BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepata Tuahan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 Tahun 2003:7). Untuk mewujudkan hal tersebut seorang guru perlu mengadakan inovasi baik strategi maupum metode dalam setiap pembelajaran Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan. Perkembangan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wadah dalam pembinaan sumber daya manusia, oleh karena itu pendidikan perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan baik dalam pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Lembaga pendidikan senantiasa mengadakan peningkatan dan penyempurnaan mutu pendidikan. Salah satunya adalah melalui penggunaan model pembelajaran Mateamatika Realistik yang tepat dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran mempunyai peranan yang penting, karena strategi pembelajaran merupakan salah satu penunjang utama berhasil atau tidaknya seorang guru dalam mengajar. Dalam dunia pendidikan yang semakin maju sekarang ini tidak bisa lepas dari peran masyarakat yang sangat kompleks. Hal ini perlu adanya pembaharuan (modernisasi) dalam pendidikan. Tanpa pendidikan yang memadai akan sulit bagi masyarakat manapun untuk mencapai tujuan, banyak ahli pendidikan yang berpandangan bahwa pendidikan merupakan kunci yang membuka pintu kearah modernisasi .
11
Dari data dokumen guru kelas IV SD Negeri Karangjati 3 Blora , prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan kurang baik, dengan skor yang dicapai maksimal hanya 75 sedangkan KKMnya 61. Berdasarkan hasil
tersebut, selama ini guru dalam menyampaikan materi
cenderung menggunakan metode ceramah, ekspositori dan kadang diselingi praktik. Dalam pembelajaran materi pecahan, guru biasanya menggunakan metode ekspositori sedangkan siswa hanya cenderung pasif. Disamping itu pemahaman konsep tentang relasi pecahan masih tergolong lemah, contohnya dalam menyamakan pecahan siswa masih kebingungan Suatu kegiatan yang bernilai edukatif selalu diwarnai interaktif yang terjadi antara guru dengan anak didik. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru di arahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pembelajaran dimulai. Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntun adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat disukai oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk dengan latar belakang berbeda. Ada tiga aspek yang membedakan anak didik satu dengan yang lain yaitu aspek internal, psikologis, dan biologis. Mematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran suatu konseh diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis kebenaran , sebelumya sudah diterima , sehingga keterkaitan antar konsep dalam metematika bersifat sangat kuat dan jelas ( kurikulum KBK :2004 :22) Pada mata pelajaran Matematika dalam hal ini Pecahan diperlukan penanaman konsep yang sangat kuat dikarenakan materi pelajaran tersebut berhubungan langsung dengan kehidupan sehari- hari siswa. Pecahan sendiri merupakan bilangan yang menggambarkan bagian dari keseluruan , bagian dari suatu daerah bagian dari suatu benda , atau bagian dari himpunan ( Parmin: 1998 : 110 ). Untuk memudahkan pembelajaran tentang pecahan tersebut diperlukan suatu
12
pendektanan
yang
dapat
memudahkan
siswa
untuk
menerima
konsep
pembelajaran tersebut .Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah RME Sebagai
salah satu
pendekatan pembelajaran “
Matematika Realistik”
menginteraksikan segala komponen di dalam kelas dan lingkungan sekolah untuk di rancang sedemikian rupa sehingga semua berbicara dan bertujuan untuk kepentingan murid, agar murid dapat mengembangkan diri sesuai dengan IQ, EQ, dan SQ. Matematika Realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menyenangkan dengan interaksi antara guru dan siswa yang terjalin dengan baik. Pendekatan membantu Matematika Realistik dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan cara memanfaatkan unsur-unsur yang ada pada siswa, misalnya rasa ingin tahu siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi- interaksi yang terjadi di dalam kelas. Metode ini mempunyai model pembelajaran berupa TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasi, Ulangi, dan Rayakan). Ada beberapa alasan mengapa di dalam penelitian ini menerapkan model pembelajaran Matematika Realistik , antara lain: 1. Sebagai variasi dalam belajar sehingga siswa tidak merasa jenuh dan termotivasi untuk belajar. 2. Matematika Realistik merupakan salah satu metode pembelajaran yang menguaraikan tentang cara-cara baru yang mempermudah proses pembelajaran
dan
menekankan
pada
terciptanya
suasana
yang
menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan mempunyai kemauan untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar (Bobbi Deporter, 2000). Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (RMEI) merupakan pendekatan dalam pembelajaran matematika yang sesuai dengan paradigma pendidikan sekarang. RMEI menginginkan adanya perubahan dalam paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar menjadi paradigma belajar (Marpaung, 2004). Pendidikan matematika realistik atau Realistic Mathematics Education (RME) mulai berkembang karena adanya keinginan meninjau kembali pendidikan matematika di Belanda yang dirasakan kurang bermakna bagi pebelajar. Gerakan
13
ini mula-mula diprakarsai oleh Wijdeveld dan Goffre (1968) melalui proyek Wiskobas. Selanjutnya bentuk RME yang ada sampai sekarang sebagian besar ditentukan oleh pandangan Freudenthal (1977) tentang matematika. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul
“Meningkatkan
Hasil
Belajar
Siswa
Melalui
PembelajaranMateamtiak Realistik dengan penggunaan media pandang dengar pada Materi Pecahan Kelas IV SD Negeri Karangjati 3 Blora”.
B. Identitas Masalah Dari latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi suatu masalah yaitu : 1. Perlu adanya peningkatan dan penyempurnaan mutu pendidikan dengan strategi pembelajaran. 2. Kurangnya minat siswa dalam pelajaran matematika. 3. Diperlukan alat bantu agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, dalam hal ini adalah CD Pembelajaran. 4. Pembelajaran yang dilakukan selama ini masih kurang bervariasi atau masih terpusat pada guru.
C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian lebih efektif, efisien dan terarah. Adapun hal – hal yang membatasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Peneliti hanya meneliti siswa kelas IV SD Karangjati 3 Blora semester 2 Tahun ajaran 2011/2012 pada materi pokok pecahan. 2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Matematika Realistik dengan penggunaan media pandang dengar. 3. Penelitian ini diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan beberapa uraian yang telah dikemukakan di atas maka dapat di identifikasi permasalahan yaitu:
14
”Apakah melalui pendekatan pembelajaran dengan Matematika Realistik dan penggunaan media pandang dengar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang pecahan semester 2 di kelas IV Tahun Pelajaran 2011/ 2012 di SDN 3 Karangjati , Kab Blora ? ”
E. Tujuan Penelitian Untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pokok pecahan dikelas IV SD Karangjati 3 Blora tahun pelajaran 2011/2012 melalui model pembelajaran Matematika Realistik dengan penggunaan media pandang dengar. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti mengenai pembelajaran Matematika Realistik untuk pembelajaran selanjutnya. 2. Bagi guru, guru akan mempunyai inovasi baru terhadap sistem pembelajaran, dengan inovasi sistem pembelajaran yang lebih konstektual maka mengajar menjadi sesuatu yang menarik dan menantang serta pembelajaran murid-murid yang lebih menyenangkan. 3. Bagi siswa, akan sangat menguntungkan dengan adanya penelitian ini karena siswa dapat mengenal model pembelajaran Matematika Realistik yang lebih kreaktif, enovatif dan aktif, dampaknya dapat mengubah pandangan siswa terhadap pembelajaran matematika dari matematika itu sulit, tidak menyenangkan menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan dan lebih mudah dipelajari.
15