1
BAB I PENDAHULUAN A. Dermatitis kronis
atopik
kambuh-kambuhan
Latar belakang (DA)
merupakan
yang
disertai
penyakit
kulit
dengan
gatal,
ekzema, serta kulit kering. Umumnya DA dimulai sejak masa balita atau anak-anak (Kim, 2013). Penyakit ini sering berhubungan dengan riwayat atopik penderita atau keluarganya
seperti
asthma,
alergi
makanan,
dan
rhinitis alergi (Leung, 2013). Kebanyakan penderita DA adalah anak-anak dan dewasa muda. Prevalensi DA di negara industri pada anak-anak mencapai 15%-30% dan 2%-10% pada dewasa (Bieber, 2008). Berdasarkan
rekapitulasi
data
di
Indonesia
yang
dilakukan oleh Kelompok Studi Dermatologi Anak (KSDAI) tahun 2000, DA menempati urutan pertama dari 10 besar penyakit kulit pada anak. Di klinik dermatovenereologi RS Sardjito pada Februari 2005 hingga Desember 2007, terdapat 2007).
73
kasus
Menurut
mengalami
DA
pada
beberapa
peningkatan
yang
bayi
(Sumadiono
penelitian, cukup
negara berkembang (Kim, 2013).
et
al.,
prevalensi
tajam,
terutama
DA di
2
Dermatitis atopik terjadi akibat adanya interaksi antara
faktor
menginduksi
genetik
gangguan
dan
pada
lingkungan. struktur
Interaksi
dan
fungsi
ini
sawar
kulit serta sistem imun. Awalnya, gangguan imunologis diduga sebagai penyebab utama terjadinya DA. Gangguan imunologis
pada
DA
meliputi
abnormalitas
respon
T
helper 2 yang kemudian meningkatkan respon inflamasi dan
kerusakan
sawar
kulit
(Leung,
2000).
Hal
ini
berubah ketika muncul hipotesis baru yang menyatakan bahwa
kerusakan
sawar
kulit
diduga
menjadi
penyebab
utama dari DA. Rusaknya sawar kulit yang diperankan oleh
stratum
korneum
akan
menyebabkan
alergen
mudah
masuk dan menimbulkan abnormalitas respon imunologis (outside
to
inside
hypothesis)
(Elias
dan
Feingold,
2001). Salah satu penyebab kerusakan sawar kulit adalah adanya penurunan produksi filaggrin. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya mutasi dari gen penyandi protein tersebut,
yaitu
gena
filaggrin
(FLG).
Mutasi
FLG
ditemukan pada 60% dari populasi penderita DA (Elias dan Schmuth, 2009). Filaggrin diferensiasi
merupakan terminal
protein epidermis
penting dan
dalam
pembentukan
cornified cell envelope di stratum korneum. Filaggrin juga
dapat
berfungsi
menjaga
kelembapan
kulit
atau
3
mencegah Transepidermal water Loss (TEWL) di stratum korneum
dan
menurunkan
pH
permukaan
kulit
melalui
produk degradasinya berupa asam amino higroskopik yang disebut
sebagai
seperti
alanine,
Natural
Moisturizing
urocanoic
acid,
Factor
dan
(NMF)
pyrrolidone
carboxylic acid (Lavker, 1976; Rawlings dan Harding, 2004).
Pada
menyebabkan kekeringan
DA,
adanya
penurunan pada
kulit
penurunan NMF
dan
filaggrin
sehingga
peningkatan
akan
menyebabkan pH
permukaan
kulit. Pada tahun 2011 telah diidentifikasi 40 tipe mutasi FLG pada pasien DA di Asia dan Eropa (Osawa et al., 2011). Dibeberapa negara di Asia seperti Korea, Taiwan, Jepang, Singapura, dan Cina sudah ditemukan beberapa jenis mutasi baru FLG (De dan Handa, 2012). Setiap populasi memiliki tipe mutasi FLG yang spesifik, namun ada juga beberapa populasi yang memiliki kesamaan tipe mutasi. Di Indonesia belum pernah dilakukan penelitian tentang mutasi FLG. Diduga tipe mutasi FLG pada suku Jawa di Indonesia memiliki kesamaan dengan mutasi FLG yang prevalen di Singapura. Hal tersebut dikarenakan adanya kemungkinan bahwa faktor genetik kedua populasi memiliki
kemiripan,
karena
secara
geografis
ada
kesamaan asal nenek moyang antara populasi Asia Timur
4
dengan
Asia
Tenggara
(Hugo
et
al.,
2009).
Populasi
penduduk di Singapura terdiri atas 77% suku Cina, 14% Malay, 8% Indians, dan lainnya 1%. Diperkirakan 60-80% warga
Malay
berasal
dari
Jawa
dan
sekitarnya
(Singapore’s Ministry of Health, 2002). Sehingga dengan latar
belakang
tersebut,
penulis
memilih
mutasi
FLG
tipe Singapura untuk diteliti pada suku Jawa. B. Pertanyaan adalah
apakah
Pertanyaan Penelitian
yang
diajukan
terdapat
dalam
hubungan
penelitian
antara
mutasi
ini gen
filaggrin tipe Singapura dengan dermatitis atopik pada suku Jawa di Yogyakarta? C. 1.
Meningkatkan
pemahaman
Manfaat mengenai
peran
filaggrin
terhadap terjadinya DA. 2.
Untuk
menentukan
pengobatan
yang
tepat
bagi
penderita DA yang disebabkan oleh mutasi FLG. D. 1.
Tujuan
Tujuan umum Mengetahui hubungan antara mutasi gen filaggrin dengan DA di suku Jawa.
2.
Tujuan khusus
5
Mengetahui hubungan antara mutasi gen filaggrin tipe Singapura dengan DA di suku Jawa. E. Berdasarkan
Keaslian penelitian
penelusuran
pada
database
pubmed
dengan kata kunci dermatitis atopik, mutasi filaggrin, dan tipe Singapura didapatkan beberapa hasil publikasi penelitian yang relevan, yaitu : Tabel 1. Hasil penelusuran publikasi relevan
Peneliti
Hasil penelitian Identifikasi full
mutasi
sequencing
vulgaris
(IV)
FLG
pada
di
8
dengan
melakukan
kasus
ichtyosis
Singapura
didapatkan
6
(Chen et
mutasi FLG, yaitu 5 jenis mutasi yang telah
al., 2008)
teridentifikasi Mutasi
FLG
dan
yang
1
jenis
ditemukan
mutasi pada
baru.
populasi
Singapura adalah Q2417X, E2422X, 1249insG, 7945delA, R4307X, dan 441delA. Mutasi subyek
441delA
hanya
kelompok
(Li et al.,
ditemukan
pada
2010)
kontrol.
Mutasi
ditemukan
kasus 100
IV
subyek
1249insG,
pada
dan di
1
tidak
kelompok
E1795X,
dan
S3296X tidak ditemukan pada kelompok kasus maupun kontrol. (Zhang et
Identifikasi
pada
261
kasus
DA
Di
Cina
6
Peneliti al., 2011)
Hasil penelitian mendapatkan
10
mutasi
novel
FLG
yaitu
R826X, 3222del4, R1140X, 4271delAA, Q1790X, 5757del4, 6834del5, 6950del8, S2706X, dan K4671X.
8
tipe
mutasi
lainnya
juga
ditemukan, yaitu 441delA, R501X, 3321delA, R1474X,
Q2417X,
E2422X,
7945delA,
dan
R4306X. Mutasi yang paling prevalen adalah 3321delA dan K4671X.