BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perimenopause adalah suatu fase dalam proses menua (aging) yaitu ketika seorang wanita mengalami peralihan dari masa reproduktif ke masa nonreproduktif. Pada fase ini, wanita akan mengalami menopause. Istilah menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu men yang artinya bulan dan pauo yang artinya berhenti.
Adapun menopause didefinisikan sebagai suatu cut point dimana seorang wanita mengalami henti haid/haid terakhir/Final Menstrual Period (FMP) karena berhentinya aktivitas folikel ovarium dan diikuti dengan adanya amenorea (tidak ada haid) sekurang-kurangnya 12 bulan berturut-turut berenang dan naik sepeda pada dasarnya memberikan pengaruh melindungi tulang. Aktivitas fisik sangat dipengaruhi pembentukan masa tulang fisik sangat mempengaruhi pembentukan masa tulang beberapa hasil penelitian menunjukkan aktivitas fisik seperti berjalan, dan menurunkan demirelesasi tulang karena pertambahan umur.
Berdasarkan penelitian (pusat promosi kesehatan dan departemen RI (2006) Penelitian yang dilakukan Kosnayani (2008) memberikan hasil terdapat hubungan positif kuat antara asupan kalsium dan aktivitas fisik terdapat kepadatan tulang wanita pada pasca menopause. Badan kesehatan dunia WHO mendefenisikan osteoporosis sebagai menurunya angka densitas mineral tulang dibawah angka 2,5 yang di ukur menggunakan alat pengukur standar yaitu DXA (Dual energy X-ray absorptiometry) (mitra keluarga com, 2013).
1
2
Penyakit osteoporosis diseluruh dunia dapat dikatakan sangat mengkwatirkan, WHO (organisasi kesehatan dunia) memperkirakan bahwa patah tulang pada panggul akibat pada Osteoporosis akan meningkat tiga kali lipat, pada pertengahan abad yang akan datang. Dari 1,7 juta pada tahun 1990, akan menjadi 6,3 juta kasus pada tahun 2050 kelak. Data dari internatonal osteoporosis foundation (IOF), menyebutkan bahwa diseluruh dunia, satu dari tiga wanita atau satu dari delapan pria yang berusia diatas 50 tahun memiliki resiko mengalami patah tulang akibat osteoporosis dalam hidup mereka.
Penderita osteoporosis di Eropa, Jepang, dan Amerika sebanyak 75 juta penduduk, sedangkan di Cina 84 juta penduduk, dan ada 200 juta penderita osteoporosis di seluruh dunia. Resiko kematian akibat patah tulang panggul sama dengan kanker payudara. Di Indonesia, prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun pada wanita sebanyak 18 – 30%. Satu dari tiga wanita dan satu dari lima pria di Indonesia
terserang osteoporosis atau
keretakan tulang. Dua dari lima orang Indonesia resiko terkena penyakit osteoporosis. Jumlah osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dari data trakhir depkes, yang menetapakan angka 19,7% dari seluruh penduduk Indonesia dengan alasan perokok di negara ini merupakan urutan kedua setelah Cina. Sementara, prediksi keretakan pinggang atau pinggul akibat osteoporosis di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada tahun 2050 (Purwoastuti, 2009)
Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami perhentian siklus mensturasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkat resiko terkena osteoporosis (Purwoastuti, 2009). Pencegahan osteoporosis dilakukan dengan menghindari faktor-faktor resiko terjadinya osteoporosis terutama faktor-faktor yang dapat dikembalikan, misalnya asupan kalsium vitamin D. Kejadian patah tulang pada penderita osteoporosis akan menimbulkan dampak yang sangat berat karena
3
menimbulkan kesakitan dan ketidak berdayaan yang secara tidak langsung dapat mengakibatkan angka kematian yang tinggi (Effendi, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian (Aulia 2012), diketahui bahwa 85% wanita penderita osteoporosis setelah 10 tahun menopause atau 8 tahun setelah pengangkatan kedua ovarium. Dengan demikian, para wanita perlu lebih waspada terhadap ancaman penyakit osteoporosis, lantaran penyakit ini baru muncul setelah usia lanjut. Monopause adalah siklus mensturasi yang berhenti secara fisiologis karena berkaitan dengan tingkat lanjut usia wanita. Seorang wanita yang mengalami menopause alami, ia tidak dapat mengetahui waktu mensturasi terakhir hingga satu tahun berlalu. Terkadang, menopause disebut perubahan kehidupan. Ketika menopause sudah mendekat, siklus dapat terjadi dengan waktu yang tidak menentu. Dan bukan hal yang aneh jika mensturasi tidak datang selama beberapa bulan (Adib, 2011).
Menopause merupakan tanda bahwa wanita sudah tidak lagi mempunyai sel telur. Jadi, ia sudah tidak bisa mengandung atau hamil. Dan semua wanita akan mengalami menopause bila sel telur dalam tubuh sudah habis. Umumnya, menopause terjadi pada usia 45-55 tahun. Saat itu ‘jam biologis’ perempuan akan berhenti berdetak, serta kadar hormon estrogen dan progestoren berkurang ( Adib, 2011).
Menopause pada wanita di mulai dengan massa pramenopause yaitu suatu masa dimana terjadi tidak teraturnya siklus haid. Masa ini mulai sekitar usia 40 tahun dan dapat berlangsung singkat maupun panjang tergantung dari keadaan masingmasing wanita itu sendiri. Haid terjadi lebih sedikit dari siklusnya menjadi lebih panjang. Lebih pendek atau tidak beraturan sama sekali. Kadang- kadang disertai timbulnya nyeri haid. Pada saat ini terjadi penurunan fungsi ovarium dimana hormon progesteron sudah sangat berkurang, tetapi masih ada sedikit hormon estrogen yang seringkali menyebabkan ketidak seimbangan hormonal.
4
Keluhan klimaterik pada wanita usia antara 45-54 tahun antara lain mudah tersinggung, merasa takut, gelisah, dan lekas marah 90%, gejolak panas (hot flushes) 70%, depresi 70%, sakit kepala 70%, cepat lelah, sulit berkonsentrasi, mudah lupa, kurang tenaga 65%, berat badan bertambah 60%, nyeri tulang dan otot 50%, gangguan tidur 50%, nyeri tulang dan otot 50%, obstipasi 40%, jantung berdebar- debar 40%, gangguan libido 30%, kesemutan 25%, berkunang-kunang 20% (Aryasatiani, 2013).
Proses menjadi tua sudah mulai pada umur 40 tahun. Jumlah polikel pada ovarium waktu lahir ± 750.000 buah, pada waktu menopause tinggal beberapa ribu buah. Tambahan pula polikel yang tersisa ini rupanya juga lebih resisten terhadap ransangan gonadotropin. Demikian, siklus ovarium yang terdiri atas pertumbuhan folikel, ovulasi dan pembentukan korpus luteum lambat laun terhenti. Pada wanita diatas 40 tahun siklus haid untuk 25% tidak disertai ovulasi, jadi bersifat anovulatoar (Wiknjonsastro, 2007).
Hasil survei awal yang dilakukan penulis di panti jompo Guna Budi Bakti medan martubung jumlah lansia yang di dapat sebanyak 30 orang. Pada saat penulis melakukan wawancara 10 orang yang bersedia di wawancarai. Hasil wawancara yang dilakukan, lansia mengatakan sering gelisah, lekas marah, sakit kepala, berat badan bertambah dan nyeri tulang punggung, banyak juga lansia yang mengeluh kalau mereka tidak melakukan aktivitas lainnya. Tetapi ada juga sebagian lansia yang melakukan aktivitas dengan sendirinya seperti menyapu, mencuci piring dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas,
maka penulis ingin meneliti tentang hubungan
aktifitas fisik dengan kejadian osteoporosis pada wanita postmenopause di panti jompo guna budi bakti, Medan Martubung Medan 2014.
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut untuk mengetahui apakah ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian osteoporosos pada wanita postmenopause?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui apakah ada hubungan aktifitas fisik dengan kejadian osteoporosis pada wanita postmenopause.
2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi mengkomsumsi gizi seimbang terhadap pencengahan osteoporosis pada wanita postmenopause di panti jompo guna budi bakti medan martubung. b. Mendepkripsikan osteoorosis pada wanita postmenopause di panti jompo guna budi bakti medan martubung.
D. Manfaat Penelitian 1. Wanita Postmenopause Sebagai tambahan informasi berbagai faktor - faktor yang mempengaruhi kepadatan tulang, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan terjadinya osteoporosis pada kelompok resiko.
2. Bagi Panti Jompo dan perawat gerontik Sebagai bahan informasi bagi panti jompo berkaitan dengan faktor faktor yangmempengaruhi kepadatan tulang sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan perencanaan dan pengobatan pencegahan osteoporosis serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama lansia.
6
3. Bagi Peneliti Sumber informasi berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan tulang sehingga dapat dimamfaatkan sebagai bahan kepustakaan dalam hal pencegahan dan penangulangan osteoporosis .