BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Remaja dalam masyarakat dikenal dengan berbagai istilah yang menunjukkan kelompok umur yang tidak termasuk kanak-kanak tetapi bukan pula dewasa (Yusuf, 2011).
Remaja adalah masa peralihan yang dimulai saat anak menunjukkan tandatanda pubertas dan dilanjutkan dengan terjadinya perubahan-perubahan dari yang bukan seksual menjadi seksual. Pubertas pada laki-laki terjadi di usia yang lebih tua yaitu 9-14 tahun, sedangkan pubertas perempuan umumnya terjadi di usia 9-12 tahun. Pertumbuhan tubuh dan kematangan organ-organ reproduksi seperti pematangan seksual menjadi salah satu masalah besar yang dihadapi remaja (Al-Mighwar, 2006).
Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makan dan banyak pantangan terhadap makanan. Selain itu adanya siklus menstruasi setiap bulan merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri mudah terkena anemia defisiensi besi (Sediaoetama, 2003). Remaja putri juga memerlukan zat gizi yang lebih tinggi termasuk zat besi untuk pertumbuhannya. Kecukupan gizi sangat diperlukan remaja sampai usia lanjut. Di Indonesia terdapat empat masalah gizi remaja yang utama yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI), dan Kurang Vitamin A (KVA). Anemia gizi merupakan masalah gizi yang paling utama di Indonesia, yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Anemia gizi dapat disebabkan karena kekurangan zat gizi yang berperan
1
2
dalam pembentukan hemoglobin yaitu besi, protein, Vitamin C, Piridoksin, Vitamin E (Almatsier, 2009).
Anemia gizi besi adalah keadaan dimana kadar zat merah darah atau hemoglobin (Hb) lebih rendah dari nilai normal karena kekurangan zat besi. Menurut WHO (2000), indikator anemia pada anak usia 12-14 tahun adalah < 12,0 g/dl. Anemia gizi besi ditandai dengan lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5L), sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat (Supariasa, dkk, 2001).
Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar. Remaja putri yang menderita anemia kebugarannya juga akan menurun, sehingga menghambat prestasi olahraga dan produktivitasnya. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tinggi badan optimal (Arisman, 2004).
Di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri tahun 2006, yaitu 28%. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi anemia defisiensi pada balita 40,5%, ibu hamil 50,5%, ibu nifas 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun 57,1% dan usia 19-45 tahun 39,5%. Wanita mempunyai resiko paling tinggi untuk menderita anemia terutama remaja putri (Depkes RI, 2007).
Penelitian Wirawan (2005) di Jakarta Timur pada siswa SLTA menunjukkan prevalensi anemia sebesar 44,4%. Sedangkan Tambunan (2005) mendapatkan dari 107 siswi SLTA di Jakarta, 24,3% mengalami anemia defisiensi besi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Permaesih dkk (2000) menunjukkan bahwa persentase penderita anemia pada kelompok wanita remaja santri sebanyak 44,4%.
3
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) yang dilaksanakan oleh Seksi Pembinaan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Semarang terhadap remaja putri (siswi SMP dan SMA) menunjukkan tahun 2005 sebanyak 25,33% remaja putri menderita anemia gizi besi. Tahun 2006 menurun menjadi 20,33%, tahun 2007 sebanyak 25,55%. Tahun 2008 meningkat menjadi 40,13% remaja putri menderita anemia (Profil Semarang, 2008).
Khumaidi (2009) mengemukakan faktor yang melatarbelakangi tingginya prevalensi anemia di negara berkembang adalah keadaan sosial, dan pengetahuan tentang anemia. Pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap keadaan gizi individu yang bersangkutan termasuk status anemia. Upaya penanggulangan masalah anemia pada remaja berkaitan dengan faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya anemia. Oleh karena itu diperlukan informasi masalah gizi pada remaja serta fakor-faktor yang mempengaruhinya. Informasi ini sangat berguna sebagai dasar penetapan strategi program perbaikan kesehatan dan gizi pada kelompok remaja.
Hasil penelitian Farida (2006), menunjukkan prevalensi anemia remaja putri di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus sebesar 36,8%. Sebagian besar remaja putri mempunyai orangtua dengan tingkat pendapatan dan pendidikan rendah. Sebagian besar remaja putri mempunyai pengetahuan yang baik tentang anemia, tetapi sikap kurang baik terhadap anemia. Sebagian besar remaja putri mempunyai IMT dan pola menstruasi yang normal, dan tidak menderita infeksi dalam satu bulan terakhir. Rata-rata tingkat kecukupan konsumsi energi 91,9%, protein 70,3%, besi 60,6%, vitamin A 77,8%, dan vitamin C 88,2% . Hasil uji korelasi menunjukkan ada hubungan pendidikan orangtua, pendapatan keluarga, pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia dengan tingkat konsumsi gizi (energi, protein, besi, vitamin A, dan vitamin C). Ada hubungan tingkat konsumsi gizi (energi, protein, besi, vitamin A, dan
4
vitamin C), pola menstruasi, dan kejadian infeksi dengan kejadian anemia pada remaja putri (p<0,05).
Penelitian Nurhayati (2006) tentang hubungan pengetahuan gizi, pola makan remaja putri dengan kejadian anemia defisiensi besi. Hasil penelitian tahap pertama yaitu 54,4% pengetahuan gizi siswa tergolong kurang. Siswa terlihat bahwa 100% defisit asupan energi, 95% derisit asupan protein, 50% defisit asupan zat besi dan 100% defisit asupan vitamin C. Pada pemeriksaan fisik anemia terlihat sebagian besar subyek memperlihatkan gejala anemia tetapi pada pemeriksaan Hb dan hapusan darah hanya 5% yang mengalami anemia. Berdasarkan analisa chi-square tidak ditemukan adanya hubungan signifikan antara pengetahuan gizi dengan anemia dan tidak didapatkan hubungan signifikan antara pola makan dengan kejadian anemia defisiensi besi.
Penelitian Handayani, Yuliasih, dan Jamil (2007) yang meneliti hubungan pengetahuan tentang anemia dengan anemia pada remaja putri SMK Negeri 1 Lampung. Hasil penelitian terhadap 34 responden diperoleh hasil remaja yang pengetahuan tentang anemia tidak baik dan tidak anemia sebanyak 14,28%. Remaja putri yang pengetahuan tentang anemia tidak baik dan memderita anemia sebanyak 35,71%. Remaja putri yang pengetahuan tentang anemia baik dan tidak anemia sebanyak 26,19% dan remaja putri dengan pengetahuan baik dan menderita anemia sebanyak 23,80%.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan cara observasi ke Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Kota semarang. Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Kota semarang merupakan Panti dibawah yayasan Muhammadiyah. Panti ini yang bernuansa Islami berada di bawah naungan Majelis Kesejahteraan Masyarakat ‘Aisyiyah Kota Semarang. Hasil survei awal di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Kota semarang menunjukkan bahwa 70% anak asuh yang duduk di bangku SMP dan SMA menderita anemia gizi besi dengan HB < 12 gr/dl yang ditandai dengan remaja
putri
di panti cepat
lelah,
5
menurunnya daya tahan tubuh, sering mengeluh pusing, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya konsentrasi dan prestasi belajar.
B. Rumusan Masalah Kecukupan gizi sangat diperlukan remaja sampai usia lanjut. Di Indonesia terdapat empat masalah gizi remaja yang utama yaitu KEP, AGB, GAKI, dan KVA. Anemia gizi merupakan masalah gizi yang paling utama di Indonesia, yang disebabkan karena kekurangan zat besi.
Akibat dari anemia pada remaja antara lain dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunkan aktivitas remaja yang berkaitan dengan kemampuan kerja fisik dan prestasi belajar serta menurunkan kebugaran remaja, sehingga menghambat prestasi olahraga dan produktivitas. Di samping itu, anemia yang terjadi pada remaja putri merupakan risiko terjadinya gangguan fungsi fisik dan mental, serta dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada saat kehamilan.
Observasi awal menunjukan di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Kota semarang menunjukkan bahwa 70% anak asuh yang duduk di bangku SMP dan SMA menderita anemia gizi besi dengan Hb < 12gr/dl. Kondisi tersebut ditandai dengan remaja putri di panti cepat lelah, menurunnya daya tahan tubuh, sering mengeluh pusing, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya konsentrasi dan prestasi belajar.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka rumusan penelitian ini adalah : “Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan praktek remaja puteri dalam pencegahan anemia di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Kota Semarang?”
6
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan praktek remaja puteri dalam pencegahan anemia di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan karakteristik umur remaja putri di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Kota semarang. b. Mendiskripsikan pengetahuan remaja putri dalam pencegahan anemia di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Kota semarang. c. Mendiskripsikan sikap remaja putri dalam pencegahan anemia di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Kota semarang. d. Mendiskripsikan praktek dalam pencegahan anemia di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Kota semarang. e. Mendiskripsikan umur dan praktek dalam pencegahan anemia di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Kota semarang. f. Mendiskripsikan pengetahuan dan praktek dalam pencegahan anemia di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Kota semarang. g. Mendiskripsikan sikap dan praktek dalam pencegahan anemia di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Kota semarang.
D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberi manfaat : 1. Manfaat keilmuan a. Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang perawatan komunitas sehingga dapat memperluas cakupan penelitian terhadap masalah keperawatan pada remaja putri. b. Sebagai sumber informasi ilmiah mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan ketrampilan remaja puteri, dalam pencegahan anemia di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Kota Semarang dalam
7
memberikan pendidikan kesehatan sebagai upaya peningkatan pelayanan kesehatan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi remaja Memberikan masukan kepada kelompok usia remaja tentang gambaran pengetahuan, sikap, dan praktek remaja puteri dalam pencegahan anemia. b. Bagi peneliti Sebagai bahan pertimbangan dan mengembangkan penelitian tentang gambaran pengetahuan, sikap, dan praktek remaja puteri dalam pencegahan anemia. c. Bagi perawat Dapat dijadikan informasi bagi akademik / pendidikan untuk kegiatan belajar mengajar atau sumber pengetahuan tentang gambaran pengetahuan, sikap, dan praktek remaja puteri dalam pencegahan anemia.
E. Bidang Ilmu Penelitian ini mencakup bidang ilmu keperawatan komunitas.