BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah atau gula darah. Kondisi kesehatan dari penderita diabetes akan mengalami penurunan berupa kerusakan jantung,
W D
pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf. Jenis diabetes yang sering terjadi pada orang dewasa adalah tipe 2, diabetes ini terjadi karena tubuh mengalami resistensi terhadap insulin atau tidak dapat membuat cukup insulin. Selama 3
K U ©
dekade terakhir prevalensi diabetes tipe 2 telah meningkat secara dramatis di negara – negara dari semua tingkat pendapatan. Diabetes tipe 1 dulu di kenal sebagai diabetes anak – anak, penyebab dari diabetes tipe ini karena kondisi kronis yang menyebabkan produksi insulin menjadi sedikit atau tidak diproduksi. Bagi orang – orang yang menderita diabetes akses terhadap pengobatan yang terjangkau menjadi sangat penting demi kelangsungan hidup mereka (WHO,2015).
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalesi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia. Hasil prediksi dari WHO menyatakan adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar pada tahun – tahun mendatang. Prediksi WHO untuk penyandang DM di Indonesia akan mengalami peningkatan dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Menurut
1
2
IDF dari 744 sumber data yang diidentifikasi mewakili 162 negara. Dari jumlah sumber data yang ada, 174 data yang terpilih telah mewakili 130 negara. Pada tahun 2013 terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia. Di perkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta di antaranya belum terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa di sadari dan tanpa pencegahan. Pada tahun 2035 jumlah tersebut di
W D
perkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang.
Angka prevalensi Indonesia menurut penelitan litbang Depkes 2008 berdasarkan pengukuran gula darah pada penduduk umur > 15 tahun bertempat tinggal di perkotaan ialah 5,7%. Serta terdapat 13 provinsi yang memiliki
K U ©
persentase diabetes di atas persentase diabetes nasional yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara. Sedangkan untuk prevalensi nasional untuk Toleransi Glukosa Terganggu sebanyak 10,2%. Stres adalah reaksi/respon tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres yang terjadi pada orang dewasa seringkali digunakan untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respon fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres. Stres menyebabkan produksi kortisol meningkat, kortisol adalah suatu hormon yang melawan efek insulin dan menyebabkan kadar glukosa darah tinggi. Jika seseorang mengalami stres berat, maka kortisol yang dihasilkan akan semakin banyak dan akan mengurangi sensitivitas tubuh terhadap insulin.
3
Kortisol merupakan musuh dari insulin sehingga membuat glukosa lebih sulit untuk memasuki sel dan meningkatkan glukosa darah (Pratiwi dkk,2013). Vranic dkk. (2000) menyebutkan stres pada penderita diabetes mellitus dapat berakibat gangguan pada pengontrolan kadar gula darah. Pada keadaan stres tubuh akan memberikan respon berupa peningkatan ekskresi hormon katekolamin, glukagon, glukokortikoid, β-endorfin, dan hormon pertumbuhan.
W D
Stres dapat meningkatkan kadar glukosa darah karena stres menstimulus organ endokrin untuk mengeluarkan epinefrin. Epinefrin mempunyai efek yang sangat kuat dalam menyebabkan timbulnya proses glikogenesis di dalam hati sehingga akan melepaskan sejumlah besar glukosa ke dalam darah dalam
K U ©
beberapa menit (Guyton and Hall,2013).
Stres dan diabetes mellitus memiliki hubungan yang sangat erat terutama pada penduduk perkotaan. Tekanan kehidupan dan gaya hidup yang tidak sehat sangat berpengaruh, ditambah dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat dan berbagai penyakit yang sedang di derita menyebabkan penurunan kondisi seseorang sehingga memicu terjadinya stres (Nugroho,2010). 1.2. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti
merumuskan masalah “Adakah hubungan antara tingkat stres dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe II di RS Bethesda ?”. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini ingin melihat hubungan antara tingkat stres dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RS Bethesda Yogyakarta.
4
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai hubungan antara tingkat stres dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2, serta dari penelitian ini dapat di gunakan sebagai data acuan untuk penelitian berikutnya.
W D
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi pemberi layanan kesehatan khususnya dokter, penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan kualitas dari terapi yang di berikan kepada pasien DM.
K U ©
b. Bagi masyarakat, penelitian ini di harapkan dapat membuat kesadaran dari masyarakat meningkat mengenai pentingnya kondisi kejiwaan bagi pasien DM sehingga dapat mengontrol gula pasien DM.
c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah informasi mengenai hubungan tingkat stres dengan kenaikan gula darah pada pasien DM.
d. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat di gunakan sebagai data awal dan gambaran untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut.
5
1.5. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian Nama Peneliti
Judul Penelitian
Medishita, Herenda H.P.2005
Korelasi Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RS. DR. Sardjito Yogyakarta
Nugroho, Septian Adi dan Purwati, Okti Sri 2010
Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja
Rima Novia, Putri 2011
Tempat Penelitian, Metode, dan Subyek Penelitian RS. DR. Sardjito Yogyakarta, Crossectional, 30 sampel
Hasil Penelitian
Perbedaan
Terdapat hubungan signifikan antara kadar gula darah puasa dan kadar gula darah 2 jam PP dengan tingkat stres
Lokasi yang di gunakan RS Sardjito, sampel yang di gunakan 30 serta test gula darah yang di gunakan gula darah puasa dan sewaktu
Terdapat hubungan signifikan antara tingkat stres dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien yang mengalami kegawat daruratan Hubungan tingkat RSUP.DR.M.DJA Terdapat hubungan Stres Klien DM MIL PADANG , bermakna antara tipe 2 Dengan Crossectional, 10 tingkat stres klien Kadar Glukosa orang DM tipe 2 dengan Darah Di Poliklinik kadar glukosa Khusus Penyakit darah Dalam RSUP DR.M.Djamil Padang
Lokasi yang digunakan di IGD RS Umum Daerah Sajiwani Gianyar , sampel yang digunakan 32 serta instrument tingkat stres yang di pakai bukan SRRS
Instalansi Gawat Darurat RS Umum Daerah Sanjiwani Gianyar, Crossectional, 32 sampel
K U ©
W D
Lokasi yang di gunakan di RSUP. DR. .M DJMAIL PADANG jumlah sampel 10 menggunakan rekam medis dan komunikasi interpesonal