BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada sistem peredaran darah. Penyakit ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada anggota gerak dan dapat menurunkan fungsi jaringan atau organ. Penyakit kardiovaskular juga merupakan masalah kesehatan yang serius di beberapa negara di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2008 menunjukkan bahwa penyakit jantung iskemik merupakan penyakit tidak menular nomor satu di dunia (Depkes RI., 2014). Penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian sebanyak 17,3 juta penduduk, sekitar 3 juta dari kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun, kejadian tersebut terjadi di Indonesia pada tahun 2008. Penyakit jantung menjadi penyebab kematian dini di negara berpenghasilan tinggi sebesar 4%, dan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah (Depkes RI., 2014). Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, khususnya penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030 (WHO, 2010). Gaya hidup masyarakat yang mulai berubah seperti mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak merupakan salah satu faktor risiko penyebab penyakit kardiovaskuler seperti aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Risiko aterosklerosis akan meningkat jika didahului dengan kondisi dislipidemia, yaitu keadaan lipoprotein darah yang tidak normal (Wijaya, 2000). Aterosklerosis merupakan terbentuknya plak yang menebal di dinding arteri sehingga dapat mengganggu aliran darah. Aterosklerosis menyebabkan arteri koronaria menjadi tidak elastis dan menyempit sehingga tahanan aliran darah dalam arteri meningkat. Tekanan darah tinggi disebabkan oleh tekanan sistolik yang mengalami peningkatan disebabkan pembuluh darah yang tidak elastis
1
2
disertai naiknya tekanan diastolik akibat penyempitan pembuluh darah (Price & Wilson, 2006). Pembentukan plak aterosklerosis pada dinding pembuluh darah diawali oleh terjadinya penyerapan LDL melalui darah pada sel endotel yang menyebabkan LDL teroksidasi oleh adanya Reactive Oxygen Species (ROS) (Brand et al., 1996). Penelitian yang dilakukan oleh Houston (2005) menunjukkan bahwa ROS berpartisipasi dalam pengembangan dan pemeliharaan hipertensi pada SHRs (Spontaneously Hypertensive Rats), dan ROS ini mungkin juga menjadi ajang awal dalam patogenesis hipertensi manusia. Kondisi
hiperlipidemia dapat
menyebabkan
dampak negatif seperti
peningkatan profil lipid, peningkatan risiko aterosklerosis, dan penyakit kardiovaskular, sehingga dibutuhkan adanya pengaturan pola makan yang sehat dan seimbang. Pola makan yang sehat dan seimbang serta mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung antioksidan, merupakan salah satu cara yang efektif mencegah hiperlipidemia. Antioksidan memiliki sifat menetralkan radikal bebas penyebab penyakit hiperlipidemia dan kardiovaskular (Lautan, 1997). Pengembangan konsep food as medicine menjadi salah satu upaya yang banyak mendapat perhatian para klinisi di dunia. Pemilihan bahan pangan merupakan alternatif yang tepat dalam penatalaksanaan hiperlipidemia (Etkin & Rose, 1982). Kacang hijau termasuk sumber bahan pangan nabati yang mudah didapat dan harganya murah (Astawan, 2005). Beberapa kelebihan kacang hijau dibandingkan dengan kacang-kacangan lainnya adalah kandungan antitripsin yang sangat rendah, paling mudah dicerna, dan paling kecil memberi pengaruh flatulensi (Anggrahini, 2009). Kecambah adalah tumbuhan kecil yang baru tumbuh dari biji kacangkacangan yang disemaikan atau melalui perkecambahan (Astawan, 2005). Kecambah kacang hijau banyak mengandung vitamin E atau α-tokoferol yang merupakan suatu senyawa antioksidan sehingga banyak dikonsumsi masyarakat (Anggraini, 2009). Nilai gizi dalam kecambah kacang hijau lebih baik daripada nilai gizi pada biji kacang hijau, karena kecambah kacang hijau telah mengalami proses perombakan makromolekul menjadi mikromolekul sehingga dapat
3
meningkatkan daya cerna, proses perkecambahan juga dapat menyebabkan pembentukan senyawa tokoferol atau vitamin E (Purwono & Hartono, 2005). Penelitian sebelumnya terkait dengan pemberian suplementasi vitamin E menunjukkan bahwa vitamin E dosis tinggi (400 IU/kg ransum) dapat mencegah terjadinya lesi histopatologis serabut otot jantung (kardiomiopati) pada mencit yang diberi ransum lemak tinggi (Daud, 2007). Berdasarkan uraian di atas maka perlu dikaji dan dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian kecambah sebagai alternatif dalam penanganan penyakit kardiovaskuler khususnya tekanan darah sistole dan histopatologi aorta tikus Sprague Dawley yang diberi diet tinggi lemak.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pemberian kecambah kacang hijau dan vitamin E terhadap perubahan tekanan darah sistole pada tikus Sprague Dawley yang diberi diet tinggi lemak? 2. Bagaimana pengaruh pemberian kecambah kacang hijau dan vitamin E terhadap perubahan histopatologi aorta pada tikus Sprague Dawley yang diberi diet tinggi lemak? 3. Bagaimana dosis optimal pemberian kecambah kacang hijau terhadap tekanan darah sistole dan histopatologi aorta pada tikus Sprague Dawley yang diberi diet tinggi lemak?
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pemberian kecambah kacang hijau terhadap tekanan darah sistole dan histopatologi aorta tikus Sprague Dawley yang diberi diet tinggi lemak.
4
2. Tujuan Khusus 1.
Mengetahui pengaruh pemberian kecambah kacang hijau dan vitamin E terhadap perubahan tekanan darah sistole pada tikus Sprague Dawley yang diberi diet tinggi lemak.
2.
Mengetahui pengaruh pemberian kecambah kacang hijau dan vitamin E terhadap perubahan histopatologi aorta pada tikus Sprague Dawley yang diberi diet tinggi lemak.
3.
Mengetahui dosis optimal pemberian kecambah kacang hijau terhadap tekanan darah dan histopatologi aorta pada tikus Sprague Dawley yang diberi diet tinggi lemak.
D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis 1.1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh pemberian kecambah kacang hijau
terhadap tekanan darah
sistole dan histopatologi aorta tikus Sprague Dawley yang terpapar diet tinggi lemak. 1.2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut, misalnya penelitian dengan subjek manusia. 2. Manfaat Aplikatif Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk menggunakan kecambah kacang hijau sebagai salah satu alternatif dalam penanganan hiperkolesterolemia.
E. Keaslian Penelitian Penelitian pengaruh pemberian kecambah kacang hijau (Phaseolus radiata (L)) terhadap tekanan darah sistole dan histopatologi aorta tikus Sprague Dawley Jantan yang diberi diet tinggi lemak belum pernah dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan, yaitu:
5
1. Peningkatan Kandungan Tokoferol Dan Potensi Anti Oksidatif Mie Instan Dengan Suplementasi Menggunakan Pasta Kecambah Kacang Hijau, dengan hasil semakin lama waktu perkecambahan sampai 60 jam semakin tinggi kandungan tokoferolnya, sedangkan sifat antioksidatif tertinggi dicapai pada waktu perkecambahan selama 36 jam. Suplementasi dengan pasta kecambah sebesar 30% pada pembuatan mie instan meningkatkan kandungan tokoferol sebesar 36,01% tetapi tidak meningkatkan sifat antioksidatifnya. Perbedaan dari penelitian ini, yaitu tidak menggunakan hewan coba sebagai obyek penelitian, sedangkan persamaannya adalah menggunakan kecambah kacang hijau sebagai variabel bebas (Satyanti, 2001). 2. Pengaruh Teh Rosella (Hibiscus Sabdariffa) Terhadap Kadar Nitrit Okside (NO), Aktivitas Superoksid Dismutase (SOD), Dan Tekanan Darah Sistolik Tikus Yang Diberi Alkohol, dengan hasil Tikus yang diberi teh rosella dan alkohol lebih tinggi kadar NO dan aktivitas SOD serta lebih rendah peningkatan tekanan darah sistoliknya bila dibandingkan dengan tikus yang hanya diberi alkohol maupun tanpa perlakuan. Perbedaan dengan penelitian ini, yaitu: variabel yang diteliti adalah SOD dan NO, perlakuan terhadap hewan coba diberikan alcohol dan teh rosella, selain itu hewan coba yang digunakan bukan dari galur yang sama. Persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan metode eksperimental laboratorium dan salah satu variabel yang diukur adalah tekanan darah (Ekanto, 2010). 3. Pengaruh Pemberian Capsaicin Terhadap Tekanan Darah dan Trigliserida pada Tikus Sprague Dawley Hiperkolesterolemia, dengan hasil Terdapat penurunan kadar Trigliserida dan tekanan darah setelah pemberian capsaicin (p<0,05), serta kenaikan kadar trigliserida diikuti dengan kenaikan tekanan darah. Perbedaan dari penelitian ini, yaitu: variabel yang diteliti adalah trigliserida dan perlakuan terhadap hewan coba dengan memberikan capsaicin. Persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan metode eksperimental laboratorium dan perlakuan terhadap hewan coba adalah pemberian diet tinggi lemak (Wijaya, 2013).
6
4. Efek Suplementasi Vitamin E Terhadap Perubahan Histopatologis Jantung Mencit Yang Diberi Ransum Lemak Tinggi, dengan hasil pemberian vitamin E dosis tinggi (400 IU/kg ransum) dapat mencegah terjadinya lesi histopatologis serabut otot jantung (kardiomiopati) pada mencit yang diberi ransum lemak tinggi. Perbedaan dari penelitian ini, yaitu jumlah subyek penelitian (25 ekor tikus), waktu penelitian (3 bulan) dan tidak menggunakan kecambah sebagai terapi. Persamaan dengan penelitian ini, yaitu menggunakan metode eksperimental laboratorium dan pemberian diet tinggi lemak pada tikus (Daud, 2007).