BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Rinitis alergika merupakan penyakit kronis yang cenderung meningkat tidak hanya di negara barat juga negara berkembang.Dewasa ini rinitis alergika merupakan masalah kesehatan global.Penyakit ini ditemukan diseluruh dunia yang diderita sedikitnya 10-25% populasi dan prevalensinya terus meningkat. Meskipun pada umumnya rinitis alergika bukan penyakit berat tapi dapat berdampak pada kehidupan sosial penderita dan kinerja di sekolah serta produktifitas kerja.Disamping itu biaya yang ditimbulkan oleh rinitis alergika cukup besar (Bousquet et al., 2008). Prevalensi rinitis alergikadidunia meningkat dalam 30 tahun terakhir. Sebuah studi yang dilakukan di Amerika 42 % anak didiagosis rinitis alergika saat usia 6 tahun (Wright et al., 1994). The Allergic Rhinitis and its impact on asthma (ARIA) update 2008 memperkirakan 500 juta penduduk didunia menderita rinitis alergika. Data tersebut juga menunjukkan bahwa rinitis alergika merupakan penyakit kronik paling sering pada populasi anak dengan sekitar 40% anak menderita rinitis alergi (Bousquet et al., 2008). The International Study for Asthma and Allergies in Childhood (ISSAC) phase III menemukan prevalensi rinitis alergika di beberapa bagian di dunia mencapai lebih dari 50 %. Prevalensi tertinggi rinitis alergika ditemukan pada negara yang berpenghasilan rendah dan menengah khususnya di Afrika dan Amerika Latin. Diantara
Negara-negara Asia Pasifik , the ISSAC phase III
mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki prevalensi rinitis alergika paling
1
2
rendah yaitu berkisar 3,6% pada usia 6-7 tahun dan 4,8 % pada usia 13-14 tahun dan prevalensi tertinggi didapatkan di Taiwan yaitu berkisar 24,2 % pada usia 6-7 tahun dan 17,8% pada usia 13-14 tahun. Pada 11 negara di Asia prevalensi rinitis alergika pada anak berkisar 10-40% dan terbanyak pada anak laki-laki (AitKhaled et al., 2009; Mallol et al., 2012).Di Amerika prevalensi rinitis alergika pada anak berkisar 13 %(Meltzer et al., 2009). Data epidemiologi nasional untuk penyakit rinitis alergika di Indonesia belum diketahui dengan jelas, dilaporkan prevalensi rinitis perennial di Jakarta besarnya sekitar 20 %. Didaerah padat penduduk kota Bandung menunjukkan 6,98 % diantaranya menderita gejala rinitis alergi dimana prevalensi tertinggi pada usia 12-39 tahun(Sudarman, 2001).Di Semarang Berdasar Survey dari ISSAC ( International Study of Asthma and allergies in Childhood) pada siswa SMP umur 13-14 tahun di Semarang tahun 2001-2002 yang dilakukan oleh Suprihati prevalensi rinitis alergika sebesar 17,3%(Suprihati, 2005). Rinitis alergika merupakan salah satu penyakit kronik tersering pada anak-anak. Meskipun penyakit ini bukan penyakit yang membahayakan jiwa tetapi gejala yang ditimbulkannya sangat mengganggu aktivitas sehari-hari yang dapat memberi dampak pada kualitas hidup/Health related Quality of life ( HRQL). Ada kecenderungan untuk meremehkan dampak rinitis alergika pada penderita karena penyakit ini tergolong ringan sehingga jarang membutuhkan hospitalisasi, tindakan pembedahan maupun intervensi yang komplek. Rinitis alergika dapat menyebabkan perubahan pada aspek fisik, psikologis dan sosial pada pasien yang perlu mendapat perhatian (Blaiss, 2004; Meltzer, 2001; Silva et al., 2009; Thompson et al., 2000).
2
3
Penilaian dampak rinitis alergika pada kualitas hidup menjadi umum dilakukan sejak tahun 1990.Penelitian pertama dilakukan pada pasien dewasa dengan menggunakan instrument generik dan spesifik.Penelitian yang dilakukan pada anak-anak dan remaja masih sedikit dan pada umumnya memakai instrumen spesifik untuk rinitis alergika(Juniper et al., 1994; Juniper et al., 1998; Silva et al., 2009).Sumbatan pada hidung merupakan gejala yang penting pada rinitis alergika persisten dan berhubungan dengan gangguan tidur dan rasa ngantuk pada siang hari, mengurangi prestasi di sekolah dan pekerjaan (Woods dan Craig, 2006). Studi terdahulu mengungkapkan bahwa pasien rinitis alergika intermiten maupun persisten dengan derajat keparahan sedang-berat mengalami gangguan pola tidur dibandingakan pasien normal atau penderita rinitis alergi dengan derajat keparahan ringan (Bousquet et al., 2008). Gejala kurang tidur pada penyakit rinitis alergika itu sangat mengganggu konsentrasi penderitanya, sehingga tak jarang penderita menjadi kelelahan akibat kurang tidur. Kurang tidur yang sering dialami penderita mengakibatkan psikomotor, keterampilan dan daya ingat penderita terganggu ditambah karena hidungnya
tersumbat
atau
bersin
berulang.
Dampaknya
produktivitas
menurun(Cantani, 2008). Beberapa studi mengungkapkan bahwa rinitis alergika berkaitan dengan keadaan yang menyebabkan rasa tidak nyaman pada penderita yaitu gejala yang timbul pada hidung ( bersin, hidung berair, hidung gatal) ; gejala yang berhubungan dengan nasal symptom (nyeri kepala, rasa haus, lemah, kesulitan konsentrasi, insomnia); gangguan emosi ( irititabel, frustasi karena keterbatasan dalam melakukan kegiatan fisik sehari-hari, rasa marah, kecemasan, tidak sabar,
3
4
rasa malu karena gejala pada hidung seperti bersin, hidung berair, dan rasa gatal) ; masalah praktis ( berulang kali mengaruk hidung dan membuang ingus, harus membawa saputangan, penggunaan obat-obatan) (Bousquet et al., 2008; Juniper et al., 1994; Juniper, 1998; Juniper dan Guyatt, 1991; Silva et al., 2009). Pada anak kualitas hidup akibat menderita rinitis alergika antara lain kesulitan belajar dan masalah sekolah, kesulitan integrasi dengan teman sebaya, kecemasan, dan disfungsi keluarga. Kualitas hidup ini akan diperburuk dengan adanya ko-morbiditas. Pengobatan rinitis alergika juga mempengaruhi kualitas hidup baik positif maupun negatif. Obat antihistamin yang bersifat
sedatif
memperburuk kualitas hidup, sedangkan antihistamin non sedatif berpengaruh positif terhadap kualitas hidup(Meltzer, 2001; Mir et al., 2012). Dampak kualitas hidup pada pasien rinitis alergika kadang tidak menjadi perhatian utama dalam tatalaksana penyakit ini. Hal ini disebabkan karena rinitis alergika merupakan penyakit yang ringan
yang
jarang membutuhkan
hospitalisasi, tindakan operasi atau intervensi yang kompleks. Walaupun demikian rinitis alergi menyebabkan gangguan pada fisik, psikologis dan sosial yang juga perlu diinvestigasi(Silva et al., 2009; Thompson et al., 2000). Bagaimana pun juga, rinitis alergika harus dipikirkan sebagai keadaan yang cukup serius karena dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita akibat beratnya gejala yang dialami dan juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Penderita akan mengalami keterbatasan dalam aktifitas sehari-hari, sering meninggalkan sekolah atau pekerjaannya, dan menghabiskan biaya yang besar bila menjadi kronis. Penyakit ini masih sering disepelekan, untuk itu perlu diberikan beberapa informasi agar penderita tidak terlalu meremehkan dan dapat
4
5
mengetahui
berbagai
upaya
untuk
mengurangi
gejala
dan
mencegah
komplikasi(Cantani, 2008).Penelitian kualitas hidup rinitis alergika lebih banyak dilakukan untuk pasien dewasa sementara kualitas hidup pada anak dengan rinitis alergika masih jarang bahkan di Indonesia data penelitian yang dipublikasikan sangat sulit didapatkan. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui korelasi derajat rinitis alergika dengan kualitas hidup pada anak yang menderita rinitis alergika. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas rinitis alergika merupakan penyakit alergi yang bersifat kronis dan erat kaitannya dengan penurunan kualitas hidup sehingga perlu diketahui bagaimana hubungan derajat rinitis alergika dengan kualitas hidup pada anak. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan sebuah pertanyaan :Apakah ada hubungan antara derajat rinitis alergika dengan kualitas hidup pada anak? D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan antara derajat rinitis alergika dengan kualitas hidup pada anak. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat bagi pelayanan kesehatan Memberikan tambahan informasi bahwa anak dengan rinitis alergika berkaitan dengan penurunan kualitas hidup sehingga penatalaksanaan rinitis alergika pada anak diharapkan dapat lebih baik.
5
6
2. Manfaat bagi masyarakat Memberikan tambahan pengetahuan pada penderita dan keluargadalam pencegahan berulangnya rinitis alergika pada anak yang dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup. 3. Manfaat bagi pengembangan penelitian Penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan penelitian mengenai kualitas hidup pada anak dengan rinitis alergika. F. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terkait dengan judul penelitian diatas tertera pada tabel 1. 1. Silva et al., 2009 dalam penelitiannya ”Quality of life in children and adolescents with allergic rhinitis” menyimpulkan bahwa nilai kualitas hidup anak dengan rinitis alergika lebih rendah dibandingkan individu sehat terutama pada domain fisik dan psikososial. Nilai dari domain fisik lebih besar dibanding domain psikososial. Tidak ada korelasi antara derajat rinitis alergika dengan nilai kualitas hidup.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi, rentang usia anak, instrumen kuesioner kualitas hidup/HRQL (Health-related Quality of Life) yang digunakan. Pada penelitian ini kami menggunakan instrumen generik Pediatric Quality of Life InventoryTM versi 4.0versi bahasa Indonesia. 2. Juniper et al., 1998 dalam penelitiannnya “Measuring Quality of life in children with rhinoconjunctivitis” menyimpulkan bahwa ada hubungan keparahan gejala
rinokonjungtivitis alergika dengan kualitas hidup (
p=0,005).Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi, rentang usia
anak, rancangan penelitian. Pada penelitian Juniper memakai kuesioner
6
7
spesifik untuk rinitis alergi (Pediatric Rhinoconjuctivitis Quality of Life) sementara penelitian ini memakai kuesioner yang generik. 3. Lu et al., 2011dalam penelitiannnya “ Evaluation of quality of life questionnaires for adult patients with moderate to severe allergic rhinitis “ menyimpulkan bahwa didapatkan korelasi antara nilai total dan domain pada ketiga kuesioner lebih kuat pada pasien dengan rinitis alergika persisten sedangberat dibandingkan dengan pasien dengan rinitis alergika intermiten ringan. Aspek kualitas hidup yang terganggu adalah sosial, tidur dan aktivitas fisik.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi, usia , rancangan penelitian,kuesioner
yang
digunakan.
Pada
menggunakan
jenis
kuesioner
generik
tiga
penelitianLu dan
et
spesifik
al dan
membandingkan efikasi ketiga kuesioenr untuk menilai kualitas hiduppada penelitian ini. 4. Kalpaklioglu dan Baccioglu, 2008 dalam penelitiannya “Evaluation of quality of Life : Impact of Allergic Rhinitis on Asthma“ menyimpulkan bahwa kualitas hidup lebih rendah pada pasien asma, dengan atau tanpa rinitis alergika dibandingkan dengan pasien yang hanya menderita rinitis itu sendiri. Jenis kelamin, usia, peningkatan BMI dan pendidikan rendah ditemukan sebagai salah faktor penentu menurunnya kualitas hidup pasien rinitis alergika. Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi, usia, instrumen kuesioner, rancangan penelitian, subjek penelitian. Penelitian diatas menilai kualitas hidup tidak hanya yang menderita rinitis alergika saja tapi juga rinitis alergika yang komorbid dengan asma.
7
8
5. Yuksel et al., 2009dalam penelitiannya “Correlation of quality of life with clinical parameters and eosinophilic cation protein levels in children with allergic rhinoconjunctivitis “ menyimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara beratnya gejala klinis rinitis alergika dan kualitas hidup Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi, rentang usia, instrumen kuesioner kualitas hidup.
6. Ciprandi et al., 2007 dalam penelitiannya “Quality of life in allergic rhinitis : relationship with clinical, immunological, and functional aspects” menyimpulkan bahwa kualitas hidup pada rinitis alergika berhubungan erat dengan gejala inflamasi akibat rinitis alergitersebut dan juga gejala pada mata (eye symptom) dan secara signifikan berkontribusi dalam menurunkan kualitas hidup. Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi, usia, rancangan penelitian, instrumen kuesioner kualitas hidup, dan variabel yang diukur.
8
Tabel 1. Penelitian Rinitis Alergika dengan Kualitas Hidup Anak Peneliti Tahun
Silva et al., 2009
Alat ukur
Metode penelitian
Hasil
CHQ-PF50 23 anak dan remaja dengan Nilai kualitas hidup lebih rendah dibandingkan individu sehat pada domain fisik dan (Child Health Rinitis Alergika psikososial. Nilai dari domain fisik lebih besar dibanding domain psikososial. Tidak ada Quesionnaire) Desain : potong lintang korelasi antara derajat rinitis alergika dengan nilai kualitas hidup. Tempat : Brazil PRQLQ (Pediatric Rhinoconjunctiv itis Quality of life)
75 anak usia 6-12 tahun Ada hubungan keparahan gejala rinokonjungtivitis alergika dengan kualitas hidup ( p=0,005) dengan seasonal allergic rhinoconjuctivitis Desain : kohort Tempat : Austin,kanada
Lu et al., 2011
RQLQ, SF-36, VAS
106 pasien dewasa dengan rinitis alergika Desain : potong lintang Tempat : Cina
Kalpaklioglu dan Baccioglu, 2008
SF-36 (Short 316 pasien dewasa dengan Kualitas hidup lebih rendah pada pasien asma, dengan atau tanpa rinitis alergika dibandingkan Form-36) rinitis alergika dengan pasien yang hanya menderita rinitis itu sendiri. Jenis kelamin, usia, peningkatan BMI Questionnaire Desain : prospektif dan pendidikan rendah ditemukan sebagai salah faktor penentu menurunnya kualitas hidup Tempat : Turki pasien rinitis alergika.
Yuksel et al., 2009
PRQLQ (Pediatric Rhinoconjuncti vitis Quality of life RQLQ (Rhinoconjucti vitis Quality Of Life)
Juniper et al., 1998
Ciprandi et al., 2007
Didapatkan korelasi antara nilai total dan domain pada ketiga kuesioner lebih kuat pada pasien dengan rinitis alergika persisten sedang-berat dibandingkan dengan pasien dengan rinitis alergika intermiten ringan. Aspek kualitas hidup yang terganggu adalah sosial, tidur dan aktivitas.
31 anak umur 5-15 tahun dengan rinitis alergika Desain : potong lintang Tempat :Turki
Tidak ada korelasi antara gejala klinis dan kualitas hidup dan level ECP (eosinophilic cation protein) di jaringan
123 pasien dewasa ratarata umur 23 tahun Desain : prospektif Tempat : Italia
Kualitas hidup pada rinitis alergika berhubungan dengan gejala inflamasi akibat rinitis dan berkontribusi dalam menurunkan kualitas hidup.
9