BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
Metodologi pemecahan masalah memberikan garis-garis besar tahapan penelitian secara keseluruhan yang disusun secara sistematis sehingga pada pelaksanaannya, penelitian diharapkan dapat terlaksana secara terarah dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya.
4.1.
Aliran Metodologi Pemecahan Masalah Start
Studi Lapangan
Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data - Data Umum Perusahaan - Data Kerusakan Komponen Mesin Match Dipping Machine (MDM) - Harga Komponen - Harga Bahan Baku
A
Gambar 4.1 Model Metodologi Pemecahan Masalah
84
A Pengolahan Data Tahap I Penentuan komponen Kritis berdasarkan Pareto Chart
- Data Waktu Interval Antar Kerusakan Komponen Kritis - Waktu Downtime Mesin Pada Komponen Kritis
Perhitungan Interval Waktu Kedatangan Kerusakan (TTF)
Simulasi Perhitungan Interval Kedatangan Kerusakan Selanjutnya dengan distribusi Poisson
Perhitungan Interval Waktu Kedatangan Kerusakan (TTF)
Simulasi Perhitungan Interval Waktu Perbaikan Selanjutnya dengan distribusi Eksponensial
Perhitungan Interval Waktu Tindakan Perbaikan
Waktu Tindakan Perbaikan
Pengolahan Data Tahap II Perhitungan Total Biaya produksi dengan kondisi sekarang dan kondisi usulan
Analisa
Simpulan dan Saran
B
Gambar 4.1 Model Metodologi Pemecahan Masalah (lanjutan...)
85
Gambar 4.1 Model Metodologi Pemecahan Masalah (lanjutan...)
86 4.2.
Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mengenal secara jelas permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Selain itu studi lapangan juga berguna sebagai bahan perbandingan antara teori yang terdapat di kuliah dengan kenyataan di lapangan sehingga dapat berguna dalam membantu pemecahan masalah yang ada yang ada di perusahaan. Dalam studi lapangan ini diamati proses produksi secara keseluruhan dengan tujuan untuk mengetahui secara jelas proses-proses yang dibutuhkan. Studi lapangan juga dilakukan dengan meninjau fasilitas-fasilitas penunjang seperti gudang dan bagian-bagian lain untuk mendaparkan gambaran secara jelas mengenai kondisi pabrik secara keseluruhan.
4.3.
Studi kepustakaan Studi kepustakaan merupakan sumber yang dijadikan referensi oleh peneliti untuk mendapatkan pedoman teori yang sesuai dengan topik permasalahan yang sedang diteliti dan diharapkan dapat membantudalam pemecahan masalah.
4.4.
Identifikasi Masalah Setelah mengamati proses produksi secara keseluruhan maka akan didapat dan ditemukan suatu hal yang merupakan permasalahan yang ada di perusahaan. Hal itulah yang akan dijadikan fokus dalam penelitian ini.
87 4.5.
Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk menentukan waktu perbaikan komponen kritis sebagai langkah pencegahan kerusakan dan mencari biaya yang dapat dihemat dengan dengan pelaksanaan tindakan pencegahan ini.
4.6.
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai langkah untuk memperoleh bahanbahan yang nantinya akan diolah untuk menghasilkan sesuatu yang diharapkan dapat memecahkan masalah yang ada. Adapun pengumpulan data yang dilakukan meliputi : 1. Data umum perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, kondisi dan lingkungan tempat kerja, profil perusahaan dan struktur organisasi. 2. Data kerusakan komponen mesin 3. Harga Komponen 4. Harga bahan baku produksi
4.7.
Pengolahan Data Dalam melaksanakan penelitian ini ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan. Langkah yang pertama adalah memilih jenis mesin yang akan diteliti dari semua jenis mesin yang ada pada Match Production Line. Kemudian dari mesin tersebut dicari lagi komponen yang juga memiliki nilai downtime paling besar. Komponen tersebut disebut komponen kritis. Penentuan komponen
88 kritis ini dilakukan dengan menggunakan diagram Pareto berdasarkan data kerusakan mesin yang ada. Selanjutnya dari data kerusakan mesin yang ada dilakukan perhitungan interval waktu antar kerusakan yang terjadi untuk komponen yang menjadi komponen kritis. Selain itu dihitung juga lama waktu perbaikan untuk setiap kerusakan tersebut. Langkah selanjutnya adalah menentukan interval waktu kedatangan kerusakan dengan simulasi random variate distribusi Poisson. Sedangkan untuk interval waktu perbaikan digunakan simulasi random variate distribusi exponensial. Berikutnya dilakukan perhitungan untuk mengetahui interval waktu tindakan pencegahan berdasarkan hasil diskusi dengan pihak pabrik, yakni dengan cara mengurangkan waktu interval kedatangan kerusakan sebesar 10% dari waktu interval kedatangan kerusakan tersebut. Langkah selanjutnya adalah menghitung waktu tindakan perbaikan. Simulasi ini dilakukan dengan cara membuat hasil perhitungan sebanyak 300 kali dengan tujuan agar hasil yang diperoleh dapat lebih akurat. Kemudian melkuakan perhitungan perbandingan biaya antara kondisi sekarang / kondisi kerusakan dengan kondisi usulan / pencegahan. Perhitungan ini bertujuan untuk mencari biaya yang dapat lebih menghemat perusahaan dengan adanya tindakan pencegahan, sehingga dalam hal ini jalannya produksi tidak terganggu dengan adanya kerusakan mesin disaat produksi berlangusung.
89 4.8
Analisa Sistem Berjalan Langkah selanjutnya yang diambil adalah melakukan analisa dan perancangan sistem informasi, dimana tujuannya adalah menganalisa sistem yang sedang berjalan, mencari kelemahan sistem yang sedang berjalan tersebut, dan memperbaikinya berdasarkan spesifikasi dan kebutuhan pengguna sistem tersebut.
4.9.
Analisa Kebutuhan Pengguna (System Requirement Specification) Dalam tahap ini, dilakukan pengumpulan user requirements dari pengguna sistem, yaitu kepala pabrik, teknisi, manager produksi dan manager maintenance, untuk mengetahui sistem seperti apa dan dengan fungsi apa saja yang dapat memenuhi kebutuhan operasional mereka. Kemudian membuat system definition yang merupakan deskripsi dari sistem yang akan dikembangkan, dan FACTOR criterion merupakan salah satu cara melakukan analisis awal terhadap sistem yang akan dikembangkan tersebut. FACTOR criterion menganalisa sistem dari segi fungsi (functionality), pengguna sistem (application domain), kondisi (condition), teknologi (technology), obyek dalam problem domain (object), dan tanggung jawab sistem secara keseluruhan (responsibility). Penentuan system definition dan FACTOR criterion akan membantu proses analisa dan perancangan sistem agar dapat dilakukan secara lebih terarah agar tujuan awal pembuatan sistem tersebut dapat tercapai.
90 4.10.
Problem Domain Analisis problem domain dilakukan untuk verifikasi status dan ruang lingkup sistem. Analisis ini meliputi tiga buah aktivitas yaitu classes, structure, dan behavior. Aktivitas classes merupakan penentuan class-class dan atributnya, aktivitas structure merupakan aktivitas pembuatan class diagram, dan aktivitas behavior merupakan aktivitas menentukan event dan membuat statechart diagram. Class diagram merupakan sebuah skema yang berisi class dari objek yang saling berhubungan. Untuk membuat class diagram, pertama kali perlu ditentukan objek dan event dari system definition yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian dari objek-objek yang ada, ditentukan objek mana saja yang merupakan class. Setelah itu, event table dibuat untuk membantu menentukan event-event mana saja yang dimiliki masing-masing class, dan langkah terakhir adalah menghubungkan class-class yang ada menjadi sebuah skema. State chart diagram berfungsi untuk menggambarkan event-event yang terjadi atau dilakukan oleh masing-masing class. Dengan demikian, setiap class akan memiliki sebuah state chart diagram.
4.11.
Application Domain Langkah selanjutnya adalah membuat analisa application domain. Pada tahap ini, analisa sudah menitik beratkan pada pembuatan sistem dan orangorang yang terlibat di dalamnya yang disebut actor. Dalam kasus ini, yang digolongkan sebagai actor adalah kepala pabrik, teknisi, manager produksi, dan manager maintenance. Analisis application domain ini terdiri dari tiga aktivitas,
91 yaitu usage, function, dan user interface. Aktivitas usage meliputi pembuatan use case diagram, spesifikasi use case, dan statechart diagram. Pembuatan use case diagram dimaksudkan untuk menggambarkan hubungan actor dengan sistem yang dikembangkan, sehingga dapat terlihat interaksi antara user dengan sistem melalui setiap use case. Setiap use case menggambarkan fungsi dari sistem yang akan dikembangkan berdasarkan pada user requirements yang telah dijelaskan dalam system definition yang dibuat sebelumnya. Sequence diagram menggambarkan hubungan antara actor dan objek. Dengan menggunakan sequence diagram, maka dapat terlihat aliran atau urutan aktivitas yang dilakukan actor terhadap objek dalam menjalankan suatu use case. Aktivitas function meliputi pembuatan function list. Function list atau daftar fungsi merupakan sebuah tabel yang berisi kumpulan fungsi-fungsi yang terdapat dalam setiap use case berserta tingkat kesulitan pembuatannya. Pembuatan daftar fungsi dimaksudkan untuk membantu menentukan fungsifungsi apa saja yang harus ada dalam perancangan interface sistem. Aktivitas user interface meliputi pembuatan dialogue style dan navigation diagram. Navigation diagram merupakan skema yang berisi hubungan antar interface atau tampilan dari sistem yang akan dikembangkan. Pembuatan software akan mengacu pada tampilan interface dari navigation diagram ini.
92 4.12.
Architecture Design Tahap ini terdiri dari beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu menetukan criteria, pembuatan component diagram dan yang terakhir deployment diagram. Penentuan criteria yang dilakukan dengan maksud untuk membantu mengintegrasikan standar dan prosedur untuk menjamin kualitas sistem. Criteria-criteria tersebut ditentukan dengan melakukan analisa fungsi dari sistem yang dikembangkan dan juga dengan brainstorming dengan penguna sistem. Kemudian untuk membuat component diagram adalah menentukan architecture pattern dari sistem penjadwalan perbaikan. Setelah architecture pattern yang paling tepat telah ditentukan, maka component diagram dapat dibuat dengan menambahkan user interface, function, dan model ke dalam architecture pattern tersebut. Setelah component diagram selesai dibuat, maka untuk membuat deployment diagram kita hanya perlu menentukan distribution pattern dari sistem yang akan dikembangkan, apakah sistem tersebut terpusat pada sebuah server, atau terdistribusi pada setiap client, atau berada pada server dan juga pada client. Setelah distribution pattern ditentukan, langkah berikutnya adalah menentukan hardware yang digunakan dan menghubungkannya dengan component yang menggunakan hardware tersebut.
93 4.13.
Technical Platform Technical Platform yang diusulkan ini berupa penggunaan perlengkapan bahasa program, interface dan bahasa desain yang mudah dalam pengembangan, pemeliharaan serta untuk dapat menerapkan sistem yang telah dirancang.
4.14.
Perancangan Program Untuk membantu dalam perhitungan waktu jadwal pencegahan kerusakan berikutnya, maka dirancang suatu program dengan menggunakan bantuan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dan database yang digunakan adalah Microsoft Acess 2003.
4.15.
Pengujian Software Pengujian software yang dimaksud disini selain pencarian bug dalam program aplikasi ini adalah untuk mengetahui apakah sistem aplikasi yang telah dibuat telah memenuhi user requirements yang telah ditentukan pada awal proses analisa sistem. Jika ternyata program aplikasi tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan penggunanya, maka harus dilakukan analisa ulang.