BAB 4
KONSEP DESAIN
4.1.
Landasan Teori Buku
4.1.2. Desain Grafis
Menurut kutipan yang diambil dari buku “Tipografi dalam Desain Grafis”, Danton Sihombing MFA, desain grafis adalah bidang yang penuh dengan tantangan kreatif dan artistik. Desainer grafis memecahkan masalah komunikasi yang ditugaskan kepadanya dan memaksa pemirsanya menangkap gagasan tertentu yang bisa membangkitkan emosi, logika, atau keinginan tertentu. Pada umumnya desainer grafis banyak memanfaatkan gambar, foto, simbol dan berbagai bentuk bahasa dan elemen visual. Desain yang baik adalah tercapainya komunikasi visual, sebagai tujuan desainer, kepada sasaran yang dituju. Dengan menggunakan elemen-elemen dasar desain yang baik, akan menghasilkan karya yang baik pula. Untuk menghasilkan karya yang maksimal, para desainer harus mendalami, mengerti, dan menggunakan teori dasar yang ada di dalam masing-masing elemen desain tersebut. Akan tetapi, bukan hal yang mudah dalam menggabungkan kaidahkaidahnya sehingga tidak saling bertabrakan melainkan saling menunjang satu sama lainnya karena masing-masing elemen desain mempunyai arti visual dan karakter sendiri.
4.1.3. Teori Desain Etnik
Desain Etnik adalah gaya desain yang memasukan unsur-unsur visual kebudayaan lokal didalamnya. Biasanya unsur-unsur tersebut berasal dari kebudyaan lama, kuno, tribal atau warisan nenek moyang. Desain etnik berkembang sebagai tanggapan modernitas kebudayaan dunia.
Desain dengan nuansa etnik lahir akibat persentuhan dunia modern Barat dengan kebudayaan non Barat khususnya budaya Timur. Orang-orang Timur yang lekat dengan akar budayanya mencoba menghadirkan “keberadaan dirinya” dalam komunitas global melalui berbagai cara, termasuknya didalamnya karya desain.
Desain dengan nuansa etnik adaptasi dunia modern dalam konteks lokal biasanya hadir di tempat dengan latar kebudayaan yang begitu kuat mengakar dalam masyarakat. Dengan adanya dominasi kebudayaan lokal (berbentuk kebudyaan tunggal/monoculture) dalam semua lapisan masyarakat, budaya etnisitas menjadi keseharian masyarakat, sehingga idiom-idiom visual etnik dengan mudahnya diangkat ke dalama karya desain modern secara alamiah tanpa berkesan prematur.
4.1.4. Teori Tipografi
Tipografi merupakan seni dan tehnik untuk type memodifikasi type glyphs (karakter), dan mengatur type. Karakter diciptakan dan dimodifikasi
menggunakan variasi tehnik ilustrasi. Pengaturan untuk type adalah pemilihan type faces, point size, line strenght, leading (line spacing), dan letter spacing.
Tipografi dikerjakan oleh typesetters, compositors, typographers, graphic artists, art directors, dan clerical workers. Sebelum era digital, tipografi merupakan pekerjaan spesialis. Digitalisasi membuka tipografi untuk generasi baru dan pengguna layout.
Readibility dan Legibility
Readability dan legibility adalah dua hal yang berbeda. Yang dimaksud dengan readability adalah bagaimana bahasa tertulis dapat dibaca dan dimengerti – dipengaruhi oleh kesulitan bahasa, bukan karena tampilan. Faktor-faktor yang mempengaruhi include adalah seperti kalimat dan panjang kata-kata, dan penggunaan kata-kata yang sulit.
Sementara itu, legibility menjelaskan betapa mudahnya atau nyamannya typeset dapat dibaca. Hal ini tidak berhubungan dengan konteks atau bahasa, melainkan karena ukuran dan penampilan dari teks yang ditampilkan.
4.1.5. Teori Grid
Audre Jute dalam bukunya GRIDS : The Structure of Graphic Design menyebutkan bahwa tujuan utama penggunaan grid adalah untuk menciptakan keteraturan dan menghindari adanya kekacauan. Grid membantu pembaca menemukan materi di tempat yang diharapkan setiap saat, baik ketika sedang secara santai membuka halaman demi halaman pada majalah, ataupun ketika
secara cepat membaca sebuah jurnal profesional untuk mendapatkan informasi yang relevan.
Otl Aicher seorang desainer yang terkenal untuk kekakuan dan kekuatan tipografi dan layoutnya menjabarkan kegunaan grid sebagai penolong desainer untuk berpikir secara konstruktif dengan cara yang terkonstukturisasi dengan membatasi pemilihan penggunaan elemen untuk setiap halaman. Kedua, sebagai pembawa unity dalam sebuah desain.
Dengan meletakan sebuah huruf di landasan yang memiliki batasan memberikan relasi antara huruf dan pinggiran, dan jarak yang diciptakan seputar huruf tersebut. Kemudian ketika bertambahnya huruf, gambar, atau yang lainlainnya, relasi tersebut akan menjadi lebih rumit. Proses yang dapat diatur dengan cara yang tak disengaja, dapat diprediksi dan determinasi dengan penggunaan sebuah grid.
Josef Muller-Brockmann berkata, “To function successfully, the grid system, like all workable systems, must be interpreted as freely as necessary. It is this very freedom which adds richness and a note of surprise to what might... be potentialy lifeless.”
Secara khusus bagi desainer grafis, grid mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1. Pengulangan (repeatability), untuk membuat halaman-halaman yang serupa dalam desain yang berbeda-beda terlihat sama, atau untuk memberikan kesatuan penampilan bagi bermacam desain tunggal.
2. Komposisi, bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu :
z
Menggabungkan bodytext dengan ilustrasi, fotografi atau display text.
z
Mengatur ukuran, bentuk dan keseimbangan elemen-elemen untuk menciptakan prioritas relatif yang tepat serta membantu pemahaman tanpa merusak sususan pengulangan.
3. Komunikasi, yaitu bertujuan mengkomunikasikan pesan. Adapun elemen-elemen dari sebuah grid antara lain adalah :
z
Ukuran kertas
z
Tipografi
z
Margin
z
Kolom
z
Area / daerah putih
Beberapa jenis grid :
-
Manuscript grid
-
Column grid
-
Modular grid
-
Hierarchical grid
4.1.6. Teori Layout
Menurut Frank F Jefkin, untuk mendapatkan layout yang baik diperlukan adanya:
1. Kesatuan komposisi yang baik dan enak untuk dilihat; 2. Variasi, agar tidak monoton / membosankan 3. Keseimbangan dalam layout sehingga terlihat sepadan, serasi, dan selaras 4. Irama, yang berupa pengulangan bentuk atau unsur-unsur layout dan warna 5. Harmoni adalah keselarasan atau keserasian hubungan antara unsur-unsur yang memberikan kesan kenyaman dan keindahan 6. Proporsi merupakan suatu perbandingan 7. Kontras merupakan perpaduan antara warna gelap dan terang.
4.1.7. Teori Cover Kover buku merupakan penutup pelindung untuk menyatukan semua halaman sebuah buku. Ada dua jeni kover yaitu hardcover dan paperbacks. Selain itu ada alternative lain yang bisa ditambahkan dari dust jackets, ringbinding, paper-boards (tehnik yang digunakan di abad ke 19), dan hand-binding.
4.1.8. Efek Superioritas Gambar
4.1.8.1. Teori Ilustrasi
Ilustrasi merupakan unsur penting yang sering digunakan dalam komunikasi sebuah desain buku karena sering dianggap sebagai bahasa universal yang dapat menembus rintangan yang ditimbulkan oleh perbedaan bahasa dan kata-kata. Ilustrasi dapat mengungkapkan suatu hal dengan lebih cepat dan efektif daripada teks. Drs. Soemarsono. D menyatakan bahwa ilustrasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: utama dan pendamping. Ilustrasi utama digunakan untuk menyajikan ide besar, ilustrasi pendamping untuk memperjelas ide utama. Fungsi ilustrasi dalam sebuah desain buku adalah sebagai berikut : 1. Menarik perhatian pembaca 2. Memperjelas pembaca dalam memahami isi buku 3. Mendramatisasi pesan 4. Merangsang minat membaca keseluruhan pesan 5. Menjelaskan suatu pernyataan 6. Menciptakan suatu suasana khas 7. Menciptakan suatu karakter yang unik dalam keseluruhan desain buku
4.1.8.2. Teori Warna
Menurut Russel, 1992, salah satu unsur yang paling serba guna untuk sebuah desain adalah warna. Warna dapat menarik perhatian dan membantu menciptakan sebuah mood (suasana hati). Bergantung pada daya tarik suatu karya, warna dapat digunakan dengan beberapa alasan berikut: 1. Warna merupakan sebuah alat untuk mendapat perhatian. 2. Warna dapat menyoroti unsur-unsur khusus secara realistis dalam warna 3. Warna memiliki bahasa psikologis yang menyusun mood karya tersebut. 4. Menurut Affendi, 1978, intesitas warna dapat dinaikan atau diturunkan dengan cara: a. Meletakkan di atas latar yang kontras-intesitas naik. b. Meletakkan di atas latar yang analog-intesitas turun. c. Mencampur dengan abu-abu-intesitas turun. Warna dibagi dalam 3 kategori, yaitu terang (muda), sedang, gelap (tua), dan sebagai pertimbangan keterlihatan audience, maka daya pantul cahaya dapat dinilai sebagai berikut : 1. Terang, nilai daya pantul 50% sampai 70% 2. Sedang, nilai daya pantul 25% sampai 50% 3. Gelap, nilai daya pantul 5% sampai 25% Karakteristik warna :
1. Warna terang (disukai oleh muda-mudi, membuat produk menjadi lebih besar dan lebih dekat ke mata). 2. Warna keras/hangat (termasuk di dalamnya adalah warna merah, oranye, kuning, warna-warna ini memiliki daya tarik dan dampak yang sangat besar, terutama warna merah dan oranye, sehingga sangat tepat diaplikasikan pada media yang menuntut perhatian lebih). 3. Warna lembut/dingin (termasuk di dalamnya adalah warna hijau dan biru, warna ini kurang dinamis bila dibandingkan dengan warna keras, namun cocok digunakan untuk produk-produk tertentu). 4. Warna muda/pucat (tampak ringan dan kurang berdaya bagi muda-mudi). 5. Warna medium (sifatnya umum, dan sangat serasi bila dikomposisikan dengan warna yang memiliki nilai pantul lebih tinggi). 6. Warna tua (memiliki nilai pantul paling rendah, dan harus dikomposisikan dengan warna yang nilai pantulnya tinggi, serta bila dipajang pada rak penjualan buku harus dengan latar belakang yang kontras dan penerangan yang cukup agar mudah terlihat). Dalam hal ini, buku cerita Rakyat Betawi didominasi oleh penggunaan warna terang, dipadukan dengan warna-warna medium.
Sifat warna demikian sangat cocok dengan karakter buku Cerita Rakyat Betawi yang ditujukan untuk anak muda.
4.1.8.3. Teori Word and Image
Tidak dapat dipastikan siapakah yang pertama kali menggunakan terminologi typhophoto, tetapi pada tahun 1925 Laszlo Moholy-Nagy mengumumkan bahwa kombinasi tipografi dan fotografi merupakan “the new visual literature”.
Perbedaan antara penggunaan kata dan gambar, dengan kata-kata sendirian, terutama di dalam masa, merupakan kemampuan untuk dimengerti secara cepat – kata dan gambar “bukan sistem yang terlambat; informasi dicerna secepatnya. Kekuatan terbesar bahasa visual terletak di kecepatan, dan bukti spontan. Secara visual, anda melihat content and form simultaneously”, kata psikologi A Dondist.
4.2.
Strategi Kreatif
4.2.1. Strategi Komunikasi
i.
Fakta Kunci
− Target merupakan individu-individu yang kreatif, muda, produktif dan tertarik dengan sesuatu yang berbeda
− Cerita rakyat daerah sudah pudar pamornya terbanting oleh cerita rakyat luar negeri − Grasindo terfokus dengan mengeluarkan buku-buku dalam bidang pendidikan
ii.
Profil Target
1. Demografi − Pria/wanita − 9 – 12 tahun − Jakarta − Pendapatan menengah ke atas − Pelajar Sekolah Dasar 2. Geografi − Jakarta − Dijual di toko-toko buku atau digunakan di perpustakaan sekolah dan umum.
3. Psikografi −
Senin – Sabtu aktif fokus pada sekolah
−
Senang berkumpul dan bermain serta menemukan hal-hal yang baru
−
Menaruh perhatian pada hal-hal unik dan selalu berbagi pada temanteman
iii.
Isu yang dikomunikasikan
Cerita Rakyat Betawi adalah bagian dari kehidupan masyarakat dahulu dan penting dijaga agar generasi sekarang tidak melupakannya.
iv.
Keywords
Unik, berjiwa muda, eklektik.
v.
Tujuan Komunikasi
AIDCA : Attention > Interest > Desire > Conviction > Action
Menarik perhatian target yang merupakan pekerja industri kreatif dengan memperkuat positioning buku Cerita Rakyat Betawi sebagai buku yang menarik dan edukatif. Yang berlanjut pada ketertarikan untuk membeli buku itu baik untuk penggunaan pribadi maupun pendidikan.
vi.
USP
Promosi yang dibuat bersifat edukatif dan menghibur. Edukatif karena target dapat belajar sejarah Jakarta dari buku cerita rakyat dan menghibur karena buku tersebut dibaca untuk menghabiskan waktu.
vii.
Pendekatan Rasional dan Emosional
Pendekatan Rasional
Pendekatan dilakukan dengan menceritakan bagian dari sejarah Indonesia, terutama dengan perjuangan rakyat kecil melawan penjajahan. Juga dengan menceritakan riwayat penduduk kota Batavia serta menyebutkan lokasilokasi tempat kejadian cerita rakyat tersebut.
Pendekatan Emosional
Sementara pendekatan emosional dilakukan dengan menaruh catatan kecil tentang moral dari setiap cerita tersebut, sehingga pembaca dapat mengambil sesuatu dari cerita rakyat tersebut.
4.2.2. Strategi Desain
i.
Tone & Manner
Cerita rakyat Betawi yang telah diturunkan secara turun menurun akan ditampilkan dalam ilustrasi dan elemen grafis nuansa kampung dan tradisional yang kental namun dengan warna modern yang cerah. Layout dan font akan didesain secara kontemporer untuk memberikan kesan modern dan legibilitas yang baik.
ii.
Strategi Verbal
Gaya bahasa tetap menggunakan yang dipakai dalam buku aslinya.
iii.
Strategi Visual
Unsur-unsur desain dipilih dengan mempertimbangkan pada karakter target serta pendekatan yang dilakukan, yaitu : − Warna menggunakan skema warna analog, karena bersifat neutral dengan kontras yang tidak terlalu keras agar menciptakan rasa nyaman di mata pembaca. − Tipografi untuk cerita menggunakan Serif non dekoratif, disusun secara rapi dan teratur untuk keterbacaan yang maksimal. Sementara untuk perjudul akan menggunakan tipografi dekoratif. − Ilustrasi bergaya eklektik oriental dan Indonesia dengan warna-warna yang modern namun tetap menampilkan nuansa kampung Betawi pada jamannya. Tehnik yang digunakan adalah tehnik campuran manual dan digital. − Ornamen yang digunakan bukan hanya akan ornamen Betawi murni tapi juga akan menampilkan ornamen Cina, Arab, Indonesia dan Melayu mengingat sedikitnya bahan visual Betawi asli yang dapat didapatkan.
Berikut adalah perancangan komunikasi visual dalam mempromosikan buku Cerita Rakyat Betawi :
Judul Promosi
: “Cerite Rakyat Betawi”
Bentuk Produk
: Buku Cerita Rakyat Betawi
Bentuk Promosi
: 1 material promosi.
Approach
: Pendekatan yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan kreatif. Hal ini dimaksudkan akan menarik perhatian target sasaran untuk kemudian dapat menegaskan positioning dan brand dari PT Grasindo yang mendukung dunia pendidikan dan pelestarian budaya dengan menciptakan produk dan promosi yang kreatif dan dapat bersaing secara global.
•
Pemilihan Item
1. Produk buku