11 BAB 4
KONSEP DESAIN
4.1
Landasan Teori
4.1.1
Teori Brand Brand adalah jumlah semua dari asset fungsional (yang terlihat) dan emosional (yang dirasakan) yang mampu membedakan satu perusahaan atau organisasi dengan yang lainnya. Setiap brand memiliki fungsi fisik (yang terlihat) yang memberikan keunikan tersendiri pada produk atau jasa yang ditawarkannya. Setiap brand juga memiliki aspek emosional yang berkaitan dengan karakter dan jiwa yang diwujudkan dalam bentuk Brand Identity, periklanan dan konsumen yang menggunakan brand tersebut. Setiap brand yang kuat pasti akan dapat membedakan dirinya dari yang lain, menjadi pilihan dan memiliki hubungan emosional yang kuat dengan target audiensnya. Menurut David Haigh, CEO, Brand Finance, Brands memilki tiga fungsi utama, yaitu : • Navigasi brands membantu konsumen untuk menentukan satu pilihan diantara banyaknya produk – produk dengan manfaat yang sama. • Asuransi brands mengkomunikasikan kualitas mendasar dari produk atau servis dan meyakinkan konsumen bahwa mereka sudah mengambil pilihan yang tepat. • Janji brand menggunakan perumpamaan yang khusus, bahasa atau gabungan keduanya untuk mendorong konsumen mengenali dengan brand. Ketika pertama kali brand ditampilkan, yang diperlihatkan adalah brand identity atau visual identity. Brand identity atau visual identity adalah semua tampilan visual maupun verbal dari sebuah brand, yang terwujud dalam semua penerapan desain, seperti logo, kop surat, kartu nama, kemasan, dan semua media fisik yang dipakai untuk memasarkan brand tersebut. Keseluruhan proses pengembangan menciptakan brand, nama brand, dan brand identity disebut branding. Branding merupakan sebuah proses bisnis yang terencana dan secara strategis difokuskan dan disatukan dalam satu organisasi atau perusahaan. Dalam buku Designing Brand Identity oleh Alina Wheeler (2009, p.30) disebutkan bahwa brand identity harus memiliki kriteria yang fungsional, yaitu : • Bold, memorable, dan tepat • Cepat untuk diidentifikasi • Memberikan gambaran yang konsisten terhadap perusahaan • Mengkomunikasikan persona dari perusahaan secara jelas • Aman secara hukum • Memiliki nilai yang abadi
12 • •
Dapat diterapkan di berbagai media Dapat diterapkan di berbagai warna dan hitam putih
Dalam buku Identity Design Sourcebook disebutkan bahwa alsan mengapa perusahaan melakukan redesain yaitu : • Modernizing Di suatu titik, sebuah perusahaan akan membutuhkan sebuah identitas yang baru karena jika tidak, perusahaan tersebut akan semakin ketinggalan. • Repositioning Sebuah identity yang akan melakukan repositioning tidak selalu mencerminkan bahwa sebuah perusahaan sedang dalam kesulitan. Hal tersebut bisa sebaliknya, karena bisa dikatakan perusahaan tersebut sedang mencari jalan untuk mengembangkan usahanya. • Managing Change Entah perusahaan melihat perubahan sebagai hal yang buruk ataupun baik, yang namanya perbahan pasti akan tetap ada, seadanya sebuah perusahaan menolak, maka perusahaan tersebut akan semakin ketinggalan. • Promotion Growth Bagi perusahaan yang ingin berkembang dari perusahaan kecil menjadi besar, atau bagi perusahaan besar yang ingin keberadaannya semakin diakui, mepromosikan diri melalui identitas yang baru merupakan langkah yang berani dan taktis. • Starting Over Kadang identitas perusahaan lama tidak bisa diselamatkan lagi, jika sudah seperti itu, sebuah identitas yang baru sangat dibutuhkan. Dalam branding, kita mengenal positioning. Dalam buku Designing Brand Identity oleh Alina Wheeler (2009, p.14) disebutkan bahwa positioning yang efektif dilihat dari posisi strategi yang menggerakkan perencanaan, marketing, dan penjualan. Perkembangan positioning menciptakan pembuka di dalam pasar yang terus menerus berubah, pasar dimana konsumen sudah jenuh dengan produk dan pesannya. Positioning mengambil keuntungan dari perubahan demografi, teknologi, perputaran pasar, trend dari konsumen, dan kesenjangan yang terjadi di pasar untuk menemukan cara yang menarik bagi publik. Berdasarkan teori diatas, Temple Trees memerlukan redesain untuk managing change. Walaupun toko ini sudah memiliki positioning yang jelas dan produk yang khas, tetapi perubahan dilakukan untuk membangkitkan kelebihnan yang dimiliki dari sisi latar belakang budaya dan karakteristik produknya. 4.1.2
Teori Logo Menurut Prof. Drs.Yongky Safanayong dalam buku Mendesain Logo (PT Gramedia Pustaka Utama, 2009) Logo diumpamakan sebagai sebuah bendera, tanda tangan atau sebuah lambang yang secara langsung tidak menjual, tetapi memberikan suatu identitas, informasi, persuasi yang pada akhirnya sebagai alat pemasaran. Suatu logo diperoleh maknanya dari suatu kualitas yang disimbolkan, melalui corporate culture, positioning, historis atau aspirasi. Suatu logo yang ideal, secara
13 keseluruhan merupakan suatu instrument rasa harga diri dan nilai-nilai yang mampu mewujudkan citra positif dan bodafiditas. Pada akhirnya adalah refleksi citra bisnis perusahaan, institusi, instansi dan lain sebagainya yang disimbolisasikan serta direpresentasikan secara utuh dan total, bahwa logo tersebut mengandung arti atau makna suatu “kebijakan berpikir” dan “maksud tertentu” badan usaha, suatu kualitas dan nilai-nilai yang ditujukan. Pada masa awal perkembangannya, pembagian jenis logo tidaklah serumit sekarang. Mula-mula logo hanya berupa bentuk yang tak terucapkan seperti gambar, yang dibuat oleh perajin untuk lambang kerajaan. Seiring dengan berkembangnya jaman, logo tidak hanya digunakan untuk kepentingan kerajaan saja, melainkan untuk memberi tanda pada barang-barang yang dijual di pasar. Pembagian jenis logo secara sederhana terbagi atas dua bagian yaitu Word Marks atau Brand Name yaitu logo yang tersusun dari bentuk terucapkan, serta Device Marks atau Brand Mark yang tersusun dari bentuk tak terucapkan. Bisa pula logo terdiri atas keduanya, yang merupakan kombinasi dari brand name dan brand mark. Sebagai contoh untuk brandname adalah logo Sony yang hanya tersusun dari kata sony, dan Shell logo untuk brand mark yang tersusun dari gambar kerang. Sedangkan paduan keduanya adalah seperti logo rokok Djarum, yang terdiri dari tulisan Djarum dan gambar jarum. Kemudian dengan semakin bertambahnya jumlah produk di pasar, serta semakin kompleknya karakteristik pasar muncul berbagai jenis logo, yang pada dasarnya merupakan paduan dari dua jenis logo diatas. Berikut kami sajikan beberapa jenis logo, yang penggolongannya berdasarkan pendapat John Murphy dan Michael Rowe dalam How to Design Trademarks and Logos. Ohio : North Light Book, 1998 : 1. Name Only Logo Adalah logo yang diambil dari sebuah nama, dengan menggunakan gaya grafis khusus. Logo jenis ini memberi ketegasan dan pesan langsung kepada konsumen. Contoh logo jenis ini seperti pada produk sandang karya perancang ternama Yves Saint Laurent, produk elektronik Sony, Toshiba, Panasonic, produk kamera Nikon, Leica, Yashica, peralatan fotokopi Xerox, dan lain-lain. 2. Name/Symbol Logo yaitu logo yang terdiri dari nama perusahaan atau produk dengan gaya tipografis yang berkarakter kuat, tersusun atas bentuk-bentuk grafis seperti oval, lingkaran atau kotak. Sebagai contoh adalah logo Ford, Du Pont, Hertz dan banyak lagi. Kelebihan jenis logo ini adalah pada bentuknya yang ringkas dan fleksibel karena jenis logo seperti ini mampu berdiri sendiri. 3. Initial Letter Logo yaitu logo yang menggunakan huruf awal (inisial) dari nama produk atau perusahaan dan menjadikannya sebagai elemen utama dari logo tersebut. Logo jenis ini terkadang menunjukkan gabungan nama pemilik perusahaan seperti logo produsen hardware komputer Hewlett-Packard. Selain contoh diatas banyak contoh lain seperti logo Bank BCA, IBM, RCTI, dan lainnya. 4. Pictorial Names Logo adalah logo yang menggunakan nama produk atau organisasi sebagai komponen penting dari gaya logo, yang secara keseluruhan logo ini memiliki gaya yang sangat khusus. Perusahaan yang menggunakan logo jenis ini,
14 biasanya adalah perusahaan yang sudah terkenal, seperti Coca Cola, Kodak, McDonald, Rolls Royce dan lain sebagainya. Karena kuatnya image perusahaan/produk yang memakai logo ini, maka bila terjadi peniruan logo tersebut oleh produk atau perusahaan lain maka citra yang dihasilkannya tetap mengarah pada produk atau pictorial name logo perusahaan yang ditiru. 5. Associative Logo yaitu logo yang berdiri bebas yang biasanya tidak memuat nama produk atau perusahaan, tetapi memiliki asosiasi langsung dengan nama, produk atau wilayah aktifitasnya. Sebagai contoh logo perusahaan pembuat pesawat terbang Aerospatiale, logonya terdiri dari kalimat Aerospatiale yang membentuk bola planet yang dengan jelas memperlihatkan jangkauan aktifitasnya yakni penerbangan, logo perusahaan minyak Shell yang menunjukkan gambar kerang sebagai asosiasi dari fosil penghasil minyak, kemudian logo 20th Century Fox, yang menggambarkan gemerlap dan megahnya dunia perfilman dan masih banyak lagi. Jenis logo seperti ini mempunyai daya tarik kuat dan mudah untuk dipahami. 6. Allusive Logo adalah logo yang bersifat kiasan, seperti logo Mercedes Benz yang terdiri dari bentuk bintang segitiga yang merupakan representasi dari sistem kemudi mobil, bentuk A pada perusahaan penerbangan Alitalia yang dideformasikan dari bentuk ekor pesawat yang berfungsi sebagai penyeimbang. Logo jenis ini memiliki hubungan yang tidak langsung antara nama dengan logonya sehingga logo jenis ini sulit untuk dipahami, dan memerlukan waktu lebih agar seseorang bisa memahami apa maksud dari logo yang bersangkutan.
7. Abstract Logo adalah logo yang dapat menimbulkan beraneka kesan, yang dipengaruhi oleh daya pemahaman konsumen. Ini terjadi karena bentuk visual logo ini sangat abstrak. Diantaranya mengambil suatu bentuk struktural yang dikreasikan dengan efek optis yang bervariasi. Sebagai contoh adalah logo Citroen. Logo jenis ini sangat disukai di Amerika, karena logo jenis ini mampu dibuat dengan bermacam variasi dan sangat orisinil sehingga terjadinya kemiripan sebuah logo dengan logo yang lainnya akibat dari banyaknya produk dan perusahaan yang tumbuh di Amerika bisa dihindari. Bentuk logo abstrak yang ada di Indonesia adalah seperti logo Bakrie Brothers. Abstract logo pertama kali digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar Jepang, yang kemudian perusahaan-perusahaan tersebut mengalami kesuksesan di negara barat, sehingga menjadi ide baru bagi perkembangan logo di dunia barat. Logo jenis ini sekarang menjadi standar disain logo kontemporer. Kelemahan dari jenis logo ini adalah bentuknya yang abstrak, sehingga sukar dipahami oleh konsumen serta tidak memiliki pengertian yang benar-benar tepat seperti apa yang diinginkan. 4.1.3 Teori Warna Warna merupakan salah satu alat komunikasi yang efektif untuk mengungkapkan pesan, tanpa harus menggunakan tulisan dan kata – kata. Dengan warna kita dapat menyampaikan bagaimana nuansa dan kepribadian suatu perusahaan kepada konsumen.
15 Warna yang akan diterapkan untuk identitas baru Temple Trees akan menggunakan nuansa tropical seperti yang disebutkan dalam buku Complete Color Harmony Workbook (Page One, 2007) sehingga dapat memperkuat kesan Sri Lanka. 4.1.4 Teori Layout Layout dalam desain diumpamakan sebagai peta. Seorang desainer sebagai penata tata letak harus dapat mengarahkan kemana audiens nya harus melihat. Dalam buku Making and Breaking the Grid (Timothy Samara, 2002) disebutkan bahwa grid adalah hal yang paling mendasar dalam membuat panduan untuk mendistribusikan elemen – elemen desain di dalam sebuah format. Semua pekerjaan desain melibatkan pemecahan masalah dalam hal visual dan tingkat organisasi. Gambar dan simbol, teks, headlines, tabular data, semua hal tersebut harus berkumpul untuk dapat mengkomunikasikan suatu pesan. Grid adalah pendekatan untuk menyatukan elemen – elemen tersebut. Grid dapat dibuat longgar dan organik, atau dapat juga dibuat ketat dan mekanikal. Keuntungan dari penggunaan grid sangat simpel, yaitu : • Clarity (kejelasan) : Grid memperkenalkan susunan sistematis dalam sebuah layout, membedakan jenis informasi dan membantu audiens dalam navigasi. • Efficiency (efisiensi) : Penggunaan grid mengijinkan desainer untuk mengatur tata letak informasi dalam jumlah yang besar. • Economy (ekonomi) : Mempersingkat waktu karena berbagai pertimbangan desain sudah ditujukan di dalam struktur grid. • Continuity (kelanjutan) : Grid memperkenankan individu untuk berkolaborasi pada proyek yang sama, atau untuk membuat seri proyek terkait dari waktu ke waktu, tanpa mengorbankan kualitas visual yang sudah mapan dari proyek yang satu ke proyek berikutnya. 4.1.5 Teori Tipografi Tipografi adalah ilmu yang mempelajari tata letak, karakter dan penggunaan huruf dalam suatu desain. Setiap jenis huruf mempunyai karakter yang berbedabeda, sehingga pada kondisi tertentu dapat mempengaruhi audience serta pesan yang hendak disampaikan. Dalam buku 7 Essentials of Graphic Design (Allison Goodman, 2001), dikatakan bahwa tipografi dapat dikatakan sebagai seni terselubung, dengan memiliki pengetahuan dasar akan Huruf-huruf yang memadai, anda dapat mengkomunikasikan apapun. Menurut Rob Carter, ada beberapa factor penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan typografi, antara lain: • Legibility yaitu tingkat keterbacaan yang ditentukan oleh segala atribut visual yang dapat membuat huruf jadi lebih terbaca. • Readability kualitas dan jenis huruf, lebih kearah pemilihan jenis huruf. • Visibility terfokus pada apakah jenis huruf tertentu dapat dilihat atau tidak.
16 4.1.6 Gaya Desain Marian Bantjes Adalah desainer, seniman, ilustrator, tipografer dan penulis asal Canada yang lahir pada tahun 1963. Bantjes mulai bekerja di bidang komunikasi visual pada tahun 1983 dan bekerja sebagai book typesetter dari tahun 1984–1994. Ia menjadi desainer grafis yang terkenal sejak 1994–2003, saat ia menjadi partner dan desainer senior di Digitopolis di Vancouver, BC, Canada, dimana ia membuat identitas dan desain komunikasi untuk perusahaan besar, pendidikan dan organisasi seni.
Gambar 4.1.6a Marian Bantjes Di tahun 2003, Marian meninggalkan usahanya dan "strategi desain” yang ia bangun sejak ia menjadi terkenal di kancah internasional. Menggambarkan dirinya sebagai desainer grafis, bekerja secara tekun dengan tipe yang biasa dan ornamen, Bantjes sangat personal, obsesif dan kadang pekerjaan grafis yang aneh membawanya terkenal di dunia internasional dan popular sebagai desainer visual kelas dunia. Bantjes terkenal dengan seni vektornya yang detail dan teliti, pekerjaan tangan yang obsesif, membuat pola dan gaya ornament yang tinggi. Stefan Sagmeister menyebut Bantjes sebagain "salah satu tipografer yang paling inovatif yang bekerja saat ini," and Noreen Morioka menyebut Bantjes sebagai " Doyald Young di generasinya." Di tahun 2005 Bantjes dijuluki sebagai salah satu dari 25 up-and-coming Designers to Watch (STEP Magazine, January 2005). Hasil karyanya ditampilkan di STEP, étapes (Paris), Azure, Matrix (Quebec) Tupigrafia (Brazil) and Print, Fontshop's Font 004, and Eye magazine (#58). Ia menerbitkan buku desain berjudul "I wonder", yang disebut – sebut sebagai salah satu dari 13 desain buku terbaik tahun 2010 oleh Fastcode design. Bantjes mendapatkan kehormatan di banyak acara penghargaan and karyanya saat ini menjadi bagan dari koleksi permanen di Museum desain nasional Cooper-Hewitt.
17
Gambar 4.1.6b Contoh ornamen buatan Bantjes
4.2 Strategi Kreatif 4.2.1 Strategi Komunikasi 4.2.1.1 Positioning Temple Trees merupakan toko perlengkapan Interior dengan produk bukan minimalis, memiliki karakter yang kuat, dan mampu menciptakan target marketnya sendiri. 4.2.1.2 Big Idea Produk interior eklektik buatan tangan yang inspiratif bernuansa Sri Lanka. 4.2.1.3 Keyword • Interior • Handmade • Sri Lanka • Inspirasi • Eclectic
18 4.2.2 Strategi Desain 4.2.2.1 Tone dan Manner • Passionate : Temple Trees sebagai toko interior dengan produk handmade memiliki daya tarik bagi konsumennya yang memiliki selera yang unik. Sehingga kesan passionate tepat untuk menggambarkan keinginan konsumen untuk memilki produk Temple Trees. • Eclectic : Konsumen dari Temple Trees sebagian besar adalah orang – orang yang memiliki selera eklektik dan lebih memilih produk bukan minimalis. • Inspiratif : Karena model produknya yang tidak biasa dan penggunaan kombinasi warna yang variatif, membuat produk – produk Temple Trees sangat inspiratif. 4.2.2.2 Strategi Verbal Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang baku dengan penggunaan metafora untuk menjelaskan bagaimana nilai produknya.
4.2.3 Strategi Visual 4.2.3.1 Warna Warna – warna yang akan digunakan adalah warna – warna yang mencerminkan keunikan dan nuansa handmade. • Coral / Orange , Respon Psikologi : passionate, menarik, hangat • Tosca, Respon Psikologi : damai, sejuk, fresh, inspirasi, kreasi • Coklat, Respon Psikologi : kayu, kuat, budaya 4.2.3.2 Tipografi Tipografi yang nantinya akan digunakan untuk perancangan identitas visual Temple Trees adalah tipografi yang dapat mewakili nuansa Sri Lanka dan karakter eklektik. 4.2.3.3 Image Penggunaan gambar untuk identitas visual Temple Trees akan dipadukan dengan penerapan super graphic dan pengaturan tata letak yang sesuai. Gambar yang digunakan menggunakan teknik fotografi yang menampilkan jenis produk, yang nantinya akan diterapkan pada brosur, poster, dan media promosional lainnya. 4.2.3.4 Layout Layout yang akan digunakan nantinya adalah hierarchical grid seperti yang disebutkan dalam buku Making and Breaking the Grid oleh Timothy Samara (2002, p134) sehingga target market akan dimudahkan dalam hal navigasi.
19
4.3 Pemilihan Media • GSM • Kartu nama • Kop Surat • Amplop • Price Tag • Shopping Bag • Label Tag • Uniform • Poster • Website