BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hampir semua orang di dunia, dalam melakukan pekerjaannya tidak lepas dari alat yang dinamakan komputer. Perkembangan komputer dari tahun ke tahun sangatlah pesat, dibuktikan dengan adanya tren terbaru saat ini adalah tablet pesonal computer (pc). Tablet pc adalah komputer pribadi portabel yang dilengkapi dengan layar sentuh sebagai perangkat input utama dan dirancang untuk dioperasikan dan dimiliki oleh seorang individu. Istilah ini dibuat populer sebagai konsep yang disajikan oleh Microsoft pada tahun 2001, yang kini berkembang menjadi berbagai macam dan tipe tablet pc dan berbagai macam sistem operasinya, tidak hanya saja Microsoft dengan Windowsnya, tapi ketenaran sistem operasi lainnya seperti iOS (Apple) dan Android (Google) kini telah mendominasi besar didunia tablet pc (Jarret dan Philip, 2009). Perangkat tablet pc saat ini dapat menggunakan keyboard virtual dan handwriting recognition untuk input teks melalui layar sentuh. Semua tablet pc memiliki adaptor nirkabel untuk internet dan koneksi jaringan lokal. Fungsi utama tablet pc adalah untuk termasuk mendukung pekerjaan kantor, web, email, internet, permainan dan berbagai dukungan aplikasi-aplikasi lainnya. Perbedaan utama dari tablet pc dengan komputer bentuk lain adalah mudah dan sangat ringan untuk dibawa kemana-mana (Shiraishi et al, 2010). Kementerian
Komunikasi
dan
Informatika
(Kemkominfo,
2014)
menyatakan, pengguna internet di Indonesia hingga saat ini telah mencapai 82 juta orang. Dengan capaian tersebut, Indonesia berada pada peringkat ke-8 di dunia. Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia, pada tahun 2011 pelanggan seluar di Indonesia telah mencapai lebih dari 240 juta penguna dimana sebagian besar menggunakan smartphone termasuk didalamnya tablet pc (ATSI, 2012). Menurut Shiraishi et al (2010), telepon pintar (smartphone) adalah telepon genggam yang memiliki sistem operasi untuk masyarakat luas, dimana pengguna dapat dengan bebas menambahkan aplikasi,
1
2
menambah fungsi-fungsi atau mengubah sesuai keinginan pengguna. Dengan kata lain, telepon pintar merupakan komputer mini yang mempunyai kapabilitas sebuah telepon. Tidak lepas dunia kesehatan pun mengikuti tren tersebut, terlihat sudah banyak dokter-dokter dan tenaga medis lain misal perawat, laboran yang menggunakan tablet pc ini untuk mendukung pekerjaan sehari-hari. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah berkembang begitu pesat di berbagai sektor, termasuk di sektor kesehatan. Menurut Fuad (2005), teknologi informasi dan komunikasi saat ini adalah bagian penting dalam manajemen informasi. Teknologi informasi saat ini telah banyak masuk dalam ranah pelayanan kesehatan terutama rumah sakit. Terutama dalam kegiatan pencatatan medis. Salah satu pengaplikasiannya adalah rekam medis terkomputerisasi atau rekam kesehatan elektronik. Kegiatannya mencakup komputerisasi isi rekam kesehatan dan proses yang berhubungan dengannya. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, tentu dokter dan tenaga medis lain tidak lepas dari rekam medis. Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnesis, penentuan fisik, pemeriksaan laboratorium, diagnosis dan segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat (Hatta, 2008). Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem penyelenggaraan rekam medis yaitu mulai pencatatan selama pasien mendapatkan pelayanan medik, dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan lainnya (Hatta, 2008). Menurut Hatta (2008), rekam medis elektronik mempunyai banyak manfaat, diantaranya memudahkan penelusuran dan pengiriman informasi dan membuat penyimpanan lebih ringkas, dengan demikian data dapat ditampilkan dengan cepat sesuai kebutuhan. Pencatatan rekaman medis secara digital harus
3
diketahui cara sistem pencatatnnya dan perlu dikembangkan demi memajukan pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan efisien sehingga dapat menurunkan angka kesalahan kerja medis. Rekam medis elektronik dapat menyimpan data dengan kapasitas yang besar, sehingga dokter dan staf medis mengetahui rekam jejak dari kondisi pasien berupa riwayat kesehatan sebelumnya, tekanan darah, obat yang telah diminum dan tindakan sebelumnya sehingga tindakan lanjutan dapat dilakukan dengan tepat dan berpotensi menghindari medical error. Menurut Yang et al (2012), harus ada dokumen terstuktur dalam pemrosesan informasi kesehatan yang dapat dibagikan antar satu unit pelayanan ke unit pelayanan yang lain sehingga dapat diaplikasi kedalam bentuk elektronik. Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Upaya dalam mewujudkan hal tersebut tentu sangat banyak, salah satunya dengan membangun rumah sakit. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Menurut Azwar (1996) rumah sakit adalah keseluruhan dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial. Kualitas pelayanan rumah sakit terhadap para konsumennya merupakan suatu hal yang sangat penting, yang pada akhirnya akan mampu memberikan kepuasan kepada konsumennya, sehingga diharapkan fungsi dan tujuan rumah sakit tersebut dapat tercapai.
4
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit, di Indonesia, terdapat berbagai macam tipe rumah sakit, dimana secara umum definisi rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit dibagi menjadi dua golongan utama yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Sedangkan rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhusunan lainnya termasuk didalamnya rumah sakit khusus ibu dan anak. Pada era tahun 50-an gerakan perbaikan gizi ditandai oleh slogan “Empat Sehat, Lima Sempurna”. Kemudian tahun 90-an, seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan masalah gizi di Indonesia, perbaikan gizi ditandai dengan kampanye gizi seimbang dan keluarga sadar gizi. Pada era tahun 2012 ini, sejalan dengan
kemajuan
IPTEK
gizi,
masalah
gizi
yang
ada,
dan
untuk
menyempurnakan perbaikan gizi sebelumnya, maka diperlukan gerakan yang bersifat nasional yang kemudian diberi nama Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Kemenkokesra RI, 2013). Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan sangat penting dalam upaya kita menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang sehat,cerdas, dan prduktif. Permasalahan gizi telah lama menjadi perhatian dunia. Di dalam tujuan pembangunan millennium (MDGs), perbaikan gizi menjadi salah satu indikator dari tujuan pertama yaitu mengatasi masalah kemiskinan dan kelaparan. Pada tujuan pertama MDG, terdapat 3 (tiga) indikator keberhasilan, yaitu peningkatan pendapatan, peningkatan konsumsi energi, dan peningkatan status gizi. Ketiga indikator ini memiliki keterkaitan yang sangat kuat, perbaikan pendapatan akan memperbaiki asupan gizi, dan selanjutnya akan memperbaiki status gizi. Selain itu gizi yang baik akan menjadi dasar yang
5
sangat kuat untuk mencapai MDGs lainnya. Sehingga Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan sesungguhnya bukanlah hal yang baru. Seribu hari pertama kehidupan (sejak masa konsepsi hingga seorang manusia berusia 2 tahun) merupakan momentum kritis yang akan menentukan kualitas generasi masa depan suatu bangsa. Periode ini merupakan periode emas bagi tumbuh kembang manusia yang kemudian dikenal dengan seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) (Kemenkokesra RI, 2013). Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa intervensi pada 1000 HPK akan menunjang proses tumbuh kembang manusia sampai usia 2 tahun secara efektif. Kegagalan tumbuh kembang pada periode 1000 HPK setidaknya akan berakibat pada fisik anak yang tidak normal, kecerdasan anak yang rendah, daya tahan tubuh anak yang lemah dan berakibat pada gangguan metabolik sebagai salah satu risiko penyakit tidak menular. Di Indonesia, penanganan 1000 HPK kini menjadi tantangan tersendiri. Angka Kematian Neonatal (AKN) turun dari 32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2003, kemudian turun lamban menjadi 19 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2010, selanjutnya tidak berubah pada tahun 2012. Lambatnya penurunan AKNini berkontribusi pada 59,4 persen kematian bayi (Buku II RPJMN ke III 2015-2019). Target global penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) MDGs (Millenium Development Goals sebesar tiga-perempatnya pada tahun 2015. Sementara target penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) sebesar dua-pertiga. Berdasarkan kesepakat global tersebut Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000 Kelahiran Hidup (KH), Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan Angka Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015 (Pedoman Pengawasan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak, Depkes RI. 2009). Sebagai salah satu rumah sakit khusus ibu anak (RSIA), RSIA Adina yang beralamat di Jalan Pasukan Ronggoplawe, No 24 Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah, berupaya mengikuti perubahan dan penyesuaian yang berlaku dalam bentuk kelembagaan, manajeman, pengelolaan keuangan dan lain sebagainya.
6
Pergeseran paradigma pembangunan kesehatan dan maju pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, RSIA Adina Wonosobo mencoba memenuhi tuntutan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, profesionalisme tenaga pelayananan kesehatan, termasuk didalamnya perubahan pola penyakit dan pergeseran nilai ekonomi. Sesuai dengan visi RSIA Adina Wonosobo, terwujudnya pelayanan kesehatan ibu dan anak sessuai standar pelayanan rumah sakit secara profesional pada tahun 2015, maka perbagai program kebijakan diambil untuk memenuhi capaian visi tersebut, salah satu yang menjadi kegiatan pokok adalah pengembangan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS). (Rencana Jangka Panjang RSIA Adina Wonosobo, 2011). Sebagai bagian dari SIMRS RSIA Adina Wonosobo, kegiatan rekam medis yang selama ini dilakukan secara manual, akan diubah menjadi bentuk elektronik. Untuk mendukung gerakan 100 HPK tersebut, pencatatan selama proses kehamilan dan setelah bayi lahir menjadi hal yang paling utama, karena untuk melihat perkembangan janin, memantau kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi. Selama ini proses pencatanan tersebut masih tergolong manual yaitu menggunakan rekam medis kertas, sehingga kemungkinan hilang sangat besar, apalagi Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk bayi dibawa oleh ibu, dengan risiko kehilangan sangat tinggi. Proses kontunuitas pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi terhambat.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mendesain rekam medis elektronik berbasis tablet pc untuk mendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak di rumah sakit.
C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah mendesain rekam medis elektronik berbasis tablet pc untuk mendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak di rumah sakit. Sedangkan Tujuan khusus penelitian ini adalah :
7
1. Mengetahui kebutuhan pengguna sistem informasi rekam medis elektronik berbasis tablet pc untuk mendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak di rumah sakit. 2. Mendesain kamus data sistem informasi rekam medis elektronik berbasis tablet pc untuk mendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak di rumah sakit. 3. Mendesain basis data sistem informasi rekam medis elektronik berbasis tablet pc untuk mendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak di rumah sakit. 4. Mendesain diagram activity dan sequence diagram sistem informasi rekam medis elektronik berbasis tablet pc untuk mendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak di rumah sakit. 5. Mendesain tampilan antar muka sistem informasi rekam medis elektronik berbasis tablet pc untuk mendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak di rumah sakit.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi rumah sakit Sebagai sarana pendukung penurunan angka kematian ibu dan anak serta mendukung gerakan 1000 hari pertama kelahiran anak. 2. Bagi Peneliti Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan dalam analisis dan desain rekam medis elektronik berbasis tablet pc untuk mendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak di rumah sakit. 3. Bagi peneliti lain Sebagai bahan masukan untuk melanjutkan penelitian ini ke tahap berikutnya yaitu pengembangan aplikasi rekam medis elektronik berbasis tablet pc untuk mendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak di rumah sakit. 4. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan referensi ilmiah tentang analisis dan desain rekam medis elektronik berbasis tablet pc untuk mendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak di rumah sakit.
8
E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Analisis dan Desain Rekam Medis Elektronik Berbasis Tablet PC di untuk mendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak di rumah sakit belum pernah dilakukan, namum penelitian terkait dengan analisis dan desain sistem informasi rumah sakit yang didalamnya terdapat bagian dari rekam medis sudah pernah dilakukan. 1. Jong Soo Choi et al., (2010), menggambarkan tentang “Design and Implementation of a seamless and comprehensive integrated medical device interface system for outpatient electronic medical records in a general hospital”. Penelitian ini bermaksud untuk menerapkan sistem Electronic Medical Record (EMR) yang dianggap sebagai salah satu strategi kunci untuk meningkatkan efisiensi kualitas pelayanan kesehatan. Namun, interoperabilitas sistem antara perangkat medis dan EMR adalah penghalang besar untuk menyebarkan sistem EMR dalam klinis rawat jalan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang sebuah kerangka sistem antarmuka dan komprehensif terpadu untuk perangkat medis, dan untuk mengembangkan dan menerapkan sistem untuk mempercepat penyebaran sistem EMR di Samsung Medical Center, Korea Selatan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pengembangan EMR mulai dari peralatan medis sampai ke EMR. 2. Wei Chen (2010), dengan judul “Architecture of Portable Electronic Medical Records System Integrated with Streaming Media”. Penelitian ini bertujuan mengintegrasikan teknologi streaming media yang ada ke dalam sistem EMR untuk memudahkan rujukan, laboratorium, dan pemberitahuan penyakit di antara rumah sakit. Elektronik Medical Record dikodekan statis dan dinamis sesuai dengan gambar medis pasien ke dalam format video streaming dan menyimpannya di Flash Media Server (FMS). Penelitian ini menerapkan berbasis web portabel system interchanging EMR menggunakan teknik media streaming untuk mempercepat bertukar gambar medis informasi antar rumah sakit. Arsitektur portabel sistem pengambilan EMR ini tidak hanya menyediakan lokal pengguna rumah sakit untuk memperoleh file teks EMR dari rumah sakit sebelumnya, tetapi juga membantu akses statis dan dinamis
9
gambar medis sebagai referensi untuk diagnosis klinis dan pengobatan. Perbedaan dengan penelitian ini terletak EMR yang ada di rumah sakit diintegrasikan pada media streaming untuk komunikasi medis antar rumah sakit. 3. Kharrazi, Hadi et al (2012), dengan judul “Mobile personal health records (mPHR): An evaluation of features and functionality”. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aplikasi catatan kesehatan pribadi mobile untuk tiga platform terkemuka selular ponsel (iOS, BlackBerry, dan Android), menilai masing-masing untuk karakteristik konten, fungsi, keamanan, dan pemasaran. Hasil penelitian ini adalah mPHR adalah sebuah teknologi perawatan kesehatan dimana mayoritas aplikasi mPHR dibatasi oleh setidaknya salah satu atribut. Namun, karena pasar ponsel terus berkembang ada kemungkinan bahwa mPHRs lebih komprehensif akan dikembangkan dalam waktu dekat. Kemajuan baru dalam teknologi mobile dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mPHR oleh fitur pemberdayaan pasien jangka panjang. Strategi pemasaran untuk mPHRs harus menargetkan spesifik sub-populasi dan menghindari taktik menakut-nakuti. Perbedaan dengan penelitian ini adalah fokus pengembangan di rekam medis personal bukan rekam medis elektronik di rumah sakit. 4. Japit, Susi (2011), Perancangan Sistem Informasi Rawat Jalan dan Rawat Inap di Klinik Dewi Seri. Penelitian ini menghasilkan sebuah sistem informasi rumah sakit yang bertujuan untuk menggantikan sistem pencatatan dan pengelolaan data yang dilakukan secara manual ke komputerisasi, untuk mengatasi hambatan yang sudah kerapkali terjadi terkait ketidak-mampuan menyediakan informasi yang dibutuhkan secara cepat, akurat dan tepat waktu. Dengan sistem informasi tersebut laporan yang dibutuhkan dapat tersedia seketika, seperti: laporan rawat inap, laporan rawat jalan, laporan data obat, laporan data dokter, laporan data pasien dan slip biaya perawatan. Sistem Informasi dirancang dengan mempergunakan Data Flow Diagram (DFD) dan dicoding dengan mempergunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dengan akses single user. Keseluruhan proses, mulai dari input data, penyajian
10
laporan dan backup data dirangkum dengan menggunakan menu pulldown yang bertujuan untuk memberi kemudahan kepada user. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada desain yang digunakan berbasis bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dan akses ke aplikasi single user atau bisa disebut berbasis dekstop. 5. Santoso, et al (2010), dengan judul Perancangan dan Analisis Sistem Informasi Rekam Medis Pada Rumah Sakit Menggunakan RFID Sebagai Identitas. Dalam sistem ini digunakan RFID Reader ID12, dirancang dan dibangun untuk sistem RFID dan media komunikasi serial untuk mengirimkan informasi data ID number pasien dari ruangan kebagian PC monitoring. Pembangunan software sistem infomasi menggunakan bahasa pemograman JAVA dan MySQL untuk database. Hasil pengujian dari sistem ini diperoleh melalui pengambilan data tag RFID, dan menunjukkan bahwa data yang diterima sesuai dengan yang dikirim, seperti id number pasien yang terbaca adalah 410069BB31A2. Jarak maksimum pembacaan tag RFID dengan posisi horizontal terhadap RFID reader yaitu 5 cm. Selanjutnya data tag RFID digunakan sebagai identitas pasien untuk masukan pada software, dan dilakukan pengolahan informasi rekam medispasien, yang berisikan informasi pasien, keluarga, dokter yang menangani dan memantau perkembangan kesehatan pasien. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada media penyimpanan rekam medis yaitu berupa RFID. 6. Hiererra et al (2011), dengan judul Perancangan Sistem Informasi Rumah Sakit Subsistem : Registrasi Pasien (Studi Kasus : RS Budi Lestari Bekasi). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem informasi rumah sakit yang sedang berjalan dan mengidentifikasi masalah kebutuhan informasi pada RS Budi Lestari Bekasi. Dilanjutkan dengan merancang sistem informasi yang dibangun terutama dalam pelayanan registrasi dan informasi. Hasil dari penelitian ini adalah suatu aplikasi sistem yang meliputi rancangan database, layar, input dan output untuk sistem informasi rumah sakit sub sistem registrasi pasien pada RS Budi Lestari Bekasi. Perbedaan dengan penelitian ini
11
adalah penelitian ini hanya berfokus pada kegiatanb registrasi pasien, bukan ke rekam medis elektronik secara keseluruhan.