BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kebersihan pada saat menstruasi adalah cara yang sangat penting bagi wanita untuk memelihara tingkat kebersihan selama menstruasi. Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan tubuh secara umum. Untuk itu perlu menjaga keimbangan ekosistem di vagina, agar merasa lebih bersih dan segar serta lebih nyaman dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Kissanti, 2009).
Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi, karena itu kebersihan pada saat menstruasi harus dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Gejala seperti pruritus vulva, iritasi, inflamasi, sekresi vaginal, dan rasa perih, biasanya diakibatkan oleh salah satu organisme berikut: Candida albican, Trichomonas vaginalis, dan Gardnerella vaginalis.Sekitar 25% dari kasus yang ada disebabkan oleh Candida albican, Trichomonas vaginalis, dan sisanya oleh G. Vaginalis (Baradero, 2009).
Untuk menjaga kebersihan saat menstruasi, yang perlu kita lakukan adalah membasuh secara teratur bagian vulva (bibir vagina) secara hati-hati menggunakan air bersih atau menggunakan sabun yang lembut.Yang terpenting adalah membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar bibir vagina. Dan untuk menampung darah menstruasi, pembalut perlu diganti sekitar 4-5 kali dalam sehari untuk menghindari masuknya bakteri tersebut ke dalam vagina. Selama
1
2
masa menstruasi, kulit menjadi sangat sensitif, 73% perempuan merasa gatal-gatal dan perih di area kulit vital selama masa menstruasi (Yuded, 2008). Dampak yang terjadi apabila perilaku kebersihan menstruasi tersebut tidak dilakukan antara lain remaja tidak akan bisa memenuhi kebersihan alat reproduksinya, penampilan dan kesehatan sewaktu menstruasi juga tidak terjaga, sehingga dapat terkena kanker rahim, keputihan. Untuk itu remaja putri perlu mengetahui tentang kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja menurut Hasmi (2001) adalah sebagai suatu keadaan sehat jasmani, psikologis, dan sosial yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi pada remaja. Pengertian tersebut tidak semata-mata berarti terbebas dari penyakit atau kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial-kultural.Pada masa ini, seorang anak mengalami kematangan biologis. Kondisi ini dapat menempatkan remaja pada kondisi yang rawan bila mereka tidak dibekali dengan pengetahuan yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya (Wiknjosastro et al. 2006).
Salah satu tanda bahwa seorang wanita telah memasuki masa remaja adalah terjadinya menstruasi, yaitu perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan endometrium (Prawirohardjo,2009).Peristiwa terpenting yang terjadi pada remaja putri adalah datangnya menstruasi yang pertama kali, biasanya pada umur 10–19 tahun.Saat menstruasi yang pertama datang dinamakan menarche.Di daerah, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalami menarche dianggap sudah masanya melakukan tugas–tugas sebagai seorang wanita, Sikap semacam itu hingga kini masih dipertahankan di beberapa daerah.
Menarche yang dalam hal ini sama dengan menstruasi maka dapat didefinisikan seperti menstruasi biasa yaitu perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium. Lama menstruasi biasanya antara 3–5 hari, ada yang 1–2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian ada yang sampai 7–8 hari.
3
Oleh sebab–sebab tertentu yang dikaitkan dengan keadaan gizi yang lebih baik, haid pertama menjadi lebih awal.Menurut Suryani dkk (2010), anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka.
Kelompok usia remaja menurut defenisi WHO (world Health Organization) adalah kelompok usia 10-19 tahun yang tersebut sebagai adolesen. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang.Data demografi di Amerika Serikat (2008) menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi.Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, sepertiganya adalah remaja umur 10-19 tahun. Di Indonesia menurut biro statistik adalah sekitar 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49% remaja perempuan (Soetjiningsih, 2007).
Kota Medan sebagai Propinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar di luar pulau Jawa. Berdasarkan data terakhir dari Badan Pusat Statistik tahun 2008 penduduk Kota Medan sejumlah 2.083.156 jiwa, yang terdiri atas 1.029.786 laki– laki dan 1.053.374 perempuan. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2008, didapatkan golongan umur 10-14 tahun pada laki-laki sebanyak 713,6 jiwa dan perempuan sebanyak 695,5 jiwa. Golongan umur 15-19 tahun sebanyak 706,6 jiwa dan perempuan sebanyak 682,6 jiwa (BPS Propsu, 2008).
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah banyaknya informasi yang diperoleh tentang keadaan seksualitas sehat, baik secara fisik, psikis dan sosial yang berhubungan dengan fungsi serta proses sistem reproduksi (BKKBN, 2011). Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang akan dapat mempengaruhi tindakan dalam kehidupan seseorang. Bila pengetahuan baik maka akan mempengaruhi tindakan kebersihan menstruasiyang baik pula. Seseorang yang tidak
memiliki
pengetahuan
tentang
kesehatan
reproduksi
yang
cukup
4
akancenderung mengabaikan kesehatan reproduksi dan pada akhirnya ia akan memiliki tindakan yang membahayakan bagi dirinya sendiri. Hal ini didukung oleh penelitian Siti (2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah remaja putri (60%) berpengetahuan kurang dan hampir seluruhnya (95%) remaja putri perilaku personal hygienenya kurang.Hasil tabulasi silang menunjukkan lebih dari setengah remaja putri (60%) memilki pengetahuan kurang serta seluruhnya memiliki perilaku personal hygiene yang kurang, dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku personal hygiene.
Penelitian yang dilakukan oleh Mirna A. (2013) dalam “hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku kesehatan reproduksi pada remaja putri di sma 5 banda aceh” mengatakan bahwa remaja sering mengalami keputihan. Keputihan yang mereka alami kadang - kadang gatal - gatal, akan tetapi tidak berbau dan juga mereka mengatakan pada saat haid mereka mengalami sakit perut yang hebat yang membuat aktivitas mereka terganggu. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan yang mereka dapatkan tentang kesehatan reproduksi.Dan 3 orang siswi sudah mengerti
tentang kesehatan reproduksi. Berdasarkan hasil
penelitiaannya
mengatakan bahwa Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan remaja putri dengan perilaku kesehatan reproduksi dengan p- value 0.021, dan ada hubungan antara sikap remaja putri dengan perilaku kesehatan reproduksi dengan p-value 0,007.
Penelitian Lia (2012) tentang “tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene saat menstruasi pada siswi kelas x SMA islam terpadu al- Masyur pati tahun 2012”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pengetahuan siswi kelas X tentang personal hygiene saat menstruasi di SMA Islam Terpadu Al-Masyhur Pati dapat dikategorikan pengetahuan baik tentang personal hygiene saat menstruasi sebanyak 7 responden (23,33%), pengetahuan cukup tentang personal hygiene saat menstruasi sebanyak 25 responden (66,67%),
5
pengetahuan kurang tentang personal hygiene saat menstruasi sebanyak 3 responden (10%). Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti kepada siswi kelas VI di SD Santo Thomas 2 Medan dengan memberikan 10 pertanyaan tentang kebersihan menstruasi kepada 10 orang siswi kelas VI yang telah menstruasi. Dari 10 pertanyaan yang diberikan, hanya 4 orang siswi yang mampu menjawab 4 pertanyaan dengan benar sedangkan 7 orang siswi lainnya tidak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai bagaimana cara menjaga kebersihan genetalia saat menstruasi dengan benar. Dari 7 orang siswi yang tidak tahu cara membersihkan genetalia dengan benar pada saat menstruasi, mereka mengatakan bahwa mereka tidak pernah mendapatkan informasi tentang cara menjaga kebersihan genetalia dengan benar pada saat menstruasi. Siswi juga mengatakan bahwa mereka tidak pernah mengganti pembalut sesering mungkin pada saat menstruasi, siswi dalam sehari hanya 1 kali mengganti celana dalam, terkadang siswi mengalami rasa gatal di daerah genetalia, dan siswi tidak pernah mencuci tangan dengan sabun sebelum atau sesudah membasuh daerah genetalia.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “adakah hubungan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan tindakan kebersihan menstruasi pada Siswi Kelas VI di SD Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan tindakan kebersihan menstruasi pada Siswi Kelas VI di SD Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014.
6
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi pada Siswi Kelas VI di SD Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014. b. Untuk mengetahui tindakan kebersihan menstruasi pada Siswi Kelas VI di SD Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Remaja Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan menambah wawasan remaja tentang pengetahuan kebersihan menstruasi.
2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan tambahan referensi kepustakaan yang ada diinstitusi pendidikan kesehatan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan, referensi dan data dasar bagi peneliti selanjutnya mengenai kebersihan menstruasi.