BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keterkaitan antara pendengaran dengan kemampuan berbahasa sangat erat, karena kemampuan berbahasa diperoleh melalui proses mendengar, dengan mendengar seseorang dapat meniru kata- kata yang didengarnya. Sedangkan kemampuan berbicara diperoleh melalui proses mengeluarkan suara yang didengarnya. Idealnya, perkembangan kemampuan berbahasa dan berbicara setiap anak terus berkembang seiring dengan pertambahan usianya. Perkembangan bahasa dan bicara anak pada umumnya mengalami beberapa tahapan yaitu tahap reflexsive vocalization : pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeluarkan suara tangisan yang berupa reflex, pada usia lebih dari 3 minggu ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan yang dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan bayi, tahap babbling : usia 6-7 minggu, di tahap meraban keluar suara vokal, konsonan atau gabungan. Misalnya : aaa …aaa. ma ma ma, da da da. tahap lalling : bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 sampai dengan 6 bulan sehingga dapat mengucapkan bunyi yang didengarnya berupa suku kata yang diulang-ulang seperti : “ba…ba…, ma….ma…”, tahap echolalia : pada saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang didengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu, tahap true speech : pada bayi berusia 18 bulan, bayi mulai dapat berbicara meskipun kemampuan artikulasinya belum memadai tetapi apa yang di maksud anak dapat dimengerti oleh lingkungan sekitarnya. (Perkembangan bahasa pada anak). (yayang, 2010, sumber: http://yayangy08.student.ipb..ac.id.com)
1 Annisa Palaah Hermawan, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa perkembangan bahasa dan bicara dapat diperoleh secara otomatis melalui proses mendengar. Namun tidak semua anak dapat melalui tahapan perkembangan tersebut, seperti hal nya anak tunarungu yang mengalami hambatan pendengaran. Dengan
kondisi
anak
tunarungu
yang
mengalami
hambatan
pendengaran, hal ini akan memberikan dampak pada perkembangan bahasa dan bicara. Pada saat bayi, bayi tunarungu otomatis mengulang-ngulang bunyi bahasa meskipun anak tunarungu tidak mendengar, karena mengulang merupakan sifat alamiah yang dialami bayi tunarungu maupun bayi pada umumnya. Sekitar umur 3 bulan anak pada umumnya mengalami masa meraban yang akan berkembang menjadi bunyi yang bermakna, karena anak mendapatkan stimulus dari lingkungan luar. Tetapi hal ini tidak terjadi pada anak tunarungu. Anak tunarungu tetap di tahap meraban, karena tahap meraban nya tidak dapat berkembang menjadi bunyi yang bermakna. Hal ini disebabkan anak tunarungu tidak dapat menerima stimulus dari lingkungan luar. Maka dari itu kemampuan bahasanya terhenti pada tahap meraban. Dampak pada perkembangan bahasa dan bicara tersebut otomatis berpengaruh juga terhadap kemampuan bahasa reseptif dan ekspersif anak tunarungu. Bahasa reseptif adalah kemampuan seseorang dalam memahami ide, pikiran, ataupun perasaan yang terjadi disekitarnya. Selain bahasa reseptif, aspek penting dalam kegiatan berbahasa yaitu bahasa ekspresif. Yuwono (2009, hlm. 66) mengungkapkan ‘bahasa ekspresif diartikan sebagai kemampuan anak dalam menggunakan bahasa baik secara verbal, tulisan, symbol, isyarat ataupun gesture’. Terhambatnya kemampuan berbahasa dan berbicara, baik secara reseptif maupun ekspresif, membuat anak tunarungu sulit berkomunikasi dengan lingkungan orang mendengar, yang lazim menggunakan bahasa verbal sebagai alat komunikasi. Karena dalam pemelorehan bahasa anak tunarungu tidak
diajarkan
kata-kata
kemudian
artinya,
melainkan
belajar
menghubungkan antara pengalaman dan lambang bahasa yang diperoleh
Annisa Palaah Hermawan, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
melalui apa yang dilihatnya. Setelah itu anak mulai memahami hubungan. antara lambang bahasa dengan benda atau kejadian yang dialaminya, dan terbentuklah bahasa reseptif. Jadi bahasa reseptif dapat berkembang melalui proses penglihatan dan pengalaman.
Berkembangnya
bahasa
reseptif
akan
mempengaruhi
perkembangan bahasa ekspresif, dimana bahasa ekspresif dikembangkan melalui pengalaman yang di peroleh lalu di ekspresikan melalui proses berbicara. Sehingga pembelajaran melalui lagu lirik lagu halo-halo Bandung tersebut dirasa sangat penting untuk dapat
meningkatkan kemampuan
berbahasa reseptif dan ekspresif yang akan berpengaruh terhadap kemampuan akademiknya. Berdasarkan studi pendahuluan, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas menggunakan sistem komunikasi oral. sistem komunikasi oral yang diterapkan yaitu pada saat pembelajaran setiap anak duduk berderet didepan kelas menghadap ke guru, kemudian guru melangsungkan pembelajaran kepada anak menggunakan ujaran, membaca mimik muka, dan keterarahan wajah. Hal ini sangat mendukung untuk meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak. Pada saat pembelajaran tersebut terdapat anak kelas VI SDLB yang belum mampu memahami apa yang disampaikan oleh guru, sehingga dapat berpengaruh pada kemampuan bahasa ekspresif dan kemampuan akademik. Maka dari itu diperlukan suatu pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif adalah melalui lirik lagu halo-halo Bandung yang dikemas ke dalam permainan dengan menggunakan bendera-bendera berwarna. Lirik lagu halo-halo Bandung ini merupakan salah satu dari lagu yang wajib untuk dipelajari oleh seluruh pemuda dan pelajar di seluruh pelosok tanah air. Maka sebagai pelajar, anak tunarungu mempunyai hak untuk mengetahui lirik lagu halo-halo Bandung tersebut. Menyadari kata–kata dalam lirik lagu halo-halo Bandung yang mengandung
Annisa Palaah Hermawan, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
unsur-unsur cinta tanah air, hal ini akan menambah pengetahuan bagi anak tunarungu serta mengembangkan pemahaman terhadap salah satu lirik lagu wajib nasional yaitu lirik lagu halo-halo Bandung. Melalui lirik lagu halo-halo Bandung serta permainan bendera-bendera berwarna anak diminta untuk menyimak, memahami perintah guru, mengucapkan , membaca dan menulis lirik dalam lagu tersebut. Pembelajaran menggunakan lirik lagu halo-halo Bandung ini cocok untuk anak tunarungu, karena pembelajaran ini dikemas dalam bentuk permainan yang menggunakan bendera-bendera berwarna agar lebih menarik respon anak dan menjadikan pembelajaran tidak monoton. Sehingga selain meningkatkan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak, pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman dalam memaknai kata yang terdapat pada lirik lagu halo-halo Bandung. Dengan demikian penggunaan lirik lagu halo-halo Bandung diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan mencoba meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu kelas VI SDLB di SLB-B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi melalui lirik lagu halo-halo Bandung, serta ingin melihat efektifitas peningkatan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif apabila dilatih melalui lirik lagu halo-halo Bandung. B. Batasan masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah tentang efektifitas peningkatan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu apabila dilatih melalui lirik lagu halo-halo Bandung kelas VI SDLB di SLB-B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi.
C. Rumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah lirik lagu halo-halo Bandung efektif meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu kelas VI SDLB di SLB-B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi?”
Annisa Palaah Hermawan, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Annisa Palaah Hermawan, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
D. Tujuan peneliatian dan kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan ingin mengetahui seberapa besar efektifitas peningkatan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu kelas VI SDLB apabila dilatih melalui lirik lagu halo-halo Bandung di SLB-B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi?” b. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1)
Untuk mengetahui kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu.
2)
Untuk mengetahui kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu setelah diberikan perlakuan melalui lirik lagu hallo-hallo Bandung.
3)
Untuk mengetahui efektifitas penggunaan lirik lagu halo-halo Bandung terhadap peningkatan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif.
2. Kegunaan Penelitian a.
Kegunaan bagi anak
Penelitian ini diharapkan berguna untuk meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam berbahasa reseptif dan juga berbahasa ekspresif sehingga anak tunarungu dapat lebih mudah memahami dan menggunakan bahasa verbal untuk mengkomunikasikan konsep atau pikiran yang dapat membantu tunarungu dalam akademik dan berkomunikasi dengan masyarakat pada umumnya.
b. Kegunaan Praktis 1) Bagi Guru Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman mengenai pelaksanaan melalui lirik lagu halo-halo Bandung
7
dalam meningktakan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu. Sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif dalam kegiatan pembelajaran. 2) Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang salah satu upaya kegiatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif melalui lirik lagu halo-halo Bandung terhadap anak tunarungu.
E. Struktur Organisasi Penulisan Struktur organisasi dalam penelitian ini terdiri dari : Bab I Pendahuluan
: Latar Belakang, Batasan Masalah,
Rumusan Masalah, ujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian dan Struktur Organisasi Penulisan Bab II Landasan Teori
: Deskripsi Teori meliputi : Dampak
Ketunarunguan Terhadap Perkembangan Bahasa, Perkembangan Bahasa Anak Mendengar dan Anak Tunarungu, Perkembangan Bahasa Reseptif dan Bahasa Ekspresif Anak Tunarungu, Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu, Permasalahan Bahasa Reseptif dan Bahasa Ekspresif Anak Tunarungu Kaitannya dengan Pengembangan Melalui Lirik Lagu Halo-Halo Bandung, Pendahuluan Terdahulu yang Relevan dan Kerangka Berpikir Bab III Metode Penelitian : Variabel Penelitian, Desain Penelitian, Populasi dan Sampel, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Prosedur Penelitian, Teknik Pengolahan dan Analisis Data. Bab IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan : Hasil Penelitian dan
Pembahasan. Bab V : Kesimpulan dan Implikasi.