BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Di Indonesia, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab pertama kematian, yakni sebesar 24,6% (Depkes, 2006). Faktor risiko penyakit kardiovaskuler yaitu merokok, diet yang tidak seimbang, serta kurangnya berolahraga (WHO, 2013). Selain itu, 40% penderita penyakit kardiovaskular disebabkan oleh arterosklerosis (Loscalzo, 2004). Aterosklerosis adalah suatu kondisi dimana terjadinya penimbunan lemak, kalsium, dan sel darah pada dinding arteri (Kabo, 2008). Arterosklerosis dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah tingginya kadar kolesterol dalam darah atau yang biasa disebut hiperkolesterolemia (Walldius et al., 2004). Hiperkolesterolemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar kolesterol total disertai dengan peningkatan kadar trigliserida, LDL, serta penurunan HDL, yang merupakan faktor risiko utama penyebab penyakit kardiovaskular (Stapelton et al., 2010). Menurut Rubenstein (2007), adanya hubungan yang kuat antara LDL dalam plasma dengan penyakit kardiovaskular, karena terdapatnya 60-70% kolesterol plasma dalam LDL. Asupan makan atau diet erat kaitannya dengan hiperkolesterolemia. Asupan kolesterol dan lemak jenuh sangat berhubungan dengan kadar kolesterol dalam darah (Loscalzo, 2004). Diet dengan kolesterol yang rendah mempunyai peran penting dalam mencegah arterosklerosis semakin berkembang lebih jauh, serta dapat menurunkan kadar kolesterol total serta LDL dan menaikan kadar HDL dalam plasma, selain itu, kenaikan HDL juga dapat diikuti oleh meningkatnya aktivitas fisik, serta berhenti merokok (Sorrentino, 2011). American Heart Association (2000) memberikan saran untuk penderita hiperkolesterolemia agar mengurangi asupan tinggi kolesterol, serta mengkonsumsi bahan makanan maupun herbal yang mengandung serat atau senyawa yang dapat menurunkan kolesterol. Salah satu bahan alam yang berpotensi ialah kayu manis (Cinnamomum burmanii) dan teh (Camellia sinensis).
Kayu manis mempunyai 3 genus yaitu Cinnamomum verum yang tumbuh di Sri Lanka, C. burmanii di Indonesia, dan C. cassia di Cina (Khan, 2010). Kayu manis dapat menurunkan kolesterol pada tikus yang diberi diet tinggi lemak (Amin et al., 2009). cinnamate yang terkandung dalam kayu manis dapat menurunkan kolesterol dengan menghambat enzim dalam sintesis kolesterol yaitu HMG-KoA reduktase di hepar (Lee et al., 2003). Kayu manis juga berguna bagi penderita diabetes karena mempunyai senyawa yang aktivitasnya mirip dengan aktivitas insulin sehingga dapat menurunkan glukosa darah (Jarvill et al., 2001). Teh diklasifikasikan ke dalam tiga jenis berdasarkan hasil pengolahannya yaitu teh fermentasi (teh hitam), teh semi fermentasi (teh oolong), dan teh tanpa fermentasi (teh hijau) (Rohdiana et al., 2008). Kandungan EGCG dalam ekstrak teh hijau mempunyai kemampuan menekan absorpsi kolesterol karena EGCG mampu menghambat aktifitas asetil koA karboksilase dalam mekanisme pembentukan asam lemak sehingga dapat menurunkan akumulasi lemak pada jaringan (Dewi, 2008). Kemudian berdasarkan hasil meta-analisis Zheng et al., (2011), membuktikan bahwa teh hijau dalam bentuk minuman maupun ekstrak dapat menurunkan total kolesterol dan LDL dalam darah secara signifikan karena kandungan EGCG dalam teh hijau diketahui dapat menghambat pembentukan misel empedu dan penyerapan kolesterol ke dalam tubuh sehingga membentuk endapan kolesterol yang terlarut serta meningkatkan reseptor LDL. Menurut Yokozawa et al., (2012) kandungan EGCG yang ada di dalam teh hijau dapat memacu aliran keluar dari kolesterol yang terakumulasi dalam arteri, serta menghambat oksidasi-LDL dengan meningkatkan HDL. Meskipun penelitian tentang kayu manis dan teh hijau pernah dilakukan, namun kombinasi kayu manis dan teh hijau belum pernah dilakukan, sehingga peneliti ingin mengkaji lebih lanjut mengenai manfaatnya apabila dikombinasikan. Diharapkan dari kombinasi tersebut dapat berpengaruh terhadap penurunan kadar LDL pada tikus Sprague-Dawley hiperkolesterolemia. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang dapat diajukan adalah apakah kombinasi ekstrak kayu manis (C. burmanii) dan ekstrak teh hijau (C. sinensis) memberikan efek terhadap kadar LDL terhadap tikus Sprague-Dawley hiperkolesterolemia?
C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi ekstrak kayu manis (C. burmanii) dan ekstrak teh hijau (C. sinensis) terhadap kadar LDL tikus Sprague-Dawley hiperkolesterolemia pada dosis kombinasi ekstrak kayu manis dan teh hijau yang berbeda. D. Manfaat penelitian 1.
Bagi masyarakat Memberikan informasi mengenai manfaat ekstrak kayu manis dan ekstrak teh hijau terhadap kadar LDL
2.
Bagi peneliti Sebagai dasar penelitian mengenai terapi diet bagi penderita hiperkolesterolemia maupun penyakit jantung yang murah dan mudah
3.
Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Sebagai dasar penelitian dalam pengembangan pangan fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan
E. Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian yang membahas pengaruh pemberian ekstrak kayu manis dan dan ekstrak teh hijau terhadap profil lipid, diantaranya: 1.
Dewi (2008) meneliti pengaruh ekstrak teh hijau (C. sinensis var. Assamica) terhadap penurunan berat badan, kadar trigliserida dan kolesterol total pada tikus jantan galur wistar, penelitian tersebut terbagi menjadi 5 kelompok perlakuan, 4 perlakuan diberikan ekstrak teh hijau dengan dosis yang berbeda serta diit tinggi lemak, dosis yang pertama 10,8 mg/ekor, dosis kedua 21,6 mg/ekor, dosis ketiga 43,2 mg/ekor, dan dosis keempat 86,4 mg/ekor, ekstrak diberikan selama 29 hari, serta perlakuan kelima yaitu kontrol positif. Hasil yang diperoleh pada penelitian tersebut ialah pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan berat badan dan kadar trigliserida pada tikus secara signifikan pada dosis 21,6 mg/ekor. Persamaan pada penelitian ini terletak pada kelompok perlakuan yaitu perlakuan tersebut ada yang diinduksi kontrol positif yaitu diet tinggi lemak dan ada yang diinduksi ekstrak+diet tinggi lemak, perbedaannya terletak pada jenis tikus yang dipakai yaitu tikus galur wistar jantan, selain itu juga terletak pada kombinasi perlakuan yaitu 4 perlakuan pada penelitian ini diinduksi ekstrak dan 1 perlakuan diinduksi kontrol positif.
2.
Lukman (2011) meneliti pengaruh ekstrak kayu manis terhadap kadar Trigliserida (TG) dan LDL kolesterol DM I yang diinduksi aloksan, penelitian tersebut terbagi menjadi lima kelompok antara lain kelompok pertama kontrol negatif, kedua kontrol positif, ketiga induksi aloksan+ekstrak kayu manis 0,5 ml, keempat induksi aloksan+ekstrak kayu manis 1 ml, kelima induksi aloksan+ekstrak kayu manis 2 ml, ekstrak diberikan selama 14 hari, Ekstraksi pada penelitian ini ialah 10 gram serbuk kayu manis yang dilarutkan dalam 100 ml aquades, kemudian diletakkan dalam waterbath pada suhu 60 selama 2 jam, hasil ekstraksi ini kemudian diencerkan dengan aquades dengan perbandingan 1:10. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut ialah ekstrak kayu manis dapat menurunkan kadar TG dan LDL kolesterol secara signifikan pada dosis 0,5 ml dan 2 ml, namun pada dosis 1 ml tidak dapat menurunkan secara signifikan. Persamaan pada penelitian ini terletak pada variabel terikat yang diukur yaitu pengukuran LDL pada tikus apabila diberikan ekstrak kayu manis, perbedaan pada penelitian ini terletak pada jenis tikus yang dipakai yaitu tikus galur wistar jantan, kemudian tikus yang diinduksi pada penelitian ini menggunakan aloksan.
3.
El-Yamani (2011) meneliti pengaruh kombinasi bubuk kayu manis (C. zeylanicum), kapulaga (E. cardmomum) dan jahe (Z. officinale) terhadap hati, ginjal, pankreas tikus Sprague-Dawley hiperglikemi secara in vitro, penelitian tersebut terbagi menjadi enam kelompok antara lain kelompok pertama sebagai kontrol negatif, kelompok kedua kontrol positif, ketiga induksi aloksan+bubuk kayu manis 7% dari diet, keempat induksi aloksan+bubuk kapulaga 7% dari diet, kelima induksi aloksan+bubuk jahe 7% dari diet, keenam induksi aloksan+kombinasi kayu manis, kapulaga, dan jahe 7% dari diet yang diberikan, eksperimen tersebut berlangsung selama 28 hari dengan menggunakan 30 ekor tikus , hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut ialah kombinasi kayu manis, kapulaga dan jahe dapat menurunkan serum glukosa, memperbaiki profil lipid, menurunkan SGOT (Serum Glutamik
Oksaloasetik
Transaminase),
SGPT
(Serum
Glutamik
Piruvat
Transaminase), dan ALP (Alkalin Fosfatase), serta dapat menurunkan serum kreatinin, urea, dan asam urat. Persamaan pada penelitian ini terletak pada jenis sampel yang digunakan yaitu tikus Sprague-Dawley, dan variabel terikat yang diukur yaitu profil lipid pada tikus, perbedaan pada penelitian ini terletak pada kelompok perlakuan yaitu sebanyak enam kelompok, kombinasi yang digunakan yaitu kayu manis, kapulaga, dan jahe, serta tikus yang diinduksi menggunakan aloksan.
4.
Upaganlawar, et al., (2009) meneliti pengaruh kombinasi ekstrak teh hijau dan vitamin E terhadap kadar lipid dalam serum dan jaringan hati, metabolisme lipid, dan histopatologis tikus jantan galur wistar yang diinduksi isoproterenol, penelitian tersebut terbagi menjadi enam kelompok antara lain kelompok pertama sebagai kontrol negatif, kelompok kedua induksi olive oil dan normal saline, ketiga induksi isoproterenol 200mg/kgBB, keempat induksi isoproterenol+ekstrak teh hijau 100mg/kgBB, kelima induksi isoproterenol+vitamin E 100 mg/kgBB, keenam induksi isoproterenol+kombinasi ekstrak teh hijau dan vitamin E, eksperimen tersebut berlangsung selama 30 hari, hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut ialah kombinasi teh hijau dan vitamin E dapat menurunkan aktivitas LCAT (Lesitin Kolesterol Asiltransferase), LPL (Lipoprotein Lipase), dan CES (Karboksil Esterase), menurunkan total kolesterol dan trigliserida serta menaikan HDL tikus. Persamaan pada penelitian ini terletak pada variabel terikat yang diukur yaitu profil lipid pada tikus, perbedaan pada penelitian ini terletak pada jenis tikus yang digunakan yaitu tikus jantan galur wistar, kelompok perlakuan yang digunakan yaitu sebanyak enam kelompok, kombinasi yang digunakan yaitu teh hijau dan vitamin E, serta tikus yang diinduksi menggunakan isoproterenol.