BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis lingkungan yang secara lokal maupun global dihadapi umat manusia pada abad ini, krisis lingkungan tersebut diantaranya seperti ledakan pertumbuhan penduduk,
industrialisasi
dan
konsumerisme
yang
semakin
meningkat,
menyebabkan serangkaian masalah yang dinamakan isu lingkungan (Oktem, Erturk dalam Karatekin, 2012; Kostova & Vladimirova, 2010). Tema isu lingkungan sarat diangkat dalam kongres-kongres Internasional, sebagai wujud tekad bersama untuk mengedepankan pentingnya peranan pendidikan lingkungan (Kiziroglu, Unal & Dimiski dalam Karatekin, 2012; UNESCO/ UNEP dalam Chu, et al., 2007). Dewasa ini, laju kerusakan lingkungan di Indonesia semakin meningkat. Menurut Irwanto (2013), data dari World Bank mengungkapkan bahwa laju deforestasi di Indonesia berkisar antara 700.000 sampai 1.200.000 ha per tahun. Sedangkan menurut FAO, laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 1.315.000 ha per tahun, atau setiap tahunnya luas areal hutan berkurang sebesar satu persen (1%). Data dari Greenpeace menunjukkan meski ada banyak inisiatif konservasi, namun sayangnya sebagian besar ekosistem laut Indonesia yang luas ini berada dalam ancaman. Data terbaru dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI mengungkap bahwa hanya 5,3% terumbu karang Indonesia yang tergolong sangat baik, sementara 30,45% berada dalam kondisi buruk. Indonesia juga telah kehilangan sebagian besar mangrovenya. Menurut Ginting (2014) dari tahun 1982 hingga 2000, Indonesia telah kehilangan lebih dari setengah hutan mangrove, dari 4,2 juta menyusut menjadi 2 juta hektar. Permasalahan lingkungan dinilai kian menjadi darurat semenjak dominasi manusia terhadap lingkungan, hal ini diperparah seiring dengan kemajuan teknologi (Oktem dalam Karatekin, 2012; Kostova & Vladimirova, 2010). Peningkatan kebutuhan manusia yang disertai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, memberikan konsekuensi logis terhadap peningkatan dalam bidang industri dan transportasi. kedua bidang ini memberikan dampak langsung terhadap meningkatnya tingkat pemanasan global (Global Warming) 1
Anita Sugiansih Haske, 2016 PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE DALAM PEMBELAJARAN EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA KELAS X PADA PROGRAM PENGAYAAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
yang dapat menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan yang kompleks. Ditambah lagi, berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (2012), Indeks Peduli lingkungan (IPL) masyarakat Indonesia masih berkisar pada 0,57 dari angka mutlak satu (1). Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat belum berperilaku peduli terhadap lingkungannya. Berdasarkan pemaparan di atas, diperlukan kesadaran semua pihak untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan lingkungan demi terciptanya hubungan yang selaras antara manusia dan lingkungannya. Pemahaman dan sikap kepedulian terhadap kelestarian lingkungan tersebut sangat perlu untuk ditanamkan kepada generasi muda yang akan mewarisi tanggung jawab untuk dapat menjaga, mengelola, serta melestarikan lingkungan secara arif dan bijaksana sehingga akan tercipta generasi yang peduli terhadap lingkungan. Literasi lingkungan penting ditanamkan kepada generasi muda melalui pembelajaran di sekolah, salah satunya dengan ditanamkannya pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada pendidikan lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan sesungguhnya merupakan suatu proses yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dengan memberdayakan masyarakat untuk memecahkan dan mencegah masalah lingkungan (US EPA, Unal & Dimiski dalam Karatekin, 2012). Oleh sebab itu, pendidikan lingkungan haruslah dimaknai penting dan perlu mendapatkan perhatian khusus agar dapat mempersiapkan warga negara untuk berpartisipasi dalam usaha mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan (UNECE Strategi dalam Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009) serta diharapkan mampu meningkatkan kepedulian, tanggung jawab, sikap menghargai dan penanaman siswa akan pentingnya lingkungan dan dampak dari aktivitas manusia terhadap lingkungan alam (Volk dalam Chu et al., 2007). Tujuan utama dari pendidikan lingkungan adalah menjadikan siswa berliterasi lingkungan (Disinger & Roth, Hungerford, Peyton & Wilke, Iozzi, Leveault, Marcinkowski, Stapp, UNESCO dalam Negev et al., 2008; Chu et al., 2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009). Literasi lingkungan didefinisikan sebagai pengetahuan tentang mekanisme kerja lingkungan alam, kemudian peranan manusia di dalamnya untuk melestarikan lingkungan yang berkelanjutan
Anita Sugiansih Haske, 2016 PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE DALAM PEMBELAJARAN EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA KELAS X PADA PROGRAM PENGAYAAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
(Roth, Harvey, Orr dalam Krnel & Naglic, 2009; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009; Kartekin 2012). Pendekatan kurikulum yang berbasis literasi lingkungan umumnya secara inklusi terintegrasi ke dalam pelajaran IPA (Chu et al., 2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009; Kostova & Vladimirova, 2010; Krnel & Naglic, 2009; Meagher, 2009; Negev et al., 2008), atau dapat dibelajarkan dalam mata pelajaran tersendiri (Krnel & Naglic, 2009). Dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing pendekatan, pemerintah dalam hal ini diharapkan lebih selektif menentukan arah kurikulum pendidikan lingkungan agar tujuan utamanya yaitu siswa yang berliterasi lingkungan dapat tercapai. Status literasi lingkungan seseorang dapat diukur berdasarkan kriteria komponen-komponen literasi lingkungan, yaitu; pengetahuan (knowledge), keterampilan kognitif (cognitive skills), sikap (attitude), dan perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan (behavior) (Simmons dalam Chu et al., 2007; Erdogan, Kostova & Marcinkowski, 2009). Hingga saat ini telah banyak dilaksanakan usaha-usaha untuk membuka kesempatan kepada masyarakat agar lebih memahami lingkungan, berkomitmen dan aktif, atau dengan kata lain menyiapkan warga negara berliterasi lingkungan (Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009). Demi mendukung hal tersebut, beragam studi mengenai status, pola pengajaran, dan efektifitas dari pendidikan lingkungan telah banyak dikaji di manca negara lebih dari dua dasawarsa ini (Negev, et al., 2008). Peningkatan literasi lingkungan kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara dalam proses pembelajaran. Beberapa penelitian terkait literasi lingkungan diantaranya penelitian tentang pengembangan instrumen literasi lingkungan untuk mengukur pengetahuan, sikap, perilaku dan keterampilan telah dilakukan Chu et al., (2007) dan menunjukkan bahwa adanya korelasi antara sikap dan perilaku paling kuat, sedangkan antara pengetahuan dan perilaku paling lemah; ditemukan gender, latar belakang sekolah orang tua, dan sumber informasi siswa tentang lingkungan mempengaruhi literasi lingkungan. Demikian juga Tumisem (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa pelaksanaan program pendidikan lingkungan berbasis ekologi perairan melalui kegiatan pramuka di SD Anita Sugiansih Haske, 2016 PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE DALAM PEMBELAJARAN EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA KELAS X PADA PROGRAM PENGAYAAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
dapat meningkatkan literasi lingkungan sebesar 47% dan mengubah sikap siswa terhadap lingkungan perairan sebesar 52%. Amini (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa model pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor pada calon guru Sekolah Dasar (SD) dapat meningkatkan penguasaan konsep, kinerja dan sikap dalam melakukan percobaan, kemampuan dalam pembelajaran, sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan sekolah. Apriana (2012) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pengintegrasian konsep biokonservasi dalam pembelajaran
biologi
sebagai
upaya menumbuhkan literasi dan kesadaran
lingkungan di kalangan siswa SMA dapat
dilakukan dengan
pendekatan
kontekstual Aceh. Berdasarkan analisis kompetensi dasar, kompetensi yang terdapat di dalam kurikulum Indonesia belum seluruhnya mencapai target kompetensi-kompetensi yang terdapat pada setiap domain literasi lingkungan. Kompetensi dasar dalam pembelajaran di sekolah merupakan standar minimal yang harus dicapai oleh siswa, oleh sebab itu karena kompetensi literasi lingkungan tidak tercakup dalam kurikulum pada pembelajaran biasa, maka diperlukan program tambahan/ program pengayaan agar siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat mengembangkan kompetensi-kompetensi yang tidak terdapat dalam kompetensi pembelajaran biasa, salah satunya adalah mengenai kompetensi literasi lingkungan yang terdiri dari domain pengetahuan, disposisi, keterampilan kognitif (mengidentifikasi isu lingkungan, menganalisis isu lingkungan dan membuat rencana tindakan untuk mengatasi isu lingkungan), dan tindakan siswa terhadap lingkungan. Kompetensi yang terdapat dalam literasi lingkungan sangat penting untuk dicapai oleh siswa yang memiliki kemampuan lebih agar mereka siap menjadi agen-agen pembaharu lingkungan. Kedudukan pengayaan dalam pembelajaran di sekolah sama seperti dengan pembelajaran remedial, jika pembelajaran remedial diberikan pada siswa kelompok bawah di luar jam pelajaran, maka pembelajaran pengayaan diberikan pada siswa kelompok atas dengan tujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperdalam penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar yang sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang optimal (Anggarda, 2013). Anita Sugiansih Haske, 2016 PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE DALAM PEMBELAJARAN EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA KELAS X PADA PROGRAM PENGAYAAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Pengayaan berfungsi untuk membantu peserta didik yang telah mencapai kompetensi lebih cepat dari peserta didik lain dapat mengembangkan dan memperdalam kecakapannya secara optimal melalui pembelajaran pengayaan. Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada siswa yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal dalam belajarnya (Depdiknas, 2009). Siswa yang memperoleh nilai di atas kompetensi minimal yang ditetapkan berhak memperoleh kesempatan untuk memiliki pengetahuan yang lebih di luar materi pembelajaran yang telah mereka dapatkan, salah satunya adalah tentang pencapaian kompetensi yang terdapat di dalam domain literasi lingkungan yang tidak tercakup dalam kurikulum di Indonesia, sehingga siswa yang pandai dan memperoleh nilai di atas KKM berhak mengikuti kegiatan pengayaan sehingga mereka dapat disiapkan untuk menjadi agen-agen pembaharu lingkungan di masa depan. Penelitian lain yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis web atau elearning sebagai penunjang kegiatan pembelajaran tambahan di luar jam pelajaran sudah dilakukan yakni mengenai pembelajaran remedial berbantuan web, untuk program pengayaan belum ada yang melakukan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian Kartini (2014) mengemukakan bahwa pembelajaran remedial berbantuan web dapat meningkatkan penguasaan konsep dan motivasi siswa, serta lebih lanjut mengemukakan bahwa pembelajaran remedial berbantuan web secara umum siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran berbasis web. Berdasarkan fakta di lapangan melalui wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran biologi, pelaksanaan program pengayaan jarang dilakukan dengan alasan tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melaksanakannya, tempat dan jadwal yang terbatas. Akan tetapi, kalaupun dilakukan pengayaan dengan melalui metode diskusi, pemecahan masalah dan memperbanyak latihan soal yang dilakukan di luar jam pelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, dengan elearning ini diharapkan dapat membantu mengatasi masalah yang terjadi di sekolah dan e-learning ini diharapkan akan lebih mengefektifkan program pengayaan karena siswa bisa belajar kapan saja dan dimana saja.
Anita Sugiansih Haske, 2016 PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE DALAM PEMBELAJARAN EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA KELAS X PADA PROGRAM PENGAYAAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Menurut Clyde (dalam Gurpinar 2010) e-learning didefinisikan sebagai bentuk pembelajaran di mana guru dan siswa dapat melakukan proses pembelajaran pada tempat yang berbeda dengan bantuan komputer dan internet. Fitur-fitur yang terdapat dalam e-learning yang terdapat dalam penelitian ini guna menunjang program pengayaan diantaranya adalah kursus belajar, forum diskusi online, kuis, blog, kumpulan isu lingkungan terbaru dan link ke website terpercaya yang menginfokan mengenai masalah lingkungan baik dalam konteks lokal maupun global. Melalui fitur-fitur tersebut, informasi mengenai isu lingkungan pun dapat dengan mudah diakses oleh siswa, informasi yang kaya akan isu lingkungan dapat menjadikan siswa pandai yang telah lulus nilai KKM dan mengikuti program pengayaan akan lebih siap untuk menjadi agen-agen pembaharu lingkungan. Pada kenyataan di lapangan, proses pembelajaran di sekolah masih ala kadarnya baik itu pembelajaran di kelas maupun pengayaan. Guru jarang memanfaatkan teknologi, padahal fasilitas di sekolah sudah sangat memadai. Teknologi telah membantu kita dalam segala aspek kehidupan. Dalam bidang pembelajaran juga diperlukan teknologi untuk menjangkau warga belajar di manapun mereka berada, melayani mereka yang belum memperoleh kesempatan belajar, memenuhi kebutuhan belajar untuk dapat mengikuti perkembangan, serta meningkatkan kreativitas dan efisiensi dalam belajar. Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media agar dikendalikan komputer, (Isjoni, 2007). Nugraini et al., (2013) mengemukakan bahwa e-learning dalam pembelajaran biologi telah mempengaruhi siswa untuk memiliki minat yang positif terhadap biologi sehingga hasil belajarnya pun dapat meningkat. Dampak penggunaan web sebagai media pembelajaran dengan strategi pembelajaran individual bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan pengetahuan mereka, tidak hanya untuk siswa yang berprestasi tinggi tetapi juga untuk siswa yang berprestasi rendah. Johnson (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran e-learning dengan memanfaatkan bahan pelajaran secara online sebelum melaksanakan ujian dapat meningkatkan nilai mahasiswa. Hasil menunjukkan terdapat korelasi positif antara penggunaan bahan pembelajaran online dan nilai ujian komprehensif. Hasil Anita Sugiansih Haske, 2016 PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE DALAM PEMBELAJARAN EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA KELAS X PADA PROGRAM PENGAYAAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
menunjukkan bahwa persiapan dengan memanfaatkan pembelajaran online lebih efektif daripada hanya menulis di kertas. Melalui pengembangan e-learning, diharapkan akan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi ketika melaksanakan program pengayaan seperti waktu yang terbatas, tempat yang terbatas dan jadwal yang terbatas sehingga melalui e-learning akan dapat mengefektifkan program pengayaan untuk siswa pandai. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengembangan E-Learning Berbasis Moodle Dalam Pembelajaran Ekosistem Untuk Meningkatkan Literasi Lingkungan Siswa Kelas X Pada Program Pengayaan” Melalui penggunaan e-learning yang dikembangkan oleh peneliti, diharapkan siswa mencari informasi sebanyak dan seluas mungkin mengenai informasi mengenai isu lingkungan yang sedang berkembang sehingga siswa akan mampu menganalisis isu tersebut dengan menggunakan pendekatan investigating environmental issue dan diharapkan dapat mencapai kompetensi-kompetensi yang terdapat dalam framework literasi lingkungan. Pembelajaran ekosistem sangat penting karena merupakan materi yang sangat berkaitan erat dengan isu lingkungan,
karena
untuk
mempelajari
lingkungan,
pondasinya
adalah
mempelajari ekosistem. Ruang lingkup materi ekosistem dalam penelitian ini adalah mengenai kerusakan dan ketidakseimbangan ekosistem. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah literasi
lingkungan
siswa
yang mengikuti
program
pengayaan
dengan
menggunakan e-learning berbasis moodle pada materi ekosistem?” Untuk lebih memperjelas permasalahan tersebut, maka dimunculkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.
Bagaimanakah perbedaan literasi lingkungan antara siswa yang menerima pembelajaran ekosistem dengan bantuan e-learning berbasis moodle dan siswa yang menerima pengayaan konvensional pada program pengayaan?
Anita Sugiansih Haske, 2016 PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE DALAM PEMBELAJARAN EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA KELAS X PADA PROGRAM PENGAYAAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
2.
Bagaimanakah kecenderungan aktivitas siswa kelas X pada saat mengakses elearning berbasis moodle pada saat mengikuti program pengayaan materi ekosistem?
3.
Apa kelebihan dan keterbatasan e-learning berbasis moodle pada program pengayaan materi ekosistem?
C. Batasan Masalah Untuk menghindari meluasnya permasalahan pada penelitian ini, maka permasalahan dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut : 1.
Penerapan e-learning pada program pengayaan telah dikembangkan fitur-fitur di dalam e-learning yang dapat menunjang program pengayaan.
2.
Proses pengembangan e-learning hanya difokuskan pada pembelajaran ekosistem dengan pengintegrasian materi yang dapat mengembangkan literasi lingkungan siswa pada program pengayaan.
3.
Ruang lingkup materi pada program pengayaan dibatasi pada materi kerusakan dan ketidakseimbangan ekosistem karena materi tersebut sangat berkaitan erat dengan lingkungan.
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk : 1.
Mengetahui perbedaan literasi lingkungan siswa kelas X antara siswa yang mengikuti program pengayaan menggunakan e-learning dengan siswa yang mengikuti program pengayaan konvensional.
2.
Mengungkap kecenderungan aktivitas siswa dalam mengakses fitur yang terdapat dalam e-learning berbasis moodle.
3.
Mengungkap tanggapan siswa terhadap e-learning berbasis moodle pada program pengayaan.
4.
Mengungkap tanggapan siswa terhadap program pengayaan, baik dengan bantuan e-learning maupun konvensional.
5.
Mengungkap kelebihan dan keterbatasan e-learning berbasis moodle pada program pengayaan.
Anita Sugiansih Haske, 2016 PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE DALAM PEMBELAJARAN EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA KELAS X PADA PROGRAM PENGAYAAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
E. Manfaat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak antara lain: 1.
Bagi sekolah, melalui penelitian ini dapat mengatasi hambatan pelaksanaan program pengayaan di sekolah dan sebagai referensi program pengayaan di sekolah untuk menambah wawasan siswa terhadap materi pelajaran yang tidak tercakup kompetensinya dalam kurikulum.
2.
Bagi guru, melalui penelitian ini sebagai bahan alternatif pelaksanaan program pengayaan, sebagai sarana pengembangan media pembelajaran program pengayaan, dan sebagai sarana untuk mengatasi hambatan program pengayaan karena keterbatasan waktu.
3.
Bagi siswa, melalui penelitian ini dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan literasi lingkungan dengan cara mencari informasi yang lebih luas tentang materi biologi dan membantu peserta didik dalam memperoleh wawasan yang lebih luas lagi tentang materi biologi.
F. Asumsi Penelitian 1.
Komponen pengetahuan dasar ekologi, keterampilan kognitif, disposisi/ afektif dan perilaku bertanggungjawab siswa terhadap lingkungan berperan dalam menentukan level literasi lingkungan siswa, (Simmons dalam Chu et al., 2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009).
2.
Literasi lingkungan siswa dapat dikembangkan melalui pembelajaran dengan pengintegrasian materi yang sarat akan lingkungan, (NAAEE, 2011).
3.
Tujuan dari pembelajaran berwawasan lingkungan adalah untuk mencapai keterampilan berpikir global yang dapat dilakukan dengan memecahkan masalah-masalah di lingkungan lokal, (Stephen, 2000).
G. Hipotesis Penelitian Berikut adalah hipoteis yang diajukan dalam penelitian ini : Terdapat perbedaan signifikan literasi lingkungan siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Anita Sugiansih Haske, 2016 PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE DALAM PEMBELAJARAN EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA KELAS X PADA PROGRAM PENGAYAAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu