BAB 4 KONSEP DESAIN
4.1
Landasan Teori 4.1.1 Teori Publikasi Buku Industri percetakan di wilayah Nusantara berkembang sejalan dengan penerbitan surat kabar dan buku yang diperkirakan berkembang sejak abad ke 17, ketika mesin cetak pertama kali di datangkan ke pulau jawa tahun 1959. Karena tidak ada operatornya, mesin itu menganggur sampai berpuluh-puluh tahun. Tujuan missionaris mendatangkan mesin cetak erat kaitannya dengan niat mereka untuk mencetak kitab suci dan buku-buku pendidikan agama. Publikasi adalah proses produksi dari literasi dimana ada informasi yang dapat dilihat oleh khalayak publik. Publikasi secara tradisional adalah sebuah kegiatan pendistribusian buku atau surat kabar atau media apapun yang menggunakan proses cetak. (sumber Wikipedia.org)
4.1.2 Teori Desain Komunikasi Visual Desain Komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi visual dan ungkapan daya kreatif yang diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis yang terdiri dari gambar (ilustrasi dan fotografi), huruf dan tipografi, warna, komposisi, dan layout. Semuanya dilakukan guna menyampaikan pesan visual, audio, dan audio visual kepada target sasaran yang dituju. 4.1.3 Teori Layout Menurut Garvin Amborse & Paul Harris, Layout adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang berhubungan ke dalam suatu bidang sehingga membentuk susunan yang artistik. Hal ini juga bisa disebut manajemen bentuk dan bidang. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar pada teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan. Modular Grid System Sebuah grid di ciptakan sebagai solusi terhadap permasalahan penataan elemen-elemen visual dalam sebuah ruang. Modular grid system adalah suatu sistem grid berkotak-kotak melalui garis vertikal dan horizontal yang konsisten.
9
10 Tujuan utama dari penggunaan grid sistem dalam grafis adalah untuk menciptakan suatu rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetika. Breaking The Grid System Menurut Kristin Cullen dalam bukunya Layout Workbook breaking the grid di ciptakan tanpa grid (no grid/rules). Tetapi desainer juga diminta untuk tetap tidak terlalu merusak sistem grid yang dimaksud. Hanya saja, lebih bisa mengekspresikan penempatan atau layout untuk headline, subline, dan image sesuai dengan kreasi masing-masing desainer. Menurut Frank F Jefkin, untuk mendapatkan layout yang baik diperlukan adanya: 1. Kesatuan komposisi yang baik dan enak untuk dilihat. 2. Variasi, agar tidak monoton / membosankan;Keseimbangan dalam layout sehingga terlihat sepadan dan selaras. Irama, yang berupa pengulanganbentuk atau unsur-unsur layout dan warna; 3. Harmoni adalah keselarasan ataukeserasian hubungan antara unsur-unsur yang memberikan kesan kenyamanan dan keindahan; 4. Proporsi merupakan suatu perbandingan; 5. Kontras merupakan perpaduan antara warna gelap dan terang.
4.1.4 Teori Tipografi Sejarah Tipografi Sejarah perkembangan tipografi dimulai dari penggunaan pictograph. Bentuk bahasa ini antara lain dipergunakan oleh bangsa Viking Horwegia dan Indian Sioux. Di Mesir berkembang jenis huruf Hieratia, yang terkenal dengan nama hieroglif pada sekitar abad 1300 SM. Bentuk tipografi ini merupakan akar dari bentuk Demotia, yang mulai ditulis dengan menggunakan pena khusus. Bentuk tipografi tersebut akhirnya berkembang sampai di Kreta, lalu menjalar ke Yunani dan akhirnya menyebar keseluruh Eropa. Puncak perkembangan tipografi, terjadi kurang lebih pada abad ke 8 SM di Roma saat orang Romawi mulai membentuk kekuasaannya. Karena bangsa Romawi tidak memiliki sistem tulisan sendiri, mempelajari sistem tulisan etruska yang merupakan penduduk asli Italia serta menyempurnakannya sehingga terbentuk huruf-huruf Romawi. Saat ini tipografi mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan dan dari tangan ke mesin cetak, sehingga mengalami komputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan jenis pilihan huruf yang ratusan jumlahnya.
11 Tipografi adalah sebuah cabang ilmu yang mempelajari seni dan tekhnik dalam merancang type, memodifikasi dan mengaransemennya. Pada umumnya, prinsip tipografi untuk mempermudah adalah: - Visibility
: terfokus pada apakah huruf tersebut dapat dibaca atau tidak.
- Readibility
: kualitas dan jenis huruf, lebih kearah pemilihan jenis huruf yang tepat untuk teks yang tepat.
- Legibility
: menekankan dapat terbaca atau tidak ada jenis huruf yang indah. Tetapi jika digunakanakan menyebabkan para pembaca meninggalkan teks tersebut.
- Clearly
: kejelasan huruf, mempunyai fungsi yang jelas dan mudah terbaca.
Pada umumnya, penggolongan huruf dalam tipografi adalah: - Roman : a. Serif – huruf yang mempunyai kait b. Egyptian (Slab Serif) – Huruf yang mempunyai kait persegi c. San Serif – huruf yang tidak memiliki kait - Serif – huruf yang seperti tulisan tangan/pena -Dekoratif – huruf yang tidak mempunyai aturan tertentu (Pengembangan dari bentuk yang ada)
4.1.5 Teori Swiss Style Design Swiss Style Design adalah gaya desain yang berasal dari Negara Switzerland pada tahun 1930-an. Desain ini muncul disebabkan oleh berkembangnya industri farmasi dan obat-obatan yang memerlukan tenaga desainer grafis untuk membeli obat-obatan tersebut dengan menggunakan banyak tipografi. Para desainer grafis pada zaman itu melihat sisi lain dari desain yang mereka buat dan menjadikan gaya baru dalam pengerjaan desain. Menggunakan banyak tipografi diatas fotografi . menggunakan huruf sans serif dan pada penegrjaan font selalu menggunakan grid. Tokoh desainer grafis yang mengembangkan gaya swiss style adalah Theo Ballmer, Max Bill, Adrian Frutiger, Karl Gerstner, Armin Hoffman, Ernest Keller, Herbert Matter, Josef Muller-Brockmann, and Jan Tschiechold. Gaya swiss style yang digunakan untuk visual terinspirasi dari tokoh swiss style Theo Ballmer. Theo Ballmer lahir di Basel, Swiss pada tanggal 1902. Pada tahun 1920, setelah SMA ia mulai magang sebagai juru cekatan logam yg ditulisi sebuah. Dari 1926 sampai 1929 ia bekerja sebagai desainer grafis bertanggung jawab atas perusahaan periklanan de Hoffmann-La Roche. Pada tahun 1928 ia mendaftarkan diri untuk Bahaus
12 di Dessau fokus dalam fotografi. Setelah Bahaus ditutup pada tahun 1930, ia kembali ke Swiss. Dia merancang sejumlah poster politik. (sumber : www.thingkingform.com) Berikut beberapa contoh karya Theo Ballmer:
Gaya swiss style yang digunakan untuk visual terinspirasi dari tokoh swiss style Russelk. Russelk adalah tokoh swiss style yang termuda, di era 80’an ia hadir dengan gaya yang serupa swiss style yang ada namun tetap unsur grafis/ilustrasi modern sebagai pelengkap.
4.1.6 Teori Ilustrasi Surealisme Surealisme, adalah sebuah aliran seni dan kesusastraan yang menjelajahi dan merayakan alam mimpi dan pikiran bawah sadar melalui penciptaan karya visual, puisi, dan film. Surealisme diluncurkan secara resmi di Paris, Perancis, pada tahun 1924, ketika penulis Perancis Andre Breton menulis manifesto pertama surealisme, mengguratkan ambisi-ambisi akan kelahiran gerakan baru. tokoh yang menginspirasi penulis adalah Roberto Matta dan yves tanguy. Mereka mengapresiasikannya melalui apa yang dirasakan dan terkesan abstraktisme. namun semua itu memiliki arti yang real. Berikut beberapa contoh karya Roberto Matta dan yves tanguy:
13 4.1.7 Teori Warna Menurut Russel, 1992, salah satu unsur yang paling serba guna untuk sebuah desain adalah warna. Warna dapat menarik perhatian dan membantu menciptakan sebuah mood (Suasana hati). Dalam pengaplikasian pada media-media komunikasi Buku Indigo Experience, warna yang di gunakan warna-warna yang soft dan solid disesuaikan dengan karakter kan isi dari buku yang dibuat. Warna –warna tersebut kontras dengan tipografi. Filosofi Arti Warna: Merah Oranye Kuning Hijau Biru Coklat Ungu Hitam Putih Emas Perak Abu-abu
: Berani, bisa juga berarti semangat kuat, berapi-api : Bisa berarti kreatifitas dan semangat kuat : Kreatifitas, keceriaan, muda : Warna yang bersahabat, muda, bumi/lingkungan, natural : Kokoh, kuat, kepercayaan, maskulin : Kokoh, tradisional, sejarah, elegan : Feminim, warna melankolis, warna ceria : Kuat, kokoh, gelap, kelam, misterious : Suci, halus, bersih, natural : Keagungan, kekayaan, elegan : Keagungan, kekayaan, futuristik : Misterius, plin-plan, abstrak
4.1.8 Teori Fotografi Dokumenter Fotografi (dari bahasa Inggris: Photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu “Fos”: Cahaya dan “Grafo” : Melukis/menulis) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Fotografi Dokumenter adalah seni fotografi yang memiliki kedalaman kisah dalam peristiwa saat gambar yang ditangkap kamera tersebut diambil. Fotografi seperti ini juga disebut fotografi jurnalistik. Dimana foto digunakan untuk mendeskripsikan lebih dari suatu laporan berita.
4.1.9 Teori Kemasan Tampilan luar suatu buku merupakan salah satu faktor yang penting. Suatu kemasan yang baik akan mampu menarik minat dan rasa keingintahuan orang untuk melihat buku tersebut diantara buku-buku yang lain. Berikut hal-hal yang dapat dipertimbangkan dalam membuat kemasan buku. • Protectable. Fungsi utama kemasan buku adalah sebagai pelindung yang dapat diolah sehingga memberikan kesan yang menarik. • Stands Out. Menggunakan image yang mampu yang menarik perhatian. • Suitable. Kemasan yang cocok dengan benda yang akan dikemas.
14 Kemasan yang baik dan akan digunakan semaksimal mungkin dalam pasar harus mempertimbangkan dan dapat menampilkan beberapa faktor, antara lain sebagai berikut: 1. Faktor keamanan. Kemasan harus melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadi penyebab timbulnya kerusakan barang misalnya: cuaca, sinar matahari, jatuh, tumpukan, serangga dan lain-lain. Contohnya, kemasan biskuit yang dapat ditutup kembali agar kerenyahannya tahan lama. 2. Faktor ekonomi. Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proposi manfaatnya. Contohnya, produkproduk refill atau isi ulang, produk-produk susu atau makanan bayi dalam karton dan lain-lain. 3. Faktor pendistribusian. Kemasan harus mudah untuk didistribusikan dari pabrik ke distributor atau pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tingkat distributor, kemudahan penyimpanan dan pemajangan perlu dirancang sedemikian rupa sehingga tidak sampai menyulitkan peletakan di rak atau tempat pemajangan. 4. Faktor komunikasi. Sebagai media komunikasi kemasan menerangkan dan mencerminkan produk, citra produk dan juga bagian dari produksi dengan pertimbangan mudah dilihat, dipahami dan diingat. Misalnya karena bentuk kemasan yang aneh sehingga produk tidak dapat “berdirikan”, harus diletakan pada posisi “tidur” sehingga ada tulisan yang tidak dapat terbaca dengan baik; maka fungsi kemasan sebagai media komunikasi sudah dianggap gagal. 5. Faktor ergonomi. Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang, dibuka dan mudah diambil sangatlah penting. Pertimbangan ini selain mempengaruhi bentuk dari kemasan itu sendiri juga mempengaruhi kenyamanan pemakai produk atau konsumen. Contohnya, bentuk botol minyak goreng tropical yang pada bagian tengahnya diberi cekungan dan tekstur agar mudah di pegang atau sebagai pegangan yang tidak licin bila tangan pemakaianya terkena minyak. 6. Faktor estetika. Keindahan pada kemasan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, lustrasi, huruf, tata letak atau layout dan mascot yang tujuannya adalah untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal. 7. Faktor identitas. Secara keseluruhan kemasan harusberbeda dengan kemasan lain, memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan produk-produk lain.
15 8. Faktor promosi. Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi, dalam hal ini kemasan berfungsi sebagai silent person. Peningkatan kemasan dapat efektif untuk menarik perhatian konsumen baru. 9. Faktor lingkungan. Kita hidup di dalam era industri dan masyarakat yang berfikir kritis. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, masalah lingkungan tidak dapat terlepas dari pantauan kita. Trend dalam masyarakat kita ahir-akhir ini adalah kekhawatiran mengenai banyaknya polusi, salah satunya pembuangan sampah. Salah satunya yang juga pernah menjadi topik hangat adalah styrofoam. Pada tahun 1990, organisasi-organisasi lingkungan hidup berhasil menekan perusahaan Mc Donalds untuk mendaur ulang kemasan-kemasan mereka. Sekarang ini banyak perusahaan yang menggunakan kemasan-kemasan yang ramah lingkungan (environmentally friendly) dapat didaur ulang (recyclable) atau dapat dipakai ulang (reusable).
4.2 Strategi Kreatif 4.2.2.1 Strategi Komunikasi Menciptakan desain buku yang imajinatif dan sesuai dengan maksud dari buku tidaklah mudah, ilustrasi, layout, tipografi, warna dan elemen desain juga sangat berperan untuk terciptanya suatu desain buku yang menarik. Bukan hanya dari isi yang disampaikan saja yang banyak menarik konsumen untuk membeli, namun dari segi desain buku lah yang banyak menyedot perhatian konsumen untuk tertarik membeli buku tersebut. Isi bagus dan desain menarik, tetap mudah terbaca akan sangat menyenangkan bagi para konsumernya.
4.2.2.2 Fakta Kunci • Berdasarkan data yang di dapat dari narasumber (Komunitas Indigo Indonesia) bahwa masih kurangnya informasi tentang keberadaan anak indigo di Indonesia. Masih awamnya kata indigo di kalangan masyarakat. Anak indigo sendiri popular di tahun 2000-an. • Kurangnya buku informatif yang mencakup bagaimana identifikasi dan ciri-ciri serta kisah anak indigo yang di kemas dalam satu buku, guna bekal orang • tua untuk mengetahui apakah anaknya terdeteksi indigo, serta bacaan menarik untuk para pembaca lainnya. • Ratusan ribu pembaca telah menikmati buku pertama kami, the indigo children (edisi bahasa Indonesia yang di terbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer) • Karena pada tahun 2000-an semakin booming di kalangan masyarakat Indonesia, penerbit “Bhuana Ilmu Populer” juga menerbitkan buku terjemahan lainnya yaitu
16
• •
Indigo Challenge by Dorren Virtue, An Indigo Celebration by: Lee caroll dan Jan Tober, dan How to Raise an Indigo Child by Barbara Condron. Melalukan Wawancara dengan anak indigo langsung yaitu Saudara Miftah, Ibu Suhartati dan Gilang Satriyo W. berdomisili di Bekasi, Jawa Barat. Pada tahun 2010 Hadirnya acara Indigo di stasiun televisi swasta (TransTv).
4.2.2.3 Masalah Yang Dikomunikasikan Image atau citra anak indigo masih kurang baik di mata masyarakat, dan orang suka bingung antara anak indigo dengan dukun, dan akhirnya banyak buku import bermunculan guna memberi informasi tentang anak indigo apa saja yang bersangkutan dengannya. Buku adalah jendela dunia, rasa keingin tahuan masyarakat Indonesia menjadi-jadi semenjak hadir buku terjemahan yang beredar. Namun masyarakat sedikit kurang puas karena mereka mengharapkan tampilan visual yang menarik yang mampu mengajaknya untuk terbuai dalam isi buku yang sudah ada. Karena sukses tidaknya sebuah buku bukan hanya isi buku, tapi tampilan visual juga sangat berpengaruh penting untuk menarik konsumen.
4.2.2.4 Objektif / Tujuan Yang Akan Dicapai Masyarakat Indonesia khususnya mahasiswa, pekerja dan ibu rumah tangga/ orang tua, bisa lebih mengetahui dan memahami bahwa anak indigo itu ada, dan tujuan utamanya adalah menciptakan tampilan dengan gaya visual yang sesuai dengan target audience dan mampu berkomunikasi dengan konsumen sehingga mereka terbuai akan imajinasi yang ada di visual pada buku “Indigo Experience”.
4.2.2.5 USP/ Unique Selling Proposition Kelebihan dari publikasi buku ini adalah buku yang tidak hanya bercerita tentang apa dan bagaimana anak indigo, tapi membantu menciptakan tampilan visual komunikasi yang fresh dari cover, isi (layout), dan back cover. Menggunakan layout yang menarik, warna, ilustrasi yang mampu menghadirkan imajinasi tersendiri. Melalui tampilan visual yang di sesuaikan oleh target marketnya, konsumen juga bisa melihat bagaimana karakteristik anak indigo, memudahkan dan nyaman untuk dibaca. Dan pastinya memiliki perbedaan dari buku-buku refrensi yang ada.
17 4.2.2.6 Profile Khalayak Sasaran / Target
Consumer Profile
Demografis : - Usia : 20-50 Tahun - Gender : Pria dan Wanita - Pekerjaan : Mahasiswa, pekerja, Ibu rumah tangga. - SES : B-A
Geografis: Secara geografis targetnya adalah yang tinggal di perkotaan seperti jabodetabek, dan kota-kota besar di Indonesia.
Psikografis: Tempat yang biasa dikunjungi adalah, mal, café, kantor, kampus, Restoran.
4.2.2.7 Positioning Positioning dari perancangan Visual Tugas Akhir penulis adalah mendesain sebuah visual yang sesuai dengan karakteristik anak indigo. Swiss style adalah gaya yang digunakan untuk membantu memvisualisasikan buku “Indigo Experience” karena karakter gaya ini sangat cocok untuk target konsumer yang dituju. Pemilihan warna dan tipografi yang lebih emosional, serta keterbacaan yang mudah juga untuk para konsumer. Semua divisualisasikan agar konsumer mengerti karakter anak indigo itu sendiri, sehingga konsumer juga terbuai dengan imajinasi desain visual yang di hadirkan.
18 4.2.2.8 Big Idea Dari hasil analisa keseluruhan maka tercipta Big Idea yang sesuai yaitu Imajinasi . imajinasi merupakan garis besar ide pengerjaan buku “Indigo Experience”. 4.2.2.9 Keyword Atas dasar dari hasil analisa profile board, consumer dan partner board maka tercipta key word sebagai berikut: • • • •
Spirit Celebration Kebebasan Fun
4.2.2.10 Respon Yang Diharapkan “Wah, akhirnya ada juga buku tentang anak indigo yang menarik dan enak untuk dibaca, bukan hanya isi cerita, tapi tampilan visualnya yang pas untuk kita sebagai konsumer dan seakan kita terimajinasi dengan karakter anak indigo yang sebenarnya. Serta isi yang di layout dengan grid sistem yang sesuai juga memudahkan kita untuk membacanya”.
4.2.3 Strategi Desain 4.2.3.1 Tone and Manner • • • • • • • •
Line and Shape Tipografi Ilustrasi Swiss Style Surealisme Brushing Water Color Fotografi
4.2.3.2 Strategi Visual Dalam buku ini menggunakan line and shape, tipografi, ilustrasi, swiss style brushing, serta pewarnaan teknik cat air yang mendominasi cover dan back cover buku ini, yang juga merupakan hasil dari tone and manner yang merupan jawaban dari keyword. Unsur desain yang banyak untuk dipakai adalah:
19 -
Warna : warna – warna yang dipilih untuk pembuatan buku ini adalah warna yang soft/warna pasta dan warna solid (perpaduan), seperti, hijau toska, ungu, coklat muda, kuning, putih, biru, merah, hitam agar terlihat nyata dan celebration yang memiliki semangat (spirit) dan disesuaikan dengan target audience. Teknik pewarnaan cat air juga di gunakan agar kesan surealisme lebih terlihat.
-
Tipografi: tipografi yang digunakan adalah typeface yang bersifat lembut, tegas, bebas dan interaktif dengan menggunakan font san serif dan font dekoratif.
-
Ilustrasi : gaya ilustrasi yang diberikan untuk buku ini adalah adanya gaya swiss style dan gaya ilustrasi surelisme yang menggambarkan imajinasi anak indigo dan tentunya dengan rangkaian tipografi dan elemen visual yang memberikan kesan modern, dan berimajinasi. Dan yang lebih menyentuh emosional.
-
Fotografi: sedikit fotografi yang di tampilkan adalah beberapa dokumen asli image anak indigo sendiri, orang terdekatnya dan ada juga beberapa hasil dari scan foto majalah dan internet.
4.2.3.3 Strategi Verbal Penulisan dalam buku tentang “Anak Indigo : Indigo Experience akan menggunakan bahasa Indonesia dengan penggabungan gaya formal dan non formal agar memberikan kesan nyata, juga disesuaikan dengan keyword hasil analisa
4.3 Perencanaan Media • • • • • • •
Buku Kemasan Bonus Pembatas Buku Poster Promosi Buku Mini X-Banner Pin X-Banner