalinan. 21. Promosi dan dukungan pada ibu menyusukan. 22. Teknik relaksasi dan strategi meringankan nyeri pada persiapan persalinan dan kelahiran. 23. Mendokumentasikan temuan dan asuhan yang diberikan. 24. Mengurangi ketidaknyamanan selama masa kehamilan. 25. Penggunaan obat-obat tradisional ramuan yang aman untuk mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan. 26. Akibat yang ditimbulkan dari merokok, penggunaan alkohol, dan obat terlarang bagi wanita hamil dan janin. 27. Akibat yang ditimbulkan/ditularkan oleh binatang tertentu terhadap kehamilan, misalnya toxoplasmasmosis. 28. Tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa seperti preeklampsia, perdarahan pervaginam, kelahiran premature, anemia berat. 29. Kesejahteraan janin termasuk DJJ dan pola aktivitas janin. 30. Resusitasi kardiopulmonary. Pengetahuan Tambahan 1. Tanda, gejala dan indikasi rujukan pada komplikasi tertentu dalam kehamilan, seperti asma, infeksi HIV, infeksi menular seksual (IMS), diabetes, kelainan jantung, postmatur/serotinus. 2. Akibat dari penyakit akut dan kronis yang disebut diatas bagi kehamilan dan janinnya. Keterampilan Dasar 1. Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisanya pada setiap kunjungan/pemeriksaan ibu hamil. 2. Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan lengkap. 3. Melaksanakan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk pengukuran tinggi fundus uteri/posisi/presentasi dan penurunan janin. 4. Melakukan penilaian pelvic, termasuk ukuran dan struktur tulang panggul. 5. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak jantung janin dengan menggunakan fetoscope (Pinrad) dan gerakan janin dengan palpasi uterus. 6. Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan persalinan. 7. Mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubungannya dengan pertumbuhan janin. 8. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya dengan komplikasi kehamilan. 9. Memberikan penyuluhan pada klien/keluarga mengenai tanda-tanda berbahaya serta bagaimana menghubungi bidan. 10. Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan, hyperemesis gravidarum tingkat I, abortus imminen dan pre eklamsia ringan. 11. Menjelaskan dan mendemontrasikan cara mengurangi ketidaknyamanan yang lazim terjadi dalam kehamilan. 12. Memberikan immunisasi pada ibu hamil. 13. Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan melakukan penanganan yang 14
tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan tepat dari: a. Kekurangan gizi. b. Pertumbuhan janin yang tidak adekuat: SGA & LGA. c. Pre eklamsia berat dan hipertensi. d. Perdarahan per-vaginam. e. Kehamilan ganda pada janin kehamilan aterm. f. Kelainan letak pada janin kehamilan aterm. g. Kematian janin. h. Adanya adema yang signifikan, sakit kepala yang hebat, gangguan pandangan, nyeri epigastrium yang disebabkan tekanan darah tinggi. i. Ketuban pecah sebelum waktu (KPD=Ketuban Pecah Dini). j. Persangkaan polyhydramnion. k. Diabetes melitus. l. Kelainan congenital pada janin. m. Hasil laboratorium yang tidak normal. n. Persangkaan polyhydramnion, kelainan janin. o. Infeksi pada ibu hamil seperti : IMS, vaginitis, infeksi saluran perkemihan dan saluran nafas. 14. Memberikan bimbingan dan persiapan untuk persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua. 15. Memberikan bimbingan dan penyuluhan mengenai perilaku kesehatan selama hamil seperti nutrisi, latihan (senam), keamanan dan berhenti merokok. 16. Penggunaan secara aman jamu/obat-obatan tradisional yang tersedia. Keterampilan Tambahan 1. Menggunakan Doppler untuk memantau DJJ. 2. Memberikan pengobatan dan/atau kolaborasi terhadap penyimpangan dari keadaan normal dengan menggunakan standar local dan sumber daya yang tersedia. 3. Melaksanakan kemampuan Asuhan Pasca Keguguran. ASUHAN SELAMA PERSALINAN DAN KELAHIRAN Kompetensi ke-4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir. Pengetahuan Dasar 1. Fisiologi persalinan. 2. Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan penunjuk. 3. Aspek psikologis dan cultural pada persalinan dan kelahiran. 4. Indikator tanda-tanda mulai persalinan. 5. Kemajuan persalinan normal dan penggunaan partograf atau alat serupa. 6. Penilaian kesejahteraan janin dalam masa persalinan. 7. Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan. 8. Proses penurunan janinmelalui pelvic selama persalinan dan kelahiran. 9. Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal dan ganda. 10. Pemberian kenyamanan dalam persalinan, seperti: kehadiran keluarga pendamping, pengaturan posisi, hidrasi, dukungan moril, pengurangan nyeri tanpa obat. 11. Transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus. 12. Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernapasan, kehangatan dan memberikan ASI/PASI, eksklusif 6 bulan. 15
13. Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir, jika memungkinkan antara lain kontak kulit langsung, kontak mata antar bayi dan ibunya bila dimungkinkan. 14. Mendukung dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif. 15. Manajemen fisiologi kala III. 16. Memberikan suntikan intra muskuler meliputi: uterotonika, antibiotika dan sedative. 17. Indikasi tindakan kedaruratan kebidanan seperti: distosia bahu, asfiksia neonatal, retensio plasenta, perdarahan karena atonia uteri dan mengatasi renjatan. 18. Indikasi tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat janin, CPD. 19. Indikator komplikasi persalinan : perdarahan, partus macet, kelainan presentasi, eklamsia kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah dini tanpa infeksi, distosia karena inersia uteri primer, post term dan pre term serta tali pusat menumbung. 20. Prinsip manajemen kala III secara fisiologis. 21. Prinsip manajemen aktif kala III. Pengetahuan Tambahan 1. Penatalaksanaan persalinan dengan malpresentasi. 2. Pemberian suntikan anestesi local. 3. Akselerasi dan induksi persalinan. Keterampilan Dasar 1. Mengumpulkan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan tanda-tanda vital ibu pada persalinan sekarang. 2. Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus. 3. Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi dan penurunan janin. 4. Mencatat waktu dan mengkaji kontraksi uterus (lama, kekuatan dan frekuensi). 5. Melakukan pemeriksaan panggul (pemeriksaan dalam) secara lengkap dan akurat meliputi pembukaan, penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi keadaan ketuban, dan proporsi panggul dengan bayi. 6. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan partograph. 7. Memberikan dukungan psikologis bagi wanita dan keluarganya. 8. Memberikan cairan, nutrisi dan kenyamanan yang kuat selama persalinan. 9. Mengidentifikasi secara dini kemungkinan pola persalinan abnormal dan kegawat daruratan dengan intervensi yang sesuai dan atau melakukan rujukan dengan tepat waktu. 10. Melakukan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm sesuai dengan indikasi. 11. Menolong kelahiran bayi dengan lilitan tali pusat. 12. Melakukan episiotomi dan penjahitan, jika diperlukan. 13. Melaksanakan manajemen fisiologi kala III. 14. Melaksanakan manajemen aktif kala III. 15. Memberikan suntikan intra muskuler meliputi uterotonika, antibiotika dan sedative. 16. Memasang infus, mengambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin (HB) dan hematokrit (HT). 17. Menahan uterus untuk mnecegah terjadinya inverse uteri dalam kala III. 18. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya. 19. Memperkirakan jumlah darah yang keluar pada persalinan dengan benar. 20. Memeriksa robekan vagina, serviks dan perineum. 21. Menjahit robekan vagina dan perineum tingkat II. 22. Memberikan pertolongan persalinan abnormal : letak sungsang, partus macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, post term dan pre term. 23. Melakukan pengeluaran, plasenta secara manual. 16
24. Mengelola perdarahan post partum. 25. Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan/kegawat daruratan dengan tepat waktu sesuai indikasi. 26. Memberikan lingkungan yang aman dengan meningkatkan hubungan/ikatan tali kasih ibu dan bayi baru lahir. 27. Memfasilitasi ibu untuk menyusui sesegera mungkin dan mendukung ASI eksklusif. 28. Mendokumentasikan temuan-temuan yang penting dan intervensi yang dilakukan. Keterampilan Tambahan 1. Menolong kelahiran presentasi muka dengan penempatan dan gerakan tangan yang tepat. 2. Memberikan suntikan anestesi local jika diperlukan. 3. Melakukan ekstraksi forcep rendah dan vacum jika diperlukan sesuai kewenangan. 4. Mengidentifikasi dan mengelola malpresentasi, distosia bahu, gawat janin dan kematian janin dalam kandungan (IUFD) dengan tepat. 5. Mengidentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung. 6. Mengidentifikasi dan menjahit robekan serviks. 7. Membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika diperlukan sesuai kewenangan. 8. Memberikan oksitosin dengan tepat untuk induksi dan akselerasi persalinan dan penanganan perdarahan post partum. ASUHAN PADA IBU NIFAS DAN MENYUSUI Kompetensi ke-5 : Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan mneyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. Pengetahuan Dasar 1. Fisiologis nifas. 2. Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus. 3. Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara, abses, masitis, putting susu lecet, putting susu masuk. 4. Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih. 5. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir. 6. Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus. 7. “Bonding & Atacchment” orang tua dan bayi baru lahir untuk menciptakan hubungan positif. 8. Indikator subinvolusi: misalnya perdarahan yang terus-menerus, infeksi. 9. Indikator masalah-masalah laktasi. 10. Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan (syok) dan pre-eklamsia post partum. 11. Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum, seperti anemia kronis, hematoma vulva, retensi urine dan incontinetia alvi. 12. Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan konseling selama dan sesudah abortus. 13. Tanda dan gejala komplikasi abortus. Keterampilan Dasar 1. Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus, termasuk keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan dan kelahiran. 2. Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu. 3. Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka jahitan. 17
4. Merumuskan diagnosa masa nifas. 5. Menyusun perencanaan. 6. Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif. 7. Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri sendiri, istirahat, nutrisi dan asuhan bayi baru lahir. 8. Mengidentifikasi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan bilamana perlu. 9. Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan atau merujuk untuk tindakan yang sesuai. 10. Penatalaksanaan ibu post partum abnormal: sisa plasenta, renjatan dan infeksi ringan. 11. Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca persalinan. 12. Melakukan konseling dan memberikan dukungan untuk wanita pasca persalinan. 13. Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu. 14. Memberikan antibiotika yang sesuai. 15. Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan. Keterampilan Tambahan 1. Melakukan insisi pada hematoma vulva.
ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR Kompetensi ke-6 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan. Pengetahuan Dasar 1. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus. 2. Kebutuhan dasar bayi baru lahir: kebersihan jalan napas, perawatan tali pusat, kehangatan, nutrisi, “bonding & attachment”. 3. Indikator pengkajian bayi baru lahir, misalnya dari APGAR. 4. Penampilan dan perilaku bayi baru lahir. 5. Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir selama 1 bulan. 6. Memberikan immunisasi pada bayi. 7. Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti: caput, molding, mongolian spot, hemangioma. 8. Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti: hypoglikemia, hypotermi, dehidrasi, diare dan infeksi, ikterus. 9. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi baru lahir sampai 1 bulan. 10. Keuntungan dan resiko immunisasi pada bayi. 11. Pertumbuhan dan perkembangan bayi premature. 12. Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir, seperti trauma intra-cranial, fraktur clavicula, kematian mendadak, hematoma. Keterampilan Dasar 1. Membersihkan jalan nafas dan memelihara kelancaran pernafasan, dan merawat tali pusat. 2. Menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan. 3. Menilai segera bayi baru lahir seperti nilai APGAR. 4. Membersihkan badan bayi dan memberikan identitas. 5. Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada bayi baru lahir dan screening untuk menemukan adanya tanda kelainan-kelainan pada bayi baru lahir yang tidak memungkinkan untuk hidup. 18
6. Mengatur posisi bayi pada waktu menyusu. 7. Memberikan immunisasi pada bayi. 8. Mengajarkan pada orang tua tentang tanda-tanda bahaya dan kapan harus membawa bayi untuk minta pertolongan medik. 9. Melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir, seperti: kesulitan bernafas/asphyksia, hypotermia, hypoglycemi. 10. Memindahkan secara aman bayi baru lahir ke fasilitas kegawatdaruratan apabila dimungkinkan. 11. Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan. Keterampilan Tambahan 1. Melakukan penilaian masa gestasi. 2. Mengajarkan pada orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi yang normal dan asuhannya. 3. Membantu orang tua dan keluarga untuk memperoleh sumber daya yang tersedia di masyarakat. 4. Memberikan dukungan kepada orang tua selama masa berduka cita sebagai akibat bayi dengan cacat bawaan, keguguran, atau kematian bayi. 5. Memberikan dukungan kepada orang tua selama bayinya dalam perjalanan rujukan diakibatkan ke fasilitas perawatan kegawatdaruratan. 6. Memberikan dukungan kepada orang tua dengan kelahiran ganda.
ASUHAN PADA BAYI DAN BALITA Kompetensi ke-7 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun). Pengetahuan Dasar 1. Keadaan kesehatan bayi dan anak di Indonesia, meliputi: angka kesakitan, angka kematian, penyebab kesakitan dan kematian. 2. Peran dan tanggung jawab orang tua dalam pemeliharaan bayi dan anak. 3. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak normal serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 4. Kebutuhan fisik dan psikososial anak. 5. Prinsip dan standar nutrisi pada bayi dan anak. Prinsip-prinsip komunikasi pada bayi dan anak. 6. Prinsip keselamatan untuk bayi dan anak. 7. Upaya pencegahan penyakit pada bayi dan anak misalnya pemberian immunisasi. 8. Masalah-masalah yang lazim terjadi pada bayi normal seperti: gumoh/regurgitasi, diaper rash dll serta penatalaksanaannya. 9. Penyakit-penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak. 10. Penyimpangan tumbuh kembang bayi dan anak serta penatalaksanaannya. 11. Bahaya-bahaya yang sering terjadi pada bayi dan anak di dalam dan luar rumah serta upaya pencegahannya. 12. Kegawat daruratan pada bayi dan anak serta penatalaksanaannya. Keterampilan Dasar 1. Melaksanakan pemantauan dan menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak. 2. Melaksanakan penyuluhan pada orang tua tentang pencegahan bahaya-bahaya pada bayi dan anak sesuai dengan usia. 3. Melaksanakan pemberian immunisasi pada bayi dan anak. 19
4. Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan pada bayi dan anak yang terfokus pada gejala. 5. Melakukan pemeriksaan fisik yang berfokus. 6. Mengidentifikasi penyakit berdasarkan data dan pemeriksaan fisik. 7. Melakukan pengobatan sesuai kewenangan, kolaborasi atau merujuk dengan cepat dan tepat sesuai dengan keadaan bayi dan anak. 8. Menjelaskan kepada orang tua tentang tindakan yang dilakukan. 9. Melakukan pemeriksaan secara berkala pda bayi dan anak sesuai dengan standar yang berlaku. 10. Melaksanakan penyuluhan pada orang tua tentang pemeliharaan bayi. 11. Tepat sesuai keadaan bayi dan anak yang mengalami cidera dari kecelakaan. 12. Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.
KEBIDANAN KOMUNITAS Kompetensi ke-8 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat. Pengetahuan Dasar 1. Konsep dan sasaran kebidanan komunitas. 2. Masalah kebidanan komunitas. 3. Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dari masyarakat. 4. Strategi pelayanan kebidanan komunitas. 5. Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas. 6. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga dan masyarakat. 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak. 8. Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak. Pengetahuan Tambahan 1. Kepemimpinan untuk semua (kesuma). 2. Pemasaran sosial. 3. Peran serta masyarakat (PSM). 4. Audit maternal perinatal. 5. Perilaku kesehatan masyarakat. 6. Program-program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak Keterampilan Dasar 1. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi balita dan KB di masyarakat. 2. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak. 3. Melakukan pertolongan persalinan di rumah dan polindes. 4. Mengelola pondok bersalin desa (polindes). 5. Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas dan laktasi bayi dan balita. 6. Melakukan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung upaya-upaya kesehatan ibu dan anak. 7. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan. 8. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
20
Keterampilan Tambahan 1. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA. 2. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi. 3. Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenangannya. 4. Menggunakan teknologi kebidanan tepat guna. ASUHAN PADA IBU/WANITA DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI Kompetensi ke-9 : Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi. Pengetahuan Dasar 1. Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS. 2. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang lazim terjadi. 3. Tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid. Keterampilan Dasar 1. Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem reproduksi. 2. Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus spontan (bila belum sempurna). 3. Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat ada wanita/ibu dengan gangguan system reproduksi. 4. Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada gangguan system reproduksi meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid. 5. Mikroskop dan penggunaannya. 6. Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear. Keterampilan Tambahan 1. Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina. 2. Mengambil dan proses pengiriman sediaan pap smear.
B. Kerangka Konsep Gambaran Umum Bidan : Pendidikan Umur Pelatihan
Kompetensi Bidan
Tempat Kerja Fasilitas pelayanan tingkat pertama Fasilitas Pelayanan tingkat ke dua Institusi administrasi
21
Pelayanan klinis Pelayanan non klinis Administrasi Manajerial Kegiatan lain
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Lokasi penelitian meliputi enam Provinsi di Indonesia yang dipilih dari 33 Provinsi yang ada meliputi : DKI, Jawa Barat, Sumatra Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Gorontalo. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan penunjukkan berdasarkan prioritas keadaan nyata di lapangan dengan berbagai karakteristiknya. Penelitian ini mengidentifikasi gambaran umum bidan yang meliputi umur, pendidikan, tempat bekerja, lama bekerja, pelatihan yang telah diikuti dan kegiatan yang dilakukan bidan meliputi kegiatan klinis, non klinis dan administrasi, selain itu juga mengidentifikasi peran bidan sebagai pelaksana dan pengelola. Dalam penelitian ini juga mengidentifikasi kendala dan masalah yang dihadapi bidan selama memberikan pelayanan/kegiatan. Kriteria pemilihan tempat penelitian (Provinsi) berdasarkan pertimbangan : 1. Sumatera Barat : besarnya jumlah institusi pendidikan dan sangat bervariasi. Wilayah luas dan dengan keadaan geografis yang sulit. 2. Jawa timur : tenaga Bidan paling banyak, akses ke pelayanan kesehatan dari segi geografis tidak bermasalah, dan bidan bekerja di semua fasilitas pelayanan kesehatan. 3. DKI Jakarta : kondisi ekstrim. Provinsi DKI Jakarta adalah ibukota RI dengan jumlah sarana kesehatan yang banyak dengan jumlah penduduk dan wilayah yang tidak terlalu luas dan pelayanan kebidanan yang bervariasi. 4. Jawa Barat: daerah ini berkembang sangat pesat secara ekonomi dan sosial karena kedekatan lokasi dengan Provinsi DKI Jakarta serta jumlah institusi pendidikan kebidanan yang sangat banyak namun memiliki derajat kesehatan ibu dan anak yang masih kurang. 5. Nusa Tenggara Barat : Masalah pelayanan kesehatan ibu dan anak (AKB dan AKI masih tinggi). 6. Gorontalo : merupakan daerah kaya sumberdaya alam tetapi memiliki data kesehatan ibu dan anak yang masih kurang baik. B. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan metode survey dengan analisis uni variat. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. C. Populasi dan Sampel Populasi dan Sampel penelitian : Popolasi penelitian ini adalah Bidan yang bekerja dan atau berpraktek di setiap fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah Indonesia dengan jumlah 175.124 bidan (IBI, 2009). Sample penelitian diambil Bidan dari 6 provinsi yang telah dipilih yang bekerja dan atau berpraktik di setiap fasilitas pelayanan kesehatan yaitu Bidan yang bertugas di RS, Puskesmas, Polindes/poskesdes, BPS, RB dan institusi jajaran struktural kesehatan secara purposive.
22
Unit Pelayanan
Lokasi dan sampel
RSUD
Kabupaten/kota di seluruh propinsi terpilih dengan random (6 Kabupaten/kota)
Puskesmas Kecamatan non Perawatan dan Perawatan)
(Puskesmas Kecamatan pada kabupaten terpilih (1 kabupaten Puskesmas dipilih 1 kecamatan)
Polindes/Poskesdes
Polindes pada kecamatan terpilih (1 kabupaten dipilih 2 polindes /poskesdes = 12 polindes/poskesdes)
BPS
BPS pada kecamatan terpilih (2 BPS)
RB
Di Kecamatan terpilih pada setiap kabupaten (2 RB)
Dinas Kesehatan Provinsi
Di Provinsi terpilih (6)
Suku Dinas Kesehatan/ Kabupaten/ Kota
Dinkes Di Kabupaten terpilih (6)
Kepala Desa
Di Desa terpilih (1 kecamatan dipilih 2 desa secara random)
BKKBN Kabupaten
Di Kabupaten terpilih (6)
Pengurus Cabang IBI
Di Kabupaten terpilih (6)
Jumlah Responden In Depth Interview terhadap mitra kerja dan stakeholder: 60 orang Jumlah Responden Bidan : 168 orang D. Waktu Penelitian No
Kegiatan
Waktu
Tempat
1.
Finalisasi Instrumen
18 – 19 september
Padang
2.
22 September
Jakarta/Bogor
3.
Pertemuan dengan Ka.dinkes kab/kota & prop Uji coba instrumen
24 – 25 september
Surabaya
4.
Revisi instrumen hasil uji coba
24 – 25 september
Surabaya
5.
Pelatihan surveyer
24 – 25 september
Surabaya
6.
Mempersiapkan instrumen
29 sep – 2 oktober
Jakarta
7
Pengumpulan data
4 – 15 oktober
Provinsi tujuan
8
Pengolahan data dan laporan
15 – 23 oktober
Jakarta
23
9
Penyajian hasil
28 – 29 oktober
Surabaya
10.
Finalisasi laporan
7 – 8 Nopember
Surabaya
E. Jenis Data dan Metode pengumpulan data Data yang dikumpulkan meliputi : a. Karakteristik responden: umur, pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti. b. Tempat tugas responden, lama bekerja. c. Kegiatan yang dilakukan ( klinis, non klinis, adminsitrasi) Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data dengan menggunakan metode kuesioner, diskusi kelompok terpimpin (FGD) dan indept interview. Pengumpulan data dilakukan oleh tim yang telah dibentuk dan telah mendapat pelatihan tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini. Kegiatan riil yang dilakukan Bidan didapatkan dari uraian catatan harian bidan yang diisi sesuai dengan kegiatan bidan sehari – hari baik yang berhubungan dengan peran fungsi bidan, kegiatan administrasi maupun kegiatan structural. Tujuan Penelitian
Sumber data
Mengidentifikasi jenis kegiatan riil yang Catatan bidan di Poskesdes, Puskesmas, RSUD dilakukan bidan di seluruh fasilitas & BPS/praktik mandiri yang telah ditunjuk Pelayanan Kesehatan Mengidentifikasi kesesuaian antara standar kompetensi dan aktivitas Bidan di tempat praktik
Mengidentifikasi kendala yang dihadapi Bidan dalam melakukan praktik di wilayah kerjanya
Kuesioner terhadap bidan difasilitas pelayanan komunitas, primer, sekunder Indepth interview terhadap, direktur RSUD, dokter spesialis obstetri ginekologi, dokter spesialis anak, Kepala Puskesmas, PC IBI, BKKBN Kabupaten, Tokoh Masyarakat FGD terhadap masyarakat Kuesioner terhadap bidan difasilitas pelayanan komunitas, primer, sekunder Indepth interview terhadap, direktur RSUD, dokter spesialis obstetri ginekologi, dokter spesialis anak, Kepala Puskesmas, PC IBI, BKKBN Kabupaten, Tokoh Masyarakat FGD terhadap masyarakat
Pengambilan data untuk survey ini dilaksanakan oleh tim survey pusat berjumlah 20 orang dan surveyor dari daerah sejumlah 40 orang. (Daftar nama dan lokasi survey terlampir). Untuk menunjang pengambilan data ini juga diperlukan pendamping survey dari setiap provinsi untuk menjangkau masing-masing daerah sejumlah 2 orang di setiap provinsi.
24
F. Analisa Data a. Data kuantitatif Analisis univariat : analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menyajikan hasil dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, narasi, dan grafik. b. Data kualitatif Langkah pertama dalam analisis data kualitatif adalah’describing’ menjadi lebih mudah dilakukan apabila sejak awal pengumpulan data kualitatif, peneliti selalu membuat komentar substantif. Dari catatan inilah peneliti mencoba membuat suatu penjelasan tentang fenomena yang dihadapi. Langkah kedua dalam analisis data kualitatif adalah memberikan ‘makna’ terhadap data kualitatif atau menurut Lincoln and Guba (1985) dan Maykut and Morehouse (1996) disebut ‘unitizing’. Langkah ini berupa mencoba menemukan satu makna, satu ide atau satu episode peristiwa dari catatan hasil wawancara yang ada. Peneliti membaca hasil catatan hasil wawancara secara saksama dan berulang-ulang. Dengan menggunakan sensitivitas teori, pemahaman terhadap lapangan, serta pemahaman terhadap fenomena, peneliti melakukan proses ‘dekontekstualisasi’, yaitu memisahkan sekelompok data dari konteksnya dan mencari sekelompok data (sekelompok kalimat atau paragraph) yang kira-kira memiliki makna sama. Peneliti mencoba mencari ‘makna’ yang tersembunyi dibalik penuturan informan. Langkah berikutnya adalah kategorisasi, yaitu mengelompokkan item tersebut ke dalam satu kategori. Dengan membaca item pemaknaan berkali-kali peneliti mampu menemukan beberapa item yang memiliki kesamaan makna atau kemiripan situasi. Item - item inilah yang kemudian dikelompokkan ke dalam satu kategori. Setelah itu, peneliti harus menentukan kriteria atau aturan yang membuat suatu item atau unit pemaknaan dimasukkan ke dalam kategori tertentu atau tidak.
25
BAB IV HASIL SURVEY PELAYANAN BIDAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil survey Pelayanan Bidan dari Responden di berbagai fasilitas pelayanan Hasil survey disajikan secara berurutan mulai dengan gambaran umum, kegiatan pelayanan, kegiatan lain, kendala, dukungan, in dept interview dan FGD. 1. Gambaran Umum Gambaran Umum adalah gambaran Responden dari berbagai fasilitas pelayanan kesehatan di 6 provinsi tempat survey yang menggambarkan asal Responden meliputi asal provinsi, fasilitas pelayanan kesehatan, latar belakang pendidikan, dan pelatihan yang pernah diikuti. a. Tempat Survey Jumlah seluruh Responden168 orang, terbanyak dari Propinsi DKI Jakarta sejumlah 46 orang (27,4%). Hal ini dikarenakan kotamadya yang diambil sebagai daerah survey ada dua kotamadya. Tabel. 1. Tabel.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat Survey NO 1 2 3 4 5 6
PROPINSI Sumatra Barat DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Timur NTB Gorontalo Jumlah
FREKUENSI 25 46 21 26 25 25 168
PERSENTASE 14,9 27,4 12,5 15,5 14,9 14,9 100
b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tabel.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan NO 1 2 3 4 5 6 7 8
PROPINSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi Jumlah
FREKUENSI 15 14 15 17 19 67 14 7 168
26
PERSENTASE 8,9 8,3 8,9 10.1 11,3 39,9 8,3 4,2 100
Gambaran fasilitas pelayanan kesehatan, Responden terbanyak adalah yang bekerja di Rumah Sakit Umum yaitu sebanyak 67 orang (39,9%) dan yang paling sedikit adalah responden yang bekerja di bidang administrative, yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten 14 orang (8,3%) dan Dinas Kesehatan Provinsi 7 orang (4,2%). Latar Belakang Pendidikan Tabel.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan NO 1 2
PROPINSI Sekolah Bidan PPB A
3 4 5 6 7 8 9 10 11
PPB B PPB C D3 Kebidanan D3 Kebidanan + D 3 lain D3 Kebidanan + S1 Kesh D3 Kebidanan + S2 lain D4 S2 Kebidanan Lain-lain (D1+S1Kep, D4Keb + S2 Kes) Jumlah
FREKUENSI 13 31
PERSENTASE 7,7 18,5
3 2 86 7 6 1 9 2 8
1,8 1,2 51,2 4,2 3,6 0,6 5,4 1,2 4,8
168
100
51,2% responden telah menyelesaikan pendidikan D-3 Kebidanan dan telah ada bidan yang menyelesaikan pendidikan S-2Kebidanan sebesar 1,2%. Namun masih ada bidan yang belum meningkatkan pendidikannya ke pendidikan D-3 Kebidanan yaitu sebanyak 49 orang (29,2%). c. Pelatihan yang Pernah Diikuti Pelatihan yang pernah diikuti oleh bidan terhimpun ada 15 jenis pelatihan, dan hampir keseluruhannya merupakan pelatihan teknis, sedangkan yang sifatnya manajerial hanya satu yaitu pelatihan pengembangan manajemen kinerja klinis yang diikuti oleh 19 orang (11,3%). Dari pelatihan klinis belum diikuti oleh semua bidan, belum mencapai 50% nya. Pelatihan klinis yang telah mencapai 50% hanya Asuhan persalinan normal (APN) yang diikuti oleh 103 orang (61,3%).
27
Tabel.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelatihan yang Pernah Diikuti NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
PELATIHAN Pencegahan Infeksi Asuhan Persalinan Normal (APN) Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIPK) Teknologi Kontrasepsi Terkini (CTU) Konseling dengan menggunakan ABPK Kegawatdaruratan maternal neonatal Manajemen Asfiksia Manajemen BBLR Prevention Mother To Child Transmission (PMTCT) MTBS – MTBM Konselor Laktasi Asuhan Pasca Keguguran Kontrasepsi Darurat Perawatan Metode Kanguru Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis
FREKUENSI 82 103 59
PERSENTASE 48,8 61,3 35,1
36 40 62 73 57 23
21,4 23,8 36,9 43,5 33,9 13,7
32 45 25 31 46 19
19 26,8 14,8 18,5 27,4 11,3
Jenis pelatihan yang diikuti responden bila dilihat berdasarkan asal institusi dapat dilihat bahwa persentase terbesar rata- rata di dinkes keseharan provinsi dan dinkes kesehatan kabupaten/kota. Untuk lebid rincinya dapat dilihat tabel berikut : Tabel 5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan pencegahan infeksi NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 5 9 5 8 9 30 10 6
PERSENTASE 33,3 64,3 33,3 47,1 47,4 44,8 71,4 85,7
Bidan yang mengikuti pelatihan Pencegahan Infeksi terbesar adalah bidan yang bekerja di bidang administrative yaitu bidan Dinkes provinsi 85,7%, dinkes kabupaten/kota 71,4%,, sedangkan bidan di puskesmas non perawatan, puskesmas perawatan dan RSU rata 40%, Bidan poskesdes/polindes dan RB hanya 33.3% yang telah mengikuti pelatihan Pencegahan Infeksi.
28
Tabel 6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan Asuhan Persalinan Normal NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 7 10 8 12 11 39 10 6
PERSENTASE 46,7 71,4 53,3 70,6 57,9 58,2 71,4 85,7
Responden yang mengikuti pelatihan Asuhan Persalinan Normal terbanyak adalah bidan di Dinkes provinsi 85,7%, dinkes kabupaten/kota 71,4%, sedangkan bidan yang bekerja di Polindes hanya 46,7% saja
Tabel 7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan KIP-K NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 3 7 4 3 8 21 8 5
PERSENTASE 20 50 26,7 17,6 42,1 31,3 57,1 71,4
Responden yang mengikuti pelatihan KIP-K terbanyak responden di Dinkes provinsi 71,4%, Dinkes kabupaten/kota 57,1%, sedangkan BPS 50%, puskesmas perawatan 42,1%, RSU 31,3%, dan poskesdes/polindes 20%, puskesmas non perawatan 17,6%.
29
Tabel 8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan Tehnologi Kontrasepsi Terkini NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 2 4 5 4 3 12 3 3
PERSENTASE 13,3 28,6 33,3 23,5 15,8 17,9 21,4 42,9
Responden yang mengikuti pelatihan tehnologi kontrasepsi terkini semua dibawah 50 %, dinkes provinsi 42,9%, RB 33,3%, BPS 28,6%, puskesmas non perawatan 23,5%, dinkes kabupaten/kota 21,4%, sedangkan poskesdes/polindes, puskesmas perawatan dan RSU dibawah 20% Tabel 9 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan Konseling dengan ABPK NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 1 4 6 4 6 13 3 3
PERSENTASE 6,7 28,6 40 23,5 31,6 19,4 21,4 42,9
Responden yang mengikuti pelatihan konseling dengan ABPK semua dibawah 50 %, dinkes provinsi 42,9%, RB 40%, puskesmas perawatan 31,6%, BPS 28,6%, puskesmas non perawatan 23,5%, dinkes kabupaten/kota 21,4%, sedangkan RSU 19,4% dan paling rendah poskesdes/polindes hanya 6,7%.
30
Tabel 10 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan kegawatan maternal neonatal NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 4 6 8 5 5 23 5 6
PERSENTASE 26,7 42,9 53,3 29,4 26,3 34,3 35,7 85,7
Responden yang mengikuti pelatihan kagawatan maternal neonatal tertinggi responden di dinkes provinsi 85,7%, kemudian RB 53,3%, BPS 42,9%, dinkes kabupaten/kota 35,7%, RSU 34,3%, sedangkan puskesmas non perawatan 29,4%, poskesdes/polindes 26,7%, dan puskesmas perawatan 26,3%.
Tabel 11 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan manejemen asfiksia NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 7 6 6 8 6 26 8 6
PERSENTASE 46,7 42,9 40 47,1 31,6 38,8 57,1 85,7
Responden yang pernah mengikuti pelatihan manajemen asfiksia terbanyak responden dari dinkes provinsi 85,7%, dinkes kabupaten/ kota 57,1%, puskesmas non perawatan 47,1%, poskesdes/polindes 46,7%, BPS 42,9%, RB 40%, RSU 38,8% dan puskesmas perawatan 31,6%.
31
Tabel 12 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan manejemen BBLR NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 4 6 4 7 8 17 7 4
PERSENTASE 26,7 42,9 26,7 41,2 42,1 25,4 50 75,1
Responden yang pernah mengikuti pelatihan manajemen BBLR terbanyak responden dari dinkes provinsi 75,1%, dinkes kabupaten/ kota 50%, sedangkan BPS 42,9%, puskesmas perawatan 42,1%, puskesmas non perawatan 41,2%, dan poskesdes/polindes hanya 26,7%, RSU 25,4%.
Tabel 13 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan PMTCT NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 0 0 4 0 4 9 5 1
PERSENTASE 0 0 26,7 0 21,1 13,4 35,7 14,3
Responden yang pernah mengikuti pelatihan PMTCT seluruhnya di bawah 40%, responden di Dinkes kabupaten/kota 35,7%, RB 26,7%, puskesmas perawatan 21,1%, sedangkan dineks provinsi 14,3%, RSU hanya 13,4% dan pelayanan primer ( poskesdes/polindes, BPS, puskesmas non perawatan) tidak ada responden yang pernah mengikuti pelatihan (0%).
32
Tabel 14 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan MTBS-MTBM NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 1 7 3 1 5 4 7 4
PERSENTASE 6,7 50 20 5,4 26,3 6 50 57,1
Responden yang pernah mengikuti pelatihan MTBS-MTBM dari dinkes provinsi 57,1%, dinkes kabupaten/kota dan BPS 50%, puskesmas perawatan 26,3%, sedangkan di RB 20% dan poskesdes/polindes, puskesmas non perawatan dan RSU masih dibawah 10%.
Tabel 15 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan Konselor Laktasi NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 5 4 5 5 4 13 7 2
PERSENTASE 33,3 28,6 33,3 29,4 21,1 19,4 50 28,6
Responden yang pernah mengikuti pelatihan konselor laktasi dari dinkes kabupaten/kota sebesar 50%, poskesdes/polindes dan RB sebesar 33,3%, puskesmas non perawatan 29,4%, BPS dan dinkes provinsi 28,6%, puskesmas perawatan 21,1% dan RSU 19,4%.
33
Tabel 16 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan Asuhan Pasca Keguguran NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 1 3 3 1 3 8 3 3
PERSENTASE 6,7 21,4 20 5,9 15,8 11,9 21,4 42,9
Responden yang pernah mengikuti pelatihan asuhan pasca keguguran semuanya dibawah 50%, dinkes provinsi 42,9%, BPS dan dinkes kabupaten/kota 21,4%, RB 20% sedangkan puskesmas perawatan 15,8%, RSU 11,9%, dan poskesdes/polindes hanya 6,7%, puskesmas non perawatan 5,9%.
Tabel 17 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan Kontrasepsi Darurat NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 1 4 4 5 2 8 4 3
PERSENTASE 6,7 28,6 26,7 29,4 10,5 11,9 28,6 42,9
Responden yang pernah mengikuti pelatihan kontrasepsi darurat semuanya dibawah 50%, dinkes provinsi 42,9%, puskesmas non perawatan 29,4%, BPS dan dinkes kabupaten/kota 28,6%, RB 26,7% sedangkan RSU 11,9%, puskesmas perawatan 10%, dan poskesdes/polindes hanya 6,7%.
34
Tabel 18 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan Perawatan Metode Kanguru NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 2 5 3 6 6 15 6 3
PERSENTASE 13,3 35,7 20 35,3 31,6 22,4 42,9 42,9
Responden yang pernah mengikuti pelatihan perawatan metode kanguru semuanya dibawah 50%, dinkes provinsi dan dinkes kabupaten/kota 42,9%, BPS 35,7%, puskesmas perawatan 31,6%, RSU 22,4%, RB 20% sedangkan poskesdes/polindes hanya 13,3%.
Tabel 19 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan Pengembangan menejemen kinerja klinis NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 1 1 3 2 1 6 3 2
PERSENTASE 6,7 7,1 20 11,8 5,3 9 21,4 8,6
Responden yang pernah mengikuti pelatihan pengembangan manajemen kinerja klinis hampir semua masih dibawah 20%, dinkes kabupaten /kota 21,4%, RB 20%, puskesmas non perawatan 11,8%, dan lainnya masih dibawah 10%. 2. Kegiatan Pelayanan Kegiatan Pelayanan di bagi menjadi pelayanan klinis dan non klinis, dari 168 Responden lebih dari 80% persen melakukan kegiatan pelayanan klinis sebanyak 151 orang (89,9%), ada yang tidak melakukan pelayanan klinis maupun non klinis 1 orang (0,6%), dan yang malakukan pelayanan non klinis 16 (9,5%), gambaran dapat dilihat pada tabel. 20 dibawah ini.
35
Tabel.20 Distribesi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Pelayanan yang diberikan NO 1 2 3
JENIS PELAYANAN Pelayanan Klinik Pelayanan Non Klinik Tidak menjawab Jumlah
FREKUENSI 151 16 1 168
PERSENTASE 89,9 9,5 0,6 100
a. Kegiatan Klinis 70% responden telah melaksanakan kegiatan pelayanan klinis Tabel.21 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Pelayanan Klinis NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
JENIS PELAYANAN KLINIS Asuhan Kehamilan Pertolongan Persalinan Asuhan Nifas Asuhan Bayi Baru Lahir Asuhan Bayi/Balita Sehat Pelayanan Keluarga Berencana Pertolongan Kegawatdaruratan Pengobatan Pelayanan kesehatan reproduksi remaja
FREKUENSI 133 122 131 125 113 120 128 102 94
PERSENTASE 79,2 72,6 78 74,4 67,3 71,4 76,2 60,7 56
Kegiatan pelayanan klinis tersebut di atas apabila dilihat dari asal instansi responden terdapat persetase yang bervariasi, terbesar adalah instansi pelayanan kesehatan primer dan sekunder sesuai dengan ruang lingkup tugas bidan di pelayanan kesehatan primer dan sekunder, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
36
Tabel 22 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelayanan asuhan kehamilan NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTANSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 14 14 11 17 18 54 4 1
PERSENTASE 93,3 100 73,3 100 94,7 80,6 28,6 14,3
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Bidan Praktik Swasta dan puskesmas non perawatan dalam memberikan pelayanan asuhan kehamilan mendapat persentase tertinggi yaitu 100%, sedangkan Bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi 14,3% Tabel 23 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelayanan pertolongan persalinan NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTANSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 12 14 13 13 18 47 4 1
PERSENTASE 80 100 86,7 76,5 94,7 70,1 28,6 14,3
Tabel diatas menunjukkan bidan BPS dalam memberikan pertolongan persalinan dengan persentase 100%, sedangkan bidan di Dinas Kesehatan Provinsi dengan persentase terendah sebesar 14,3% Tabel 24 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelayanan asuhan nifas NO PROPINSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 14 93,3 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 14 93,3 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 52 77,6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Berdasarkan pelayanan asuhan pada ibu nifas Bidan Praktik Swasta memperoleh persentase tertinggi sebesar 100%, sedangkan Dinas Kesehatan Provinsi dengan persentase terendah 14,3%. 37
Tabel 25 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelayanan asuhan bayi baru lahir NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 14 13 14 18 48 4 1
PERSENTASE 86,7 100 86,7 82,4 94,7 71,6 28,6 14,3
Tabel diatas menunjukkan 100% Bidan Praktik Swasta mendapat persentase tertinggi dalam memberikan pelayanan asuhan pada bayi baru lahir, dan 14,3% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi mendapat persentasi terendah dalam memberikan pelayanan asuhan pada bayi baru lahir. Tabel 26 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelayanan asuhan bayi balita sehat NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 14 13 17 17 34 4 1
PERSENTASE 86,7 100 86,7 100 89,5 50,7 28,6 14,3
Tabel diatas dapat dilihat Bidan Praktik Swasta dan Puskesmas non perawatan memperoleh persentase tertinggi yaitu 100%, dan persentase terendah Dinas Kesehatan Provinsi 14,3% dalam memberikan pelayanan asuhan bayi balita sehat.
Tabel 27 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelayanan keluarga berencana NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 14 14 12 17 17 41 4 1 38
PERSENTASE 93,3 100 80 100 89,5 61,2 28,6 14,3
Tabel 27 menunjukkan BPS dan Puskesmas Non Perawatan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana memperoleh persentase tertinggi sebesar 100%, sedangkan Dinas Kesehatan Provinsi 14,3%.
Tabel 28 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelayanan pertolongan kegawadaruratan NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 15 14 14 15 18 47 4 1
PERSENTASE 100 100 93,3 88,2 94,7 70,1 28,6 14,3
Berdasarkan pelayanan pertolongan kegawatdaruratan poskesdes/polindes dan bidan praktik swasta mendapat persentase terbesar yaitu 100%, sedangkan Bidan di Dinas Kesehatan Provinsi mendapat persentase terendah sebesar 14,3%. Tabel 29 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelayanan pengobatan NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 11 73,3 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 16 94,1 5 Puskesmas Perawatan 17 89,5 6 Rumah Sakit Umum 29 43,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Tabel diatas Bidan Praktik Swasta mendapat persentase tertinggi 100% dalam memberikan pelayanan pengobatan, dan 14,3% terdapat pada Dinas Kesehatan Provinsi.
1) Asuhan kehamilan Gambaran kegiatan asuhan kehamilan yang dilakukan oleh Responden terlihat dari 8 item asuhan yang ada lebih dari 60% Responden lakukan. Responden yang terbanyak melaksanakan kegiatan melaksanakan pemeriksaan antenatal care sesuai standar 127 orang (75,6%), dan yang dilakukan Responden masih sedikit Test laboratorium 107 orang (63,7%). Tatalaksana kasus yang ditemukan dan Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan masing-masing 120 (71,4%), lebih jelas dapat dilihat pada tabel. 31.
39
NO 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel.31 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Asuhan pada Ibu Hamil ASUHAN IBU HAMIL FREKUENS PERSENTAS I E Melaksanakan pemeriksaan antenatal care sesuai 127 75,6 standar Skrining status imunisasi tetanus dan memberikan 115 68,5 imunisasi TT jika diperlukan Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama 116 69 kehamilan Test laboratorium (rutin dan khusus) 107 63,7 Tatalaksana kasus yang ditemukan 120 71,4 Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB 120 71,4 pasca persalinan. Melakukan pencatatan pelayanan antenatal pada kartu 113 67,3 ibu, kohort Ibu, register persalinan dan buku KIA-KB Melakukan rujukan jika diperlukan 113 67,3
Asuhan pada ibu hamil yang dilakukan oleh responden berdasarkan asal instansi dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 32 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemeriksaan ANC sesuai standar NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 15 14 10 17 18 47 5 1
PERSENTASE 100 100 66,7 100 94,7 70,1 35,7 14,3
Tabel 32 menunjukkan bahwa semua bidan di institusi pelayanan di atas 60% telah melaksanakan pemeriksaan ANC sesuai standar kecuali kecuali Dinas Kesehatan Provinsi 14,3% dan Dinkes Kabupaten/Kota 35,7%, yang tertinggi ada di Poskesdes, Polindes dan Puskesmas Non Perawatan yaitu 100%
40
Tabel 33 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Skrining dan pemberian Immunisasi TT NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 15 100 2 Bidan Praktek Swasta 13 92,9 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 17 100 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 36 53,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Tabel ini membuktikan bahwa bidan poskesdes/polindes dan puskesmas non perawatan mempunyai rekord tertinggi dalam skrining dan pemberian imunisasi yaitu 100% dan sangat rendah ada pada Dinkes Provinsi
Tabel 34 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pemberian tablet Bezi NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 15 100 2 Bidan Praktek Swasta 13 92,9 3 Rumah Bersalin 11 73,3 4 Puskesmas Non Perawatan 17 100 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 36 53,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Tabel diatas menunjukkan bahwa presentase tertinggi dalam pemberian tablet besi adalah bidan di poskesdes/polindes dan puskesmas non perawatan sedangkan terendah ada di Dinas Kesehatan Provinsi
41
Tabel 35 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Test Laboratorium NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 10 66,7 2 Bidan Praktek Swasta 12 85,7 3 Rumah Bersalin 9 60 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 42 62,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Tabel 35 menunjukkan bahwa kegiatan tes laboratorium tertinggi ada di Bidan Praktik Swasta dan terendah ada di Dinas Kesehatan Provinsi
Tabel 36 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tatalaksana Kasus yang ditemukan NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 17 100 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 42 92,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Tabel di atas memperlihatkan bahwa tatalaksana kasus dengan persentase tertinggi di Bidan praktik swasta dan puskesmas non perawatan, presentase terendah ada di Dinkes Provinsi 14,3%
42
Tabel 37 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Temu Wicara dan P4K NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 15 100 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 8 53,3 4 Puskesmas Non Perawatan 17 100 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 42 62,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Tabel diatas menunjukkan bahwa kegiatan temu wicara dan P4K dengan persentase tertinggi terdapat pada Bidan di Poskesdes/polindes, BPS, Puskesmas non perawatan dan persentase terendah terdapat di Dinkes Provinsi yaitu 14,3%.
Tabel 38 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Melakukan Pencatatan Pada Kohort dan buku KIA NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 15 100 2 Bidan Praktek Swasta 13 92,9 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 17 100 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 34 50,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Tabel 38 memperlihatkan bahwa pencatatan pada kohort dilakukan pada semua fasilitas pelayanan, namun persentasi tertinggi pada poskesdes/polindes dan puskesmas non perawatan 100%, sedangkan presentase terendah ada pada Dinkes Provinsi 14,3%
43
Tabel 39 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Melakukan Rujukan NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 15 100 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 11 73,3 4 Puskesmas Non Perawatan 17 100 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 32 47,8 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Tabel 39 menunjukkan bahwa pelaksanaan rujukan dengan presentase tertinggi ada pada poskesdes/polindes, BPS, Puskesmas non perawatan, dan persentase terendah di Dinkes Provinsi yaitu 14,3% 2)
Pertolongan Persalinan
Kegiatan pada Pertolongan Persalinan dari 9 item kegiatan, rata-rata Respondenyang melakukan diatas 70%. Respondenterbanyak Menjelaskan kepada ibu bersalin dan keluarga tentang tanda bahaya persalinan sejumlah 129 orang (76,8%), yang paling sedikit dilakukan ada 3 item yaitu Memantau kemajuan persalinan menggunakan partograf dan segera merujuk jika sudah melewati garis waspada dan Melakukan pencatatan persalinan pada rekam kebidanan/kartu ibu, kohort Ibu, register persalinan dan buku KIA masing-masing 121 orang (72%). Tetapi bila diamati perbedaan masingmasing tidak terlalu banyak untuk melihat gambaran yang jelas dapat dilihat pada tabel. 40. Tabel.40 Distribusi Frekuensi Responden Berdasrkan Kegiatan Asuhan pada Ibu Bersalin NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
ASUHAN IBU BERSALIN Menjelaskan kepada ibu bersalin dan keluarga tentang tanda bahaya persalinan Mempersiapkan sarana prasarana persalinan bersih dan aman. Memberikan support mental Memantau kemajuan persalinan menggunakan partograf dan segera merujuk jika sudah melewati garis waspada Memberikan pertolongan persalinan sesuai standar dengan menerapkan prinsip sayang ibu dan bayi. Melakukan penatalaksanaan aktif kala III sesuai standar Melakukan Inisiasi Menyusu Dini(IMD), deteksi dini adanya komplikasi, dan penanganan kegawatdaruratan Melakukan pemantauan dua jam pasca persalinan. Melakukan pencatatan persalinan pada rekam kebidanan/kartu ibu, kohort Ibu, register persalinan dan buku KIA
44
FREKUENS I 129
PERSENTAS E 76,8
126
75
128 121
76,2 72
122
72,6
124 122
73,8 72,6
124 121
73,8 72
Asuhan pada ibu bersalin yang dilakukan oleh responden menurut asal instansi mempunyai rata – rata di atas 80% secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 41 Distribusi frekuensi responden berdasarkan menjelaskan tanda bahaya pada persalinan NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 13 86,7 4 Puskesmas Non Perawatan 15 88,2 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 49 73,1 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Tabel di atas menjelaskan bahwa bidan yang sangat konsen untuk menjelaskan tanda bahaya adalah BPS 100%, sedangkan terendah ada pada Dinkes Provinsi yaitu 28,6%. Tabel 42 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Persiapan sarana prasarana persalinan bersih dan aman NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 14 13 15 18 46 5 2
PERSENTASE 86,7 100 86,7 88,2 94,7 68,7 35,7 28,6
Tabel ini menggambarkan bahwa bidan yang melaksanakan persiapan persalinan bersih dan aman dengan persentase tertinggi adalah BPS dan terendah adalah Dinkes Provinsi yaitu 28,6%.
45
Tabel 43 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Memberikan support mental NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 14 93,3 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 13 86,7 4 Puskesmas Non Perawatan 15 88,2 5 Puskesmas Perawatan 17 89,5 6 Rumah Sakit Umum 49 73,1 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Tabel ini menunjukkan bahwa pemberian support mental dengan persentase tertinggi adalah BPS sedangkan terendah adalah Dinkes Provinsi 14,3%
Tabel 44 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Penggunaan Partograf NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 15 88,2 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 45 67,2 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Tabel diatas menunjukkan bahwa BPS selalu menggunakan partograf dengan persentase 100%, sedangkan Dinkes Provinsi 14,3%.
46
Tabel 45 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Persalinan Asuhan sayang Ibu dan Bayi NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 14 11 15 18 46 4 1
PERSENTASE 86,7 100 73,3 88,2 94,7 68,7 28,6 15,3
Tabel diatas menunjukkan bahwa Asuhan Sayang Ibu dan bayi 100% dilaksanakan oleh BPS, sedangkan Dinkes Provinsi 15,3%
Tabel 46 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Penatalaksanaan aktif kala III NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 14 13 15 18 46 4 1
PERSENTASE 86,7 100 86,7 88,2 94,7 68,7 28,6 14,3
Tabel diatas menjelaskan bahwa bidan BPS selalu melaksanakan MAK dalam persalinan Kala III 100%, sedangkan yang terendah adalah Bidan di Dinkes Provinsi 14,3%
47
Tabel 47 Distribusi frekuensi responden berdasarkan IMD, Deteksi dini dan Kegawadaruratan NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 15 88,2 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 46 68,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 2 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Tabel diatas menjelaskan bahwa BPS selalu melaksanakan deteksi dini dan tindakan kegawatdaruratan pada ibu bersalin 100%, sedangkan terendah pada bidan Dinkes Provinsi 28,6%.
Tabel 48 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pemantauan 2 jam pasca Salin NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 13 86,7 4 Puskesmas Non Perawatan 15 88,2 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 46 68,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Tabel ini menunjukkan bahwa pemantauan 2 jam pasca persalinan selalu dilaksanakan oleh BPS dengan persentase tertinggi 100%, sedangkan terendah ada pada BBIdan di Dinkes Provinsi 14,3%.
48
Tabel 49 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pencatatan di Kohort dan Buku KIA NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 12 80 4 Puskesmas Non Perawatan 15 88,2 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 44 65,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Tabel ini menunjukkan bahwa BPS selalu menggunakan kohort dan buku KIA sebagai alat pencatatan dengan persentase 100%, sedangkan persentase terendah ada pada Bidan di Dinkes Provinsi 14,3%.
3)
Asuhan Nifas
Gambaran kegiatan asuhan nifas yang dilaksanakan oleh Responden dari 8 item asuhan, bervasiasi antara 40% sampai dengan 80%. Terbanyak RespondenMelakukan deteksi dini adanya Komplikasi 136 orang (81%), sedangkan yang paling sedikit Melakukan follow up care dan kunjungan rumah, 76 orang (45,2%), lebih jelas dapat dilihat pada tabel. 50 dibawah ini.
Tabel. 50 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Asuhan pada Ibu Nifas NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASUHAN IBU NIFAS Melakukan pelayanan kebidanan pada ibu nifas sesuai standar Melakukan deteksi dini adanya Komplikasi Memfasilitasi pemberian ASI secara eksklusif. Memberikan kapsul Vitamin A 200.000 IU Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu, keluarga dan masyarakat Melakukan follow up care dan kunjungan rumah Melakukan rujukan apabila diperlukan Melakukan pencatatan pada rekam kebidanan/status ibu, kohort dan buku KIA.
FREKUENSI 135
PERSENTASE 80,4
136 134 89 134
81 79,8 53 79,8
76 116 124
45,2 69 73,8
Berikut ini adalah persentase asuhan pada ibu nifas yang dilakukan oleh responden menurut asal instansi responden. Berdasarkan fungsi fasilitas pelayanan persentase terbanayak adalah layanan kesehatan primer dan sekunder.
49
Tabel 51 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pelayanan Nifas sesuai Standar NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 14 93,3 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 57 85,1 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Pelayanan Nifas sesuai standar pada pelayanan kesehatan primer dan sekunder sudah di atas 80 %, hal ini sesuai dengan ruang lingkup tugas bidan di pelayanan klinis. Sedangkan di pelayanan non klinis kegiatan pelayanan nifas ini dibawah 30 %.
Tabel 52 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Deteksi Dini Komplikasi NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 14 93,3 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 58 86,6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Deteksi dini terhadap komplikasi pada ibu Nifas pada pelayanan kesehatan primer dan sekunder sudah di atas 80 %, hal ini sesuai dengan ruang lingkup tugas bidan di pelayanan klinis. Sedangkan di pelayanan non klinis deteksi dini komplikasi nifas ini dibawah 30 %.
50
Tabel 53 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kegiatan Memfasilitasi Pemberian ASI Eksklusif NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 14 13 14 15 18 55 4 1
PERSENTASE 93,3 92,9 93,3 88,2 94,7 82,1 28,6 14,3
Kegiatan memfasilitasi pemberian ASI Eksklusif oleh ibu Nifas pada pelayanan kesehatan primer dan sekunder sudah di atas 80 %, hal ini sesuai dengan ruang lingkup tugas bidan di pelayanan klinis. Sedangkan di pelayanan non klinis kegiatan ini dibawah 30 %.
Tabel 54 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pemberian Vitamin A 200.000 IU NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 13 8 15 17 18 4 1
PERSENTASE 86,7 92,9 53,3 88,2 89,2 26,9 28,6 14,3
Pemberian vitamin A 200.000 IU untuk ibu Nifas pada pelayanan kesehatan primer dan sekunder sebagan besar sudah di atas 80 %, di RB baru 53,3% dan RS Umum hanya 26,9 % hal ini sesuai dengan ruang lingkup tugas bidan di pelayanan klinis. Sedangkan di pelayanan non klinis kegiatan ini dibawah 30 %.
51
Tabel 55 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Penyuluhan dan Konseling pada Ibu Nifas NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 14 14 13 15 18 55 4 1
PERSENTASE 93,3 100 86,7 88,2 94,7 82,1 28,6 14,3
Penyuluhan dan konseling untuk ibu Nifas pada pelayanan kesehatan primer dan sekunder sudah di atas 80 %, hal ini sesuai dengan ruang lingkup tugas bidan di pelayanan klinis. Sedangkan di pelayanan non klinis kegiatan ini dibawah 30 %.
Tabel 56 Distribusi frekuensi responden berdasarkan follow up dan kunjungan rumah NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 12 6 14 14 13 3 1
PERSENTASE 86,7 85,7 40 82,4 73,3 19,4 21,4 14,3
Follow up dan kunjungan rumah ke ibu Nifas pada pelayanan kesehatan primer dan sekunder terdapat persentase yang bervariasi pada polindes, BPS, dan puskesmas non perawatan sudah diatas 80%, di puskesmas perawatan yang melakukan follow up 73,3%, di RB hanya 40 % yang mengalami follow up, sementara di RS umum hanya 19,4% hal ini sesuai dengan ruang lingkup tugas bidan di pelayanan klinis. Sedangkan di pelayanan non klinis sudinkes 21, 4% dan Dinas Kesehatan Provinsi 14,3%.
52
Tabel 57 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Rujukan bila diperlukan NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 15 100 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 13 86,7 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 17 89,5 6 Rumah Sakit Umum 38 56,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Melakukan rujukan sesuai keperluan sudah 100% dilakukan oleh Bidan Polindes dan BPS. Sedangkan RB, Puskesmas non perawatan dan puskesmas perawatan berkisar 80 %. Di RS umum 56,7% telah melakukan rujukan sedangkan di pelayanan non klinis hanya melakukan rujukan sebesar 28,6% dan 14,3%.
Tabel 58 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pencatatan pada kohort dan buku KIA NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 15 100 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 12 80 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 46 68,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Kegiatan pencatatan pada kohort dan buku KIA telah dilakukan 100% bidan di poskesdes/polindes dan BPS. Di RB 80 %, puskesmas non perawatan 82,4 % di puskesmas perawtan 94,7%. Sedangkan di RS hanya 68,7% dan pelayanan non klinis dibawah 30%.
4)
Asuhan bayi baru lahir
Kegiatan Respondendalam asuhan bayi baru lahir bervariasi antara 45% sampai dengan 76,8%, Melakukan asudan BBL sesuai standar dan memfasilitasi ASI eksklusif 76,8%, deteksi komplikasi 75,6% . Sedangkan Responden yang melakukan kegiatan paling sedikit dilakukan adalah follow up care dan kunjungan rumah 76 orang (45,2%). Hal ini dapat dilihat pada tabel. 58, dibawah ini.
53
Tabel.58 Distribusi frekuensi asuhan pada bayi baru lahir No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Asuhan pada BBL Melakukan asuhan pada bayi baru lahir sesuai standar Melakukan deteksi dini adanya kelainan kongenital dan komplikasi Pemberian salep mata Pemberian vitamin K1 Memfasilitasi pemberian ASI secara Eksklusif Pemberian imunisasi Hepatitis B0 Melakukan rujukan bila diperlukan. Melakukan follow up care dan kunjungan rumah dan memberikan pelayanan kesehatan neonatal (KN1, KN2 dan KN3) Memberi tanda pengenal dan membuat identifikasi (sidik telapak kaki) Melakukan pencatatan pada partograf, rekam kebidanan/kartu bayi, kohort dan buku KIA. N = 168
Frekuensi 128 127
Persentase 76,8 75,6
115 115 128 111 117 76
68,5 68,5 76,8 66,1 69,6 45,2
83
49,4
114
67,9
Asuhan bayi baru lahir berdasarkan asal instansi responden dapat dilihat pada tabel berikut. Hampir rata – rata 80% ke atas seluruh item asuhan dilakukan oleh responden, kecuali pada pelayanan non klinis dan administrasi. Tabel 59 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Asuhan pada bayi baru lahir sesuai standar NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 13 86,7 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 51 76,1 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Asuhan bayi baru lahir sesuai standar mempunyai persentase yang bervariasi di institusi pelayanan. Tertinggi adalah BPS sebanyak 100%, kemudian puskesmas perawatan 94,7%. Di poskesdes/polindes dan RB mempunyai persentase yang sama yaitu 86,7%. RS umum 76,1%, di puskesmas non perawatan hanya 42,4%. Sedangkan di sudinkes dan Dinas Kesehatan Provinsi masih dibawah 30%.
54
Tabel 60 Distribusi frekuensi responden dalam Deteksi Dini terhadap komplikasi BBL berdasarkan asal institusi NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 14 13 14 18 50 4 1
PERSENTASE 86,7 100 86,7 82,4 94,7 74,6 28,6 14,3
Deteksi dini komplikasi BBL mempunyai persentase yang bervariasi pada fasilitas layanan. Di BPS sudah 100%, puskesmas perawatan 94,7%, di poskesdes/polindes dan RB sebesar 86,7%, di RS umum 74,6%. Sedangkan di dinkes kebupaten dan dinkes Provinsi masih dibawah 30%. Tabel 61 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pemberian Salep Mata NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 12 80 2 Bidan Praktek Swasta 13 92,9 3 Rumah Bersalin 12 80 4 Puskesmas Non Perawatan 12 70,6 5 Puskesmas Perawatan 16 84,2 6 Rumah Sakit Umum 45 67,2 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Pemberian salep mata pada BBL pada pelayanan kesehatan primer dan sekunder rata rata sudah 80% ke atas hanya di RS umum 67,2% dan Pelayanan kesehatan non klinis masih di bawah 30%.
55
Tabel 62 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pemberian Vitamin K Injeksi NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 12 80 2 Bidan Praktek Swasta 13 92,9 3 Rumah Bersalin 12 80 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 17 89,5 6 Rumah Sakit Umum 42 62,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Pemberian vitamin K injeksi pada BBL sudah diatas 80%, namun di RS umum hanya 62,7% dan di dinkes masih dibawah 30%.
Tabel 63 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Fasilitasi Pemberian ASI Eksklusif NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 15 100 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 13 86,7 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 50 74,6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Memfasilitasi pemberian ASI eksklusif pada BBL di polindes/poskesdes dan BPS sudah 100%. Di RB, puskesmas non perawatan dan puskesmas perawatan sudah lebih dari 80%,sedangkan di RS umum baru 74,6% dan di dinkes masih dibawah 30%.
56
Tabel 64 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pemberian Immunisasi Hepatitis B 0 NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 14 93,3 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 13 86,7 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 33 49,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Pemberian immunisasi Hepatitis B 0 pada BBL di BPS suda 100%, di puskesmas perawatan 94,7%, polindes 93,3%, RB 86,7%, puskesmas non perawatan 82,4% sedangkan di RS umum hanya 49,3% dan di Dinkes masih dibawah 30%.
Tabel 65 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Rujukan jika diperlukan NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 15 100 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 13 86,7 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 17 89,5 6 Rumah Sakit Umum 39 58,2 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Rujukan BBL jika diperlukan sudah dilaksanakan oleh bidan di poskesdes/polindes dan BPS sebesar100%, sedangkan RB 86,7%, puskesmas non perawatan 82,4%, puskesmas perawatan 89,5%, sedangkan RS umum masih 58,2% dan dinkes masih dibawah 30%.
57
Tabel 67 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Follow up care (KN) NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 10 6 13 14 15 4 1
PERSENTASE 86,7 71,4 40 76,5 73,7 22,4 28,4 14,3
Kegiatan follow up care atau kunjungan neonatal yang dilakukan bidan di poskesdes/polindes sebesar 86,7%, di puskesman non perawatan 76,5%, puskesmas perawatan 73,7%, diBPS 71,4%, sedangkan di RB baru sebesar 40 % dan di dinkes dan RS masih dibawah 30%.
Tabel 68 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tindakan Memberi tanda pengenal dan identifikasi BBL NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 7 9 9 5 6 43 3 1
PERSENTASE 46,7 64,3 60 29,4 31,6 64,2 21,4 14,3
Tindakan memberi tanda pengenal dan identifikasi bayi baru lahir yang dilakukan bidan masih mempunyai persentase di bawah 70%. Di BPS sebesar 64,3%, Rs umum 64,2%, RB 60%, sedangkan di poskesdes/polindes 46,7%, puskesmas perawatan 31,6%, puskesmas non perawatan 31,6% dan dinkes dibawah 30%.
58
Tabel 69 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pencatatan partograf, kohort dan buku KIA NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 14 11 14 17 40 4 1
PERSENTASE 86,7 100 73,3 82,4 89,5 59,7 28,6 14,3
Pencatatan partograf, kohort dan buku KIA telah dilakukan bidan di BPS sebesar 100 %, puskesmas perawatan 89,5%, poskesdes/polindes 86,7%, puskesmas non perawatan 82,4%, RB 73,3%, sedangkan di RS Umum hanya 59,7% dan dinkes dibawah 30%.
5)
Asuhan Bayi/Balita Sehat
Gambaran kegiatan Asuhan pada Bayi dan Balita Sehat yang dilakukan Respondendapat dilihat pada tabel. 70 diatas, secara umum Respondenmelaksanakan kegiatan asuhan bayi dan balita sehat dibawah 60%, terbanyak melaksanakan kegiatan Melakukan pencatatan pada rekam kebidanan/kartu bayi, kohort dan buku KIA 93 orang (55,4%), Melakukan follow up care dan kunjungan rumah dan memberikan pelayanan kesehatan bayi dan balita merupakan kegiatan yang paling kecil dilakukan oleh 70 Responden(41,7%)
59
Tabel.70 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Asuhan pada Bayi dan Balita Sehat NO
ASUHAN BAYI DAN BALITA SEHAT
FREKUENS I 92
Melakukan asuhan pada bayi/anak balita sehat (memantau pertumbuhan, meliputi TB, BB, LK, dan LD) Melakukan Stimulasi dan Deteksi Dini perkembangan, 80 2 meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian. 3 Pemberian vitamin A dosis tinggi(200.000 IU), 2 kali setahun. 71 4 Pemberian immunisasi dasar 85 Melakukan follow up care dan kunjungan rumah dan 70 5 memberikan pelayanan kesehatan bayi dan balita Melakukan pencatatan pada rekam kebidanan/kartu bayi, 93 6 kohort dan buku KIA. Dibawah ini asuhan pada bayi dan balita sehat berdasarkan instansi responden : 1
PERSENTAS E 54,8 47,6 42,3 50,6 41,7 55,4
Tabel 71 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pemantauan Pertumbuhan pada Bayi, balita sehat NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 13 7 17 17 21 3 1
PERSENTASE 86,7 92,9 46,7 100 89,5 31,3 21,4 14,3
Pemantauan pertumbuhan pada bayi, balita sehat oleh bidan di puskesmas non perawatan sebesar 100%, BPS 92,9%, puskesmas perawatan 89,5%, poskesdes/polindes 86,7%. Sedangkan di RB baru sebesar 46,7%, RS Umum 31,3 % dan di dinkes masih dibawah 30%.
60
Tabel 72 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Deteksi Dini dan stimulasi Perkembangan Bayi dan Balita Sehat NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 12 12 6 15 16 15 3 1
PERSENTASE 80 85,7 40 88,2 84,2 22,4 21,4 14,3
Bidan yang melakukan Deteksi Dini dan Stimulasi Perkembangan bayi dan balita sehat di puskesmas non perawatan, puskesmas perawatan, BPS dan poskesdes/polindes sudah diatas 80%, sedangkan di RB hanya 40%. RS umum dan Dinkes masih kurang dari 30%.
61
Tabel 73 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pemberian Vitamin A Dosis Tinggi NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 9 4 17 14 10 3 1
PERSENTASE 86,7 64,3 26,7 100 73,7 14,9 21,4 14,3
Bidan yang memberikan vitamin A dosis tinggidi puskesmas non perawatan sudah 100% bidan memberikan, di poskesdes/polindes 86,7%, puskesmas perawatan 73,7%, BPS 64,3%. Sedangkan RB, RS Umum dan Dineks dibawah 30%.
Tabel 74 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pemberian Immunisasi Dasar NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 13 9 17 15 14 3 1
PERSENTASE 86,7 92,9 60 100 78,9 20,9 21,4 14,3
Bidan yang memberikan immunisasi dasar di puskesmas non perawatan sudah 100%, BPS 92,9%, poskesdes/polindes 86,7%, puskesmas perawatan 78,9%, RB 60% sedangkan di RS Umum dan Dinkes dibawah 30%.
62
Tabel 75 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Follow up Care NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 12 8 5 15 11 14 4 1
PERSENTASE 80 57,1 33,3 88,2 57,9 20,9 28,6 14,3
Bidan yang melakukan follow up care bayi, balita sehat puskesmas non perawatan 88,2%, poskesdes/polindes 80% sedangkan di BPS 57,9% dan puskesmas perawatan 57,1%. Di RB hanya 33,3% sementara di RS Umum dan Dinkes dibawah 30%.
Tabel 76 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pencatatan pada kohort dan buku KIA NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 13 9 17 17 19 4 1
PERSENTASE 86,7 92,9 60 100 89,5 28,4 28,6 14,3
Bidan yang telah melakukan pencatatan pada kohort dan buku KIA di puskesmas non perawatan sudah 100% bidan, BPS 92,9%, puskesmas perawatan 89,5%, poskesdes/polindes 86,7%, sedangkan RB 60%. RS Umum dan Dinkes masih dibawah 30%.
6) Pelayanan Keluarga Berencana Kegiatan Pelayanan Keluarga Berencana yang dilakukan oleh Respondentergambar dari tabel. 77 sangat bervariasi antara 25% sampai dengan 75%, terbanyak dalam Melakukan konseling 126 orang (75%), dan paling sedikit responden yang melaksanakan kegiatan pelayanan KB dalam Melaksanakan kegiatan pelayanan keluarga berencana dengan kontrasepsi IUD postplasenta 42 orang (25%).
63
Tabel.77 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelayanan KB NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
JENIS PELAYANAN Melakukan konseling Memberikan pelayanan keluarga berencana dengan Metode Amenorrhoe Laktasi(MAL)/ sistem kalender Memberikan pelayanan keluarga berencana dengan metode kondom / tissue / diagfragma Memberikan pelayanan keluarga berencana dengan kontrasepsi Pil Memberikan pelayanan keluarga berencana dengan kontrasepsi Suntikan Memberikan pelayanan keluarga berencana dengan kontrasepsi IUD Memberikan pelayanan keluarga berencana dengan kontrasepsi IUD post plasenta Memberikan pelayanan keluarga berencana dengan kontrasepsi Implant(Susuk) Melakukan kolaborasi dalam pelayanan keluarga berencana dengan kontrasepsi mantap (MOW/MOP) Melakukan deteksi dini adanya gangguan dan komplikasi KB Penanganan efek samping sesuai kewenangan Melakukan rujukan jika diperlukan Melakukan pencatatan pada rekam kebidanan/kartu, kohort dan buku KIA
FREKUENSI 126 87
PERSENTASE 75 51,8
91
54,2
104
61,9
106
63,1
100
59,5
42
25
83
49,4
99
58,9
110
65,5
108 109 113
64,3 64,9 67,3
Tabel 78 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kegiatan Konseling KB NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 14 13 17 16 49 3 1
PERSENTASE 86,7 100 86,7 100 84,2 73,1 21,4 14,3
Bidan yang melakukan konseling KB di BPS dan puskesmas non perawatan sudah 100%, poskesdes/polindes dan RB 86,7%, puskesmas perawatan 84,2%, RS Umum 73,1%, sedangkan dinkes masih dibawah 30%.
64
Tabel 79 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Pelayanan KB metode MAL menurut Asal Instansi NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 13 9 5 13 13 29 4 1
PERSENTASE 87,5 64,3 33,3 76,5 68,4 43,3 28,6 14,3
Bidan yang melakukan pelayanan KB dengan metode MAL mempunyai persentase bervariasi. Poskesdes/polindes 87,5%, puskesmas non perawatan 76,5%, puskesmas perawatan 68,4%, BPS 64,3%, RS Umum 43,3%, RB 33,3 % dan Dinkes kurang dari 30%.
Tabel 80 Distribusi frekuensi Pelayanan KB metode Kondom berdasarkan Asal Instansi Responden NO 1 2 3 4 5 6 7 8
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Umum Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi
FREKUENSI 12 11 7 14 15 28 3 1
PERSENTASE 80 78,6 46,7 82,4 78,9 41,8 21,4 14,3
Bidan yang memberikan pelayanan KB dengan metode Kondom atau KB alamiah di puskesmas non perawatan 82,4%, poskesdes/polindes 80%, puskesmas perawatan 78,9%, BPS 78,6%, RB 46,7%, RS Umum 41,8% dan Dinkes kurang dari 30%.
65
Tabel 81 Distribusi frekuensi Pelayanan Kontrasepsi Pil berdasarkan Asal Instansi Responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 14 93,3 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 9 60 4 Puskesmas Non Perawatan 17 100 5 Puskesmas Perawatan 17 89,5 6 Rumah Sakit Umum 28 41,8 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Bidan yang memberikan pelayanan KB dengan metode Pil di BPS dan puskesmas non perawatan sebesar 100%, poskesdes/polindes 93,3%, puskesmas perawatan 89,5%, RB hanya 60%, RS Umum 41,8% dan Dinkes kurang dari 30%.
Tabel 82 Distribusi frekuensi Pelayanan Kontrasepsi Suntik berdasarkan Asal Instansi Responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 9 60 4 Puskesmas Non Perawatan 17 100 5 Puskesmas Perawatan 17 89,5 6 Rumah Sakit Umum 31 46,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Bidan yang memberikan pelayanan KB dengan metode Suntik di BPS dan puskesmas non perawatan sebesar 100%, puskesmas perawatan 89,5%, poskesdes/polindes 86,7%, RB hanya 60%, RS Umum 46,3% dan Dinkes kurang dari 30%.
66
Tabel 83 Distribusi frekuensi Pelayanan Kontrasepsi AKDR berdasarkan Asal Instansi Responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 10 66,7 2 Bidan Praktek Swasta 11 78,6 3 Rumah Bersalin 8 53,3 4 Puskesmas Non Perawatan 17 100 5 Puskesmas Perawatan 17 89,5 6 Rumah Sakit Umum 33 49,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 3 21,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Bidan yang memberikan pelayanan KB dengan metode AKDR di puskesmas non perawatan sebesar 100%, puskesmas perawatan 89,5%, BPS 78,6%, poskesdes/polindes 66,7%, RB 53,3%, RS Umum 49,3% dan Dinkes kurang dari 30%.
Tabel 84 Distribusi frekuensi Pelayanan Kontrasepsi IUD Post Plasenta berdasarkan Asal Instansi Responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 6 40 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 3 20 4 Puskesmas Non Perawatan 7 41,2 5 Puskesmas Perawatan 2 10,5 6 Rumah Sakit Umum 17 25,4 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 2 14,3 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Responden yang memberikan pelayanan KB dengan metode IUD Post Plasenta masih mempunyai persentase 40% kebawah. Puskesmas non perawatan 41,2%, poskesdes/polindes 40%, BPS 28,6%, RS Umum 25,4%, sedangkan RB, puskesmas perawatan dan Dinkes dibawah 20%.
67
Tabel 85 Distribusi frekuensi Pelayanan Kontrasepsi Implant berdasarkan Asal Instansi Responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 11 73,3 2 Bidan Praktek Swasta 8 57,1 3 Rumah Bersalin 2 13,3 4 Puskesmas Non Perawatan 16 94,1 5 Puskesmas Perawatan 16 84,2 6 Rumah Sakit Umum 26 38,8 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 3 21,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Bidan yang memberikan pelayanan KB dengan metode Implant di puskesmas non perawatan 94,1%, puskesmas perawatan 84,2%, poskesdes/polindes 73,3%, BPS 57,1%, RS Umum 38,8% sedangkan RB dan Dinkes dibawah 30%.
Tabel 86 Distribusi frekuensi Tindakan Kolaborasi dalam Pelayanan Kontrasepsi Mantap (MOP/MOW) berdasarkan Asal Instansi Responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 10 66,7 2 Bidan Praktek Swasta 8 57,1 3 Rumah Bersalin 8 53,3 4 Puskesmas Non Perawatan 15 88,2 5 Puskesmas Perawatan 16 84,2 6 Rumah Sakit Umum 38 56,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 3 21,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Bidan yang tindakan kolaborasi dalam pelayanan Kontrasepsi Mantap (MOP/MOW) di puskesmas non perawatan 88,2%, puskesmas perawatan 84,2%, poskesdes/polindes 66,7%, BPS 57,1%, RS Umum 56,7%, RB 53,3% dan Dinkes kurang dari 30%.
68
Tabel 87 Distribusi frekuensi Deteksi Dini komplikasi akibat Penggunaan Kontrasepsi berdasarkan Asal Instansi Responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 9 60 4 Puskesmas Non Perawatan 17 100 5 Puskesmas Perawatan 17 89,5 6 Rumah Sakit Umum 35 52,2 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Bidan yang melakukan deteksi dini terhadap komplikasi akibat penggunaan kontrasepsi di BPS dan puskesmas non perawatan bidan sudah 100% melaksanakan, puskesmas perawatan 89,5%, poskesdes/polindes 86,7%, RB 60%, RS Umum 52,2% dan Dinkes kurang dari 30%.
Tabel 88 Distribusi frekuensi Penanganan efek samping kontrasepsi sesuai kewenangan berdasarkan Asal Instansi Responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 14 93,3 2 Bidan Praktek Swasta 13 92,9 3 Rumah Bersalin 11 73,3 4 Puskesmas Non Perawatan 17 100 5 Puskesmas Perawatan 17 89,5 6 Rumah Sakit Umum 32 47,8 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 3 21,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Bidan yang melakukan penanganan terhadap efek samping kontrasepsi, bidan puskesmas non perawatan 100%, poskesdes/polindes 93,3%, BPS 92,9%, puskesmas perawatan 89,5% RB 73,3% RS Umum 47,5% dan Dinkes kurang dari 30%.
69
Tabel 89 Distribusi frekuensi Rujukan pelayanan kontrasepsi berdasarkan Asal Instansi Responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 14 93,3 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 17 100 5 Puskesmas Perawatan 17 89,5 6 Rumah Sakit Umum 32 47,8 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Bidan yang melakukan rujukan akseptor sesuai keperluan, bidan di BPS dan puskesmas non perawatan 100%, poskesdes/polindes 93,3%, puskesmas perawatan 89,5%, RB 66,7%, RS Umum 47,8% dan Dinkes kurang dari 30%.
Tabel 90 Distribusi frekuensi Pencatatan pelayanan Kontrasepsi pada kohort / buku KIA Berdasarkan Asal Instansi Responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 14 93,3 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 17 100 5 Puskesmas Perawatan 17 89,5 6 Rumah Sakit Umum 36 53,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Bidan yang melakukan pencatatan pelayanan kontrasepsi pada kohort/ buku KIA pada BPS dan puskesmas non perawatan 100%, poskesdes/polindes 93,3%, puskesmas perawatan 89,5%, RB 66,7%, RS Umum 53,7% dan Dinkes kurang dari 30%.
7) Pertolongan Kegawatdaruratan Kegiatan pelayanan kegawatdaruratan yang dilakukan bidan, rata-rata dibawah 60%, terbanyak Penanganan perdarahan post partum primer 115 orang (68,5%), sedangkan yang paling sedikit pelayanan kegawatdaruratan dalam Pertolongan persalinan dengan Vacum Ekstraksi 32 orang (19%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel. 91.
70
Tabel.91 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Pelayanan kegawatdaruratan NO JENIS PELAYANAN KEGAWATDARURATAN FREKUENS PERSENTAS I E 1 Penanganan perdarahan dalam kehamilan 114 67,9 2 Penanganan kegawatan pada eklampsia 89 53 3 Penanganan kegawatan pada partus lama 84 50 4 Pertolongan persalinan dengan Vacum Ekstraksi 32 19 5 Penanganan retensio plasenta 93 55,4 6 Penanganan perdarahan post partum primer 115 68,5 7 Penanganan perdarahan post partum sekunder 90 53,6 8 Penanganan sepsis puerperalis 83 49,4 9 Penanganan asfiksia neonatorum 102 60,7 Tabel 92 Distribusi frekuensi Penanganan perdarahan kehamilan pra rujukan Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 9 60 2 Bidan Praktek Swasta 11 78,6 3 Rumah Bersalin 12 80 4 Puskesmas Non Perawatan 13 76,5 5 Puskesmas Perawatan 13 68,4 6 Rumah Sakit Umum 50 74,6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Bidan yang melakukan penanganan pra rujukan pada perdarahan kehamilan berkisar antara 60 sampai 80% sedangkan di dinkes kurang dari 30%.
71
Tabel 93 Distribusi frekuensi Penanganan kegawatan pada preeklamsi Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 5 33,3 2 Bidan Praktek Swasta 6 42,9 3 Rumah Bersalin 8 53,3 4 Puskesmas Non Perawatan 9 52,9 5 Puskesmas Perawatan 9 47,4 6 Rumah Sakit Umum 48 71,6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 3 21,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Bidan yang melakukan penanganan kegawatan pada preeklamsi di RSU 71,6%, RB 53,3%, puskesmas non perawatan 52,9%, puskesmas perawatan 47,4%, BPS 42,9%, poskesdes/polindes 33,3% dan dinkes kurabg dari 30%.
Tabel 94 Distribusi frekuensi Penanganan kegawatan pada partus lama Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 7 46,7 2 Bidan Praktek Swasta 7 50 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 9 52,9 5 Puskesmas Perawatan 8 42,1 6 Rumah Sakit Umum 39 58,2 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 2 14,3 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Bidan yang melakukan penanganan kegawatan pada partus lama di RD 66,7%, RSU 58,2%, puskesmas non perawatan 52,9%, BPS 50%, poskesdes/polindes 46,7%, puskesmas perawatan 42,1%, dan Dinkes kurang dari 30%.
72
Tabel 95 Distribusi frenkuensi Pertolongan persalinan dengan vacum ekstarksi Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 3 20 2 Bidan Praktek Swasta 1 7,1 3 Rumah Bersalin 4 26,7 4 Puskesmas Non Perawatan 1 5,9 5 Puskesmas Perawatan 0 0 6 Rumah Sakit Umum 23 34,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 0 0 8 Dinas Kesehatan Provinsi 0 0 Bidan yang melakukan pertolongan persalinan dengan vacum ekstraksi di RSU 34,3%, RB 26,7%, poskesdes/polindes 20%, dan BPS 7,1%. Sedangkan fasilitas pelayanan lain tidak ada bidan yang melakukan pertolongan persalinan dengan vacum ekstraksi.
Tabel 96 Distribusi frekuensi Penanganan retensio plasenta Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 7 46,7 2 Bidan Praktek Swasta 10 71,4 3 Rumah Bersalin 9 60 4 Puskesmas Non Perawatan 11 64,7 5 Puskesmas Perawatan 10 52,6 6 Rumah Sakit Umum 42 62,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 2 14,3 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Bidan yang melakukan penanganan retensio plasenta di BPS 71,4%, puskesmas non perawatan 64,7%, RSU 62,7%, RB 60%, puskesmas perawatan 52,6%, poskesdes/polindes 46,7% dan dikes kurang dari 30%.
73
Tabel 97 Distribusi frekuensi Penanganan perdarahan post partum primer Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 10 66,7 2 Bidan Praktek Swasta 13 92,9 3 Rumah Bersalin 13 86,7 4 Puskesmas Non Perawatan 11 64,7 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 48 71,6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 3 21,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Bidan yang melakukan penanganan perdarahan post partum primer di BPS 92,9%, RB 86,7%, puskesmas perawatan 78,9%, RSU 71,6%, poskesdes/polindes 66,7%, puskesmas non perawatan 64,7% dan Dinkes kurang dari 30%.
Tabel 98 Distribusi frekuensi Penanganan pra rujukan perdarahan post partum sekunder Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 6 40 2 Bidan Praktek Swasta 6 42,9 3 Rumah Bersalin 11 73,3 4 Puskesmas Non Perawatan 9 52,9 5 Puskesmas Perawatan 9 47,4 6 Rumah Sakit Umum 47 70,1 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 2 14,3 8 Dinas Kesehatan Provinsi 0 0 Bidan yang melakukan penanganan pra rujukan perdarahan post partum sekunder di RB 73,3%, RSU 70,1%, puskesmas non perawatan 52,9%, puskesmas perawatan 47,4%, BPS 42,9%, poskesdes/polindes 40% sedangkan dinkes kabupaten 14,3% dan dinkes provinsi 0%.
74
Tabel 99 Distribusi frekuensi Penanganan sepsis puerperalis Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 3 20 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 7 41,2 5 Puskesmas Perawatan 10 52,6 6 Rumah Sakit Umum 47 70,1 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 2 14,3 8 Dinas Kesehatan Provinsi 0 0 Bidan yang melakukan penanganan sepsis puerperalis di RSU 70,1%, RB 66,7%, puskesmas perawatan 52,6%, puskesmas non perawatan 41,2%, BPS 28,6%, poskesdes/polindes 20% dan dinkes kabupaten 14,3%. Sedangkan dinkes provinsi 0%.
Tabel 100 Distribusi frekuensi Penanganan asfikisia bayi baru lahir Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 8 53,3 2 Bidan Praktek Swasta 9 64,3 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 10 58,8 5 Puskesmas Perawatan 14 73,7 6 Rumah Sakit Umum 47 70,1 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 2 14,3 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Bidan yang melakukan penanganan asfiksia bayi baru lahir di puskesmas perawatan 73,7%, RSU 70,1%, RB 66,7%, BPS 64,3%, puskesmas non perawatan 58,8%, poskesdes/polindes 53,3% dan dinkes dibawah 30%.
8) Pengobatan Kegiatan pengobatan yang dilakukan oleh Respondentergambar rata-rat dibawah 50%, terdapat Responden yang Melakukan pengobatan umum selayaknya balai pengobatan sebanyak 50 orang (29,8 %), lebih rinci dapat di perhatikan pada tabel. 101 dibawah ini. Sedangkan kegiatan Melakukan pengobatan dalam rangka pertolongan pertama dan segera merujuk 84 orang (50%).
75
NO 1 2 3 4
Tabel.101 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Pelayanan Pengobatan PELAYANAN PENGOBATAN FREKUENS PERSENTAS I E Melakukan pengobatan bayi/anak balita dengan pedoman 59 35,1 MTBM/MTBS Melakukan pengobatan dalam rangka pertolongan 84 50 pertama dan segera merujuk Melakukan pengobatan umum selayaknya balai 50 29,8 pengobatan Melakukan pencatatan pada rekam kebidanan/kartu, 85 50,6 kohort dan buku KIA. Tabel 102 Distribusi frekuensi Pengobatan dengan pedoman MTBS/MTBM Berdasarkan asal instansi responden
NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 11 73,3 2 Bidan Praktek Swasta 11 78,6 3 Rumah Bersalin 2 13,3 4 Puskesmas Non Perawatan 11 64,7 5 Puskesmas Perawatan 11 57,9 6 Rumah Sakit Umum 8 11,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Bidan yang melakukan pengobatan dengan pedoman MTBS/MTBM di BPS 78,6%, poskesdes/polindes 73,3%, puskesmas non perawatan 64,7%, puskesmas perawatan 57,9%, sedangkan dinkes, RB, dan RSU persentase dibawah 30%.
Tabel 103 Distribusi frekuensi Pengobatan pra rujukan Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 14 100 3 Rumah Bersalin 9 60 4 Puskesmas Non Perawatan 12 70,6 5 Puskesmas Perawatan 14 73,7 6 Rumah Sakit Umum 16 23,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Bidan yang melakukan pengobatan pra rujukan di BPS 100%, poskesdes/polindes 86,7%, puskesmas perawatan 73,7%, puskesmas non perawatan 70,6%, RB 60 %, RSU dn Dinkes kurang dari 30%. 76
Tabel 104 Distribusi frekuensi Pengobatan umum selayaknya BP Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 12 80 2 Bidan Praktek Swasta 6 42,9 3 Rumah Bersalin 4 26,7 4 Puskesmas Non Perawatan 10 58,8 5 Puskesmas Perawatan 9 47,4 6 Rumah Sakit Umum 7 10,4 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 1 7,1 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Bidan yang melakukan pengobatan selayaknya BP di poskesdes/polindes 80%, puskesmas non perawatan 58,8%, puskesmas perawatan 47,4%, BPS 42,9%, RB 26,7%, RSU dan Dinkes dibawah 20%.
Tabel 105 Distribusi frekuensi Pencatatan pada rekam medik, kohort / buku KIA Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 11 78,6 3 Rumah Bersalin 8 53,3 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 18 16,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Bidan yang melakukan pencatatan pada rekam medik, kohort dan buku KIA di poskesdes/polindes 86,7%, puskesmas non perawatan 82,4%, puskesmas perawatan 78,9%, BPS 78,6%, RB 53,3%, dinkes 28,6% dan RSU hanya 16,9%.
9) Pelayanan kesehatan reproduksi remaja Gambaran kegiatan Pelayanan kesehatan reproduksi remaja secara umum antara 40 sampai dengan 50% Respondenyang melakukan kegiatan ini. Dari tabel. 106, memperlihatkan kegiatan terbanyak yang dilakukan oleh Respondenadalah Promosi kesehatan termasuk KIE dan konseling, sejumlah 95 orang (56,5%), sedangkan kegiatan yang dilakukan Respondenyaitu Melakukan deteksi dini adanya penyimpangan dari perubahan fungsi reproduksi hanya 74 orang (44%).
77
Tabel.106 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja NO PELAYANAN KESPRO REMAJA FREKUENS I 1 Promosi kesehatan termasuk KIE dan konseling. 95 Melakukan deteksi dini adanya penyimpangan dari 74 2 perubahan fungsi reproduksi. 3 Melakukan rujukan jika diperlukan 84 4 Melakukan pencatatan pada rekam kebidanan/kartu. 83 N = 168
PERSENTAS E 56,5 44 50 49,4
Tabel 107 Distribusi frekuensi Promkes, KIE dan Konseling Kespro Remaja Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 11 73,3 2 Bidan Praktek Swasta 11 78,6 3 Rumah Bersalin 6 40 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 31 46,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Bidan yang melakukan promkes, KIE dan konseling kesehatan reproduksi remaja di puskesmas non perawatan 82,4%, puskesmas perawatan 78,9%, BPS 78,6%, poskesdes/poloindes 73,3%, RSU 46,3%, RB 40 % dinkes kabupaten 35,7% dan dinkes provinsi 28,6%. Tabel 108 Distribusi frekuensi Deteksi Dini Penyimpangan Perubahan Fungsi Reproduksi Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 9 60 2 Bidan Praktek Swasta 7 50 3 Rumah Bersalin 7 46,7 4 Puskesmas Non Perawatan 13 76,5 5 Puskesmas Perawatan 8 42,1 6 Rumah Sakit Umum 24 35,8 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Bidan yang melakukan deteksi dini terhadap adanya penyimpangan fungsi reproduksi di puskesmas non perawatan 76,5%, poskesdes/polindes 60%, BPS 50%, RB 46,7%, puskesmas perawatan 42,1%, RSU 35,8%, dinkes kabupaten/kota 35,7% dan dinkes provinsi 14,3%.
78
Tabel 109 Distribusi frekuensi Rujukan jika diperlukan Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 11 73,3 2 Bidan Praktek Swasta 11 78,6 3 Rumah Bersalin 7 46,7 4 Puskesmas Non Perawatan 13 76,5 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 21 31,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Bidan yang melakukan rujukan kasus kespro jika diperlukan di puskesmas perawatan 78,9%, BPS 78,6%, puskesmas non perawatan 76,5%, poskesdes/polindes 73,3%, sedangkan di RB hanya 46,7%, dinkes kabupaten/kota 35,7%, RSU 31,3% dan dinkes provinsi 14,3%.
Tabel 110 Distribusi frekuensi Pencatatan pada rekam medik Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 9 60 2 Bidan Praktek Swasta 9 64,3 3 Rumah Bersalin 7 46,7 4 Puskesmas Non Perawatan 12 70,6 5 Puskesmas Perawatan 13 68,4 6 Rumah Sakit Umum 27 40,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Responden yang melakukan pencatatan pada rekam medik tentang kespro remaja hampir keseluruhan masih dibawah 70%. Puskesmas non perawatan 70,6%, puskesmas perawatan 68,4%, BPS 64,3%, poskesdes/polindes 60%, Rb 46,7%, RSU 40,3%, dinkes kabupaten/kota 35,7% dan dinkes provinsi 14,3%. b. Kegiatan Non Klinis Kegiatan non klinis terdiri dari kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, manajerial dan kepemimpinan (leadership). Gambarkan kegiatan Responden non klinis secara umum berkisar antara 50%. Kegiatan non klinis yang dilakukan oleh Responden terbanyak yaitu pencatatan dan pelaporan 109 orang (64,9%), dan yang paling sedikit kegiatan yang dilakukan oleh Responden77 orang (45,8%) advokasi. Hal ini dapat dilihat lebih rinci dari tabel.111.
79
Tabel.111 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pelayanan Non Klinis NO JENIS PELAYANAN NON KLINIS FREKUENSI PERSENTASE 1 Pelayanan Kesehatan Masyarakat 80 47,6 2 Manajerial a. Perencanaan 89 53 b. Pengorganisasian 84 50 c. Pengawasan dan pengendalian 85 50,6 d. Monitoring dan evaluasi 96 57,1 e. Pencatatan dan pelaporan 109 64,9 3 Kepemimpinan (Leadership) a. Pembinaan 93 55,4 b. Pembimbing 91 54,2 c. Koordinasi 96 57,1 d. Advokasi 77 45,8 Jenis pelayanan non kli nis yang dilakukan responden berdasarkan asal institusi secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut. Kegiatan non klinis lebih banyak dilakukan oleh responden yang bertugas di pelayanan non klinis dan administrasi seperti Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan di nas kesehatan provinsi. Tabel 112 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 11 73,3 2 Bidan Praktek Swasta 8 57,1 3 Rumah Bersalin 8 53,3 4 Puskesmas Non Perawatan 11 64,7 5 Puskesmas Perawatan 14 73,7 6 Rumah Sakit Umum 17 25,4 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 7 50 8 Dinas Kesehatan Provinsi 4 57,1 Responden yang memberikan pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas perawatan 73,7%, poskesdes/polindes 73,3%, puskesmas non perawatan 64,7%, sedangkan dinkes provinsi dan BPS 57,1%, RB 53,3%, dinkes kabupaten.kota 50% dan RSU 25,4%.
80
Tabel 113 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perencanaan NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 10 66,7 2 Bidan Praktek Swasta 6 42,9 3 Rumah Bersalin 9 60 4 Puskesmas Non Perawatan 10 58,8 5 Puskesmas Perawatan 13 68,4 6 Rumah Sakit Umum 24 35,8 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 11 78,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 6 85,7 Responden yang melakukan kegiatan perencanaan di dinkes provinsi 85,7%, dinkes kabupaten/kota 78,6%, puskesmas perawatan 68,4%, poskesdes/polindes 66,7%, RB 60%, sedangkan puskesmas non perawatan 58,8%, BPS 42,9% dan RSU 35,8%.
Tabel 114 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pengorganisasian NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 9 60 2 Bidan Praktek Swasta 6 42,9 3 Rumah Bersalin 8 53,3 4 Puskesmas Non Perawatan 7 41,2 5 Puskesmas Perawatan 13 68,4 6 Rumah Sakit Umum 23 34,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 11 78,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 7 100 Responden yang melakukan kegiatan pengorganisasian di dinkes provinsi 100%, dinkes kabupaten/kota 78,6%, puskesmas perawatan 68,4%, poskesdes/polindes 60%, RB 53,3%, sedangkan BPS 42,9%, puskesmas non perawatan 41,2%, dan RSU 34,3%.
81
Tabel 115 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pengawasan dan Pengendalian NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 10 66,7 2 Bidan Praktek Swasta 6 42,9 3 Rumah Bersalin 8 53,3 4 Puskesmas Non Perawatan 9 52,9 5 Puskesmas Perawatan 13 68,4 6 Rumah Sakit Umum 21 31,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 11 78,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 7 100 Responden yang melakukan kegiatan pengawasan dan pengendalian di dinkes provinsi 100%, dinkes kabupaten/kota 78,6%, puskesmas perawatan 68,4%, poskesdes/polindes 66,7%, RB 53,3%, puskesmas non perawatan 52,9%, sedangkan BPS 42,9% dan RSU 31,3%.
Tabel 116 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Monitoring dan Evaluasi NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 11 73,3 2 Bidan Praktek Swasta 6 42,9 3 Rumah Bersalin 9 60 4 Puskesmas Non Perawatan 12 70,6 5 Puskesmas Perawatan 14 73,7 6 Rumah Sakit Umum 26 38,8 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 11 78,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 7 100 Responden yang melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi di dinkes provinsi 100%, dinkes kabupaten/kota 78,6%, puskesmas perawatan 73,7%, poskesdes/polindes 73,3%, puskesmas non perawatan 70,6%, RB 60%, sedangkan BPS 42,9% dan RSU 38,8%.
82
Tabel 117 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pencatatan dan Pelaporan NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 11 73,3 2 Bidan Praktek Swasta 8 57,1 3 Rumah Bersalin 11 73,3 4 Puskesmas Non Perawatan 13 76,5 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 33 49,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 11 78,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 7 100 Responden yang melakukan kegiatan perencanaan di dinkes provinsi 100%, dinkes kabupaten/kota 78,6%, puskesmas perawatan 78,9%, puskesmas non perawatan 76,5%, poskesdes/polindes dan RB 73,3%, sedangkan BPS 57,1% dan RSU 49,3%.
Tabel 118 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kegiatan Pembinaan NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 10 66,7 2 Bidan Praktek Swasta 7 50 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 13 76,5 5 Puskesmas Perawatan 11 57,9 6 Rumah Sakit Umum 30 44,8 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 7 50 8 Dinas Kesehatan Provinsi 5 71,4 Responden yang melakukan kegiatan pembinaan di dinkes provinsi 71,4%, puskesmas non perawatan 76,5%, poskesdes/polindes dan RB 66,7%, puskesmas perawatan 57,9%, dinkes kabupaten/kota dan BPS 50%, sedangkan RSU 44,8%.
83
Tabel 119 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kegiatan Pembimbingan NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 10 66,7 2 Bidan Praktek Swasta 6 42,9 3 Rumah Bersalin 11 73,3 4 Puskesmas Non Perawatan 11 64,7 5 Puskesmas Perawatan 11 57,9 6 Rumah Sakit Umum 31 46,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 6 42,9 8 Dinas Kesehatan Provinsi 5 71,4 Responden yang melakukan kegiatan pembimbing di RB 73,3%, dinkes provinsi 71,4%, poskesdes/polindes 66,7%, puskesmas non perawatan 64,7%, puskesmas perawatan 57,9%, RSU 46,3%, sedangkan dinkes kabupaten/kota dan BPS 42,9%.
Tabel 120 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kegiatan Koordinasi NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 10 66,7 2 Bidan Praktek Swasta 9 64,3 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 12 70.6 5 Puskesmas Perawatan 12 63,2 6 Rumah Sakit Umum 32 47,8 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 6 42,9 8 Dinas Kesehatan Provinsi 5 71,4 Responden yang melakukan kegiatan Koordinasi di dinkes provinsi 71,4%, puskesmas non perawatan 70,6%, poskesdes/polindes dan RB 66,7%, BPS 64,3%, puskesmas perawatan 63,2%, RSU 47,8% dan dinkes kabupaten/kota 42,9%.
84
Tabel 121 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kegiatan Advokasi NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 7 46,7 2 Bidan Praktek Swasta 6 42,9 3 Rumah Bersalin 9 60 4 Puskesmas Non Perawatan 10 58,8 5 Puskesmas Perawatan 11 57,9 6 Rumah Sakit Umum 23 34,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 61 42,9 8 Dinas Kesehatan Provinsi 5 71,4 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan advokasi terbesar adalah Dinas Kesehatan 71,4% dan sangat kecil ada di RSU 34,3%.
1). Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pelayanan Kesehatan Masyarakat terdiri dari pelayanan kesehatan masyarakat, ambulan desa dan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM). Untuk Kegiatan Kesehatan Masyarakat yang dilakukan Responden tergambar pada umumnya berkisar 30%, hal ini dapat dilihat pada tabel. 122. Kegiatan yang terbanyak dilakukan oleh Responden adalah Menyelenggarakan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 66 orang (39,3%). Sedangkan kegiatan yang paling sedikit dilakukan oleh Responden adalah Melakukan Analisis Sosial 48 orang (28,6%)
NO 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel.122 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT FREKUENS I Melakukan Pemetaan Wilayah 56 Melakukan Analisis Situasi 52 Melakukan Analisis Sosial 48 Melakukan Pemetaan Masalah 56 Melakukan Musyawarah Masyarakat Desa 56 Memberikan Pelayanan Kebidanan Komunitas 64 Menyelenggarakan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 66 Melakukan Advokasi 57
85
PERSENTAS E 33,3 31 28,6 33,3 33,3 38,1 39,3 33,9
Tabel 123 Distribusi frekuensi Kegiatan Pemetaan Wilayah Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 2 14,3 3 Rumah Bersalin 2 13,3 4 Puskesmas Non Perawatan 15 88,2 5 Puskesmas Perawatan 13 68,4 6 Rumah Sakit Umum 3 4,5 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 3 42,9 Responden yang melakukan kegiatan pemetaan wilayah di puskesmas non perawatan 88,2%, poskesdes/polindes 86,7%, puskesmas perawatn 68,4%, dinkes provinsi 42,9%, dinkes kabupaten/kota 35,7% sedangkan BPS, RB dan RSU dibawah 20%.
Tabel 124 Distribusi frekuensi Kegiatan Analisis Situasi Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 12 80 2 Bidan Praktek Swasta 1 7,1 3 Rumah Bersalin 2 13,3 4 Puskesmas Non Perawatan 10 58,8 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 4 6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 3 42,9 Responden yang melakukan kegiatan analisis situasi di poskesdes/polindes 80%, puskesmas perawatan 78,9%, puskesmas non perawatan 58,8%, dinkes provinsi 42,9%, dinkes kabupaten/kota 35,7%, sedangkan di RB, BPS dan RSU kurang dari 20%.
86
Tabel 125 Distribusi frekuensi Kegiatan Analisis Sosial Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 12 80 2 Bidan Praktek Swasta 1 7,1 3 Rumah Bersalin 2 13,3 4 Puskesmas Non Perawatan 9 52,9 5 Puskesmas Perawatan 13 68,4 6 Rumah Sakit Umum 3 4,5 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 3 42,9 Responden yang melakukan kegiatan analisis sosial di poskesdes/polindes 80%, puskesmas perawatan 68,4%, puskesmas non perawatan 52,9%, dinkes provinsi 42,9%, dinkes kabupaten/kota 35,7%, sedangkan di RB, BPS dan RSU kurang dari 20%.
Tabel 126 Distribusi frekuensi Kegiatan Pemetaan Masalah Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 12 80 2 Bidan Praktek Swasta 2 14,3 3 Rumah Bersalin 2 13,3 4 Puskesmas Non Perawatan 12 70,6 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 4 6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 4 57,1 Responden yang melakukan kegiatan pemetaan masalah di poskesdes/polindes 80%, puskesmas perawatan 78,9%, puskesmas non perawatan 70,6%, dinkes provinsi 57,1%, dinkes kabupaten/kota 35,7%, sedangkan di RB, BPS dan RSU kurang dari 20%.
87
Tabel 127 Distribusi frekuensi Kegiatan MMD Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 2 13,3 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 12 63,2 6 Rumah Sakit Umum 4 6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Responden yang melakukan kegiatan musyawarah Masyarakat Desa di poskesdes/polindes 86,7%, puskesmas non perawatan 82,4%, puskesmas perawatan 63,2%, dinkes kabupaten/kota 35,7%, dinkes provinsi dan BPS 28,6%, sedangkan di RB dan RSU kurang dari 20%.
Tabel 128 Distribusi frekuensi Pelayanan Kebidanan Komunitas Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 8 57,1 3 Rumah Bersalin 3 20 4 Puskesmas Non Perawatan 15 88,2 5 Puskesmas Perawatan 13 68,4 6 Rumah Sakit Umum 5 7,5 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Responden yang melakukan pelayanan kebidanan komunitas di puskesmas non perawatan 88,2%, poskesdes/polindes 86,7%, puskesmas perawatan 68,4%, BPS 57,1%, dinkes kabupaten/kota 35,7%, dinkes provinsi 28,6%, sedangkan di RB 20% dan RSU hanya 7,5%.
88
Tabel 129 Distribusi frekuensi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 8 57,1 3 Rumah Bersalin 3 20 4 Puskesmas Non Perawatan 16 94,1 5 Puskesmas Perawatan 13 68,4 6 Rumah Sakit Umum 6 9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Responden yang melakukan penyuluhan kesehatan masyarakat di puskesmas non perawatan 94,1%, poskesdes/polindes 86,7%, puskesmas perawatan 68,4%, BPS 57,1%, dinkes kabupaten/kota 35,7%, dinkes provinsi 28,6%, sedangkan di RB 20% dan RSU hanya 9%.
Tabel 130 Distribusi frekuensi Melakukan Kegiatan Advokasi Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 11 73,3 2 Bidan Praktek Swasta 6 42,9 3 Rumah Bersalin 2 13,3 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 12 63,2 6 Rumah Sakit Umum 3 4,5 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 4 57,1 Responden yang melakukan kegiatan advokasi di puskesmas non perawatan 82,4%, poskesdes/polindes 73,3%, puskesmas perawatan 63,2%, dinkes provinsi 57,1%, BPS 42,9%, dinkes kabupaten/kota 35,7%, sedangkan di RB 13,3% dan RSU hanya 4,5%.
89
Tabel 131 Distribusi frekuensi Membangun Kemitraan dan Jejaring Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 6 42,9 3 Rumah Bersalin 3 20 4 Puskesmas Non Perawatan 15 88,2 5 Puskesmas Perawatan 16 84,2 6 Rumah Sakit Umum 5 7,5 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 4 57,1 Responden yang membangun kemitraan dan jejaring di puskesmas non perawatan 88,2%, poskesdes/polindes 86,7%, puskesmas perawatan 84,2%, dinkes provinsi 57,1%, BPS 42,9%, dinkes kabupaten/kota 35,7%, sedangkan di RB 20% dan RSU hanya 7,5%.
a) Ambulan desa Gambaran kegiatan Respondendalam pelayanan ambulan desa pada umumnya masih dibawah 35%, bahkan masih ada kegiatan yang 28% yang dilakukan oleh 47 orang Respondenyaitu kegiatan pelayanan Kesiap-siagaan Bencana (tabel.132). Kegiatan yang dilakukan Respondenpaling banyak adalah Persiapan Calon Donor Darah dilakukan oleh 57 orang (33,9%). Tabel.132 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Pelayanan Ambulan Desa NO PELAYANAN AMBULAN DESA FREKUENSI PERSENTAS E 1 Sistem Ambulans Desa 57 33,9 2 Persiapan Calon Donor Darah 57 33,9 3 Tabulin 55 32,7 4 Dana Sehat 48 28,6 5 Kesiap-siagaan Bencana 47 28 Berikut pelayanan Ambulan desa berdasarkan asal instansi responden, dapat dilihat bahwa kegiatan tersebut terbesar di layanan kesehatan primer. Secara rinci dapat dilihat tabel berikut :
90
Tabel 133 Distribusi frekuensi Sistem Ambulans Desa Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 2 13,3 4 Puskesmas Non Perawatan 15 88,2 5 Puskesmas Perawatan 13 68,4 6 Rumah Sakit Umum 4 6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Responden yang melakukan kegiatan PPM dalam bentuk sistem ambulan desa di puskesmas non perawatan 88,2%, poskesdes/polindes 86,7%, puskesmas perawatan 68,4%, sedangkan di dinkes kabupaten/kota, dinkes provinsi dan BPS sebesar 28,6%, di RB 13,3% dan RSU hanya 6%.
Tabel 134 Distribusi frekuensi Persiapan Calon Donor Darah Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 2 13,3 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 13 68,4 6 Rumah Sakit Umum 4 6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Responden yang melakukan kegiatan PPM dalam bentuk persiapan calon donor darah di poskesdes/polindes 86,7%, puskesmas non perawatan 82,4%, puskesmas perawatan 68,4%, sedangkan di dinkes kabupaten/kota 35,7%, dinkes provinsi dan BPS sebesar 28,6%, di RB 13,3% dan RSU hanya 6%.
91
Tabel 135 Distribusi frekuensi Penggerakan Tabulin Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 2 13,3 4 Puskesmas Non Perawatan 12 70,6 5 Puskesmas Perawatan 12 63,2 6 Rumah Sakit Umum 5 7,5 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 37,5 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Responden yang melakukan kegiatan PPM dalam bentuk Tabulin di poskesdes/polindes 86,7%, puskesmas non perawatan 70,6%, puskesmas perawatan 63,2%, sedangkan di dinkes kabupaten/kota 35,7%, dinkes provinsi dan BPS sebesar 28,6%, di RB 13,3% dan RSU hanya 7,5%.
Tabel 136 Distribusi frekuensi Penggerakan Dana Sehat Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 10 66,7 2 Bidan Praktek Swasta 3 21,4 3 Rumah Bersalin 2 13,3 4 Puskesmas Non Perawatan 11 64,7 5 Puskesmas Perawatan 11 57,9 6 Rumah Sakit Umum 4 6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Responden yang melakukan kegiatan PPM dalam bentuk Tabulin di poskesdes/polindes 66,7%, puskesmas non perawatan 64,7%, puskesmas perawatan 57,9%, sedangkan di dinkes kabupaten/kota 35,7%, dinkes provinsi 28,6%, BPS 21,4%, di RB 13,3% dan RSU hanya 6%.
92
Tabel 137 Distribusi frekuensi Penggerakan Kesiap siagaan Bencana Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 10 66,7 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 1 6,7 4 Puskesmas Non Perawatan 13 76,5 5 Puskesmas Perawatan 8 42,1 6 Rumah Sakit Umum 4 6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Responden yang melakukan kegiatan PPM dalam bentuk kesiapsiagaan bencana di puskesmas non perawatan 76,5%, poskesdes/polindes 66,7%, puskesmas perawatan 42,1%, sedangkan di dinkes kabupaten/kota 35,7%, dinkes provinsi dan BPS sebesar 28,6%, di RB 6,7% dan RSU hanya 6%.
b) Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) Kegiatan Pembinaan UKBM yang dilakukan oleh Respondendari 168 orang pada umumnya berkisar antara 15% sampai dengan 38%, yang paling rendah 15,5% adalah kegiatan Pembinaan Pos Obat Desa yang dilakukan oleh 26 orang bidan, sedangkan untuk Pembinaan posyandu dilakukan oleh 64 orang Responden(38,1%), lebih lengkap dapat dilihat pada tabel. 138 berikut. Tabel.138 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) NO JENIS PELAYANAN FREKUENSI PERSENTAS E 1 Pembinaan Posyandu 64 38,1 2 Pembinaan Posdaya 30 17,9 3 Pembinaan Pos Kesehatan Desa 46 27,4 4 Pembinaan Pos Obat Desa 26 15,5
93
Tabel 139 Distribusi frekuensi Pembinaan Posyandu Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 5 35,7 3 Rumah Bersalin 3 20 4 Puskesmas Non Perawatan 15 88,2 5 Puskesmas Perawatan 14 73,7 6 Rumah Sakit Umum 6 9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 3 42,9 Dari data diatas terlihat bahwa 86,7 % polindes telah melaksanakan fungsinya untuk melakukan posyandu, demikian juga bidan yang bekerja di puskesmas non perawatan 88,2% dan yang bekerja di puskesmas perawatan 73,7% juga melaksanakan fungsinya untuk membantu bidan desa melakukan posyandu.
Tabel 140 Distribusi frekuensi Kegiatan Pembinaan Posdaya Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 6 40 2 Bidan Praktek Swasta 0 0 3 Rumah Bersalin 1 6,7 4 Puskesmas Non Perawatan 9 52,9 5 Puskesmas Perawatan 5 26,3 6 Rumah Sakit Umum 4 6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 3 21,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Sebesar 52,9% bidan yang bekerja di puskesmas non perawatan telah melaksanakan kegiatan pembinaan posdaya. Namun bidan yang mempunyai praktik sendiri (BPS) tidak pernah melaksanakan kegiatan posdaya dan hanya 6% dari bidan yang bekrja di rumah sakit yang melaksanakan kegiatan posdaya.
94
Tabel141 Distribusi frekuensi Pembinaan Pos Kesehatan Desa Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 2 14,3 3 Rumah Bersalin 1 6,7 4 Puskesmas Non Perawatan 13 76,5 5 Puskesmas Perawatan 9 47,4 6 Rumah Sakit Umum 2 3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Sebesar 86,7% bidan yang bekerja di Polindes, dan 76,5% bidan di puskesmas non perawatan telah melakukan pembinaan Pos Kesehatan Desa. Namun bidan di Rumah sakit umum hanya sebesar 3% dan yang bekerja di Rumah bersalin hanya 6,7% yang melakukan pembinaan pada Pos Kesehatan Desa. Tabel 142 Distribusi frekuensi Pembinaan Pos Obat Desa Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 6 40 2 Bidan Praktek Swasta 1 7,1 3 Rumah Bersalin 0 0 4 Puskesmas Non Perawatan 11 6,47 5 Puskesmas Perawatan 2 10,5 6 Rumah Sakit Umum 1 1,5 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Sebesar 40% bidan yang bekerja di Polindes telah melakukan pembinaan pada Pos Obat Desa, namun hanya 1,5% bidan yang bekerja di Rumah Sakit Umum yang melakukan pembinaan dan bidan yang bekerja di Rumah bersalin tidak ada yang melakukan pembinaan Pos Obat Desa.
b).
Manajerial
Kegiatan Manajerial yang dimaksud meliputi, perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan pengendalian, monitoring dan evaluasi, serta pencatatan dan pelaporan. a). Perencanaan Gambaran Respondenyang melaksanakan kegiatan perencanaan mulai perencanaan SDM, Anggaran, Logistik, kegiatan/program dan pengembangan rata-rata sekitar 40%, kegiatan terbanyak Perencanaan Kegiatan / Program dilaksanakan oleh 74 orang (44%), dan yang paling sedikit perencanaan anggaran dilaksanakan oleh Respondensebanyak 61 orang(36,3%).
95
Tabel.143 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan manajerial Perencanaan NO JENIS PELAYANAN FREKUENSI PERSENTAS E 1 Perencanaan SDM 64 38,1 2 Perencanaan Anggaran 61 36,3 3 Perencanaan Logistik 74 44 4 Perencanaan Kegiatan / Program 73 43,5 5 Perencanaan Pengembangan 64 38,1 Tabel 144 Distribusi frekuensi Perencanaan SDM Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 8 53,3 2 Bidan Praktek Swasta 5 35,7 3 Rumah Bersalin 5 33,3 4 Puskesmas Non Perawatan 7 41,2 5 Puskesmas Perawatan 8 42,1 6 Rumah Sakit Umum 19 28,4 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 9 64,3 8 Dinas Kesehatan Provinsi 3 42,9 Sebesar 64,4% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten melaksanakan kegiatan manajerial berupa perencanaan SDM, sedangkan bidan yang bekerja di instansi lainnya kurang dari 50% yang melaksanakan kegiatan perencanaan SDM. Tabel 145 Distribusi frekuensi Perencanaan Anggaran Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 6 40 2 Bidan Praktek Swasta 7 50 3 Rumah Bersalin 4 26,7 4 Puskesmas Non Perawatan 7 41,2 5 Puskesmas Perawatan 10 52,6 6 Rumah Sakit Umum 13 19,4 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 10 71,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 4 57,1 Sebesar 71,4% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten melaksanakan kegiatan manajerial berupa perencanaan anggaran, sedangkan bidan yang bekerja di instansi lainnya kurang dari 50% yang melaksanakan kegiatan perencanaan anggaran
96
Tabel 146 Distribusi frekuensi Perencanaan Logistik Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 7 46,7 2 Bidan Praktek Swasta 8 57,1 3 Rumah Bersalin 5 33,3 4 Puskesmas Non Perawatan 6 35,3 5 Puskesmas Perawatan 12 63,2 6 Rumah Sakit Umum 20 29,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 11 78,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 5 71,4 Sebesar 71,4% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi dan 78,6% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten melaksanakan kegiatan manajerial perencanaan logistic. Hanya 50% bidan yang bekerja di polindes, rumah bersalin, puskesmas non perawatan, rumah sakit umum yang melakukan perencanaan logistic. Tabel 147 Distribusi frekuensi Perencanaan Program Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 8 53,3 2 Bidan Praktek Swasta 6 42,9 3 Rumah Bersalin 5 33,3 4 Puskesmas Non Perawatan 8 47,1 5 Puskesmas Perawatan 12 63,2 6 Rumah Sakit Umum 18 26,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 11 78,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 5 71,4 Sebesar 71,4% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi dan 78,6% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten melaksanakan kegiatan manajerial perencanaan program. Kurang dari 50% bidan yang bekerja di polindes, rumah bersalin, puskesmas non perawatan, rumah sakit umum yang melakukan perencanaan program.
97
Tabel 148 Distribusi frekuensi Perencanaan Pengembangan Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 6 40 2 Bidan Praktek Swasta 7 50 3 Rumah Bersalin 5 33,3 4 Puskesmas Non Perawatan 7 41,2 5 Puskesmas Perawatan 10 52,6 6 Rumah Sakit Umum 15 22,4 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 9 64,3 8 Dinas Kesehatan Provinsi 5 71,4 Sebesar 71,4% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi dan 64,3% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten yang melaksanakan kegiatan manajerial perencanaan pengembangan. Kurang dari 50% bidan yang bekerja di instansi lain yang melakukan kegiatan perencanaan pengembanagn b). Pengorganisasian Kegiatan pengorganisasian tergambar dari tabel.149, dari 168 orang Respondenrata-rata melakukan kegiatan pengorganisasian 30% nya. Respondenyang terbanyak melakukan Pengorganisasian Kegiatan/Program 66 orang (39,3%), sedangkan persentase yang terendah Respondenyang melaksanakan Pengorganisasian Anggaran 52 orang (31%). Tabel.149 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Manajerial Pengoraginisasi NO JENIS PELAYANAN FREKUENSI PERSENTAS E 1 Pengorganisasian SDM 55 32,7 2 Pengorganisasian Kegiatan / Program 66 39,3 3 Pengorganisasian Anggaran 52 31 4 Pengorganisasian Logistik 64 38,1 5 Pengorganisasian Pengembangan 54 32,1
98
Tabel 150 Distribusi frekuensi Pengorganisasian SDM Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 6 40 2 Bidan Praktek Swasta 2 14,3 3 Rumah Bersalin 5 33,3 4 Puskesmas Non Perawatan 5 29,4 5 Puskesmas Perawatan 8 42,1 6 Rumah Sakit Umum 20 29,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 7 50 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Sebesar 50% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten melaksanakan pengorganisasian SDM, sedangkan dari instansi lainnya kurang dari 42% bidan
Tabel 151 Distribusi frekuensi Pengorganisasian Program Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 7 46,7 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 5 33,3 4 Puskesmas Non Perawatan 6 35,3 5 Puskesmas Perawatan 12 63,2 6 Rumah Sakit Umum 18 26,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 9 64,3 8 Dinas Kesehatan Provinsi 5 71,4 Sebesar 71,4% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi, 64,3% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten, 63,2% bidan yang bekerja di puskesmas perawatan melaksanakan kegiatan manajerial pengorganisasian program. Kurang dari 50% bidan yang bekerja di instansi lain yang melakukan pengorganisasian program
99
Tabel 152 Distribusi frekuensi Pengorganisasian Anggaran Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 6 40 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 4 26,7 4 Puskesmas Non Perawatan 4 23,5 5 Puskesmas Perawatan 6 31,6 6 Rumah Sakit Umum 14 20,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 9 64,3 8 Dinas Kesehatan Provinsi 5 71,4 Sebesar 71,4% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi, 64,3% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten, melaksanakan kegiatan manajerial pengorganisasian anggaran. Kurang dari 40% bidan yang bekerja di instansi lain yang melakukan pengorganisasian anggaran Tabel 153 Distribusi frekuensi Pengorganisasian Logistik Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 6 40 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 6 40 4 Puskesmas Non Perawatan 4 23,5 5 Puskesmas Perawatan 12 63,2 6 Rumah Sakit Umum 18 26,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 9 64,3 8 Dinas Kesehatan Provinsi 5 71,4 Sebesar 71,4% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi, 64,3% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten, 63,2% bidan yang bekerja di puskesmas perawatan melaksanakan kegiatan manajerial pengorganisasian logistik. Kurang dari 40% bidan yang bekerja di instansi lain yang melakukan pengorganisasian logistik
100
Tabel 154 Distribusi frekuensi Pengorganisasian Pengembangan Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 6 40 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 5 33,3 4 Puskesmas Non Perawatan 4 23,5 5 Puskesmas Perawatan 9 47,4 6 Rumah Sakit Umum 15 22,4 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 7 50 8 Dinas Kesehatan Provinsi 4 57,1 Sebesar 57% bidan yang bekerja di Dinas kesehatan propinsi melaksanakan pengorganisasian pengembangan, sedangkan dari instansi lainnya masih kurang dari 50% bidan
c). Pengawasan dan pengendalian Gambaran Respondenyang melaksanakan kegiatan Pengawasan dan Pengendalian tabel.155. terlihat dari 168 orang rata-rata 40% melakukan kegiatan tersebut. Sedangkan kegiatan yang tertinggi adalah Audit Maternal Perinatal (AMP) yang dilaksanakan oleh 79 orang Responden (47%) dan paling sedikit 72orang Responden(42,9%) melakukan kegiatan supervisi fasilitatif. Tabel.155 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Manajerial Pengawasan dan Pengendalian NO JENIS PELAYANAN FREKUENSI PERSENTAS E 1 Supervisi Fasilitatif 72 42,9 2 Bimbingan Teknis 77 45,8 3 Audit Maternal Perinatal (AMP) 79 47
101
Tabel 156 Distribusi frekuensi Kegiatan Supervisi Fasilitatif Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 8 53,3 2 Bidan Praktek Swasta 3 21,4 3 Rumah Bersalin 5 33,3 4 Puskesmas Non Perawatan 8 47,1 5 Puskesmas Perawatan 11 57,9 6 Rumah Sakit Umum 18 26,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 12 85,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 7 100 Seluruh bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi melaksanakan kegiatan supervisi fasilitatif sebanyak 85,7% bidan di Dinas Kesehatan Kabupaten juga telah melaksanakan kegiatan tersebut. Namun kurang dari 53% bidan dari instansi lain tidak melaksanakan supervisi fasilitatif.
Tabel 157 Distribusi frekuensi Kegiatan Bimbingan Teknis Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 9 60 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 5 33,3 4 Puskesmas Non Perawatan 10 58,8 5 Puskesmas Perawatan 11 57,9 6 Rumah Sakit Umum 19 28,4 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 12 85,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 7 100 Seluruh bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi melaksanakan kegiatan bimbingan teknis, sedangkan sebesar 85,7% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten juga telah melaksanakn. Namun hanya 28,4% bidan yang bekerja di Rumah sakit umum yang melaksanakan bimbingan teknis.
102
Tabel 158 Distribusi frekuensi Kegiatan AMP Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 9 60 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 4 26,7 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 16 84,2 6 Rumah Sakit Umum 14 20,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 11 78,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 7 100 Seluruh bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi melaksanakan kegiatan supervisi fasilitatif sebanyak 85,7% bidan di Dinas Kesehatan Kabupaten juga telah melaksanakan kegiatan tersebut. Namun kurang dari 53% bidan dari instansi lain tidak melaksanakan supervisi fasilitatif. c). Monitoring dan evaluasi Kegiatan monitoring dan evaluasi, tergambar dari 168 orang Respondenyang melakukan berkisar antara 44% sampai dengan 55% , dapatdilihat pada tabel 159. Responden yang terbanyak melakukan Monitoring Evaluasi setiap Bulan sebanyak 93orang Responden(55,4%), dan yang paling sedikit melakukan Monitoring Evaluasi setiap semester yang dilakukan oleh 74 orang Responden(51,8%) Tabel.159 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Manajerial Monitoring dan Evaluasi NO JENIS PELAYANAN FREKUENSI PERSENTAS E 1 Monitoring Evaluasi setiap Bulan 93 55,4 2 Monitoring Evaluasi setiap triwulan 76 45,2 3 Monitoring Evaluasi setiap semester 74 44 4 Monitoring Evaluasi setiap tahun 87 51,8
103
Tabel 160 Distribusi frekuensi Kegiatan Monev setiap Bulan Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 11 73,3 2 Bidan Praktek Swasta 7 50 3 Rumah Bersalin 8 53,3 4 Puskesmas Non Perawatan 13 76,5 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 23 34,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 11 78,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 5 71,4 78,6% responden yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten, 71,4% bidan di Dinas Kesehatan Provinsi dan melaksanakan kegiatan supervisi fasilitatif sebanyak 85,7% bidan di Dinas Kesehatan Kabupaten juga telah melaksanakan kegiatan tersebut, namun kurang dari 53% bidan dari instansi lain tidak melaksanakan supervisi fasilitatif.
Tabel 161 Distribusi frekuensi Kegiatan Monev setiap Triwulan Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 8 53,3 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 3 20 4 Puskesmas Non Perawatan 11 64,7 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 17 25,4 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 12 85,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 6 85,7 Lebih dari 53,35 bidan yang bekerja di Polindes, 64,7% bidan yang bekerja di Puskesmas non perawatan, 78,9% bidan yang bekrja di Puskesmas perawatan, dan 85,7% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten dan provinsi telah melaksanakan kegiatan monitoring evaluasi setiap tri wulan. Namun selebihnya hanya 28% bidan yang bekerja di instansi Bidan praktek swasta, rumah bersalin dan rumah sakit umum yang melaksanakan monitoring evaluasi tri wulan.
104
Tabel 162 Distribusi frekuensi Kegiatan Monev setiap Semester Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 7 46,7 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 4 26,7 4 Puskesmas Non Perawatan 13 76,5 5 Puskesmas Perawatan 14 73,7 6 Rumah Sakit Umum 16 23,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 10 71,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 6 85,6 76,5% bidan yang bekerja di Puskesmas non perawatan, 73,7% bidan yang bekerja di Puskesmas perawatan, dan 71,4% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten dan 85,6% bidan di Dinas Kesehatan Provinsi telah melaksanakan kegiatan monitoring evaluasi setiap semester. Namun selebihnya kurang 28% bidan yang bekerja di instansi Bidan praktek swasta, rumah bersalin dan rumah sakit umum yang melaksanakan monitoring evaluasi setiap semester.
Tabel 163 Distribusi frekuensi Kegiatan Monev setiap Tahun Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 10 66,7 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 4 26,7 4 Puskesmas Non Perawatan 13 76,5 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 23 34,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 11 78,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 7 100 Seluruh bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi, 78,6% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten, 78,9% bidan di puskesmas perawatan, dan 76,5% bidan di puskesmas non perawatan telah melaksanakan kegiatan monitoring evaluasi setiap tahun. Namun selebihnya kurang dari 34% bidan yang bekerja di instansi Bidan praktek swasta, rumah bersalin dan rumah sakit umum yang melaksanakan monitoring evaluasi setiap tahun. d). Pencatatan dan pelaporan Gambaran Respondenyang melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan, dari 4 item kegiatan dari 168 orang Respondenyang melakukan berkisar dari 39% sampai dengan 65%. Kegiatan yang terbanyak dilaksanakan oleh Respondenadalah Laporan Rekapitulasi kegiatan bulanan yang dilaksanakan oleh 110 orang Responden(65,5%), sedangkan yang paling sedikit dilaksanakan oleh Respondenadalah Laporan Rekapitulasi kegiatan satu semester dilaksanakan 66 orang Responden(51,2%) 105
106
Tabel.163 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Manajerial Pencatatan dan Pelaporan NO JENIS PELAYANAN FREKUENSI PERSENTAS E 1 Laporan Rekapitulasi kegiatan bulanan 110 65,5 2 Laporan Rekapitulasi kegiatan triwulan 76 45,2 Laporan Rekapitulasi kegiatan satu 66 39,3 3 semester 4 Laporan Rekapitulasi kegiatan tahunan 86 51,2 Tabel 164 Distribusi frekuensi Pembuatan Notulen Rapat Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 10 66,7 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 6 40 4 Puskesmas Non Perawatan 12 70,6 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 28 41,8 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 11 78,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 7 100 Kurang dari 41,8% bidan yang bekerja rumah sakit umum, rumah bersalin, bidan praktek swasta yang membuat notulen rapat dalam manajemen pencatatan dan pelaporannya. Sebaliknya lebih dari 66,7% bidan yang bekerja di Polindes, puskesmas non perawatan, puskesmas perawatan, Dinas Kesehatan Kabupaten melaksanakan pembuatan notulen rapat tersebut, bahkan seluruh bidan yang bekerja di dinas kesehatan propinsi melaksanakan kegiatan tersebut.
107
Tabel 165 Distribusi frekuensi Pembuatan Laporan rekapitulasi Kegiatan Bulanan Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 8 57,1 3 Rumah Bersalin 7 46,7 4 Puskesmas Non Perawatan 14 82,4 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 30 44,8 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 13 92,9 8 Dinas Kesehatan Provinsi 7 100 Lebih dari 80% bidan yang bekerja di polindes, Puskesmas non perawatan, puskesmas perawatan, Dinas Kesehatan Kabupaten dan bahkan 100% bidan yang bekerja di dinas kesehatan propinsi telah melaksanakan kegiatan pembuatan laporan rekapitulasi kegiatan bulanan.
Tabel 166 Distribusi frekuensi Pembuatan Laporan rekapitulasi Kegiatan Triwulan Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 5 33,3 2 Bidan Praktek Swasta 3 21,4 3 Rumah Bersalin 4 26,7 4 Puskesmas Non Perawatan 12 70,6 5 Puskesmas Perawatan 14 73,7 6 Rumah Sakit Umum 20 29,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 12 85,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 6 85,7 70,6% bidan yang bekerja di Puskesmas non perawatan, 73,3% bidan di puskesmas perawatan, dan 85,7% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten dan dinas kesehatan propinsi telah melaksanakan kegiatan pembuatan laporan rekapitulasi kegiatan triwulan, namun kurang dari 33,3% bidan yang bekerja di Polindes, bidan praktek swasta, rumah bersalin, dan rumah sakit umum yang melaksanakan kegiatan pembuatan laporan rekapitulasi kegiatan triwulan
108
Tabel 167 Distribusi frekuensi Pembuatan Laporan rekapitulasi Kegiatan Semester Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 5 33,3 2 Bidan Praktek Swasta 2 14,3 3 Rumah Bersalin 3 20 4 Puskesmas Non Perawatan 11 64,7 5 Puskesmas Perawatan 13 68,4 6 Rumah Sakit Umum 16 23,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 11 78,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 5 71,4 78,6% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten, 71,4% bidan yang bekerja Dinas Kesehatan Provinsi, 68,4% bidan yang bekerja di puskesmas perawatan dan 64,7% bidan yang bekerja di puskesmas non perawatan telah melaksanakan pembuatan laporan rekapitulasi kegiatan semester. 3). Kepemimpinan (Leadership) Kepemimpinan yang di survey adalah pembinaan kepemimpinan, koordinasi dan kepemimpinan, dan advokasi kepemimpinan a). Pembinaan Kegiatan pembinaan dalam kepemimpinan yang dilaksanakan dari 5 item kegiatan yang dilaksanakan oleh bidan, berkisar antara 30% sampai dengan 51% dari 168 orang. Kegiatan berkaitan dengan Sistem reward & punishment adalah kegiatan yang paling sedikit dilakukan 30,4% (51 orang idan). Hal ini tergambar dari tabel. 25, sedangkan Respondenyang melakukan kegiatanang terbanyak kegiatan Evaluasi Laporan yang dilakukan oleh 87 orang Responden (51,2%),
NO 1 2 3 4 5
Tabel.168 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Pembinaan dalam Kepemimpinan JENIS PELAYANAN FREKUENSI PERSENTAS E Pertemuan berkala 86 51,2 Evaluasi Laporan 87 51,8 Sistem reward & punishment 51 30,4 Supervisi 71 42,3 Team Building 53 31,5
109
Tabel 169 Distribusi frekuensi Pertemuan Berkala Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 9 60 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 8 53,3 4 Puskesmas Non Perawatan 12 70,6 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 22 32,8 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 10 71,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 6 85,7 Responden yang melaksanakan pertemuan berkala di Dinas Kesehatan Provinsi sebesar 85,7% , bidan di puskesmas perawatan 78,9%, bidan di puskesmas non perawatan 70,6%, bidan di Dinas Kesehatan Provinsi sebesar 71,4%. Untuk bidan di polindes sebesar 60% telah melaksanakan pertemuan berkala, namun bidan yang bekerja di rumah sakit umum hanya 32,8% dan bidan di bidan praktek swasta hanya 28,6% yang melaksanakan pertemuan berkala.
Tabel 170 Distribusi frekuensi Evaluasi Laporan Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 7 46,7 2 Bidan Praktek Swasta 6 42,9 3 Rumah Bersalin 8 53,3 4 Puskesmas Non Perawatan 13 76,5 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 20 29,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 11 78,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 7 100 Seluruh bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi telah melaksanakan evaluasi laporan. 78,6% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten, 78,9% bidan yang bekerja di puskesmas perawatan dan 76,5% bidan yang bekerja di puskesmas non perawatan telah melaksanakan evaluasi laporan. Hanya 46,7% bidan yang bekerja di polindes, 42,9% bidan yang bekerja di bidan praktek swasta, 53,3% bidan yang bekerja di rumah bersalin dan 29,9% bidan di rumah sakit umum yang sudah melaksanakan evaluasi laporan.
110
Tabel 171 Distribusi frekuensi Reward dan Punishment Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 4 26,7 2 Bidan Praktek Swasta 2 14,3 3 Rumah Bersalin 5 33,3 4 Puskesmas Non Perawatan 6 35,3 5 Puskesmas Perawatan 9 47,4 6 Rumah Sakit Umum 15 22,4 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 8 57,1 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 57,1% responden bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi telah melaksanakan reward dan punishment. Untuk bidan yang bekerja di polindes, bidan praktek swasta, rumah bersalin, puskesmas perwatan, puskesmas non perawatan, rumah sakit umum dan Dinas Kesehatan Provinsi masih kurang dari 47,4% Tabel 172 Distribusi frekuensi Supervisi Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 6 40 2 Bidan Praktek Swasta 3 21,4 3 Rumah Bersalin 5 33,3 4 Puskesmas Non Perawatan 10 58,8 5 Puskesmas Perawatan 13 68,4 6 Rumah Sakit Umum 17 25,4 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 10 71,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 7 100 Seluruh bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi telah melaksanakan supervise, 58,8% bidan yang bekerja di puskesmas non perawatan telah melaksnakan supervise. Kurang dari 40% bidan yang bekerja di polindes, bidan praktek swasta, rumah bersalin, rumah sakit umum yang melaksanakan supervise. Tabel 173 Distribusi frekuensi Team Building Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 5 33,3 2 Bidan Praktek Swasta 0 0 3 Rumah Bersalin 4 26,7 4 Puskesmas Non Perawatan 8 47,1 5 Puskesmas Perawatan 9 47,4 6 Rumah Sakit Umum 16 23,8 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 8 57,1 8 Dinas Kesehatan Provinsi 3 42,9 57,1% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten telah melaksanakan team building, kurang dari 47,4% bidan yang bekerja di puskesmas perawatan, 47,1% bidan yang bekerja di puskesmas non perawatan, 42,9% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi, 33,3% 111
bidan di polindes, 26,7% bidan di rumah bersalin, 23,8% bidan di rumah sakit umum yang melaksanakan team building. b). Koordinasi Gambaran Kegiatan koordinasi yang dilaksanakan oleh Respondenrata-rata berkisar 50%, dari 168 bidan. Kegiatan yang banyak dilakukan Koordinasi lintas program yang dilaksanakan oleh 95 orang Responden(56,5%), hal ini dapat dilihat pada tabel.174. Tabel.174 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Koordinasi dan Kepemimpinan NO JENIS PELAYANAN FREKUENSI PERSENTASE 1 Koordinasi lintas program 95 56,5 2 Koordinasi lintas sector 84 50 Tabel 175 Distribusi frekuensi Koordinasi Lintas Program Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 11 73,3 2 Bidan Praktek Swasta 7 50 3 Rumah Bersalin 4 26,7 4 Puskesmas Non Perawatan 15 88,2 5 Puskesmas Perawatan 17 89,5 6 Rumah Sakit Umum 24 35,8 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 10 71,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 7 100 Seluruh bidan di Dinas Kesehatan Provinsi telah melaksanakan koordinasi lintas program.
Tabel 176 Distribusi frekuensi Koordinasi Lintas Sektor Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 10 66,7 2 Bidan Praktek Swasta 6 42,9 3 Rumah Bersalin 3 20 4 Puskesmas Non Perawatan 15 88,2 5 Puskesmas Perawatan 16 84,2 6 Rumah Sakit Umum 16 23,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 11 78,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 7 100 Seluruh bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi telah melaksanakan koordinasi lintas sektor, 88,2% bidan yang bekerja di puskesmas non perawatan, 84,2% bidan yang bekerja di non perawatan, 78,6 bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten, dan 66,7% bidan di polindes juga telah melaksanakn koordinasi lintas sektor. Namun kurang dari 40% bidan yang 112
bekerja di polindes, bidan praktek swasta, rumah bersalin, rumah sakit umum yang melaksanakannya.
c). Administrasi Gambarkan kegiatan advocasi dan kepeminpinan yang dilaksanakan Responden dari tabel. 177, tergambar rata-rata berkisar 30% dari 168 orang bidan. Kegiatana terbanyak Advokasi Pengembangan Kegiatan/Program yang dilaksanakan oleh 57 orang Responden (33,9%), sedangkan kegiatan yang paling sedikit dilaksanakan oleh Respondenadalah kegiatan advokasi pengembangan SDM yang dilakukan 50 orang Responden(29,8%). Tabel.177 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Advokasi dan Kepemimpinan NO JENIS PELAYANAN FREKUENS PERSENTAS I E 1 Advokasi Kebijakan 56 33,3 2 Advokasi Anggaran 55 32,7 3 Advokasi Pengembangan Kegiatan /Program 57 33,9 4 Advokasi Pengembangan SDM 50 29,8 Tabel 178 Distribusi frekuensi Advokasi Kebijakan Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 5 33,3 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 4 26,7 4 Puskesmas Non Perawatan 7 41,2 5 Puskesmas Perawatan 12 63,2 6 Rumah Sakit Umum 14 20,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 6 42,9 8 Dinas Kesehatan Provinsi 4 57,1 63,2% bidan yang bekerja di puskesmas non perawatan, 57,1% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi telah melaksanakan advokasi kebijakan. Namun kurang dari 42,9% bidan di Dinas Kesehatan Kabupaten, puskesmas non perawatan, polindes, bidan praktek swasta, rumah bersalin, dan rumah sakit umum yang telah melaksanakan advokasi kebijakan. Tabel 179 Distribusi frekuensi Advokasi Anggaran Berdasarkan asal instansi responden NO 1 2 3 4 5
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan
FREKUENSI 5 4 6 7 11 113
PERSENTASE 33,3 28.6 40 41,2 57,9
6 Rumah Sakit Umum 10 14,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 7 50 8 Dinas Kesehatan Provinsi 5 71,4 71,4% bidan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi dan 57,9% bidan di puskesmas perawatan telah melaksanakan advokasi anggaran. Namun kurang dari 41,2% bidan di Dinas Kesehatan Kabupaten, puskesmas non perawatan, polindes, bidan praktek swasta, rumah bersalin, dan rumah sakit umum yang telah melaksanakan advokasi anggaran.
Tabel 180 Distribusi frekuensi Advokasi Program Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 4 26,7 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 6 40 4 Puskesmas Non Perawatan 9 52,9 5 Puskesmas Perawatan 12 63,2 6 Rumah Sakit Umum 12 17,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 6 42,9 8 Dinas Kesehatan Provinsi 4 57,1 63,2% bidan yang bekerja di puskesmas perawatan, 57,1% bidan di Dinas Kesehatan Provinsi dan 52,9% bidan di puskesmas non perawatan telah melaksanakan advokasi program. Namun kurang dari 42,29% bidan di Dinas Kesehatan Kabupaten, puskesmas non perawatan, polindes, bidan praktek swasta, rumah bersalin, dan rumah sakit umum yang telah melaksanakan advokasi program.
Tabel 181 Distribusi frekuensi Advokasi Pengembangan SDM Berdasarkan asal instansi responden NO ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 4 26,7 2 Bidan Praktek Swasta 2 14,3 3 Rumah Bersalin 5 33,3 4 Puskesmas Non Perawatan 7 41,2 5 Puskesmas Perawatan 7 36,8 6 Rumah Sakit Umum 14 20,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 7 50 8 Dinas Kesehatan Provinsi 4 57,1 57,1% bidan di Dinas Kesehatan Provinsi telah melaksanakan advokasi pengembangan SDM. Namun kurang dari 41,2% bidan di Dinas Kesehatan Kabupaten, puskesmas perawatan, puskesmas non perawatan, polindes, bidan praktek swasta, rumah bersalin, dan rumah sakit umum yang telah melaksanakan advokasi pengembangan SDM.
3. Kegitan lain
114
Kegiatan lain adalah kegiatan yang tidak tertampung pada kegiatan klinis dan non klinis telah disusun, hasil dari survey di 6 propinsi telah di himpun terdapat 21 jenis kegiatan. Dari 21 kegiatan yang berhasil dihimpun tersebut merupakan kegiatan klinis semuanya, kecuali melakukan kegiatan menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Klinik (ABPK). Kegiatan lebih pada kegiatan kegawatdaruratan dan patologis, sementara yang fisiologis sedikit. Kegiatan yang terhimpun yang dilaksanakan oleh Responden dari 168 Responden sangat bervariasi antara 5% sampai dengan 80%, secara rinci dapat gambaran ini dapat dilihat pada tabel.182. Kegiatan terbanyak yang dilakukan oleh Responden dari 168 orang Responden kegiatan yang dilakukan Perawatan Payudara ibu hamil dilaksanakan 132 orang Responden(78,6%), yang paling sedikt melakukan water birth 9 orang (5,4%)
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Tabel.182 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Lain JENIS PELAYANAN FREKUENSI PERSENTASE Persalinan sungsang 116 69 Persalinan gemeli/kembar 95 56,5 Persalinan dengan vacuum 20 11,9 Induksi dengan oksitosin 121 72 Induksi dengan misoprostol 59 35,1 Induksi dengan memecahkan ketuban 113 67,3 Melakukan USG 21 12,5 Melakukan pertolongan preterm 86 51,2 Melakukan KMC 96 57,1 Mengeluarkan sisa plasenta secara digital 99 58,9 Melakukan KBE/KBI 108 64,3 Melakukan senam hamil 94 56 Melakukan senam nifas 75 44,6 Melakukan ABPK 95 56,5 Melakukan penapisan risiko/komplikasi 108 64,3 Perawatan payudara ibu hamil 126 75 Perawatan payudara ibu nifas 132 78,6 Melakukan pijat bayi 71 42,3 Melakukan hipnobirthin 17 10,1 Melakukan water birth 9 5,4 Melakukan VCT 31 18,5
Tindakan lain yang dilakukan oleh responden selain yang terdapat dalam pelayanan klinis dan non klinis berdasarkan asal instansi dapat dilihat secara rinci berikut : Tabel 183 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pertolongan sungsang 1 2 3
ASAL INSTITUSI Poskesdes/Polindes Bidan Praktek Swasta Rumah Bersalin
FREKUENSI 12 13 7 115
PERSENTASE 80 92,9 46,7
4 Puskesmas Non Perawatan 10 58,8 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 49 73,1 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 6 42,9 8 Dinas Kesehatan Provinsi 4 57,1 Responden yang pernah melakukan pertolongan persalinan sungsang terbanyak di BPS 92,9%, diikuti poskesdes/polindes 80%, dan puskesmas perawatan 78,9%. Persentase terkecil di dinkes kabupaten/kota sebesar 42,9%.
116
Tabel 184 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pertolongan persalinan kembar ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 9 60 2 Bidan Praktek Swasta 12 85,7 3 Rumah Bersalin 9 60 4 Puskesmas Non Perawatan 5 29,4 5 Puskesmas Perawatan 10 52,6 6 Rumah Sakit Umum 44 65,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Responden yang pernah melakukan pertolongan persalinan kembar terbesar persentasenya di BPS 85,7% dan terkecil dinkes provinsi 28,6%. Tabel 185 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pertolongan persalinan dengan vacum ekstraksi ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 2 13,3 2 Bidan Praktek Swasta 4 28,6 3 Rumah Bersalin 1 6,7 4 Puskesmas Non Perawatan 0 0 5 Puskesmas Perawatan 0 0 6 Rumah Sakit Umum 12 17,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 1 7,1 8 Dinas Kesehatan Provinsi 0 0 Responden yang pernah melakukan pertolongan persalinan dengan vacum ekstraksi terbesar di BPS 28,6%, kemudian RSU 17,9%, poskesdes/polindes 13,3, RB 6,7%. Tabel 186 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan induksi persalinan dengan oksitosin ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 9 60 2 Bidan Praktek Swasta 6 42,9 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 7 41,2 5 Puskesmas Perawatan 11 57,9 6 Rumah Sakit Umum 44 65,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 3 21,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Responden yang pernah melakukan iduksi persalinan dengan oksitosin terbesar di RB 66,7%, sedangkan di RSU 65,7%, poskesdes/polindes 60% dan terkecil di dinkes kabupaten/kota 21,4%.
117
Tabel 187 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan induksi persalinan dengan misoprostol ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 4 26,7 2 Bidan Praktek Swasta 1 7,1 3 Rumah Bersalin 8 53,3 4 Puskesmas Non Perawatan 3 17,6 5 Puskesmas Perawatan 3 15,8 6 Rumah Sakit Umum 38 56,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 2 14,3 8 Dinas Kesehatan Provinsi 0 0 Responden yang pernah melakukan tindakan induksi persalinan dengan misoprostol terbesar di RSU 56,7% dan terkecil dinkes provinsi 0%. Di poskesdes/polindes terdapat 26,7%, puskesmas non perawatan 17,6% dan puskesmas perawatan 15,8%. Tabel 188 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan induksi persalinan dengan memecahkan ketuban ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 12 80 2 Bidan Praktek Swasta 11 78,6 3 Rumah Bersalin 12 80 4 Puskesmas Non Perawatan 10 58,8 5 Puskesmas Perawatan 11 57,9 6 Rumah Sakit Umum 51 76,1 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 3 21,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 3 42,9 Responden yang pernah melakukan tindakan induksi persalinan dengan memecahkan ketuban terbesar di Poskesdes/polindes dan RB 80%, BPS 78,6%, dan terkecil dinkes kabupaten/kota 21,4%.
118
Tabel 189 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan pemeriksaan dengan USG ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 2 13,3 2 Bidan Praktek Swasta 2 14,3 3 Rumah Bersalin 2 13,3 4 Puskesmas Non Perawatan 1 5,9 5 Puskesmas Perawatan 0 0 6 Rumah Sakit Umum 12 17,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 1 7,1 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,2 Responden yang pernah USG terbesar di RSU 17,9% dan terkecil di puskesmas perawatan 0%.
Tabel190 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pertolongan persalinan preterm ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 8 53,3 2 Bidan Praktek Swasta 7 50 3 Rumah Bersalin 6 40 4 Puskesmas Non Perawatan 6 35,3 5 Puskesmas Perawatan 9 47,4 6 Rumah Sakit Umum 44 65,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Responden yang pernah melakukan pertolongan persalinan preterm terbesar di RSU 65,7%, kemudian poskesdes/polindes 53,3% dan terkecil di dinkes provinsi 14,3%.
Tabel 191 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perawatan metode kanguru ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 9 60 2 Bidan Praktek Swasta 9 64,3 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 7 41,2 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 37 55,2 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 6 42,9 8 Dinas Kesehatan Provinsi 3 42,9 Responden yang melakukan perawatan metode kanguru terbesar di poskesmas perawatan 78,9% dan terkecil puskesmas non perawatan 41,2%.
119
Tabel 192 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan mengeluarkan sisa plasenta dengan digital ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 9 60 2 Bidan Praktek Swasta 9 64,3 3 Rumah Bersalin 11 73,3 4 Puskesmas Non Perawatan 7 41,2 5 Puskesmas Perawatan 8 42,1 6 Rumah Sakit Umum 50 74,6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 0 0 Responden yang pernah melakukan tindakan mengeluarkan sisa plasenta dengan digital terbesar persentasenya di RSU 74,6% kemudian RB 73,3%. Tabel 193 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan KBE/KBI ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 9 60 2 Bidan Praktek Swasta 11 78,6 3 Rumah Bersalin 8 53,3 4 Puskesmas Non Perawatan 9 52,9 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 47 70,1 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 6 42,9 8 Dinas Kesehatan Provinsi 3 42,9 Responden yang pernah melakukan tindakan KBE/KBI terbesar responden di puskesmas perawatan 78,9%, BPS 78,6%, dan persentase terkecil dinkes kabupaten/kota dan dinkes provinsi 42,9%. Tabel 194 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan mengajarkan senam hamil ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 14 93,3 2 Bidan Praktek Swasta 10 71,4 3 Rumah Bersalin 5 33,3 4 Puskesmas Non Perawatan 12 70,6 5 Puskesmas Perawatan 15 78,9 6 Rumah Sakit Umum 31 46,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Responden yang pernah mengajarkan senam hamil terbesar persentasenya responden poskesdes/polindes 93,3% dan terkecil dinkes provinsi 28,6%.
120
Tabel 195 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan mengajarkan senam nifas ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 11 73,3 2 Bidan Praktek Swasta 9 64,3 3 Rumah Bersalin 2 13,3 4 Puskesmas Non Perawatan 9 52,9 5 Puskesmas Perawatan 10 52,6 6 Rumah Sakit Umum 29 43,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 3 21,4 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Responden yang pernah mengajarkan senam hamil terbesar persentasenya responden poskesdes/polindes 93,3% dan terkecil RB 13,3%. Tabel 196 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemberian konseling KB dengan ABPK ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 11 73,3 2 Bidan Praktek Swasta 13 92,9 3 Rumah Bersalin 5 33,3 4 Puskesmas Non Perawatan 9 52,9 5 Puskesmas Perawatan 13 68,4 6 Rumah Sakit Umum 36 53,7 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 7 50 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Responden yang pernah memberikan kon seling dengan ABPK terbesar BPS 92,9%, kemudian poskesdes/polindes 73,3% dan puskesmas perawatan 68,4%. Persentase terkecil dinkes provinsi 14,3%. Tabel 197 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan penapisan risiko dan komplikasi ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 11 73,3 2 Bidan Praktek Swasta 11 78,6 3 Rumah Bersalin 10 66,7 4 Puskesmas Non Perawatan 10 58,8 5 Puskesmas Perawatan 14 73,7 6 Rumah Sakit Umum 41 61,2 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 8 57,1 8 Dinas Kesehatan Provinsi 3 42,9 Responden yang pernah melakukan penapisan risiko terbesar BPS 78,6%, kemudian poskesdes/polindes 73,3% dan puskesmas perawatan 73,7%. Persentase terkecil dinkes provinsi 42,9%.
121
Tabel 198 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan perawatan payudara pada ibu hamil ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 13 92,9 3 Rumah Bersalin 11 73,3 4 Puskesmas Non Perawatan 12 70,6 5 Puskesmas Perawatan 18 94,7 6 Rumah Sakit Umum 48 71,6 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 9 64,3 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Responden yang pernah melakukan perawatan payudara pada ibu hamil terbesar puskesmas perawatan 94,7%, kemudian BPS 92,9% dan poskesdes/polindes 86,7%. Terkecil dinkes provinsi 28,6%. Tabel 199 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan perawatan payudara pada ibu nifas ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 13 86,7 2 Bidan Praktek Swasta 12 85,7 3 Rumah Bersalin 12 80 4 Puskesmas Non Perawatan 9 52,9 5 Puskesmas Perawatan 16 84,2 6 Rumah Sakit Umum 59 88,1 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 9 64,3 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Responden yang pernah melakukan perawatan payudara pada ibu nifas terbesar RSU 88,1%, terkecil dinkes provinsi 28,6% Tabel 200 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan pijit bayi ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 3 20 2 Bidan Praktek Swasta 9 64,3 3 Rumah Bersalin 4 26,7 4 Puskesmas Non Perawatan 5 29,4 5 Puskesmas Perawatan 10 52,6 6 Rumah Sakit Umum 33 49,3 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 5 35,7 8 Dinas Kesehatan Provinsi 2 28,6 Responden yang pernah melakukan pijit bayi terbesat di BPS 64,3% dan terkecil poskesdes/polindes 20%.
122
Tabel 2001 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan hypno birthing ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 1 6,7 2 Bidan Praktek Swasta 3 21,4 3 Rumah Bersalin 1 6,7 4 Puskesmas Non Perawatan 3 17,6 5 Puskesmas Perawatan 0 0 6 Rumah Sakit Umum 7 10,4 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 2 14,3 8 Dinas Kesehatan Provinsi 0 0 Responden yang pernah melakukan tindakan hypno birthing terbesar persentasenya BPS 21,4% dan terkecil puskesmas perawatan 0% Tabel 2002 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan water birth ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 1 6,7 2 Bidan Praktek Swasta 0 0 3 Rumah Bersalin 0 0 4 Puskesmas Non Perawatan 2 11,8 5 Puskesmas Perawatan 0 0 6 Rumah Sakit Umum 5 7,5 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 1 7,1 8 Dinas Kesehatan Provinsi 0 0 Responden yang pernah melakukan tindakan water birth terbesar baru 11,8% yaitu puskesmas non perawatan. Tabel 2003 Distribusi frekuensi responden berdasarkan penggunaan VCT untuk konseling pemeriksaan HIV ASAL INSTITUSI FREKUENSI PERSENTASE 1 Poskesdes/Polindes 2 13,3 2 Bidan Praktek Swasta 1 7,1 3 Rumah Bersalin 1 6,7 4 Puskesmas Non Perawatan 2 11,8 5 Puskesmas Perawatan 2 10,5 6 Rumah Sakit Umum 18 26,9 7 Sudinkes/ Dinkes Kab/Kota 4 28,6 8 Dinas Kesehatan Provinsi 1 14,3 Responden yang pernah melakukan VCT untuk pemeriksaan HIV terbesar adalah dinkes kabupaten /kota 28,6% dan terkecil RB 6,7%.
123
4. Dukungan Gambaran dukungan pelayanan yang diperoleh bidan, dari 168 orang Respondendiperoleh hasil survey yang terhimpun 34 jenis atau item kegiatan, yang selanjutnya di kelompok dalam 2 kelompok kegiatan, yaitu menjadi satu kelompok klinis dan satunya kelompok non klinis. Kegiatan yang terhimpun (34 jenis), yang 31 jenis, termasuk kedalam kelompok kegiatan non klinis, sedangkan 3 jenis lainnya masuk kedalam kelompok kegiatan klinis
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Tabel.204 Distribusi Frekuensi Dukungan Pelayanan DUKUNGAN KLINIS Dukungan Manajerial Adanya Dana Pelatihan Pelatihan tekhnis 1 Ada organisasi Adanya dukungan profesi lain Sarana prasarana Motivasi pelayanan Kerja sama lintas program, lintas sektor Instansi terkait Pengetahuan Materi, sarana transportasi Support dan koordinasi baik Dukungan moril, materil Dukungan Manajerial Dukungan dinas kes, ka.puskesmas Adanya jamkesmas,jamkesda Adanya reward,reinforcment Adanya dana boks Masyarakat , keluarga dan Kader, lurah , Toma Adanya ijin praktik Standar pelayanan Sistem pelayanan Hubungan atasan Gaji Tenaga Kewenangan Diklat ponek,ctu,apn 1 Transfer ketrampilan 1 Adanya ijin belajar dan pelatihan Bantuan UNICEF, UNFPA Ibi, teman sejawat Sosialisasi Peningkatan pendidik Seminar JUMLAH 3
5. Kendala 124
NON KLINIS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31
Kendala yang dialami oleh Responden dalam pelayanan, dari hasil survey 168 orang Responden dapat dihimpun 42 item/jenis kegiatan, dari himpunan tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kegiatan klinis dan kegiatan non klinis. Dari 42 jenis tersebut hampir keseluruhannya masuk kelompok non klinis. Hanya satu item yang masuk kedalam kegiatan klinis yang lainnya atu 41 item masuk kegiatan non klinis.
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 19 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Tabel.205 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kendala KENDALA KLINIS Pengetahuan kurang Sarana prasarana kurang Adat istiadat Situasi dan kondisi Fasilitas kurang Kualitas pelayanan Pegetahuan masyarakat kurang Transportasi,dana,dan SDM kurang Iinformasi ilmu kebidanan kurang Kurang dukungan atasan Kinerja bidan Penempatan sdm Sulit merujuk Ekonomi Masyarakat kurang Pendidikan Bidan Kurang Dukungan Kewenangan Pendidikan masyarakat kurang Kolaborasi Profesi Kolaborasi Tim Pemantauan Kurang Permenkes 149 Kebijakan Berubah Penolakan Masyarakat Dana,sdm kurang Penempatan tdk tepat Konsep berbeda Pengadaan kurang Pendidikan blm sama Diklat kurang Dana,sarana kurang Sdm,diklat kurang Kompetensi pelayanan 1 Perilaku kesehatan Laporan terlambat Masyarakat belum tahu rujukan Gakin,tdk kooperatif Perilaku masyarakat Spog i mgg 1x Beban kerja banyak Kurang bidan pada tingkat structural 125
NON KLINIS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42
Kurang pelatihan, kurang terampil JUMLAH
1 41
1
6. Hasil in dept interview a. Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi Menurut pendapat Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi bahwa: 1) Ruang lingkup tugas bidan di rumah sakit sebagian besar sesuai dengan kompetensi bidan antara lain tindakan kebidanan
fisiologis, pertolongan,
pelayanan ANC, INC, Kegawatdaruratan Obstetri, PNC, penyuluhan, kontrasepsi. Dan sebagian kecil ruang lingkup tugas bidan diluar kompetensi adalah administrasi dan manajemen Keuangan. 2) Sebagian besar mengatakan kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang bidan sesuai dengan kompetensi bidan yang ada, APN, BBLR, Manajemen Aspixia, fisiologis hamil, dapat mendeteksi kelainan kehamilan. Dan sebagian kecil kompetensi
yang seharusnya dimiliki oleh seorang bidan tindakan kuret,
pemberian obat, pertolongan vacum, dan tindakan forceps. 3) Sebagian besar mengatakan sikap yang harus dimiliki bidan adalah komunikasi interpersonal, sopan, santun,tidak arogan, menjaga privacy, etika, care, tanggap, senyum, sapa, salam, wawasan luas, cekatan, terampil, peduli, kerjasama, profesional. 4) Sebagian besar mengatakan kewenangan bidan adalah persalinan normal, memberikan asuhan kebidanan fisiologis dan kegawadaruratan kebidanan, dan sebagian kecil mengatakan tindakan vakum dan forcep namun boleh dilakukan melihat situasi dan kondisi wilayah, dapat melakukan USG, , menulis resep serta pertolongan patologis pada kondisi khusus. 5) Sebagian besar bidan sudah memahami ruang lingkup dan kewewenangnya dan hanya sebagian kecil belum memahami. 6) Jenis kebijakan tertulis diantaranya adalah asuhan sayang ibu dan sayang bayi, IMD, dan alur pelayanan kebidanan.
126
7) Jenis SOP yang sudah tersedia meliputi : standar asuhan kebidanan, perinatologi, penanganan pre eklamsi, penanganan perdarahan, IUD, APN, asuhan sayang ibu, pojok laktasi, memandikan bayi, mengisi partograf, pendokumentasian, tindakan kala I, kala II, kala III dan kala IV. 8) Kendala yang dihadapi selama bekerjasama dengan bidan diantaranya adalah tingkat pengetahuan, keterampilan, karakter, prilaku, etika, dan sikap setiap individu bidan berbeda. Kurangnya pelatihan-pelatihan mengenai keterampilan tindakan kebidanan, adanya kesenjangan bidan puskesmas dengan bidan rumah sakit, prosedur yang terlalu panjang, bidan yang sengaja menghambat rujukan sehingga terjadi keterlambatan keterlambatan dalam merujuk, dan kesadaran mengisi partograf sebagai pendokumnetasian masih kurang b. Hasil in dept interview Dokter Spesialis Anak Menurut pendapat Dokter Spesialis Anak bahwa: 1) Sebagian besar ruang lingkup tugas bidan sesuai dengan standar kompetensi bidan adalah penyuluhan kesehatan, pertolongan persalinan, pemeriksaan BBL, deteksi dini kelainan bayi, pemeriksaan nifas, menerapkan IMD pada ibu bersalin, menjadi nara sumber kesehatan, memberikan pelayanan KB, pelayanan dasar obstetric, penapisan risiko tinggi, dan melakukan tindakan resusitasi. Namun ada juga Dokter SpA yang mengatakan bahwa bidan harus mampu menangani penyakit-penyakit dan melakukan tindakan untuk menangani bayi sakit. 2) Sebagian besar mengatakan kompetensi bidan adalah melakukan asuhan persalinan, resusitasi, perawatan BBL dan penanganan kegawatdaruratan obstetric. Sebagian kecil mengatakan pengkajian BBL, Pelayanan KB, deteksi dini risiko tinggi, komunikasi, kegawatdaruratan perinatal, asuhan kehamilan, imunisasi, kompeten diseluruh pelayanan kebidanan dan bisa menjadi motivator bagi masyarakatnya. 3) Sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang bidan adalah mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik, sedangkan lainnya berharap bahwa bidan harus cekatan, terampil, mampu bersosialisasi dengan masyarakat, peduli terhadap atasan, peduli terhadap pasien, mampu bekerjsama dengan teman sejwatnya, sopan, simpati, memperhatikan adat kebiasaan daerah setempat, memperhatikan
127
norma agama, mearawat ibu yang melahirkan, ramah, saling menghormati, salin terbuka dan mempunyai jiwa asah asih asuh. 4) Sebagian besar mengatakan bidan yang ada sekarang sudah sesuai dengan harapan, namun ada sebagian kecil yang mengatakan belum sesuai harapan dikarenakan masih banyak bidan yang kurang kompeten, tindakan pencegahan hipotermi masih kurang baik penatalaksanaannya, yang lebih diperhatikan hanya maternal saja, dan tidak mau merawat neonates. 5) Sebagian besar mengatakan yang menjadi kewenangan bidan adalah persalinan normal, nifas normal, perawatan neonates, perawatan bayi, perawatan anak, resusitasi, penanganan kasus kegawatdaruratan. 6) Disetiap daerah menerapkan kebijakan yang berbeda, sebagian dokter dari wilayah survey mengatakan bahwa IMD merupakan kebijakan yang dijalankan di institusinya. Sedangkan yang lain mengatakan bahwa asuhan sayang bayi, rawat gabung, metode kangguru, BBLR, dan ASI eksklusif juga diterapkan. 7) Sebagian besar mengatakan SOP kegiatan yang ada diantaranya adalah pemberian cairan, manajemen asfiksia, pemberian glukosa, penanganan BBLR dan perawatan BBL 8) kendala yang dihadapi dalam kerja sama dengan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan adalah bidan kurang mendapatkan pelatihan, kalaupun ada yang sudah dilatih pasti dipindahlan ke tempat lain, bidan yang kurang percaya diri sehingga sering menarik diri dari lingkungan, komunikasi yang kurang baik, keterlambatan dalam merujuk , kurang dapat mempromosikan ASI, dan belum mampu melaksanakan PONED juga merupakan salah satu kendala dalam melakukan kerjsama dengan bidan.
c.
Hasil in dept interview Direktur Rumah Sakit Menurut pendapat Direktur Rumah Sakit bahwa: 1)
Sebagian besar mengatakan tugas bidan Pelayanan di poli kebidanan, KB, Ruang bersalin, Ruang nifas, IGD kebidanan, Perinatologi dan Obstetri ginekologi (KIA),Poli kebidanan dan Obgyn, BKIA/ hamil normal, INC, Picu, di UGD ada 128
bidan juga kamar bedah/ OK. Sebagian kecil mengatakan tugas bidan di rumah sakit adalah sebagai pembimbing mahasiswa, bertugas di bagian managerial, membuat program dan perencanaan. 2)
Sebagian besar mengatakan kompetensi yang harus dimiliki bidan adalah tindakan kebidanan fisiologis, tindakan emergency kebidanan patologis terutama penanganan awal dan sebagian kecil mengatakan kompetensi yang dimiliki oleh bidan yaitu bidan sebagai clinical instructure, manajerial skill, dan computer skill.
3)
Sebagian besar mengatakan di rumah sakit pemenpatan bidan pada ruang bersalin, nifas, neonatal, ruang pelayanan antenatal, UGD dan sebagian kecil mengatakan bidan ditempatkan diruang operasi, bagian monev, perencanaan SDM, logistic, bagian gugus kendali mutu, dan sebagai coordinator unit pelayanan.
4)
Sebagian besar mengatakan bidan di rumah sakit sudah memahami ruang lingkup dan wewenangnya serta sudah bekerja sesuai dengan kewenangannya, namun ada satu propinsi yang mengatakan ada bidan di rumah sakit yang bekerja diluar wewenangnya.
5)
Kewenangan yang diberikan kepada bidan di Rumah sakit dari direkstur seluruhnya sudah sesuai dengan kompetensi
6)
Seluruh Direktur Rumah Sakit mengatakan bidan di wilayah kerja sudah melakukan kegiatan kolaborasi dan rujukan dengan tepat.
7)
Seluruh rumah sakit memiliki kebijakan tentang pelayanan kebidanan, seperti rumah sakit sayang ibu, rujukan, perawaatn metode kangguru, IMD, pemeriksaan IVA, asuhan persalinan normal, konseling laktasi, dan konseling HIV/AIDS
8)
Seluruh rumah sakit memiliki SOP untuk tiap kegiatan yang dilakukan oleh bidan. SOP kegiatan yang ada adalah standar asuhan 10 kasus kebidanan terbanyak, penatalaksanaan pre eklamsi, eklamsi, HPP, HAP, BBL dengan aspixia, hiperemesis.
9)
Sebagian besar mengatakan bidan rumah sakit sudah menerapakn SOP dan ada satu informan yang mengatakan diwilayahnya ada beberapa bidan yang tidak mampu menerapkan SOP.
10) Sebagian besar peralatan dan fasilitas yang tersedia telah sesuai dengan kebutuhan pelayann kebidanandan satu informan mengatakan peralatan dan 129
fasilitas masih belum sesuai seperti ukuran tempat tidur masih belum terstandar 11) Sebagian besar wilayah tidak mengalami masalah dengan sistem rujukan di rumah sakit. Namun satu informan mengatakan ada masalah dalam dsistem rujukan seperti melakukan rujukan ke rumah sakit swasta terlebih dahulu, dikarenakan mendapat ”fee” . 12) Sebagian besar bidan di rumah sakit dapat bekerja sama dengan tim dan ada satu informan mengatakan masih ada bidan yang tidak dapat bekerja sama dengan tim. 13) Seluruh informan mengatakan hubungan kerja antara rumah sakit dengan bidan yang ada di rs tersebut sangat baik karena selalu ada rapat pertemuan dan koordinasi d.
Hasil in dept interview Ka Dinkes Menurut Kepala Dinas Kesehatan bahwa: 1) Pada umumnya semua informan mengatakan bahwa bidan bertugas secara teknis, sebagian mengatakan bertugas secara administrasi. Tenis di KIA KB, Polindes, Puskesmas, kesrep remaja Administrasi di kesga, binkesmas, AMP, sebagai bikor di tingkat Puskesmas dan Dinkes 2) Sebagian besar informan mengatakan bahwa kompetensi teknis bidan seperti pertolongan persalinan, KIA, KB, Imunisasi, komunikasi public, Ada juga yang menambahkan komppetensi motivasi, rujukan, melatih PONED advokasi, menulis ilmiah popular dan untuk kompetensi administrasi informan mengatakan kompetensi administrasi program, administrasi keuangan, jamsostek, bantuan operasional kesehatan. 3) Sikap yang harus dimiliki menurut informan Telaten, percaya diri, kemampuan berkomunikasi public Ramah masy, empati, professional,bijaksana, sabar Sikap Siap melayani, menerapkan etika dan kode etik profesi mempunyai nilai sosial yang tinggi, mendahulukan kepentingan sosial loyalitas kedinasan dan patuh terhadap aturan termasuk pendokumentasiannya. 4) Hampir seluruh informan mengatakan bahwa jumlah bidan belum cukup. ada yg mengatakan tidak tahu.
130
5) Hampir seluruh informan mengatakan bahwa bidan ada di PKM, pustu, polindes, RS, binesmas, yankes dan sebagian kecil mengatakan ada di pemberdayaan, dan promosi kesehatan. 6) Sebagian besar informan mengatakan penempatan bidan pada perencanaan, program,
elayanan
,penyuluhan,
yang
kegiatannya
adalah
tekhnis
dan
administrasi, melakukan evaluasi pembinaan BPS dan bidan puskesmas, serta kegiatan manajerial. 7) Sebagian besar mengatakan ada kegiatan diluar wewenang seperti memberikan pengobatan umum tapi dalam pengawasan Puskesmas. Sebagian kecil informan mengatakan melakukan pelayanan dasar, Pengelolaan uang Jamkesmas, dan BOK, Melakukan pelayanan kebidanan yang fisiologis, Melakan rujukan pada kasus patologis Melakukan pelayanan KB 8) Sebagian besar informan mengatakan kegiatan rujukan sudah berjalan baik, Kolaborasi ada, rujukan berjenjang belum berjalan sesuai yang diharapkan, administrasi rujukan belum tertata dengan baik ex. pasien emergency perlu perkenalan atau deteksi terlebih dahulu tetapi ada yang langsung dirujuk, Masih ada beberapa yang menunda rujukan, karena alasan berpengalaman menangani kasus, koordinasi antar program dan lintas sector. 9) Sebagian besar informan mengatakan kebijakan yang spesifik daerah tidak ada, yang ada sesuai
kementrian kesehatan, pembentukan
Forum Komunikasi
Rujukan atau Jejaring/kemitraan suatu wadah diskusi yang membahas tentang tupoksi nakes. 10) Hampir semua informan tidak memberikan jawaban terinci , hanya satu informan yang memberi contoh SOP yaitu Penanganan BBLR, Penanganan Asfiksia, APN, Pemasangan IUD, dan Implan. 11) Jawaban informan bervariasi , mengupayakan pelayanan sesuai SOP, Menerapkan program bidan baru belum, bidan lama sudah tetapi belum sesuai daftar tilik, 50% menerapkan SOP dan 50% kadang-kadang menerapkan, terlibat dalam pelayanan, Info bervariasi Ambulans desa, 100 sepeda motor untuk bidan namun pada pelaksanaan tidak sampai ke bidan desa, Ambulan roda tiga, tidak ada. 12) Sebagian besar informan mengatakan Pengadaan bantuan dana dari DHS dan pemda tidak tersalur, Semua Bidan desa belum memiliki Bidan KIT, Tersedia, radio sport, fungsi mendesain media 13) Seluruh informan mengatakan tidak ada hambatan dalam rujukan
131
14) Sebagian besar informan mengatan tidak ada masalah dalam hubungan antara masyarakat dengan bidan, sebagian kecil bermasalah 15) Hubungan kerjasama bidan dengan puskesmas sebagian besar idak ada masalah, IBI mengadakan pelatihan2, dapat berhubungan baik dengan Dinas Kesehatan dan selalu melakukan pertemuan berkala dan difasilitasi oleh dinas kesehatan dan bidan koordinator
e. Hasil in dept interview kepala BKKBN Menurut Kepala BKKBN bahwa 1) Dari hasil wawancara kepala BKKBN menyatakan bahwa seluruh peran yang diharapkan dari bidan dalam pelayanan keluarga berencana sudah sesuai dengan kompetensi bidan. 2) Dari hasil wawancara kepala BKKBN bahwa peran bidan dalam pelayanan KB yang diharapkan sudah sesuai dengan kewenangan bidan 3) Dari hasil wawancara kepala BKKBN sebagian besar menyatakan kompetensi yang harus dimiliki bidan dalam memberikan pelayanan KB dengan jenis kontrasepsi IUD dan Implant, yang hal itu sesuai dengan kompetensi bidan 4) Dari hasil wawancara kepala BKKBN
menyatakan Pelayanan bahwa Alat
kontrasepsi yang sedang diminati sebagian besar masyarakat adalah implant, pil dan hal itu yang sudah sesuai dengn kompetensi bidan, namun ada beberapa metode KB yaitu tubektomi dan vasektomi yang bukan merupakan wewenang dari bidan 5) Dari hasil wawancara kepala BKKBN diseluruh propinsi menyatakan bahwa jenis pelayanan kontrasepsi yang dapat dilayani oleh bidan dapat dilakukan sesuai standar 6) Dari hasil wawancara kepala BKKBN diseluruh propinsi menyatakan bahwa tidak ada bidan yang melakukan pelayanan kontrasepsi diluar kewenangannya 7) Dari hasil wawancara kepala BKKBN
diseluruh propinsi menyatakan bahwa
peralatan dan fasilitas sudah sesuai standar pelayanan KB 8) Dari hasil wawancara kepala BKKBN
diseluruh propinsi menyatakan bahwa
fasilitas rujukan pelayanan KB dapat terjangkau.
132
f.
Hasil in dept interview Kepala puskesmas Non Perawatan a. Dari 6 informan tugas yang dilakukan oleh bidan sangat bervariasi, yang terdiri dari kegiatan di dalam gedung dan luar gedung. Adapun yang terbanyak (semua responden) menginformasikan tugas bidan ANC, INC di informasikan oleh 4 informan, KB di informasikan oleh 3 informan, PNC, Imunisasi, BBL dan penyuluhan KIA dan KB di informasikan oleh 2 informan, sedangkan BBL, rujukan, kespro, lansia, Balita, Pra TK dan layanan umum pengobatan dasar di informasikan oleh 1 informan yang informannya sangat bervariasi. b. Dari
6 informan kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang bidan,
sangat bervariasi, yang terbanyak (3 informan) menginformasikan kompetensi komunikasi dan INC/APN
yang harus dimiliki oleh bidan. Dua informan
menginformasikan kompetensi Pemasangan implant, dan Mampu mendeteksi dini kasus risiko tinggi. Sedangkan kompetensi yang masing-masing di informasikan oleh 1 informan adalah kompetensi ANC, PNC, BBLR, KB, Menangani ibu yang melahirkan beresiko, Pencegahan Infeksi, Etika, Sosial Budaya setempat, advokasi, Kompetensi klinis sesuai dengan kewenangannya, Kemampuan melakukan jejaring, Kemampuan manajemen kasus, pasang IUD, kegawatdarutan kebidanan dan kompetensi mengenal semua tindakan sesuai SOP. c. Hasil wawancara dengan 6 informan sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang bidan 5 informan menginformasikan bahwa sikap yang harus dimiliki oleh seorang bidan, 2 informan menginformasikan sikap sabar. Sedangkan beberapa sikap di informasikan oleh 1 informan yang bervariasi sikap tersebut adalah pendekatan bidan junior dan senior, menyesuaikan keadaan, mau belajar, disiplin, senyum, menarik, care/peduli, iklas, kerja sama, profesional, empati, lembut dan tegas. d. Informasi dari sebagian besar informan (4 orang) menginformasikan bahwa jumlah bidan masih belum mencukupi/kurang sedangkan sebagian kecil (2 orang) menginformasikan sudah cukup. e. Berdasarkan informasi dari 6 informan penempatan bidan di wilayah kerjanya sangat bervariasi. Bidan di tempatkan di KIA di informasikan oleh semua informan, 4 informan menginformasikan bidan ditempatkan di KB, 3 informan menginformasikan
bidan
di
tempatkan
di
posyandu,
2
informan
menginformasikan bidan di tempatkan di desa, pustu, dan imunisasi. Sedangkan bidan yang di
tempatkan sebagai 133
Bidan koordinator
puskesmas, di
kegawatdaruratan, di ruang PONED,
ruang rawat inap dan pengobatan dasar,
di informasikan oelh 1 informan yang berbeda.
Satu informan yang
informasinya masing-masing berbeda, bahwa masih ada bidan yang di perbantukan di keuangan (sebagai bendahara),
membantu diloket, dan
membersihkan Puskesmas tapi tetap mengerjakan tugas utama. f.
Informasi kegiatan bidan bervarisi, ada pelayanan klinis,
non klinis, dan
manajemen. Sebagian informan menginformasikan kegiatan bidan terbanyak pelayanan hamil (infomasi dari 3 informan, KB, imunisasi dan posyandu dari 2 informan, sedangakan kegiatan memberikan pelayanan kebidanan, pelaporan, pembinaan dukun,
Puskesmas, di desa, Deteksi resiko tinggi,
Rujukan,
Poskeskel, menolong persalinan, pemantauan tumbuh kembang balita, penyuluhan, pengobatan sederhana pada ibu dan anak.dan lomba balita. g. Pemahaman bidan terhadap ruang lingkup dan
kewenangannya, semua
informan menginformasikan semua bidan sudah tahu, tetapi satu informan menginformasikan pelaksanaannya belum sesuai dengan kepmenkes, dan hal tersebut di informasikan bahwa dipengaruhi oleh sikap dan pemahaman tentang etika dan kode etik profesi. h. Informasi tentang kegiatan yang dilakukan oleh bidan diluar kewenangan, di dapatkan sebagian (3 informan) menginformasikan tidak ada bidan yang melakukan kegiatan diluar kewenangan. Satu informan menginformasikan ada kegiatan
bidan
yang
diluar
kewenangan,
sedangkan
2
informan
menginformasikan kegiatan yang diluar kewenangan adalah pelayanan pengobatan umum. Kegiatan yang dilakukan oleh bidan diluar kewenangan antara lain vaginoplasti, pemberian suntikan vitamin C, pemberian antibiotic lebih dari 1 macam, dan merawat penyakit umum. Informasi lain yang di informasikan oleh 1 informan yang berbeda adalah kendala dalam Pelimpahan tugas sering hanya berupa lisan karena sudah menjadi rutinitas, masalah yang timbul dalam segi medis merupakan tanggung jawab dokter dan masalah yang timbul mengenai pelayanan merupakan tanggung jawab Ka.PKM. i.
Informasi tentang kewenangan yang di berikan kepada bidan di institusi dari hasil wawancara sangat bervariasi, hampir semua informan memberikan informasi yang berbeda sebagai berikut Sesuai dengan yang distandar namun ada dokter penanggung jawabnya, Memberikan pelayanan pengobatan di pustu, diberikan kewenangan tertulis, Kewenangannya pelayanan umum, pengobatan dasar dengan tidak memberikan antibiotic, tindakan pra rujukan, ANC, INC, PNC, 134
KB, pertolongan persalinan, bayi lahir dan balita, balita batuk pilek sesuai dengan program MTBS. Sedangkan 1 informan tidak memberikan informasi. j.
Informasi tentang kegiatan kolaborasi dan rujukan dengan tepat, di dapatkan semua informan (6 informan) memberikan informasi bahwa bidan melakukan kegiatan kolaborasi dan rujukan dengan tepat. Kolaborasi dan rujukan dilakukan dengan senior, teman sejawat, lintas sector yang di informasikan masing oleh 1 informan. Dukungannya Rujukan medis merupakan tanggung jawab dokter dan Rujukan pelayanan merupakan tanggung jawab Ka.PKM yang di informasikan oleh masing-masing oleh 1 informan.
k. Informasi tentang kebijakan, hasil wawancara didapatkan hampir semua informan (5 informan) memberikan informasi bahwa ada kebijakan tentang pelayanan kebidanan,
1 informan tidak memberikan informasi. Kebijakan
tersebut antara lain SOP dari dinas kesehatan, berbentuk surat tugas dari Ka. Puskesmas, Kebijakan ada P4K, ASI Ekslusif, APN, semua bidan PTT piket di puskesmas,
lokakarya mini umum, lokakarya mini pembinaan bidan, tugas
pokok bidan dalam pelayanan KIA, MTBS, Poskeskel, posyandu, Klinik Pengobatan, melaksanakan ANC terpadu, IMD, manajemen Aktif Kala III, yang masing-masing kebijakan tersebut di informasikan oleh 1 informan yang berbeda. l.
Hasil wawancara di dapatkan informasi dari hampir semua informan memberikan informasi ada SOP, dan 1 informan tidak ada SOP. SOP yang di informasikan oleh informan yang berbeda sebagai berikut APN, pengobatan, PI, plasenta, manual, perdarahan, dan pelayanan PONED
m. Dari 6 informan, 4 informan memberikan info, 1 informan tidak hafal dan 1 nforman lagi tidak memberikan info. Informasi yang diberikan sangat bervariasi, tentang sop kasus fisiologis, kegawat daruratan dan KB. SOP tersebut adalah Persalinan normal, Penanganan BBL, penanganan KPD, PEB, Imunisasi, ibu hamil, pengobatan, PI, plasenta manual, perdarahan, pelayanan PONED, Tata cara pasang IUD, Tata cara lepas IUD, Tata cara pasang implan, Tata cara lepas implan dan
Tata cara menyuntik. Hanya Persalinan normal (APN) yang di
informasikan oleh 2 informan. n. Hampir semua informan mengatakan sudah menerapkan SOP, hanya 1 informan yang tidak memberikan informasi. Ada 1 informan yang memberikan informasi bahwa untuk BPS tidak mengetahui tentang penerapan ini.
135
o. Semua informan memberikan informasi bahwa peralatan dan fasilitas yang tersedia belum sesuai dengan kebutuhan. Adapun peralatan dan fasilitas yang tidak sesuai sangat bervariasi dan informasi tidak ada yang sama dari ke 6 informan tersebut. Rinciannya sebagai berikut tempat/ruangan terlalu sempit, tenaga operator belum siap, bidan didesa meminjam alat ke bikor, Sarana, tempat masih ngontrak karena sebagian besar polindes belum diperbaiki akibat gempa, bahan habis pakai, kondisi ruangan untuk memberikan asuhan kehamilan, dan doppler belum mencukupi. p. Semua informan memberikan informasi, yang sama ada fasilitas pelayanan rujukan, 4 informan memberikan informasi tempat rujuan RS, sedangkan 1 informan puskesmas dan 1 lainnya menginformasikan kendaraan untuk merujuk. Yang membedakan informasi adalah jarak tempuh bervariasi antara 2 – 30 Km q. semua informan memberikan informasi tersedia transportasi, dengan berbagai kendaraan seperti ambulan, ambulan desa, puskesmas keliling, mobil pribadi bidan dan 118. Ada 1 informan yang memberikan informasi bahwa masih ada kendala dengan tenaga pengemudi diluar jamkerja. r.
Dari 4
informan di dapatkan informasi
bahawa bidan dapat bekerjasama
dengan masyarakat, 2 informan lagi memberikan informasi belum semua bidan dapat bekerjasama dengan masyarakat. Adapaun factor yang mendukung kader, dukun, kemitraan bidan dan dukun, sedangkan yang menghambat masyarakat masih mau ditolong persalinannya oleh dukun. s. Semua informan memberikan informasi hubungan kerja antara Puskesmas dengan Bidan baik, dengan berbagai wujud yang di informasikan sangat bervariasi tidak ada yang sama adanya laporan dan pertemuan setiap bulan, Bidan yang kompeten dan terampil dalam memberikan pelayanan, APN harus sesuai protab atau SOP, Peningkatan komunikasi dengan masyarakat, menerapkan Etik dan Etika profesi, Peningkatan pendidikan dari D1 D3, GSI, RW Siaga, Posyandu. Dan saran dari beberapa informan Pembinaan BPS perlu lebih intensif dilakukan oleh Kepala Puskesmas, Dalam pendidikan diperbanyak praktik , dan Untuk pendidikan disarankan tidak menerima latar belakang IPS dikarenakan sulit menanggap pelajaran dan kurang terampil.
g. Hasil in dept interview Kepala puskesmas Perawatan 136
Menurut Kepala Puskesmas Perawatan : a. Tugas bidan antara lain ANC, INC/kamar bersalin, KB dan posyandu, BBL, PONED, PONEK, nifas dan UGD, Tugas koordinir tim bides, pencatat laporan, kespro, program2 PKM, lansia, PKRET, Penyuluhan,
pelayanan konseling,
pembinaan dukun, Klinik, P3K, PKM rawat Inap, PKM rawat jalan, Kelurahan Siaga, Jaga Malam, Immunisasi, Pustu, PHN, dan UKS. b. Kmpetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang bidan sangat bervariasi, yang terbanyak adalah kompetensi mtbs/mtbm yang harus dimiliki oleh bidan, kompetensi persalinan, hamil, komunikasi, poned dan ponek, nifas, kompetensi PPGDON, neonatal, APN, mendeteksi Gangguan tumbang, administrasi, asuhan pelayanan KB, dan penkes. Saran dan kendala yang di informasikan kompetensi di review setiap 5 tahun sekali, pendidikan bidan D3, perlunya pembinaan. c. Sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang bidan antara lain senyum, salam, sapa, ramah sopan dan empati, Professional dapat menempatkan diri ke dalam masyarakat, bertanggung jawab, Mengerti tanggung jawab antar profesi dan antar kolega, Komunikasi yang baik, Tidak judes, Antar profesi tidak ada perselisihan, Menyampaikan hasil anamnesa kepada pasien dengan jelas, Menerangkan setiap tindakan sebelum dikerjakan, Sikap bidan sudah sangat bagus, semua konseling di lakukan, tidak membedakan kaya – miskin, mempunyai wawasan hypnobirthing dan punya pendekatan dengan masyarakat. d. Sebagian besar Jumlah bidan masih belum mencukupi/kurang sedangkan sebagian kecil menginformasikan sudah cukup. e. Penempatan bidan di wilayah kerjanya sangat bervariasi. Bidan di tempatkan di KIA, KB dan UGD, Kespro, bersalin, nifas, RB, PONED, Klinik, P3K, PHN, Perawatan, dan GSI. f.
Informasi kegiatan bidan bervarisi, ada pelayanan klinis, non klinis, dan manajemen. kegiatan bidan terbanyak di pelayanan hamil, persalinan, memberikan pelayanan KIA dan imunisasi, Rujukan, administrasi, pelayanan kesehatan, posyandu, BIKOR KIE PKM KEC, KB, PONED, pelayanan ANC terpadu, asuhan pada ibu nifas dan Pengobatan balita sederhana.
g. Semua bidan sudah memahami ruang lingkup dan kewenangannya 137
h.
Tidak ada bidan yang melakukan kegiatan diluar kewenangan. Ada kegiatan bidan yaitu Kasus TBC kalau batuk lebih dari satu minggu, semua bidan sudah tahu, apa yang harus di dahulukan.
i.
Ada pelimpahan wewenang untuk melakukan PONED (bila tidak ada dokter) sedang sebagian lagi tidak melimpahkan wewenang.
j.
Bidan melakukan kegiatan kolaborasi dan rujukan dengan tepat. Sebelumnya telah ada penapisan yang tepat dan cepat.
k. Ada kebijakan tentang pelayanan kebidanan. Adapun kebijakannya antara lain AMP. Sedangkan kebijakan lainnya Diskusi bidan rutin Mg ke 1 dan MG ke 3, miniloka, P3K, Semua kunjungan masyarakat ke Puskesmas gratis (Kebijakan Dinkes Kabupaten), Periksa Hb gratis, GSI ada sampai ke kelurahan, ada TIMnya, yang bertanggung jawab Bidan, ASi Eksklusif, ANC terpadu, IMD, manajemen Aktif Kala III. l.
SOP sudah ada antara lain APN, pengobatan sederhana, PI, plasenta, manual, perdarahan, dan pelayanan PONED, aspixia/resuaitasi, kegawat daruratan dan ANC, poned, Informed concent, Kamar Bersalin, IMD dan pemantauan tumbang, KB.
m. Sebagian besar mengatakan penerapan SOP oleh bidan sudah dipatuhi, hanya sebagian kecil saja informan yang mengatakan tidak mematuhi SOP sseperti tidak menandatangani informed concent dan cuci tangan belum efektif n. Sebagian besar memberikan informasi bahwa peralatan dan fasilitas yang tersedia belum sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan 2 informan memberikan informasi peralatan dan faslitas cukup. o. Sebagian besar informan mengatakan Ada fasilitas pelayanan rujukan, tempat rujuan RS. 1 informan menginformasikan ada keluhan dari masyarakat yang tidak memiliki kartu Jaminan Kesehatan (Jamkesmas). p. Semua informan memberikan informasi transportasi mudah dan lancar, dengan berbagai kendaraan seperti ambulan, puskesmas keliling, mobil.
138
q. Semua
informan memberikan informasi
bahawa bidan cukup dapat
bekerjasama dengan masyarakat. Namun masih ada kendala dan ada mendukung, hal ini terbukti dengan adanya Pamong desa dan keluarga dilatih cara mendata ibu hamil, memberdayakan desa, tabulin, pendonor, (PAK ) kader aktif, PKK, dibekali buku saku untuk pelaporan ke atas, masyarakat bisa membantu, memahami dan masyarakat sudah diberdayakan dalam pengiriman pasien, bekerja sama untuk peningkatan kesehatan dengan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), hanya kelompok tertentu ( Suku Madura) yang sulit di ajak untuk PHBS, misalnya jualan ayam di pinggir jalan, dan kebersihan lingkungan tidak di perhatikan, minta bantuan bidan dalam pelayanan kesehatan r.
Semua informan memberikan informasi hubungan kerja antara Puskesmas dengan Bidan baik, dengan berbagai wujud yang di informasikan sangat bervariasi tidak ada yang sama antara lain pertemuan dengan bides 2 minggu sekali untuk polindes, dukun sebaga mitra, laporan masing-masing desa, koordinasi laporan, kunjungan rutin 1 kali dalam 2 bulan. Saran dari salah satu informan pelatihan-pelatihan untuk bidan desa agar dilakukan di pelayanana kebidanan (tersosialisasi) serta penyegaran penanganan kegawatdaruratan.
h. Hasil in dept Ketua IBI Menurut Ketua IBI: 1) Sebagian besar jumlah BPS tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, hanya propinsi DKI Jakarta saja yang menyatakan jumlah BPS nya sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat 2) Ada satu propinsi yang beberapa BPS nya belum memiliki ijin praktik, tiga propinsi yang BPS nya sedang dalam proses memperpanjang ijin praktik, dan semua BPS pada tiga propinsi lainnya telah memiliki ijin praktik. 3) Sebagian besar dilakukan pembinaan terhadap BPS dan ada dua propinsi yang menyatakan tidak melakukan pembinaan BPS dengan alasan kepengurusan masih baru dan keterbatasan waktu. 4) Pada umumnya pelayanan yang diberikan BPS pada masyarakat sudah sesuai dengan kompetensi bidan, namun masih ada yang memberikan pelayanan pengobatan umum dimana dalam hal ini menjadi harapan dari masyarakat.
139
5) Sebagian besar bidan di daerahnya sudah tepat melakukan kolaborasi dan rujukan, dan hanya dua propinsi lainnya yang masih belum tepat melakukan kolaborasi dan rujukan. 6) Sebagian besar pelayanan yang diberikan oleh bidan di wilayahnya sudah sesuai dengan kompetensi dan kewenangan tetapi ada beberapa pelayanan seperti tindakan kuretase dan melakukan induksi persalinan, hal tersebut tidak sesuai dengan kompetensi dan kewenangan. 7) Masih banyak bidan di wilayahnya yang tidak melakukan kunjungan rumah dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien khususnya pada masa nifas. 8) Sebagian besar
ada SOP untuk tiap kegiatan yang dilakukan oleh bidan,
beberapa diantaranya adalah APN, PI, IMD Penanganan Aspixia, manajemen Aktif kala III, anafilaktik syok, penapisan dini kondisi patologis. 9) Sebagian besar bidan tidak menerapkan prosedur sesuai dengan standar antara lain penatalaksanaan pencegahan infeksi, penggunaan partograf, pencatatan dan 18 kategori penapisan. 10) BPS sudah mempunyai peralatan yang sesuai SOP yang dipersyaratkan dalam melaksanakan praktik bidan dan ada satu propinsi yang menyatakan beberapa bidan di BPS belum sesuai SOP namun terus dilakukan pembinaan. 11) Sebagian besar wilayah transportasinya cukup memadai untuk melakukan pelayanan dan rujukan. Satu propinsi yang kurang memadai, dalam memberikan pelayanan rujukan menggunakan kendaraan umum. 12) Hubungan kerjasama antara bidan dengan masyarakat sudah terjalin dengan baik
i.
Hasil In dept interview Kepala Desa Menurut Kepala Desa :
1) Kegiatan yang dilakukan oleh bidan sudah sesuai dengan kompetensinya namun ada beberapa kegiatan seperti pengobatan segala macam penyakit tidak sesuai dengan kompetensi bidan. 2) Sebagian besar hubungan kerjasama antara bidan dengan masyarakat sudah terjalin dengan baik 140
3) Pelayanan kebidanan yang diberikan seluruhnya telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, namun ada beberapa saran di wilayah NTB supaya ada pelayanan KB metode IUD gratis. 4) Sebagian besar masyarakat dapat dijangkau oleh bidan, namun ada beberapa masyarakat wilayah timur propinsi Jawa Timur yang belum terjangkau karena belum terjamin keamanannya sehingga bidan takut untuk kesana dan masyarakatnya sulit di bina. 5) Sebagian besar masyarakat meminta pelayanan kebidanan dari tenaga kesehatan, namun masyarakat wilayah timur di propinsi Jawa timur masih meminta pelayanan kebidanan dan pengobatan penyakit umum pada dukun. 6) Sebagian besar masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan memeriksakan dirinya ke bidan, namun pada wilayah timur sungai, masih ke dukun (Jawa Timur). di DKI Jakarta, yang datang ke bidan hanya pelayanan yang terkait dengan pelayanan bidan, penyakit sederhana pada anak dan dewasa. 7) Saran untuk bidan antara lain bidan dekat dengan masyarakat, pengadaan fasilitas kendaraan roda dua untuk bidan, pemberdayaan kader, pemerataan bidan, bidan mau bertempat tinggal diwilayah yang sulit dan menguasai kemampuan berkomunikasi. 7. Hasil FGD Menurut masyarakat : 1) Masyarakat senang mempunyai bidan yang baik, mau menolong kapan pun waktunya, 24 jam. Selain itu sebagian kecil juga mengatakan bahwa bidannya disiplin, ramah, tidak cepat marah, sabar, tidak sulit dihubungi sehingga pelayanannya memuaskan. Namun ada juga yang masih mengatakan kurang puas karena pelayanannya kurang cepat. 2) Bidan dapat menjangkau seluruh masyarakat, walaupun terkadang masih ada kesulitan seperti listrik yang belum masuk ke beberapa wilayah terpencil. Namun bidan tetap berusaha untuk menjangkau tempat tersebut. 3) Semua bidan di desa telah melakukan rujukan jika ada masalah dan tidak bisa menangani. Bidan akan merujuk ke Puskesmas dan Rumah Sakit Daerah. 141
4) Bidan ikut melibatkan suami dan keluarga, bahkan sebagian mengatakan warga serta tokoh masyarakat juga diikut sertakan dalam melakukan rujukan. 5) Bidan melakukan kunjungan ke rumah klien untuk melakukan pemeriksaan ibu hamil bagi yang tidak bisa datang ke polindes atau posyandu, menolong persalinan di rumah, perawatan nifas pada hari ke 3 sampai 1 bulan, bahkan di wilayah tertentu bidan melakukan kunjungan pada kelurga Gakin yang sedang sakit dan bayi balita kurang gizi. Akan tetapi sebagian kecil informan menyampaikan bahwa dulu bidan di wilayah mereka selalu melakukan kunjungan rumah tetapi sekarang sudah tidak lagi. Masyarakat di Jatim menyatakan bidan tidak melakukan kunjungan rumah. 6) Bidan dan masyarakat berhubungan dengan sangat baik di 6 wilayah, warga tidak pernah kesulitan untuk meminta pertolongan dari bidan baik di polindes maupun untuk merujuk, bidan ramah, pelayanan baik, jam berapapun datang tidak pernah ditolak. Namun salah satu daerah walaupun hubungan tetap baik tetapi bidan sudah jarang berkumpul dengan warga lagi karena tidak boleh absen dari puskesmas. Masyarakat (penguna jasa bidan di Jatim) : “Bidan sekarang sudah berbeda, tidak ‘galak’ seperti dulu, ketika di tanya kira-kira kapan perubahan itu? ‘Sejak tahun 2000an’. Dan seluruh responden mengiyakan. 7) Tidak ada warga yang minta pelayanan kebidanan dari tenaga non kesehatan atau dukun karena sekarang sudah ada bidan praktek dan polindes. Dukun beranak masih ada tetapi hanya untuk memijat setelah persalinan, pijat bayi. Namun sebagian kecil masih ada yang bersalin ke dukun beranak atau paraji. BAB IV PEMBAHASAN
Gambaran fasilitas pelayanan kesehatan, Responden terbanyak adalah yang bekerja di Rumah Sakit Umum yaitu sebanyak 67 orang (39,9%) dan yang paling sedikit adalah responden yang bekerja di bidang administrative, yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten 14 orang (8,3%) dan Dinas Kesehatan Provinsi 7 orang (4,2%). 51,2% responden telah menyelesaikan pendidikan D-3 Kebidanan dan telah ada bidan yang menyelesaikan pendidikan S-2Kebidanan sebesar 1,2%. Namun masih ada bidan yang belum meningkatkan pendidikannya ke pendidikan D-3 Kebidanan yaitu sebanyak 49 orang (29,2%). Hal ini banyak disebabkan karena kesempatan untuk melanjutkan pendidikan masih kurang. 142
Pelatihan yang pernah diikuti oleh bidan terbagi menjadi 15 jenis pelatihan, dan hampir keseluruhannya merupakan pelatihan teknis, sedangkan yang sifatnya manajerial hanya satu yaitu pelatihan pengembangan manajemen kinerja klinis yang telah diikuti oleh 19 orang (11,3%). Dari pelatihan klinis belum semuanya diikuti oleh bidan, bahkan masih kurang dari 50% jumlah responden. Pelatihan klinis yang telah diikuti oleh lebih dari 50% responden hanya Asuhan persalinan normal (APN) saja yaitu 103 orang (61,3%). Bidan yang mengikuti pelatihan Pencegahan Infeksi terbanyak adalah bidan yang bekerja di Dinkes provinsi 85,7% dan dinkes kabupaten/kota 71,4%, sedangkan bidan di puskesmas non perawatan, puskesmas perawatan dan RSU rata 40%, Bidan poskesdes/polindes dan RB hanya 33.3% yang telah mengikuti pelatihan Pencegahan Infeksi. Responden yang mengikuti pelatihan Asuhan Persalinan Normal terbanyak adalah bidan di Dinkes provinsi 85,7%, dinkes kabupaten/kota 71,4%, sedangkan bidan yang bekerja di Polindes hanya 46,7% saja Responden yang telah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan maternal neonatal terbanyak adalah responden yang bekerja di dinkes provinsi 85,7%, sedangkan bidan yang bekerja di tatanan pelayanan baik primer maupun sekunder hanya sekitar 35% saja yang mengikuti pelatihan. Responden yang pernah mengikuti pelatihan manajemen BBLR terbanyak adalah responden dari dinkes provinsi 75,1%, dinkes kabupaten/ kota 50%, sedangkan bidan yang bekerja di pelayanan klinik hanya sekitar 34% saja Dari hasil ini tampak bahwa kesempatan untuk menambah ilmu dan ketrampilan bagi bidan masih kurang, baik pelatihan klinis bahkan pelatihan non klinis. Semua pelatihan yang diberikan berjenis pelatihan klinis namun pelatihan non klinis untuk mendukung bidan yang berada di bidang administrative masih kurang. Tampak juga dari hasil survey bahwa pelatihan klinis yang diberikan lebih banyak diikuti oleh bidan yang bekerja di bidang admnistratif (dinas kesehatan) sehingga kesempatan bagi bidan yang justru memerlukan pelatihan klinis seperti bidan di Polindes, Puskesmas, BPS dan Rumah sakit masih sangat kurang. Pelayanan klinis yang dilaksanakan oleh bidan dari instansi pelayanan primer telah dilakukan sebanyak 90,4%. Tindakan pelayanan kebidanan yaitu asuhan ibu hamil, asuhan ibu bersalin, nifas, BBL, bayi dan balita sehat, pelayanan KB, pelayanan kesehatan reproduksi, pertolongan kegawadaruratan. Hal ini sesuai dengan standar kompetensi bidan.. Asuhan pada kehamilan telah dilakukan oleh 94,8% responden di fasilitas pelayanan kesehatan primer oleh pemerintah, dan oleh swasta 81%. Bidan yang bekerja di bidang administrative juga melaksanakan asuhan pada kehamilan, sebesar 24,5%. Asuhan pada ibu bersalin telah dilakukan oleh responden pada pelayanan primer pemerintah dan swasta sebesar 90%. Hal ini sesuai dengan ruang lingkup tugas bidan dan wewenang bidan di fasilitas pelayanan primer yaitu memberikan asuhan kehamilan dan persalinan yang normal. Jenis asuhan kehamilan yang diberikan meliputi ANC sesuai standar, skrining dan pemberian imunisasi TT, pemberian tablet besi, pemeriksaan laboratorium, tatalaksanan kasus yang ditemukan, tindakan kegawatdarurata, pencatatan pada korhort dan rujukan sesuai yang diperlukan. Untuk jenis asuhan pada persalinan yang diberikan oleh bidan adalah memberikan penjelasan kepada keluarga tentang tanda bahaya persalinan, persiapan prasarana persalinan yang bersih dan aman, memberi support mental, memantau kemajuan persalinan dengan
143
partograf, menolong persalinan dengan asuhan sayang ibu dan bayi, melakukan IMD, penatalaksanaan aktif kala III, memantau 2 jam pasca salin dan membuat dokumentasi. 70 % responden di fasilitas pelayanan sekunder memberikan asuhan persalinan karena pelayanan sekunder merupakan pelayanan rujukan dimana kasus persalinan fisiologis yang menjadi wewenang bidan lebih sedikit dibandingkan di fasilitas pelayanan primer. Demikian juga dengan responden yang berada di instansi administrasi seperti dinas kesehatan tidak banya melakukan asuhan langsung terhadap ibu bersalin. Dalam survey ini didapatkan persentase responden yang melakukan asuhan persalinan hanya 25%. Asuhan pada ibu nifas telah dilakukan responden pada pelayanan primer pemerintah sebesar 88,9% dan pelayanan primer swasta 87,3%. Sebagai pelayanan primer mempunyai tugas dan wewenang memberikan asuhan pada ibu nifas yang normal yang meliputi asuhan nifas sesuai standar, deteksi dini terhadap komplikasi, memfasilitasi pemberian ASI eksklusif, pemberian vitamnin A dosis tinggi, penyuluhan dan konseling kepada ibu dan keluarga, melakukan follow up care, melakukan rujukan bila diperlukan dan melakukan pencatatan. Dari seluruh asuhan pada ibu nifas ini pada pelayanan primer swasta mempunyai persentase 73% pada pemberian vitamin A dan 62,8% pada tindakan follow up. Berbeda dengan pelayanan primer pada kedua hal tersebut tetap konsisten mempunyai persentase diatas 80 %. Sedangkan responden pelayanan sekunder dalam memberikan asuhan pada ibu nifas sebesar 63,4%, pasa aspek pemberian vitamin A dosis tinggi hanya 26,9% dan follow up care hanya 19,4%. Hal ini dapat disebabkan karena kebijakan rumah sakit setempat yang orientasi terhadap kebijakan program kurang. Pada responden yang di instansi administrasi masih ada yang melakukan asuhan nifas sebesar 21% walaupun peran fungsinya lebih banyak bidang admistrasi. Hal ini responden masih memberikan asuhan nifas di rumah walaupun tugas mereka di instnasi administrasi. Asuhan pada bayi baru lahir yang meliputi asuhan bayi baru lahir sesuai standar, deteksi dini terhadap kelainan kongenital dan komplikasi, memberi salep mata, memberi vitamin K, memberi immunisasi Hepatitis B 0, merujuk jika diperlukan, melakukan foolow up care (KN1, KN2, KN3), memberi tanda pengenal dan melakukan pencatatan dilakukan oleh responden pada pelayanan primer pemerintah dengan persentase rata - rata 86,2%, kecuali pemberian tanda pengenal hanya 35,9% responden. Persentase yang kecil pada pemberian pengenal pada bayi baru lahir kemungkinan jumlah bayi yang lahir di pelayanan kesehatan primer tidak banyak dan dilakukan rawat gabung. Sedangkan di pelayanan primer swasta persentase responden melakukan asuhan bayi barulahir rata- rata 87,5%, kecuali kunjungan neonatus mempunyai persentase 55,7%, hal ini dapat dilihat bahwa pelayanan pimer swasta belum maksimal melakukan follow up care, kemungkinan responden hanya menunggu ibu membawa bayinya ke fasilitas pelayanan saja tetapi responden tidak melakukan kunjungan rumah bila ibu tidak membawa bayi kunjungan neonatal. Pada pelayanan sekunder respondenyang memberikan asuhan rata – rata sebesar 65,1% lebih sedikit dibanding dengan pelayanan primer, hal ini karena di pelayanan sekunder terdapat kasus patologis yang bukan merupakan wewenang bidan dan bidan di pelayanan sekunder bekerja secara tim dengan dokter. Pemberian immunisasi hepatitis B 0 pada pelayanan sekunder sebesar 49,3% dan follow up care hanya 22,4%, hal ini sesuai dengan peran fungsi responden di pelayanan sekunder lebih banyak melakukan asuhan di dalam gedung. Responden yang bertugas di instansi administrasi mempunyai persentase rata – rata 27% melakukan asuhan bayi baru lahir, hal ini sesuai lingkup tugasnya yang lebih utama bidang manajerial dan administrasi. Asuhan bayi, balita sehat yang dilakukan responden rata –rata 86,4% pada responden di pelayanan primer pemerintah, hal ini sesuai dengan tugas dan wewenang bidan bahwa salah satunya adalah memberikan asuhan pada bayi, balita sehat yang meliputi memantau pertumbuhan, menstimulasi dan deteksi dini perkembangan, memberikan vitamin A dosis tinggi, memberikan immunisasi dasar, melakukan follow up care dan melakukan pencatatan. 144
Responden pada pelayanan primer swasta rata – rata 62,6% melakukan asuhan pada bayi, balita sehat. Pada pelayanan sekunder sesuai dengan peran fungsinya pada asuhan ini hanya 23,6% responden yang memberikan asuhan bayi, balita sehat. Pada pelayanan kontrasepsi responden pada pelayanan primer pemerintah rata – rata 83,7% memberikan pelayanan kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang masih sedikit persentasenya dilakukan adalah IUD post plasenta. Hal ini karena metode ini relatif baru sehingga belum banyak digunakan. Pada pelayanan primer swasta mempunyai rata – rata 67,3% responden yang memberikan pelayanan kontrasepsi. PELAYANAN KEGAWATDARURATAN Pelayanan yang diberikan pada pertolongan kegawatdaruratan sebagian besar adalah penanganan perdarahan post partum yaitu sebesar 68,5% dan Penanganan perdarahan dalam kehamilan 67,9%. Berdasarkan asal instansi responden, pertolongan kegawatdaruratan sebagian besar terdapat di pelayanan sekunder yaitu sebesar 64, 81 %, dilanjutkan dengan bidan yang bekerja di pelayanan primer Pemerintah sebesar 42,36% dan pelayanan primer Swasta sebesar 58,82%, sedangkan bidan yang bekerja di bidang administratif sebesar 16,67%. Hal ini sesuai dengan pernyataan dr. SPOG di RSUD bahwa kewenangan dan kompetensi bidan yaitu memberikan asuhan fisiologis dan kegawatdaruratan. Didukung juga dengan pernyataan Sebagian besar dokter spesialis anak dari 6 wilayah mengatakan bahwa kompetensi bidan adalah melakukan asuhan persalinan, resusitasi, perawatan BBL dan penanganan kegawatdaruratan obstetrik. PENGOBATAN Dari pelayanan klinis ada tindakan Pengobatan umum yang merupakan tindakan diluar kompetensi bidan hal ini disebabkan karena pelayanan primer memiliki tugas tambahan dari pemerintah, dari hasil FGD dengan masyarakat 90% masih membutuhkan bidan untuk melakukan pengobatan umum Pelayanan yang diberikan pada pelayanan pengobatan sebagian besar adalah Melakukan pencatatan pada rekam kebidanan/kartu, kohort dan buku KIA sebesar 50,6% dan melakukan pengobatan dalam rangka pertolongan pertama dan segera merujuk sebesar 50%. Berdasarkan asal instansi responden, pelayanan yang diberikan pada pelayanan pengobatan sebagian besar terdapat dalam kelompok Primer Pemerintah sebesar 71,74% dan kelompok Primer swasta sebesar 44,41%, dilanjutkan dengan kelompk sekunder sebesar 28,03% sedangkan kelompok administrasi sebesar 22,33%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Semua informan dari 6 wilayah mengatakan bahwa semua bidan di desa telah melakukan rujukan jika ada masalah dan tidak bisa menangani. Bidan akan merujuk ke Puskesmas dan rumah sakit daerah dan bidan ikut melibatkan suami dan keluarga, bahkan sebagian mengatakan warga serta tokoh masyarakat juga diikut sertakan dalam melakukan rujukan. Hal ini juga disampaikan oleh informan dari kepala Puskesmas dan ketua IBI bahwa sebagian bidan di pelayanan primer ada yang memberikan pengobatan. Menurut informas kepala puskesmas ada kebiajakan bagi bidan untuk memberikan pengobatan di pustu. Hasil FGD masyarakat juga mengharapkan bidaan memberi pengobatan terhadap penyakit umum. Hal ini diperkuat dengan pernyataan KaDinkes yang mengatakan bahwa Kolaborasi dan rujukan sudah ada walaupun belum berjalan sesuai yang diharapkan, administrasi rujukan belum tertata dengan baik, seperti masih ada beberapa yang menunda rujukan, karena alasan berpengalaman menangani kasus, koordinasi antar program dan lintas sektor. 145
PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA Pelayanan yang diberikan pada pelayanan kesehatan reproduksi remaja sebagian besar adalah Promosi kesehatan termasuk KIE dan konseling sebesar 56,5% dan Melakukan rujukan jika diperlukan sebesar 50%. Berdasarkan asal institusi responden, pelayanan yang diberikan pada pelayanan kesehatan reproduksi remaja sebagian besar terdapat kelompok Pemerintah sebesar 70,07% dan kelompok swasta sebesar 56,45%, dilanjutkan dengan kelompok sekunder sebesar 38,42% sedangkan kelompok tersier sebesar 26,78%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ka Puskesmas di Puskesmas perawatan penempatan bidan di wilayah kerjanya sangat bervariasi. Salah satunya adalah dibagian kesehatan reproduksi. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan bidan yang sebagian besar mempunyai kegiatan dalam bidang kesehatan reproduksi baik itu konseling, perubahan fungsi kespro, rujukan dan pencatatan rekam medik. PELAYANAN NON KLINIS. Berikut adalah hasil survey tentang pelayanan non klinis yang dilaksanakan oleh responden bidan. Pelayanan non klinis yang dilaksanakan oleh bidan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu pelayanan kesehatan masyarakat, manajerial (perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan pengendalian serta pencatatan dan pelaporan), kepemimpinan (pembinaan, koordinasi dan advokasi). Di tatanan pelayanan primer responden yang melaksanakan kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah sebesar 64,5%, sedangkan responden bidan di tatanan pelayanan sekunder hanya sebesar 25,4% dan responden bidan yang bekerja di bidang administrative 53,5%. Pelayanan Kesehatan Masyarakat terdiri pemetaan wilayah dan masalah, analisis situasi dan sosial, Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), pelayanan kebidanan komunitas, penyuluhan kesehatan masyarakat, advokasi, membangun kemitraan dan jejaring, meggerakkan dan memberdayakan masyarakat serta melakukan kegiatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM). Jika dilihat dari asal responden bekerja maka dapat terlihat bahwa lebih dari 81% bidan yang bekerja di tatanan pelayanan primer dibawah pemerintah (Polindes, Puskesmas Perawatan maupun non perawatan) telah melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat berupa pemetaan wilayah, analisis situsai, analisis sosial, pemetaan masalah, pelayanan kebidanan komunitas, advokasi, membangun kemitraan dan jejaring juga membantu masyarakat dalam memberdayakan dirinya seperti adanya ambulan desa, menggalang calon donor darah, membuat tabungan ibu bersalin (tabulin), mengumpulkan dana sehat, membantu masyarakat agaw siap siaga terhadap bencana dan membina Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) berupa Posyandu, Posdaya, Poskesdes, Pos Obat Desa, dan lainnya. Sedangkan bidan dari tatanan pelayanan primer swasta hanya sekitar 23%, begitu juga bidan dari tatanan pelayanan sekunder hanya sekitar 6,75% saja yang melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat. Untuk bidan yang bekerja di bidang administrative ada juga yang mengerjakan pelayanan kesehatan masyarakat sebesar 37,3%. Jenis kegiatan non klinis lainnya adalah manajerial dalam hal perencanaan. Hal yang direncanakan adalah perencanaan SDM, perencanaan anggaran, perencanaan logistic, perencanaan program dan perencanaan pengembangan. Sekitar 46,8% bidan yang bekerja di pelayanan primer dibawah pemerintah melaksanakan tugas ini. Sedangkan bidan di pelayanan primer swasta sebanyak 37,9%, dan sekitar 25,4% bidan yang bekerja di rumah sakit yang 146
melaksanakan kegiatan perencanaan ini. Hal ini berbanding terbalik dengan bidan yang bekerja di tatanan administrative, sebanyak 67,1% bidan yang bekerja di dinas kesehatan telah melaksanakan kegiatan perencanaan. Untuk kegiatan manajerial jenis pengorganisasian yang berupa pengorganisasian SDM, pengorganisasian program, pengorganisasian anggaran dan pengorganisasian logistic serta pengorganisasian pengembangan telah banyak dilakukan oleh bidan yang bekerja di bidang administrative yaitu sebesar 70% bidan. Tetapi bidan yang bekerja ditatanan pelayanan baik primer dan sekunder hanya sekitar 30% saja yang melaksanakannya. Selain itu ada jenis kegiatan manajerial pengawasan dan pengendalian. Untuk kegiatan ini yang dilaksanakan oleh bidan adalah supervise fasilitatif, bimbingan teknis dan Audit Maternal Perinatal (AMP). Lebih dari 90% bidan yang bekerja di bidang adminsitratif telah melaksanakan kegiatan pengewasan dan pengendalian ini, sekitar 60% bidan di tatanan pelayanan primer pemerintah juga telah melaksnakannya. Namun bidan yang berada di tatanan pelayanan primer swasta dan bidan di tatanan pelayanan sekunder hanya sekitar 25 % yang melaksanakannya. Kegiatan monitoring dan evaluasi juga merupakan salah satu tugas non klinis yang dilaksanakan oleh bidan. Untuk itu dibedakan kegiatan monitoring evaluasi setiap bulan, setiap tiga bulan, setiap semester dan setiap tahun. Lebih dari 80% bidan yang bekerja di bidang administrative telah melaksanakan kegiatan ini, sekita 70% bidan di pelayanan primer oleh pemerintah juga telah melaksanakannya. Namun hanya sekitar 30% bidan di pelayanan primer oleh swasta dan bidan di pelayanan sekunder yang melaksanakan monitoring dan evaluasi. Hasil diatas sesuai dengan peran fungsi bidan di masyarakat. Bidan yang bekerja di tatanan pelayanan baik primer maupun sekunder banyak berperan sebagai pelaksana sehingga yang dikerjakan oleh bidan sehari-hari adalah memberikan layanan kebidanan secara klinis. Namun ada juga peran pengelola seperti yang dilaksanakan oleh kepala ruang bersalin, bidan coordinator, dan bidan yang mempunyai praktik mandiri (BPS). Sedangkan bidan yang bekerja di tatanan administrative kurang mengerjakan pelayanan klinis dan banyak mengerjakan tugas manajerial, kepemimpinan dan advokasi. Berdasarkan hasil survey bidan dalam kegiatan pencatatan dan pelaporan pada instansi primer pemerintah 68,62%, untuk bidan di instansi primer swasta 31,85%, dan 35,1% pada bidan yang berada di instansi sekunder, sedangkan persentase tertinggi dalam kegiatan pencatatan dan pelaporan tersebut adalah bidan yang bekerja di instansi tersier yaitu 86,6%. Dapat diambil kesimpulan bahwa bidan yang bekerja di intansi tersier lebih besar persentasenya dalam kegiatan tersebut, seharusnya pencatatan dan pelaporan banyak dilakukan oleh bidan yang berada di primer pemerintah, primer swasta dan sekunder, hal ini disebabkan oleh beban kerja bidan yang bekerja di instansi primer pemerintah, primer swasta dan sekunder lebih banyak sehingga kegiatan pencatatan dan pelaporan tersebut tidak dapat dilakukan secara optimal, pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat sebagian besar informan yang menyatakan bahwa selain bidan memberikan pelayan klinis bidan juga diperbantukan untuk memberikan pelayanan non klinis seperti administrasi, management, kunjungan lapangan, posyandu, apotik, bagian keuangan,
147
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Dari hasil survey yang telah dilakukan dapat dibuat beberapa kesimpulan antara lain : 1. Kegiatan riil bidan di lapangan meliputi pelayanan klinis dan non klinis, administrasi, manajerial yang semuanya sudah ada dalam kompetensi bidan, tetapi ada beberapa kegiatan yang tidak ada dalam kompetensi yaitu penulisan resep, pengobatan selayaknya pengobatan umum. Jenis kegiatan yang diluar kompetensi bidan ini didukung oleh hasil wawancara mendalam dari tim kerja, stake holder dan FGD dari masyarakat (ibu/perempuan pengguna layanan bidan). Kompetensi yang lain yang diharapkan adalah manajerial skill dan komputer skill. 2. Kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh responden sudah sesuai standar kompetensi yang ada, sesuai dengan hasil wawancara mendalam dari tim kerja dan stakeholder. 3. Kendala yang dihadapai responden dalam melaksanakan kegiatan hampir semua pada aspek nonklinis seperti sarana dan prasarana kurang, pengetahuan masyarakat kurang, transportasi sulit, situasi dan koindisi yang beragam, dana dan SDM kurang, beban kerja yang banyak, monev yang kurang, dan diklat kurang. Sedangkan kendala aspek klinis hanya sedikit yaitu kompetensi pelayanan yang kurang. B. SARAN 1. 2. 3. 4.
Perlu menelaah kompetensi bidan terutama pada daerah atau wilayah kerja tertentu. Perlunya pelatihan klinis yang lebih diutamakan bagi bidan di fasilitas pelayanan primer, sekunder daripada bidan di administratif. Pendidikan berkelanjutan bagi bidan dan menambahkan pengalaman dalam manajerial. Penelitian lebih lanjut untuk melakukan analisis bivariat dan multivariat dengan sampel lebih representatif untuk bidan Indonesia.
148
REFLEKSI A. TEKNIS Awal September 2010, bertempat di Bogor, sebelum dilaksanakan survey di 6 (enam) provinsi yang ditentukan, yaitu DKI Jakarta, NTB, Gorontalo, Sumatra Barat, Jawa Timur, Jawa Barat, panitia membuat draft instrumen survey di bidang pelayanan kebidanan. Adapun instrumen yang akan digunakan pada saat survei adalah kuesioner, catatan harian bidan, indep interview, dan Focus Group Discusion (FGD). Kegiatan revisi ke dua instrumen dilaksanakan di Padang pada tanggal 18 September 2010. Sebelum melakukan survey pelayanan kebidanan ini membutuhkan suatu perijinan pengambilan data dan sosialisasi kegiatan disetiap instansi wilayah kerja yang akan di survey dengan tujuan agar kegiatan survey dapat berlangsung dengan optimal. Untuk itu pada tanggal 22 september 2010 diadakan pertemuan dengan Kepala Dinas Kesehatan Kota/Provinsi di Bogor dan Jakarta sebagai bentuk kordinasi dari berbagai pihak pemerintah daerah yang mana daerah tersebut akan di survey. Pada tanggal 24-25 September 2010, bertempat di Surabaya, seluruh surveyor dari 6 provinsi yang terpilih berkumpul untuk menyamakan persepsi Term Of Refrence (TOR) dan uji coba instrumen pada instansi pelayanan kesehatan di Sidoarjo Surabaya sehingga dari kegiatan tersebut dihasilkan instrumen survey yang valid dan reliable yang akan digunakan dalam survey pelayanan. Seluruh responden berpartisipasi dalam kegiatan uji coba instrumen, pada siang harinya tim surveyor kembali berkumpul untuk mendiskusikan hasil kegiatan uji coba tersebut. Tidak semua item pertanyaan instrumen survey hasil uji coba dapat didiskusikan, hal ini disebabkan oleh kurangnya waktu. Adapun bagian instrumen yang perlu direvisi diantarannya perbaikan kalimat pertanyaan kusioner, pengkodean dari item pertanyaan, dan penambahan beberapa pertanyaan yang terkait dengan tindakan pelayanan kebidanan. Satu hari sebelum pelaksanaan survei di bidang pelayanan di provinsi masing-masing, tim surveyer inti/penanggung jawab berkumpul di IBI Pusat untuk mengadakan pertemuan dalam rangka persiapan survey yang akan dimulai pada tanggal 4 Oktober 2010 sampai dengan selesai. Informan 60 orang dan responden sebanyak 168 orang yang terdiri dari: Dinas Kesehatan Propinsi yaitu Kepala Dinas Kesehatan 1 orang, bidan di Subdin Yan Rujukan 1 orang, bidan di Subdin Kesga 1 orang. Dinas Kesehatan Kabupaten terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan 1 orang, bidan Koordinator Kabupaten/Kota 1 orang, bidan di Subdin Yan Rujukan 1 orang, bidan di Subdin Kesga 1 orang. RSUD yang terdiri dari Direktur 1 orang, Dokter Spesialis Anak 1 orang, Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi: 1 orang, wawancara: bidan pelaksana di Poli KB 1 orang, bidan pelaksana di Poli hamil 1 orang, bidan pelaksana di kamar bersalin 1 orang, bidan pelaksana ruang nifas 1 orang, bidan pelaksana di ruang bayi 1 orang, bidan di UGD 1 orang, bidan kepala ruangan kamar bersalin: 1 orang, bidan kepala ruangan nifas: 1 orang, bidan supervisor 1 orang. Puskesmas perawatan yang terdiri atas Kepala Puskesmas 1 orang, pelaksana di Poli 1 orang, bidan pelaksana ruang Perawatan 1 orang, bidan koordinator puskesmas 1 orang .puskesmas non perawatan Kepala Puskesmas: 1 orang, bidan Pelaksana: 1 orang, Bidan Koordinator Puskesmas: 1 orang. Rumah bersalin yang terdiri dari bidan pelaksana 1 orang, bidan penangungjawab 1 orang. Polindes terdiri atas bidan 149
pelaksana 2 orang. BPS terdiri dari Bidan Pelaksana: 2 orang. IBI Ketua IBI Cabang: 1 orang, Tokoh Masyarakat (Kepala Desa) : 1 orang, dan BKKBN Kabupaten: 1 orang. Pelaksanaan survey di setiap provinsi dilakukan pada waktu yang tidak bersamaan, Survey di provinsi NTB dilakukan selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 4-6 Oktober 2010, Sumatra Barat selama 3 (tiga) hari 6-8 Oktober 2010, Jawa Timur 3 (tiga) hari 5-7 Oktober 2010, Jawa Barat dan Gorontalo 3 (tiga) hari 7-9 Oktober 2010, dan terlama adalah di Provinsi DKI Jakarta selama 10 (sepuluh) hari tanggal 5-15 Oktober 2010 dikarenakan survey dilakukan di 2 (dua) wilayah yaitu Jakarta Utara dan Jakarta Pusat. Selain itu responden yaitu Ka. Dinas sangat sulit ditemui akibat padatnya aktivitas jadwal kegiatan mereka. Namun dalam pelaksanaan, seluruh responden berpartisipasi. Hasil survey dikumpulkan dan diolah oleh tim surveyer di provinsi masing-masing sampai dengan tanggal 14 Oktober 2010. Tanggal 15 – 23 Oktober 2010 data di gabungkan. Tanggal 28 Oktober 2010 Pukul. 19.00 WIB dilakukan penyajian hasil data yang didapat pada survey di bidang pelayanan kebidanan di 6 provinsi terpilih dan ditemukan banyak laporan yang belum dianalisis. Tanggal 29 Oktober 2010 pukul. 08.00 WIB s.d selesai dilanjutkan kegiatan berupa pembentukan kelompok untuk menyelesaikan perbaikan dari hasil pengolahan data. Adapun kelompok tersebut adalah membuat bagian laporan, menganalisis substansi, membuat tekhnik pelaksanan survey, refleksi dari kegiatan survey yang telah dilakukan dan membuat leason learn, serta rekomendasi. B. SUBTANSI Tujuan dari pelaksanaan survey di bidang pelayanan pada 6 provinsi adalah untuk mengidentifikasi jenis kegiatan riil yang dilakukan bidan di seluruh tatanan Pelayanan Kesehatan, aktivitas bidan pada setiap tatanan pelayanan, mengidentifikasi kesesuaian antara standar kompetensi dan aktivitas Bidan di tempat praktik dan kendala yang dihadapi Bidan dalam melakukan praktik di wilayah kerjanya. Adapun hal-hal yang ditanyakan berkaitan dengan kegiatan bidan dipelayanan terdiri dari klinis dan non klinis. Klinis yaitu: antenatal care, intranatal care, post natal care, bayi baru lahir, pelayanan keluarga berencana, pemantauan tumbuh kembang balita, imunisasi, posyandu, pustu, KIE, dan PONED. sedangkan Non klinis administrasi, management, dan koordinator. Dari hasil survey didapatkan bahwa kegiatan pelayanan klinis pada umumnya sudah sesuai dengan standar pelayanan dan kompetensi. Walaupun masih ada beberapa pelayanan yang bukan merupakan standar kompetensi seperti pengobatan dan pertolongan patologis. Tetapi masih ada masyarakat yang menggunakan jasa dukun, paranormal dan tabib. Respon dari responden terhadap kegiatan survey ini sangat baik diharapkan kegiatan ini terus berlanjut dan dapat menjadi perpanjangan tangan mereka untuk wilayah kerjanya karena masih ada beberapa pelayanan mempunyai kendala seperti: sarana prasarana yang kurang memadai, kurangnya dukungan manajerial, pengetahuan masyarakat yang kurang, adat istiadat wilayah setempat, situasi dan kondisi wilayah kerja, kualitas pelayanan kurang, transportasi, dana, SDM yang kurang, kurangnya informasi ilmu kebidanan, daya tampung rumah sakit yang kurang memadai sehingga kesulitan dalam merujuk pasien, penempatan SDM yang belum sesuai dengan job desknya, tingkat perekonomian masyarakat yang rendah, dan kurangnya koordinasi antar program. 150
Selain kendala yang dilaporkan kepada surveyer juga terdapat dukungan yang menjadi semangat para pemberi pelayanan kesehatan adapun dukungan tersebut seperti: dukungan dari keluarga, lintas sektor, lintas program, hubungan bawahan dan atasan yang baik, pelatihan, ijin praktik yang mudah, Jamkesmas, dana BOK (Biaya Operasional Kesehatan), Jamkesda, moril, materil, reward bulanan, reinforcment, psikologis, suport, organisasi profesi, dan tersedianya dana pelatihan. Disamping kendala dan dukungan, responden memberikan beberapa saran untuk perbaikan kegiatan pelayanan kebidanan kedepannya yaitu: mengadakan pelatihanpelatihan dan seminar sebagai peningkatan pengetahuan SDM, menetapkan standar pelayanan kebidanan yang baru, peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kebidanan, insentif bidan ditingkatkan, melakukan studi banding, subsidi pemerintah ditingkatkan, dan peningkatan peran serta masyarakat.
151
LESSON LEARN
Lokasi penelitian meliputi enam Provinsi di Indonesia yng dipilih dari 33 propinsi yang ada meliputi : DKI, Jawa Barat, Sumatra Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Gorontalo. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan penunjukkan berdasarkan prioritas keadaan nyata di lapangan dengan berbagai karakteristiknya. Karakteristik dari provinsi Sumatera Barat, budaya masyarakat setempat masih kental misalnya menggunakan jasa pelayanan kesehatan ke tabib, paranormal dan masih banyak bidan yang bekerja diluar kewenangannya. Jawa timur : tenaga Bidan paling banyak dan bidan bekerja di semua tatanan pelayanan kesehatan akses ke pelayanan kesehatan dari segi geografis tidak bermasalah, namun dibeberapa wilayah timur budaya juga masih kental, tidak adanya minat masyarakat untuk menggunakan pelayanan kesehatan.. DKI Jakarta : kondisi ekstrim. Provinsi DKI Jakarta adalah ibukota RI dengan jumlah sarana kesehatan yang banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk dan luas wilayah dengan pelayanan kebidanan yang bervariasi. Jawa Barat: daerah ini berkembang sangat pesat secara ekonomi dan sosial namun memiliki derajat kesehatan ibu dan anak yang masih kurang. Nusa Tenggara Barat :masih banyak terdapat masalah dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak dan letak geografis yang sulit dijangkau. Gorontalo : merupakan daerah kaya sumberdaya alam tetapi memiliki data kesehatan ibu dan anak yang masih kurang baik. Melihat dari perbedaan karakteristik yang berbeda-beda dari setiap provinsi diatas, merupakan hal yang letak geografis yang dipertimbangkan untuk survey selanjutnya, dibutuhkan waktu yang cukup, pelatihan bagi surveyer untuk persiapan mengadakan survey, sosialisasi instrumen, sampai kepada uji coba instrumen waktu yang disediakan masih kurang. Hal ini untuk mendapatkan instrumen valid dan reliabel. Surat ijin survey harus masuk minimal 1 bulan sebelum pelaksaan survey sehingga dapat dikondisikan dengan keadaan di wilayah tersebut karena hal tersebut terkait dengan perencanaan kegiatan survey di instansi, mensosialisasikan tujuan metode pelaksanaan survey, pembuatan jadwal pertemuan sehingga dalam pelaksanaannya tidak ada hambatan seperti pembatalan secara mendadak dari pihak responden yang mana hal tersebut dapat membuat survey tidak efektif dan efisien dari segi waktu. Melihat letak geografis khususnya Indonesia Bagian Tengah khususnya wilayah Nusa Tenggara Barat dirasakan waktu survey kurang, sehingga dianggap kurang maksimal dalam pengambilan data survey. Perlu adanya pelatihan khusus pengolahan data dan analisa data bagi surveyer dan tim khusus untuk pengolahan data survey tersebut sehingga memperoleh hasil yang optimal.
152
REKOMENDASI I.
REKOMENDASI UNTUK PELAKSANAAN SURVEY SELANJUTNYA DAN PROGRAM
A. TUJUAN Dari tujuan penelitian berikut ini : Mengidentifikasi jenis kegiatan riil yang dilakukan bidan di seluruh tatanan Pelayanan Kesehatan 2. Mengidentifikasi aktivitas bidan pada setiap tatanan pelayanan 3. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi Bidan dalam melakukan praktik di wilayah kerjanya 1.
Hasil survei ini agar ditindak lanjuti dengan penelitian yang lebih terfokus untuk melihat kualitas pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Selain itu penelitian bivariat dan multivariat yang melihat hubungan antara variabel dengan jumlah sampel yang lebih besar dan meliputi 33 provinsi.
B. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PENELITIAN BERIKUTNYA 1. ALAT UKUR Instrumen penelitian perlu dipersiapkan lebih baik sehingga dapat mengukur variabel penelitian dengan valid dan reliabel. 2. WAKTU a. Waktu pelatihan surveyer terlalu singkat b. Waktu untuk uji coba sangat kurang sehingga perbaikan instrumen tidak dapat dilakukan secara optimal yang berdampak dalam pengukuran dan tujuan penelitian tidak dapat dicapai dengan optimal 3. DANA Pembiayaan penelitian perlu mempertimbangkan jenjang responden, jarak tempuh lokasi penelitian, dan pengolahan dan analisa data. 4. METODE Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai pada pelaksanaan survey selanjutnya, maka metode penelitian yang digunakan adalah melihat mutu pelayanan yang diberikan bidan apakah sudah sesuai standar atau belum. 5. PERIJINAN Perijinan dibuat dan dikirim jauh hari ( minimal 2 minggu) sebelum pelaksanaan survey 6. SURVEYER a. Pengaturan surveyer, penangung jawab dan tim analisa data pada setiap lokasi agar merata. b. Membuat kriteria surveyer c. Pelatihan surveyer sebelum melaksanakan penelitian 153
7. JUKLAK PEMBUATAN LAPORAN Informasi dan aturan yang jelas bagaimana pembuatan dan penyusunan laporan sehingga sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 8. PENDAMPING a. Menentukan kriteria pendamping b. Membuat surat serta uraian tugas pendamping c. Pendamping menandatangani surat persetujuan melaksanakan tugas hingga pelaksanaan survey selesai. II. REKOMENDASI HASIL SURVEY UNTUK KEBIJAKAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Hasil survey perlu disampaikan kepada pengambil keputusan program di KEMENKES untuk ditindaklanjuti terutama yang berkaitan dengan pelatihan (In- service training) 2. Pelatihan harus diprioritaskan bagi tenaga kesehatan fungsional di Puskesmas/ Poskesdes dan RS karena dari data yang didapatkan, tenaga kesehatan yang dilatih pada tiap program pelatihan hampir seluruhnya diikuti oleh orang dinas yang tidak melaksanakan kegiatan fungsional lapangan. 3. Perlu adanya kebijakan tertulis terhadap kegiatan bidan yang di luar kompetensi dan wewenangnya tetapi dibutuhkan oleh masyarakat. 4. Berdasarkan hasil survey perlu disusun kompetensi bidan secara jelas khususnya untuk kompetensi tertentu di daerah DTPK.
154
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan Kepmenkes no 369 tahun 2007 tentang Standar Profesi Bidan Etika dan Kode Etik Bidan, PP IBI, Undang-undang Sisdiknas no. 20, tahun 2003 Kementrian Kesehatan, Profil Kesehatan Indonesia, tahun 2008
155