BAB 4
KONSEP DESAIN
4.1 Landasan Teori
4.1.1 Teori Warna Warna dalam desain sangat subjektif. Apa yang membangkitkan satu reaksi dalam satu orang mungkin menimbulkan reaksi yang sangat berbeda pada orang lain. Kadangkadang hal ini disebabkan oleh pilihan pribadi, atau karena latar belakang budaya. Teori warna adalah suatu ilmu mengenai warna itu sendiri. Kontras komplementer: Adalah dua warna yang saling berseberangan (memiliki sudut 180°) di lingkaran warna. Dua warna dengan posisi kontras komplementer menghasilkan hubungan kontras paling kuat. Misalnya jingga dengan biru. Kontras split komplemen: Adalah dua warna yang saling agak berseberangan (memiliki sudut mendekati 180°). Misalnya Jingga memiliki hubungan split komplemen dengan hijau kebiruan. Kontras triad komplementer Adalah tiga warna di lingkaran warna yang membentuk segitiga sama kaki dengan sudut 60°.) (http://www.ahlidesain.com/teori-warna.html)
4.1.2 Teori Ikonik Icon atau ikon, adalah bentuk yang paling sederhana, karena ia hanya pola yang menampilkan kembali obyek yang ditandainya, sebagaimana bentuk fisik obyek itu. Ikon cenderung hanya menyederhanakan bentuk, tetapi mencoba menampilkan bagian yang paling esensial dari bentuk tersebut. Tidak mudah menentukan seberapa mirip seharusnya sebuah ikon terhadap obyek yang diwakilinya. Semakin sering kita melihat tanda itu, akan menjadi kebiasaan sehingga dengan mudah dikenali sebagai tanda Ikon. Obyek yang diikonkan juga mempengaruhi, karena semakin familiar obyek tersebut,
10
semakin mudah diikonkan, dan dipahami. Tetapi selalu ada konteks budaya lokal yang akan mempengaruhi, sehingga perlu memeriksa apakah budaya tertentu memiliki pemahaman yang khusus terhadap sebuah tanda ikon.
10
11 4.1.3 Teori Logo Logotype Berasal dari kata logo, type ( Merriam-Webster Dictionary ), merupakan sebuah huruf atau sebuah plat yang dicetakkan yang memiliki makna, yang biasa dipergunakan sebagai nama surat kabar atau lambang (1816). Logotype merupakan bentuk ekspresi dan bentuk visual dari konsepsi perusahaan, produk, organisasi maupun institusi. Logotype merupakan lambang visual, yang memiliki bentuk yang berasal dari filosofi organisasi yang bersangkutan. Selain itu logotype biasanya menggunakan elemen bentuk yang memiliki filosofi khusus, misalnya lingkaran sebagai simbol persatuan, daun sebagai simbol pemerintahan,dan lain sebagainya.
Dalam perkembangannya, logo mengalami deformasi bentuk mulai dari bentuk-bentuk logo yang rumit hingga menjadi sebuah bentuk yang sederhana dan mudah diingat. Berbagai pilihan elemen-pun ikut bertambah, mulai dari penggunaan inisial, nama perusahaan, monogram maupun pictogram. Seiring dengan perkembangan dunia periklanan, peran logo menjadi amat penting terutama dalam pembuatan strategi branding sebuah produk. Fungsi identitas contoh jenis logomerupakan ukuran sebuah logotype, dengan hanya melihat logo seseorang akan ingat, tertarik, lalu membeli. Dari fungsi ini, logo kemudian menjadi ukuran sebuah citra, baik citra sebuah produk, perusahaan maupun organisasi. (www.wikipedia.com)
4.1.4 Teori Semiotik Ilmu Grafis Komunkasi Visual Teori Semiotika dalam Desain Komunikasi Visual mengacu pada Roland Barthes sebagai panduan berkomunikasi secara visual melalui semiologi. Semilogi atau semiotik selain dipakai sebagai alat komunikasi secara visual yang dipahami oleh masyarakat. Dalam artikel ini kita akan mempelajari bagaimana cara menemukan makna teks Desain Komunikasi Visual. Semiotik secara etimologi berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ”tanda”. Secara terminologi semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan bentuk dari tanda- tanda. Semiotik juga mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan
12 tanda-tanda tersebut memiliki arti.
13 4.1.5 Teori Tipografi Teori tipografi yang dipakai adalah modernisme, Modern design di awal abad ke 20 hampir serupa dengan Seni Murni pada zaman itu, yaitu merupakan reaksi atas dekadensi dari tipografi dan design di akhir abad ke 19. Penanda utama era Modern Design ialah typeface San Serif. Pada tahun 1920 Seni Konstruktivisme dari Uni soviet, menampilkan “produksi yang lebih intelektual” di bidang yang berbeda.
Gerakan ini memandang seni individual sebagai hal yang tidak berguna, jadi mereka mulai menciptakan dan mengkreasikan objek yang memiliki nilai guna, seperti : gedung, teater, poster, tekstil, perabotan, logo, menu, dll. Asas modern tipografi dicetuskan oleh Jan Tschihold lewat bukunya “New Typography”. Tschihold, dan tipografer Bahaus lainnya seperti Herbert Bayer, Lazlo Moholy Nagy dan El Lissitzky adalah “bapakbapak” dari grafis design yang kita tau saat ini. Merekalah yang mencetuskan teknik dan gaya produksi yang digunakan sepanjang abad 20. Walaupun komputer telah mengubah sistem produksi selamanya, namun cara – cara yang mereka cetuskan tetap relevan sampai saat ini. (www.wikipedia.com)
4.1.6 Teori Layout Focal point pada headline dan bodytext, focal point adalah salah satu teori untuk menarik perhatian penglihat dengan menciptakan suatu pola rancangan visual yang secara cepat dapat menstimulasi penglihatkan lewat pokok penekanan. Ada beberapa cara untuk menciptakan focal point, dan salah satunya dengan melakukan pemisahan sebuah elemen yang akan menjadi properti visual yang penting, atau dengan mengubah parameter pada ukuran dan jarak huruf. (Danton Sihombing,Tipografi Dalam Desain Grafis, h.84-85)
4.1.7 Grid System Mengacu pada seorang arsitek dan perancang terkemuka pada abad ke-20 yang terkenal dengan analisis bentuk dan pembagian ruang. Sistem perancangan yang disebut Modulor, seperti illustrasi pada salah satu karyanya yang membagi basis pada tiga pokok
14 titik anatomi yaitu rongga perut, bagian teratas kepala dan ujung jari tangan yang diangkat. Modulor diciptakan dan telah dipatenkan pada tahun 1946. Dengan berbasis pemetaan yang baik, sebuah grid akan membantu penglihat untuk memudahkan menangkap informasi dari yang paling penting. (Danton Sihombing,Tipografi Dalam Desain Grafis, h.87)
4.2 Strategi Komunikasi
4.2.1 Strategi Kreatif
4.2.1.1 Fakta Kunci 1. Menurunnya minat dari masyarakat akan Bosscha dikarenakan, banyak tempat hiburan baru seperti mall, cafe, dan arena bermain. Jumlah pengunjung Bosscha menurut data statistik pun tidak stabil dan masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan jumlah penduduk kota Bandung saat ini.
2. Identitas visual yang kurang menarik pun ikut menekan minat masyarakat akan objek wisata edukatif yang telah berdiri selama 80 tahun ini. Dengan identitas visual yang kurang menarik, pencitraan Bosscha pun menjadi tidak baik di mata masyarakat.
4.2.1.2 Masalah Utama Kurang menariknya identitas visual Bosscha, sehingga beberapa aplikasi pada media informasi yang seharusnya digunakan untuk mencitrakan Bosscha menjadi terlihat tidak menarik.
4.2.1.3 Tujuan Terciptanya identitas visual Bosscha yang modern, sehingga aplikasi pada media informasi yang akan digunakan untuk mencitrakan Bosscha menjadi lebih menarik.
4.2.1.4 Manfaat 1. Citra Bosscha menjadi baik di mata publik, dan masyarakat dapat berwisata ke tempat
15 yang beredukasi tentang astronomi.
2. Menyadarkan masyarakat akan warisan, satu-satunya teropong bintang tertua dan terlengkap di Indonesia 4.2.1.5 Profil Khalayak Sasaran Usia
:
15 - 25 tahun
Jenis kelamin :
Laki-laki dan Perempuan
Pekerjaan
:
Pelajar, Mahasiswa, Pekerja
SES
:
B
4.2.1.5.1 Geografis Masyarakat sekitar Kabupaten Kota Bandung dan kota-kota besar lainnya.
4.2.1.5.2 Insight Masyarakat Indonesia, khususnya para siswa-siswi sekolah menengah ke atas sampai mahasiswa dan pelajar dari luar negri yang studi banding ke Indonesia. Yang tertarik akan astronomi, dan mempelajari bintang. Menyukai keindahan alam dan bosan akan kehidupan kota yang sibuk.
4.2.1.6 Positioning Statment Satu-satunya tempat wisata edukatif astronomi di Jawa Barat dan peneropong bintang yang terletak di garis khatulistiwa di dunia
4.2.1.7 Key Message Menikmati keindahan bintang-bintang di alam semesta sambil belajar tentang astronomi merupakan suatu hal yang langka dan menarik pada zaman sekarang.
4.2.1.8 Big Idea Step Into The Outer Space
4.2.1.9 Keyword
16 Modern. Bintang. Astronomi. Science Fiction.
4.2.1.10 Pendekatan Kreatif Rasional, dengan memperlihatkan keindahan alam semesta dan visual elemen yang modern.
4.2.2 Strategi Visual
4.2.2.1 Tone and Manner Modern, Fresh, Young, Distinctive / Unique
4.2.2.2 Warna 4.2.2.2.1 Kontras komplementer Adalah dua warna yang saling berseberangan (memiliki sudut 180°) di lingkaran warna. Dua warna dengan posisi kontras komplementer menghasilkan hubungan kontras paling kuat. Misalnya jingga dengan biru.
17
4.2.2.2.2 Kontras split komplemen Adalah dua warna yang saling agak berseberangan (memiliki sudut mendekati 180°). Misalnya Jingga memiliki hubungan split komplemen dengan hijau kebiruan. Kontras triad komplementer Adalah tiga warna di lingkaran warna yang membentuk segitiga sama kaki dengan sudut 60°.
4.2.2.2.3 Kontras tetrad komplementer Disebut juga dengan double komplementer. Adalah empat warna yang membentuk bangun segi empat (dengan sudut 90°). 4.2.2.3 Tipografi Identitas Visual yang baru akan menggunakan Sans Serif dengan karakteristik modern and simple, karena disesuaikan dengan target yaitu anak muda dengan usia 15-25 tahun.
4.2.2.4 Fotografi Teknik fotografi yang akan dipakai adalah fotografi hitam putih, yang menampilkan close-up detail dari interior dan teropong di Bosscha. Karena detail interior dan teropong di Bosscha sangat unik dan khas. Dibantu dengan fotografi tatasurya misalkan bintang, planet, dan galaksi.
4.2.2.5 Elemen Desain
18 Elemen desain yang dipakai akan menggunakan garis-garis dan bidang geometris yang dikomposisikan secara modern karena dianggap menggambarkan rasi bintang, planet, rotasi, dan lingkaran tata surya. Karya Mark Weaver memberikan inspirasi bagi penulis. Karena generasi muda beralih ke modernisme klasik, mengubah warna minimalis dan geometri dengan alat baru grafis vektor. Dan bahasa dasar dari komposisi sekarang ikonik itu sendiri menarik pada gerakan seni sebelumnya seperti Konstruktivisme Rusia dan sekolah Bauhaus. (Good Magazine, “Hurry Up and Wait”).
4.2.3 Strategi Verbal
4.2.3.1 Tagline / Slogan Tagline akan berupa kata dalam bahasa Inggris yang bertuliskan “They Are Beautiful” dengan tujuan untuk mengajak masyarakat berkunjung ke Bosscha dan menikmati keindahan bintang-bintang di alam semesta.
4.2.3.2 Headline Headline yang dipakai akan disesuaikan dengan kebutuhan media informasi yang akan dipublikasikan. Dan menggunakan bahasa Inggris sederhana, karena disesuaikan dengan target yaitu kalangan muda di kota besar dengan SES A-B yang dianggap berpendidikan dan dapat mengerti.
19
4.2.4 Pemilihan Item
4.2.4.1 Media Utama 1.Logo Fungsi : Logo adalah tanda pengenal atau simbol dari suatuinstansi/perusahaan, juga merupakan inisial. Kadang logo jugamerupakan singkatan dari kepanjangan nama suatu perusahaan yangdibuat sedemikian rupa sehingga merupakan ciri khas perusahaan tersebut. (Sukardi, Imam Haryono,Estetika Lay-Out 1 h.99 ).
Logo merupakan wakil dari suatu unit bisnis, instituisi ataulembaga. Jadi logo menunjukan
jati
diri
perusahaan
tempat
seseorangbekerja.
Visualisasi
logo
mempersyaratkan agar bentuknya tampak sederhana tetapi kuat dalam menggambarkan arti. (Bambang Purwanto, Desain Grafis Tata Letak dan Tipografi, h.164 ).
4.2.4.2 Media Pendukung 1.Poster Fungsi : sebagai media penyampaian informasi, digunakan untuk mempromosikan sesuatu propaganda, kampanye sosial dan lain -lain. Ukuran poster yang besar dengan sendirinya memberi keleluasaan yang besar kepada desainer dan karena ukuran itu pula poster bisa sangat menarik perhatian bila di-desain dengan strategi kreatif dan komunikasi yang baik.
20 (Dasar & Penerapannya, edisi baru 2009, karya Surianto Rustan, S. Sn.)
2. Kaos Fungsi : sebagai media penyampaian informasi yang bergerak karena digunakan oleh target sehari-hari serta mudah disosialisasikan.
3.Flyer / Brosur Fungsi : Sebagai media yang mudah untuk publisitas suatu produk / service / acara, dll. Disebut flier karena latar belakang sejarahnya, media tersebut didistribusikan dengan disebar melalui udara dari pesawat terbang pada jaman perang dunia II sebagai alat propaganda. (Dasar & Penerapannya, edisi baru 2009, karya Surianto Rustan, S. Sn.)
2. Stiker 3. Notebook 4. Souvenir, dll