1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Akne
vulgaris
(jerawat)
merupakan
penyakit
peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering dikeluhkan oleh banyak orang terutama remaja. Timbulnya akne vulgaris ditandai dengan adanya perkembangan lesi non inflamatif berupa komedo ataupun lesi inflamatif berupa papul, pustul, dan nodul (Elsaie dkk, 2010). Di dunia
ini
diperkirakan
terdapat
lebih
dari
60
juta
orang menderita akne, yang didominasi oleh usia remaja dan dewasa muda dengan angka prevalensi sebesar 79-95% (Smith, 2007). Akne
vulgaris
merupakan
penyakit
multifaktorial
yang manifestasi klinisnya dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti
hormon,
genetik,
kosmetik,
makanan,
trauma, dll. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang terlibat dalam patogenesis akne vulgaris antara lain hiperkeratinisasi folikel pilosebaseus, produksi sebum yang
meningkat,
proliferasi
P.
acne,
dan
proses
inflamasi (Gollnick, 2003). Pada penelitian sebelumnya, diketahui overweight maupun
obesitas
memiliki
korelasi
positif
terhadap
2
kadar insulin. Hiperinsulinemia akan meningkatkan kadar IGF-1 yang merangsang terjadinya akne lewat peningkatan proses
keratinisasi
pada
folikel
pilosebaseus
dan
stimulasi produksi hormon androgen yang mengakibatkan peningkatan
produksi
sebum.
Selain
itu,
peningkatan
insulin dan IGF-1 juga diketahui akan menghambat hati untuk mensistesis sex hormone binding protein (SHBG) sehingga bioavaibilitas androgen terhadap jaringan akan meningkat drastis (Cordain L, 2002; Smith R, 2007). Obesitas secara sederhana didefinisikan sebagai suatu
keadaan
dari
akumulasi
lemak
tubuh
yang
berlebihan (Abulnaja, 2009). Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia > 15 tahun adalah 10,3% (laki – laki 13,9%, perempuan 23,8%). Metode yang paling
berguna
tingkat
dan
obesitas
banyak
dan
digunakan
overweight
untuk
adalah
mengukur
indeks
massa
tubuh (IMT). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti dengan
hubungan derajat
antara
keparahan
indeks akne
massa pada
tubuh
penderita
(IMT) akne
vulgaris mengingat prevalensi akne vulgaris yang tinggi disertai
adanya
maupun obesitas.
kecenderungan
peningkatan
overweight
3
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah
indeks
dengan
derajat
massa
tubuh
keparahan
(IMT)
akne
memiliki
pada
korelasi
penderita
akne
vulgaris ?” C. Tujuan Penelitian Mengetahui
korelasi
antara
indeks
massa
tubuh
(IMT) dengan derajat keparahan akne pada penderita akne vulgaris. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan
penelusuran
yang
dilakukan
penulis
melalui http://www.sciencedirect.com/ dan Pubmed dengan kata kunci acne vulgaris (AND) obesity (AND) body mass index pada abstrak, judul dan kata kunci dari tahun 2004
sampai
sekarang
didapatkan
sejumlah
artikel.
Sepengetahuan penulis sampai sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengukuran faktor risiko IMT terhadap derajat keparahan akne pada penderita akne vulgaris
terutama
di
Yogyakarta.
Berikut
adalah
beberapa penelitian pendahulu yang mirip dengan yang penulis lakukan.
4
Tabel 1. Penelitian Pendahulu Judul Penelitian Family history, body mass index, selected dietary factors,menstru al hystory, and risk of moderate to severe acne in adolescent and young adults. Change in the hormone and lipid profile of obese adolescent Saudi females with acne vulgaris
Study of psychological stress, sebum production, and acne vulgaris in adolescent
Peneliti Tahun Anna, dkk., 2012
Jenis studi Case control
Hasil Penelitian
Abulnaja 2009
Case control
Terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas (BMI>27) dengan akne vulgaris. Terjadi peningkatan serum testosteron, insulin, dan level leptin yang signifikan pada subjek obese dengan atau tanpa akne dibandingkan subjek non obese dengan atau tanpa akne.
Yosipovitch dkk., 2007
Cross sectional
Terdapat korelasi yang signifikan (r=0,23 p=0,029) antara level stress dengan derajat keparahan akne papulopustulosa terutama pada laki – laki. Dalam pengukuran jumlah sebum, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi stress berat dengan kondisi stress ringan. Peningkatan derajat keparahan akne yang berkaitan dengan stress kemungkinan disebaban oleh faktor selain jumlah produksi sebum.
Pada akne derajat sedang dan berat, riwayat keluarga memiliki pengaruh besar (OR=3,41). Resiko keparahan akne meningkat dengan konsumsi produk susu lebih dari 3 porsi seminggu (OR=1,78), serta resiko terjadinya akne akan menurun pada orang dengan IMT yang lebih rendah.
5
Hubungan antara IMT dengan akne vulgaris pada siswa SMA
Avionita Rahma, 2011
Cross sectional
Terdapat hubungan yang signifikan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan akne vulgaris setelah mengendalikan variabel perancu (p=0,045). Orang dengan IMT kategori overweight/obese beresiko untuk menderita akne vulgaris 2,423 kali lebih besar daripada orang dengan IMT kategori underweight atau normal.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, dapat meningkatkan pemahaman mengenai terjadinya akne, serta mengetahui
hubungan antara
indeks massa tubuh (IMT) terhadap derajat keparahan akne. 2. Bagi institusi, dapat digunakan sebagai masukan data dan informasi mengenai hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) memberi
terhadap derajat keparahan akne dan
peluang
pencegahan
dan
penelitian modalitas
selanjutnya
terapi
mengenai
tertentu
terkait
hubungan tersebut. 3. Bagi
masyarakat
umum,
dapat
memberikan
informasi
dalam rangka meningkatkan upaya – upaya pencegahan akne vulgaris.