BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Objek Penelitian Seperti yang diketahui dari bab-bab sebelumnya, tujuan penetian ini adalah
untuk mengetahui adanya hubungan antara pengungkapan CSR yang merupakan variabel independen dengan abnormal return yang merupakan variabel dependen. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaaan yang bergerak di bidang industri manufaktur barang konsumsi (consumer goods) yang tercatat di BEI. Pemilihan populasi tersebut dengan alasan bahwa perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods memiliki tanggung jawab tersendiri atas produk yang dihasilkannya tidak hanya kepada konsumennya tetapi juga kepada masyarakat sekitar tempat perusahaan tersebut berdiri. Populasi objek penelitian terdiri atas 33 perusahaan. Tanggung jawab kepada konsumen yaitu dengan menjamin bahwa produk yang dihasilkan dapat memuaskan kebutuhan konsumen dan tidak akan merugikan konsumen, terlebih lagi produk dari sektor industri ini memiliki hubungan konsumsi langsung dengan konsumennya (terutama sektor makanan dan minuman, termasuk juga obat-obatan). Masyarakat sekitar perusahaan tersebut juga perlu diberi perhatian oleh perusahaan terutama berhubungan dengan limbah dari proses produksi (terutama perusahaan yang bergerak di bidang bahan-bahan kimia seperti obatobatan). Penelitian ini menggunakan data laporan tahunan perusahaan dan harga saham perusahaan pada periode tahun 2009 sampai dengan 2011.
44
Metode pengumpulan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, di mana pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Kriteria tersebut antara lain: 1.
Perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi (consumer goods).
2.
Menyediakan laporan tahunan dari tahun 2009 – 2011 yang lengkap.
3.
Menyediakan informasi mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam hal ini adalah informasi mengenai pengungkapan CSR.
4.
Menyajikan laporan tahunan dengan menggunakan mata uang rupiah. Berdasarkan kriteria di atas maka populasi dari penelitian ini dapat
digolongkan sebagai berikut: Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Sampel
Kriteria Perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur barang konsumsi (consumer goods)
Jumlah Perusahaan 33
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan tahunan tahun 2009-2011 dengan lengkap.
(15)
Perusahaan yang tidak mengungkapkan CSR dalam laporan tahunannya.
(2)
Perusahaan yang melaporkan laporan tahunannya dengan mata uang selain Rupiah.
0
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian.
16
Jumlah laporan tahunan yang diolah
48
Sumber: data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel diatas maka diketahui bahwa sampel yang didapat berdasarkan teknik purposive sampling sebanyak 16 perusahaan yang terdiri atas 45
perusahaan yang memenuhi kriteria yang disediakan serta terdiri atas 48 laporan tahunan selama 3 tahun dari masing-masing perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut ditunjukkan melalui tabel berikut: Tabel 4.2 Sampel Penelitian Kode No Perusahaan Nama Perusahaan 1 ADES Akasha Wira International Tbk 2 DLTA Delta Djakarta Tbk 3 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk 4 GGRM Gudang Garam Tbk 5 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 6 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 7 KAEF Kimia Farma Tbk 8 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk 9 KLBF Kalbe Farma Tbk 10 MERK Merck Tbk 11 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 12 PYFA Pyridam Farma Tbk 13 RMBA Bentoel International Investama Tbk 14 TCID Mandom Indonesia Tbk 15 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 16 UNVR Unilever Indonesia Tbk Sumber: data sekunder yang diolah Berdasarkan 16 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian yang ditunjukkan tabel di atas, berikut adalah tabel penggolongan sampel berdasarkan sektor industri consumer good yang tercatat di BEI:
46
Tabel 4.3 Penggolongan Perusahaan Sampel Berdasarkan Sektor Industri No. 1. 2. 3. 4. 5.
Golongan Makanan dan minuman Rokok Farmasi Kosmetik dan barang keperluan lainnya Peralatan rumah tangga
Total perusahaan Sumber: data sekunder yang diolah
Jumlah Presentase 5 31% 3 19% 5 31% 2 13% 1 6% 16
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa persebaran sampel berdasarkan golongannya kurang merata. Sampel didominasi oleh perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman serta industri farmasi/obat-obatan yang masing masing mendapat 31% dari persentasi total sampel. Hal ini dikarenakan karena perusahaan industri lain masih belum menyampaikan laporan tahunannya secara lengkap dari periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
4.2
Analisis Data Berdasarkan sampel yang diperoleh berdasarkan teknik purposive sampling
ini, semuanya melaporkan CSR dalam laporan tahunannya. Luas pengungkapan CSR dari sampel-sampel tersebut ditunjukkan melalui tabel-tabel berikut:
47
Tabel 4.4 Luas Pengungkapan CSR, CAR, ROE, dan PBV Tahun 2009
Perusahaan
E
L
S
H
M
P
Jmlh
ADES DLTA DVLA GGRM HMSP INDF KAEF KDSI KLBF MERK MLBI PYFA RMBA TCID ULTJ UNVR
4 4 3 4 5 6 3 3 4 4 4 4 5 4 5 7
7 5 1 3 5 4 4 5 11 4 5 3 6 4 3 8
2 1 1 5 3 2 8 3 5 6 3 1 7 2 3 7
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 2 1 3 4 2 0 0 3 2 1 0 2 2 1 1
1 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 1 4 1 2 4
14 15 9 18 19 17 17 14 25 19 16 9 24 13 14 27
CSRI 16,67% 17,86% 10,71% 21,43% 22,62% 20,24% 20,24% 16,67% 29,76% 22,62% 19,05% 10,71% 28,57% 15,48% 16,67% 32,14%
CAR
ROE
PBV
-0,000185682 25,50% 5,53 -0,005636561 30,16% 1,68 -0,000157685 20,56% 1,54 0,007855193 26,38% 3,63 0,007806316 69,95% 4,36 -0,001003026 40,02% 3,07 -0,003913364 10,02% 0,71 -0,000422479 6,93% 0,26 -0,006972874 32,13% 3,06 -0,000299648 58,71% 5,06 0,000168466 446,09% 35,45 0,000962034 7,44% 0,81 0,00564797 21,59% 2,49 0,00021173 20,00% 1,85 0,024343173 8,25% 1,41 0,011777542 114,74% 22,77
Sumber: data sekunder yang diolah Keterangan Tabel: E : Indikator kinerja ekonomi L : Indikator kinerja lingkungan S : Indikator kinerja sosial H : Indikator kinerja hak asasi manusia M : Indikator kinerja masyarakat P : Indikator kinerja produk Berdasarkan tabel 4.4 di atas, perusahaan yang mengungkapkan CSR paling banyak dalam laporan tahunannya adalah PT Unilever Indonesia sedangkan perusahaan yang paling sedikit mengungkapkan CSR dalam laporan tahunannya adalah PT Darya Varia Laboratoria dan PT Pyridam Farma Nilai CAR paling tinggi didapatkan oleh PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company dan nilai CAR terendah didapatkan oleh PT Kalbe Farma. Nilai ROE paling tinggi didapatkan oleh PT Multi Bintang Indonesia dan yang terendah didapatkan oleh PT Kedawung Setia Industrial. Nilai PBV tertinggi didapatkan oleh PT Multi Bintang Indonesia dan yang terendah didapatkan oleh PT Kedawung Setia. 48
Tabel 4.5 Luas Pengungkapan CSR, CAR, ROE, dan PBV Tahun 2010
Perusahaan
E
L
S
H M P Jmlh
ADES DLTA DVLA GGRM HMSP INDF KAEF KDSI KLBF MERK MLBI PYFA RMBA TCID ULTJ UNVR
4 4 4 7 7 6 3 3 5 4 3 3 6 3 6 7
6 5 4 5 4 4 5 3 4 4 3 3 5 3 3 8
3 2 5 3 3 2 5 3 5 4 2 2 3 3 3 7
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 2 0 2 1 0 2 0 0 1 1 1 2 0 1 1
1 3 1 3 2 3 3 1 2 2 3 1 5 2 3 4
17 16 14 20 17 15 18 10 16 15 12 10 21 11 16 27
CSRI 20,24% 19,05% 16,67% 23,81% 20,24% 17,86% 21,43% 11,90% 19,05% 17,86% 14,29% 11,90% 25,00% 13,10% 19,05% 32,14%
CAR
ROE
PBV
0,3529 33,58% 9,57 0,00190739 33,40% 3,33 -0,065863217 24,02% 2,05 -0,001701146 26,57% 4,86 0,002112777 85,65% 12,08 -0,00108749 32,37% 2,55 0,009215886 16,03% 0,79 -0,459937531 7,60% 0,37 0,00026319 32,95% 6,14 0,001396393 43,34% 5,95 0,004039713 126,09% 12,29 0,013342633 7,30% 0,88 -0,000259139 17,25% 2,72 -0,051361998 18,30% 1,53 0,007611322 15,63% 2,69 0,000716781 112,19% 31,12
Sumber: data sekunder yang diolah Keterangan Tabel: E : Indikator kinerja ekonomi L : Indikator kinerja lingkungan S : Indikator kinerja sosial H : Indikator kinerja hak asasi manusia M : Indikator kinerja masyarakat P : Indikator kinerja produk Berdasarkan tabel 4.5 di atas, perusahaan yang mengungkapkan CSR paling banyak dalam laporan tahunannya adalah PT Unilever Indonesia sedangkan perusahaan yang paling sedikit mengungkapkan CSR dalam laporan tahunannya adalah PT Kedawung Setia dan PT Pyridam Farma. Nilai CAR paling tinggi didapatkan oleh PT Akasha Wira International dan nilai CAR terendah didapatkan oleh PT Kedawung Setia. Nilai ROE paling tinggi didapatkan oleh PT Multi Bintang Indonesia dan yang terendah didapatkan oleh PT Pyridam Farma. Nilai PBV
49
tertinggi didapatkan oleh PT Unilever Indonesia dan yang terendah didapatkan oleh PT Kedawung Setia. Tabel 4.6 Luas Pengungkapan CSR, CAR, ROE, dan PBV Tahun 2011
Perusahaan
E
L
S
H
M
P
Jmlh
ADES DLTA DVLA GGRM HMSP INDF KAEF KDSI KLBF MERK MLBI PYFA RMBA TCID ULTJ UNVR
4 3 3 7 6 7 4 3 4 4 4 3 6 3 6 7
6 1 6 2 5 3 8 2 5 2 3 3 5 3 3 8
3 3 5 2 3 5 5 3 6 5 2 2 3 3 3 7
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 2 1 3 2 0 2 0 2 0 1 1 2 0 1 1
1 2 2 4 3 3 3 1 2 3 3 1 5 2 3 4
14 11 17 18 19 18 22 9 19 14 13 10 21 11 16 27
CSRI 16,67% 13,10% 20,24% 21,43% 22,62% 21,43% 26,19% 10,71% 22,62% 16,67% 15,48% 11,90% 25,00% 13,10% 19,05% 32,14%
CAR
ROE
PBV
0,004688265 23,56% 4,74 0,005014794 35,76% 3,12 0,002177056 22,85% 1,77 0,00272189 26,94% 4,23 0,000310825 106,95% 16,76 0,002281874 20,10% 1,28 0,005229083 19,52% 1,51 0,014113127 11,09% 0,36 0,003278161 30,50% 5,3 0,000743005 57.31% 6,01 0,009256906 128,33% 14,26 -0,001450393 8,60% 1,14 -0,008424045 5,08% 2,55 -0,031432477 18,63% 1,52 0,000716781 11,18% 2,22 0,00293888 151,43% 38.97
Sumber: data sekunder yang diolah Keterangan Tabel: E : Indikator kinerja ekonomi L : Indikator kinerja lingkungan S : Indikator kinerja sosial H : Indikator kinerja hak asasi manusia M : Indikator kinerja masyarakat P : Indikator kinerja produk Berdasarkan tabel 4.6 di atas, perusahaan yang mengungkapkan CSR paling banyak dalam laporan tahunannya adalah PT Unilever Indonesia sedangkan perusahaan yang paling sedikit mengungkapkan CSR dalam laporan tahunannya adalah PT Kedawung Setia. Nilai CAR paling tinggi didapatkan oleh PT Kedawung Setia dan nilai CAR terendah didapatkan oleh PT Mandom Indonesia. Nilai ROE paling tinggi didapatkan oleh PT Unilever Indonesia dan yang terendah didapatkan
50
oleh PT Bentoel International Investama. Nilai PBV tertinggi didapatkan oleh PT Unilever Indonesia dan yang terendah didapatkan oleh PT Kedawung Setia. Tabel-tabel di atas menunjukkan data variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini. CSRI diperoleh dengan menilai laporan tahunan tiap perusahaan dan memberikan point 0 atau point 1 pada tiap pengungkapan CSR yang ada berdasarkan indeks GRI (Global Reporting Initiative). Angka CAR diperoleh dengan menjumlah abnormal return harian perusahaan dalam periode jendela (30 hari sebelum penerbitan dan 30 hari setelah penerbitan dari laporan tahunan). Abnormal return diperoleh dengan mengurangkan actual return dengan expected return. Actual return perusahaan diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Expected return perusahaan diperoleh
menggunakan market model, di
mana menggunakan data harga saham perusahaan dan harga indeks gabungan saham. Rumus untuk memperoleh expected return adalah (intercept dan beta saham diperoleh dengan menggunakan rumus dalam microsoft excel):
E(ri) = αi + βi Rm Keterangan : E(ri)
= Return yang diharapkan dari saham (expected return)
αi
= Intercept untuk saham ke-i
βi
= Koefisien slope (Beta) dari saham ke-i
Rm
= Return indeks pasar (indek harga saham gabungan)
51
Sedangkan untuk angka pada kolom ROE dan PBV diperoleh melalui data report summary dari masing-masing perusahaan pada tahun yang bersangkutan. Report summary ini dapat di download melalui website Bursa Efek Indonesia. 4.2.1.
Analisis Statistik Deskriptif Analisis ini bermaksud menjelaskan berbagai karakteristik variabel-variabel
dalam suatu penelitian seperti mean, median, modus, standar deviasi, nilai minimum, nilai maksimum, kemencengan distribusi data, dan lain-lain. Hasil pengujian analisis statistik deskriptif tersebut ditunjukkan melalui tabel berikut. Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Periode Penelitian 2009 – 2010 N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CSRI
48
0,1071
0,3214
0,194296
0,0563867
CAR
48
-0,459937531
0,352900000
-0,00279915831
0,085735249146
ROE
48
0,0508
4,4609
0,468452
0,6931815
PBV
48
0,2600
38,9700
6,215417
8,8480424
Valid N (listwise)
48
Berdasarkan tabel 4.7 untuk hasil uji statistik deskriptif periode penelitian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1.
Nilai rata-rata tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada 48 sampel penelitian selama tahun 2009 sampai dengan 2010 hanya sebesar 0,194296 dengan nilai maksimum sebesar 0,3214, nilai minimum sebesar 0,1071, dan standar deviasi sebesar 0,0563867. Hal ini
52
menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan CSR yang diukur berdasarkan Global reporting Initiative masih sangat rendah. 2.
Nilai Cummulative Abnormal Return (CAR) berdasarkan uji statistik deskriptif di atas menunjukkan nilai minimum -0,459937531 , nilai maksimum sebesar 0,3529 , nilai rata-rata -0,002799 dan standar deviasi 0,08573. Hal ini menunjukkan bahwa abnormal return pada tiap sampel tidak selalu bernilai positif (di mana actual return lebih kecil dibandingkan dengan expected return), selain itu nilai maksimum dari abnormal return yang ada bernilai kurang dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa nilai abnormal return perusahaan sampel masih kecil.
3.
Nilai Return on Equity (ROE) berdasarkan uji statistik deskriptif di atas menunjukkan nilai minimum 0,0508 , nilai maksimum 4,4609 , nilai ratarata 0,468452 , dan standar deviasi 0,6932. Nilai minimum yang masih bernilai postif menunjukkan bahwa tingkat pengembalian terhadap modal masih baik karena nilai net income yang masih positif. Sedangkan untuk nilai maksimum menunjukkan tingkat pengembalian yang sangat baik dimana menghasilkan keuntungan hampir 4,5 kali dari modal yang ada.
4.
Nilai Price to book value (PBV) berdasarkan uji statistik deskriptif di atas menunjukkan nilai minimum 0,26 , nilai maksimum 38,97 , nilai rata-rata 6,215417 , dan standar deviasi 8,8480424. Dengan nilai minimum yang kurang dari angka 1 maka dari sampel penelitian ini masih terdapat perusahaan yang menjual sahamnya di bawah book value (undervalued). Selain itu dengan nilai maksimum PBV menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu penjual sahamnya 38,97 kali lebih besar dari pada nilai bukunya.
53
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Pertahun Tahun 2009
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CSRI
16
0,1071
0,3214
0,200663
0,0613981
CAR
16
-0,006972874
0,024343173
0,00251131906
0,007672347725
ROE
16
0,0693
4,4609
0,586544
1,0705340
PBV
16
0,2600
35,4500
5,855000
9,4934047
Valid N (listwise)
16
Tahun 2010
N
Minimum
Maximum
Std. Deviation
CSRI
16
0,1190
CAR
16
-0,459937531
ROE
16
0,0730
1,2609
0,395169
0,3616500
PBV
16
0,3700
31,1200
6,182500
7,6701295
Valid N (listwise)
16
Tahun 2011
N
0,3214
Mean 0,189506
0,0521279
0,352900000 -0,01166902725
0,150826675356
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CSRI
16
0,1071
0,3214
0,192719
0,0583515
CAR
16
-0,031432477
0,014113127
0,00076023325
0,009828748566
ROE
16
0,0508
1,5143
0,423644
0,4538603
PBV
16
0,3600
38,9700
6,608750
9,8000809
Valid N (listwise)
16
Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas yang digolongkan per tahun, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengungkapan CSR pada tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan dengan pengungkapan CSR pada tahun 2009. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan rata-rata CSRI sebesar 0,01157. Lalu pengungkapan CSR pada tahun 2011 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang ditunjukkan dengan kenaikan nilai rata-rata CSRI sebesar 0,003213. 54
2. Nilai CAR pada tahun 2010 mengalami penurunan yang sangat besar yang ditunjukkan dengan rata-rata cummulative abnormal return yang bernilai minus. Selain itu, nilai minimum terdapat pada tahun 2010. Tetapi hal ini ditutupi dengan nilai maksimum yang lebih besar dibandingkan dengan periode lainnya. Sedangkan pada tahun 2011, CAR mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010 yang ditunjukkan nilai rata-rata yang kembali menjadi positif. Hal ini sama dengan tingkat pengungkapan CSR yang mengalami penurunan pada tahun 2010 dan kembali meningkat pada tahun 2011. 3. Nilai ROE pada tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2009 yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang menurun sebesar 0,191375. Penurunan nilai rata-rata ROE pada tahun 2009 terhadap tahun 2010 disebabkan oleh penurunan ROE yang cukup signifikan pada PT Multi Bintang Indonesai yang hampir mencapai 4 kali lipat. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak seluruh perusahaan mengalami penurunan nilai ROE pada tahun 2010, melainkan banyak diantaranya mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2011, nilai ROE mengalami peningkatan kembali dibandingkan dengan tahun 2010 yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang meningkat sebesar 0,028475. Hal ini sama dengan dua variabel lainnya yang mengalami penurunan pada tahun 2010 dan kembali meningkat pada tahun 2011. 4. Nilai PBV pada tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2009 yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang meningkat sebesar 0,3275. Sama seperti pada kasus ROE, penurunan nilai PBV dari tahun 2009 ke tahun 2010 disebabkan oleh penurunan nilai PBV yang cukup
55
signifikan dari PT Multi Bintang Indonesia yang hampir mencapai 3 kali lipat. Sehingga tidak heran bahwa nilai rata-rata PBV akan menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2011, nilai PBV kembali mengalami peningkatan dibandingan tahun 2010 dengan peningkatan nilai rata-rata sebesar 0,42625. Hal ini berbeda dengan ketiga variabel lainnya yang mengalami penurunan pada tahun 2010 dan meningkat pada tahun 2011.
4.2.2.
Uji Asumsi Klasik
4.2.2.1 Uji Normalitas Metode uji normalitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya. Hasil uji normalitas dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.9 Uji Normalitas Periode penelitian 2009 – 2011
CSRI N
CAR
ROE
PBV
48
48
48
48
,194296
-,00279915831
,468452
6,215417
,0563867
,085735249146
,6931815
8,8480424
Absolute
,098
,391
,293
,316
Positive
,098
,380
,293
,316
Negative
-,062
-,391
-,273
-,250
Kolmogorov-Smirnov Z
,681
2,706
2,028
2,189
Asymp. Sig. (2-tailed)
,743
,000
,001
,000
a,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, data CAR, ROE, dan PBV tidak memenuhi normalitas data yang ada maka data CAR perlu ditransformasikan (cara transformasi
56
menggunakan fungsi Ln) sehingga dibuatlah kolom Trans_CAR, Trans_ROE, dan Trans_PBV. Hasil analisis ini kemudian menunjukkan data berdistribusi normal dengan beberapa missing value yang ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4.10 Uji Normalitas dengan Transformasi Data Periode penelitian 2009 – 2011
CSRI N
Trans_CAR 48
Mean Std. Deviation
Trans_PBV
31
48
48
,194296 -5,77702794389
-1,274335
1,145145
,9465356
1,1594960
a,b
Normal Parameters
Trans_ROE
,0563867
1,58013670488 5
Absolute
,098
,104
,132
,094
Positive
,098
,104
,132
,094
Negative
-,062
-,089
-,068
-,057
Kolmogorov-Smirnov Z
,681
,580
,912
,653
Asymp. Sig. (2-tailed)
,743
,890
,376
,787
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Adanya missing value tersebut disebabkan karena terdapatnya nilai CAR yang bernilai negatif. Missing value tersebut karena nilai CAR yang negatif tidak dapat di logaritma kan. Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa data Trans_CAR telah berdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig. lebih besar dari 0,05 meskipun terdapat beberapa missing value.
57
Tabel 4.11 Tabel Identifikasi Missing Value Periode penelitian 2009 – 2010
Cases Valid N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
CSRI
31
64,6%
17
35,4%
48
100,0%
Trans_CAR
31
64,6%
17
35,4%
48
100,0%
Trans_ROE
31
64,6%
17
35,4%
48
100,0%
Trans_PBV
31
64,6%
17
35,4%
48
100,0%
Data periode tahun 2009-2011 memerlukan transformasi data sebelum dinyatakan berdistribusi normal. Untuk mengetahui penyebab data tidak berdistribusi normal sebelum ditransformasi, maka dilakukan uji normalitas pertahun sebagai berikut: Tabel 4.12 Uji Normalitas Periode Waktu 2009 CSRI N
ROE1
PBV1
CAR2
16
16
16
16
,200663
-1,249583
,996767
,00248091318
Std. Deviation
,0613981
1,0870998
1,2181062
,007611940009
Absolute
,151
,146
,154
,267
Positive
,151
,146
,154
,267
Negative
-,104
-,120
-,108
-,136
Kolmogorov-Smirnov Z
,605
,583
,616
1,066
Asymp. Sig. (2-tailed)
,858
,886
,842
,205
Mean Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
58
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, nilai CAR, PBV, dan ROE masih belum menunjukkan normalitas sehingga perlu ditransformasikan. Pada nilai ROE dan nilai PBV jenis transformasi data yang dipakai adalah transformasi data menggunakan fungsi Ln, sedangkan untuk nilai CAR digunakan jenis transformasi data menggunakan fundsi Ln(V+1) dikarenakan karena banyaknya nilai minus pada variabel CAR. Setelah transformasi data dilakukan, maka dapat dilihat bahwa nilai Asymp Sig telah berdistribusi normal untuk setiap variabel karena bernilai lebih besar dari 0,05. Selain itu berbeda dengan tabel sebelumnya, tidak terdapat missing value pada uji normalitas ini. Tabel 4.13 Uji Normalitas Periode Waktu 2010 CSRI N Normal Parametersa,b
Mean Std. Deviation
PBV
ROE
CAR
16
16
16
16
,189506
6,182500
,395169
-,01166902725
,0521279 7,6701295
,3616500 ,150826675356
Absolute
,152
,252
,315
,372
Positive
,152
,252
,315
,372
Negative
-,088
-,224
-,187
-,339
Kolmogorov-Smirnov Z
,609
1,009
1,261
1,487
Asymp. Sig. (2-tailed)
,852
,261
,083
,024
Most Extreme Differences
CAR1 N a,b
CAR2 16
10
Mean
-,02483105644
-5,49138969062
Std. Deviation
,176786774680
1,973330657941
Absolute
,365
,176
Positive
,352
,176
Negative
-,365
-,092
1,458
,556
,028
,917
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
59
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Pada tabel 4.13 di atas, ditunjukkan bahwa nilai CSRI, ROE, dan PBV telah berdistribusi normal tanpa dilakukannya transformasi data. Untuk variabel CAR masih belum berdistribusi normal sehingga perlu dilakukan transformasi data. Pada kolom CAR1 jenis transformasi data yang dilakukan sama dengan tabel 4.12 yaitu dengan rumus Ln(V+1) karena banyaknya unit data bernilai negatif. Akan tetapi setelah dilakukan uji normalitas, data masih belum berdistribusi normal sehingga dilakukan transformasi kembali. Pada kolom CAR2 dilakukan jenis transformasi data dengan menggunakan fungsi Ln sehingga karena adanya nilai negatif dari data yang ada, terdapat beberapa data yang bertransformasi menjadi missing value (tidak dapat dibaca karena fungsi Ln tidak dapat digunakan pada data bernilai minus). Akan tetapi seperti yang ditunjukkan pada tabel di atas, data CAR2 setelah diuji normalitas telah berdistribusi normal, sehingga kesimpulan yang diambil bahwa data yang akan digunakan adalah data pada kolom CAR2.
60
Tabel 4.14 Uji Normalitas Periode Waktu 2011 CSRI N
CAR
ROE
PBV
16
16
16
16
,192719
,00076023325
,423644
6,608750
Std. Deviation
,0583515
,009828748566
,4538603
9,8000809
Absolute
,110
,294
,308
,337
Positive
,110
,200
,308
,337
Negative
-,082
-,294
-,206
-,262
Kolmogorov-Smirnov Z
,439
1,177
1,231
1,347
Asymp. Sig. (2-tailed)
,991
,125
,096
,053
Mean a,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
CSR1 N
16 a,b
Mean
,00071407002
Normal Parameters
Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
,009928745137
Absolute
,296
Positive
,200
Negative
-,296 1,185 ,120
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Pada tabel 4.14 di atas, ditunjukkan bahwa variabel CSRI, ROE, dan PBV telah berdistribusi normal yang ditunjukkan dengan nilai Asymp. Sig. yang lebih besar dari pada 0,05. Untuk variabel CAR masih belum berdistribusi normal sehingga perlu dilakukan transformasi data. Pada kolom CAR1, transformasi data yang CAR menggunakan fungsi Ln(V+1) dikarenakan karena masih terdapat nilai minus pada data CAR dan fungsi Ln tidak dapat membaca data yang bernilai minus. Setelah
61
dilakukan pengujian normalitas, nilai pada kolom CAR1 telah berdistribusi normal sehingga data yang akan digunakan adalah data pada kolom CAR1. Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan untuk periode pertahun, dapat dilihat bahwa hasil transformasi data yang dilakukan jika data periode digabungkan akan berbeda dibandingkan jika data digolongkan berdasarkan periode waktu. Dari uji diatas nilai CAR memiliki masalah normalitas yang paling tinggi pada data tahun 2010 disebabkan karena hanya nilai CAR pada data 2010 yang memiliki missing value (walaupun di positifkan, fungsi ln tidak dapat menormalkan distribusi data). Jadi diambil kesimpulan bahwa distribusi data CAR pada tahun 2010 yang mengakibatkan nilai CAR pada uji periode panjang memiliki missing value. 4.2.2.2. Uji AutoKorelasi Metode uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji D-W (Durbin-Watson). Hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel berikut: Tabel 4.15 Uji Autokorelasi Periode 2009-2011 Model 1
R
R Square a
,307
Adjusted R Square
,094
-,007
Std. Error of the Estimate 1,585360420888
Durbin-Watson 2,030
a. Predictors: (Constant), Trans_PBV, CSRI, Trans_ROE b. Dependent Variable: Trans_CAR1
Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat disimpulkan bahwa nilai D-W sebesar 2,030. Nilai DU berdasarkan tabel Durbin-Watson (untuk 31 sampel, k = 4, α = 0,05) adalah sebesar 1,735 sehingga nilai 4-DU adalah 2,34998 sehingga 1,65002 < 2,030 < 2,34998 jadi tidak terdapat autokorelasi dalam sampel ini .
62
4.2.2.3. Uji Heterokedastisitas Metode uji heterokedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji diagram scatterplot. Hasil uji heterokedastisitas dalam penelitian ini ditunjukkan dalam diagram berikut: Gambar 4.1 Uji Heterokedastisitas Periode 2009-2011
Berdasarkan diagram scatterplot di atas tidak ditemukan pola tertentu dan tiap titik menyebar di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, sehingga diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas. 4.2.2.4. Uji Multikolinearitas Pengujian uni bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Untuk mengetahui adanya multikolinearitas dengan menganalisis matrik korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai Tolerance dan VIF.
63
Tabel 4.16 Tabel Statistik Kolinearitas Antar Variabel
Collinearity Statistics Model 1 (Constant)
Tolerance
VIF
CSRI
,716
1,397
Trans_ROE
,169
5,907
Trans_PBV
,150
6,678
Berdasarkan tabel kolerasi antar variabel di atas, tidak terdapat variabel yang memiliki nilai tolerance di bawah 0,10 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas antar variabel independen. Selain itu dilihat dari kolom VIF, nilai terbesar yaitu pada variabel PBV sebesar 6,678. Nilai maksimum ini masih lebih kecil dibandingkan dengan standar maksimal VIF yaitu sebesar 10 sehingga dapat dikatakan dari segi nilai VIF tidak terjadi masalah kolinearitas antar variabel independen. 4.2.3.
Uji Hipotesis
4.2.3.1.
Uji Adjusted R Square Uji ini bermaksud untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel
independen mempengaruhi variabel dependen dalam suatu model regresi. Hasil uji adjusted R square dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:
64
Tabel 4.17 Uji Adjusted R Square CAR, CSRI, ROE, PBV Periode Penelitian 2009 - 2011 Model
R
R Square a
1
,307
Adjusted R Square
,094
Std. Error of the Estimate
-,007
1,585360420888
a. Predictors: (Constant), CSRI, Trans_ROE, Trans_PBV b. Dependent Variable: Trans_CAR1
Berdasarkan tabel 4.17 di atas, dapat kita lihat bahwa nilai adjusted R square bernilai minus sehingga diambil kesimpulan bahwa persamaan regresi di atas kurang bagus untuk digunakan sehingga diambil kesimpulan bahwa variabel CSRI, ROE, dan PBV kurang cukup untuk menjelaskan variabel CAR. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Chang dan Christiawan (2011) dimana menggunakan perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam sebagai objek penelitiannya (dimana perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam memiliki pengaruh informasi CSR dan ROE yang signifikan terhadap reaksi investor dalam abnormal return). Untuk lebih menjelaskan pengaruh antar variabel dalam persamaan regresi ditunjukkan dengan uji adjuster R square berikut:
Tabel 4.18 Uji Adjusted R Square CSRI terhadap CAR b
Model Summary Model
1
R
R Square
a
,009
,000
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
-,034
1,607085432290
Durbin-Watson
2,045
a. Predictors: (Constant), CSRI b. Dependent Variable: Trans_CAR1
65
Berdasarkan tabel uji adjusted R square di atas, dapat dilihat bahwa nilai adjusted R square yang disajikan bernilai minus sehingga diambil kesimpulan bahwa variabel CSRI tidak memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi nilai CAR. Tabel 4.19 Uji Adjusted R Square ROE terhadap CAR b
Model Summary Model
R
R Square
a
1
,280
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,078
,047
1,542900796927
Durbin-Watson
1,991
a. Predictors: (Constant), Trans_ROE b. Dependent Variable: Trans_CAR1
Berdasarkan tabel 4.19 di atas, dapat dilihat bahwa nilai adjusted R square bernilai positif. Akan tetapi nilai tersebut masih jauh dari angka 1 sehingga menunjukkan bahwa nilai variabel ROE hampir tidak memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi nilai CAR (karena variabel ROE hanya dapat menjelaskan 4,7% dari variabel CAR). Informasi ROE memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap abnormal return yang menenunjukkan bahwa informasi ROE hampir ridak digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi dalam perusahaan manufaktur sektor konsumsi. Tabel 4.20 Uji Adjusted R Square PBV terhadap CAR
Model
1
R
R Square
a
,219
,048
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate ,015 1,568172815230
Durbin-Watson
1,954
a. Predictors: (Constant), Trans_PBV b. Dependent Variable: Trans_CAR1
66
Berdasarkan tabel 4.20 di atas, dapat dilihat bahwa nilai adjusted R square sebesar +0,015. Meskipun nilai adjusted R square bernilai positif, namun angka tersebut masih jauh dari angka 1 sehingga menunjukkan nilai variabel PBV hampir tidak memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi nilai variabel CAR.
4.2.3.2.
Uji t Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menguji dan membuktikan tingkat
kebenaran dari hipotesis yang telah disusun sebelumnya pada bab 2. Hasil persamaan regresi untuk hipotesis tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.21 Uji t CSRI, CAR, ROE, dan PBV Periode Waktu 2009-2011
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
-7,310
1,724
CSRI
2,987
5,971
Trans_ROE
-,680
Trans_PBV
,154
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
-4,240
,000
,108
,500
,621
,716
1,397
,703
-,431
-,968
,342
,169
5,907
,623
,117
,247
,807
,150
6,678
1
a. Dependent Variable: Trans_CAR1
Berdasarkan tabel 4.21 di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari tiap variabel lebih besar dari pada signifikansi maksimal yaitu 0,05 sehingga semua hipotesis yang dibuat pada bab 2 ditolak. Kesimpulan yang diambil adalah bahwa: 1.
Pengungkapan CSR tidak berpengaruh positif signifikan terhadap reaksi investor (abnormal return) perusahaan manufaktur sektor konsumsi.
2.
Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return perusahaan manufaktur sektor konsumsi.
67
3.
Price to book value (PBV) tidak berpengaruh positif terhadap abnormal return perusahaan sektor konsumsi
4.3.
Ringkasan Penelitian Berdasarkan bab-bab sebelumnya, berikut ini adalah ringkasan dari
penelitian ini, yaitu: 1.
Penelitian ini membahas tentang pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap tingkat abnormal return dalam perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi (consumer goods). Variabel penelitian terdiri atas satu variabel dependen (abnormal return), satu variabel independen (pengungkapan CSR), dan dua variabel control (ROE dan PBV). Variabel control dalam penelitian ini berfungsi untuk menurunkan error variance dengan menghilangkan pengaruh variabel non kategorikal.
2.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang berupa laporan tahunan perusahaan periode 2009-2011 dan daftar indeks harga saham masing-masing perusahaan serta indeks harga saham gabungan (IHSG). Data laporan tahunan diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia dan perusahaan yang menjadi sampel penelitian serta untuk data harga saham diperoleh melalui website yahoo! finance. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan menggunakan suatu kriteria tertentu. Berdasarkan metode tersebut, total sampel dalam penelitian ini ada 16 perusahaan (48 laporan tahunan selama 3 tahun) dari total populasi 33 perusahaan.
3.
Metode pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda. Ada 3 hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yaitu ada tidaknya pengaruh 68
pengungkapan CSR terhadap abnormal return, pengaruh ROE terhadap abnormal return, serta pengaruh PBV terhadap abnormal return.
4.4.
Pembahasan Hasil
4.4.1.
Pengaruh Tahunan
Pengungkapan
Informasi
CSR
dalam
Laporan
terhadap Abnormal Return Tabel 4.22 Hipotesis Pertama
Pengaruh pengungkapan CSR terhadap abnormal return H1
Pengungkapan informasi CSR berpengaruh positif signifikan terhadap reaksi investor (abnormal return) perusahaan manufaktur sektor konsumsi.
Pengungkapan informasi CSR tidak berpengaruh positif signifikan terhadap reaksi investor (abnormal return) perusahaan manufaktur sektor konsumsi. Sumber: data yang diolah H0
Hasil
penelitian
untuk
hipotesis
pertama
menunjukkan
bahwa
pengungkapan CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap reaksi pasar (abnormal return) sehingga H1 ditolak. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Cheng dan Christiawan (2011) yang mengatakan bahwa adanya hubungan yang bersifat positif signifikan antara pengungkapan CSR terhadap abnormal return. Hal ini disebabkan karena tingkat pengungkapan CSR yang diukur menggunakan CSR index pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang kurang dan bervariasi sehingga hubungan antara CSRI dan abnormal return kurang ditunjukkan dengan baik seperti pada pengukuran adjusted R square yang bernilai minus jika dibandingkan dengan dua variabel lainnya. Trend CSR di Indonesia mulai meningkat sejak diterbitkannya UU no. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan perusahaan untuk 69
melakukan CSR, namun hal ini hanya diwajibkan oleh perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam saja. Selain itu dengan diluncurkannya ISO 26000 on Social Responsibility pada tahun 2009 menunjukkan bahwa tuntutan dunia usaha untuk menjalankan program CSR semakin penting untuk dilakukan apabila perusahaan ingin menjaga keberlanjutan usahanya. Namun dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa masih banyak perusahaan yang masih belum mengerti tentang cara pengungkapan CSR dalam laporan tahunnya. Kurangnya informasi atas kegiatan CSR dalam laporan tahunan disebabkan karena di Indonesia masih belum diregulasikan cara pengungkapan CSR yang benar dalam laporan tahunan sehingga ketika diukur menggunakan Global Reporting Initiative (GRI) Index, banyak point dalam GRI index yang tidak dijelaskan terutama berhubungan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) yang ditunjukkan dengan angka 0 dari setiap point pelaporan perusahaan. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Nuzula dan Kato (2010) pengaruh pengungkapan CSR terhadap keputusan investor dalam melakukan investasi masih sangat kecil untuk perusahaan. Hal ini dikarenakan karena tanggapan investor yang berbeda-beda tentang perlakuan CSR dalam laporan tahunan. Ada beberapa investor yang merasa perlunya informasi CSR dalam melakukan investasi, ada yang merasa tidak perlunya informasi CSR dalam melakukan investasi asalkan perusahaan memiliki tingkat profit dan kinerja yang bagus, dan ada pula investor yang ragu-ragu. Perbedaaan selera investor inilah yang sulit diukur dan menjadi perdebatan dalam pentingnya pengaruh CSR terhadap abnormal return. Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengungkapan CSR terhadap abnormal return, diharapkan perusahaanperusahaan di Indonesia tetap melaporkan CSR-nya dan terus melakukan
70
peningkatan kualitas pelaporannya. Hal ini merupakan sebuah tanggung jawab perusahaan tidak hanya terhadap masyarakat sekitar tempat perusahaan tersebut beroperasi melainkan juga terhadap konsumen perusahaan itu sendiri dan pemangkupemangku kepentingan lainnya.
4.4.2.
Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Abnormal Return Tabel 4.23 Hipotesis Kedua
Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap abnormal return H2 ROE (Return on Equity) berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return perusahaan manufaktur sektor konsumsi H0 ROE (Return on Equity) tidak berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return perusahaan manufaktur sektor konsumsi Sumber : data yang diolah Hasil penelitian untuk hipotesis kedua menunjukkan bahwa ROE (Return on Equity) tidak berpengaruh signifikan terhadap abnormal return sehingga H2 ditolak. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Cheng dan Christiawan (2011) yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh terhadap abnormal return. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan periode penelitian, jumlah sampel, dan karakteristik sampel yang diteliti. Kondisi ROE yang berbeda dari setiap perusahaan disebabkan karena bidang penjualan yang berbeda-beda mampu mengakibatkan variasi nilai ROE dimana ada perusahaan yang mengalami peningkatan ROE pada tahun 2010 tetapi mengalami penurunan pada tahun 2011 (dilihat pada data sekunder yang diolah) sehingga nilai rata-rata dari ROE tidak dapat mewakili kondisi ROE dari setiap perusahaan. Penurunan nilai rata-rata ROE pada tahun 2010 berdasarkan pengukuran statistik deskriptif disebabkan oleh penurunan ROE yang cukup signifikan oleh PT 71
Multi Bintang Indonesia yang hampir mencapai 4 kali lipat. Hal ini disebabkan karena peningkatan ekuitas perusahaan yang mencapai 4 kali lipat dibanding tahun sebelumnya dengan tingkat net profit yang sama (bahkan meningkat). Secara keseluruhan nilai ROE dari tahun 2009 sampai 2011 mulai mengalami peningkatan sedikit demi sedikit. Hal ini disebabkan karena pengaruh krisis ekonomi global (krisis keuangan Amerika) pada tahun 2008-2009 sudah mulai menurun dan mulai berjalan ke arah peningkatan laju ekonomi normal. Sektor barang konsumsi sangat dipengaruhi oleh tingkat daya beli dari masyarakat. Jika daya beli masyarakat berkurang maka kemungkinan penjualan akan mengalami penurunan begitu pula dengan sebaliknya. Selain daya beli hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yang bergerak di sektor ini adalah selera konsumen yang berbeda-beda sehingga hal inilah yang membedakan penjualan dari perusahaanperusahaan yang menjual produk dengan jenis yang sama. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Cheng dan Christiawan (2011) yang menggunakan perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam, dimana relatif pergerakan ROE nya stabil dikarenakan jenis produk yang dijual merupakan kebutuhan umum yang harus didapatkan dan tidak bergantung terhadap selera konsumen.
4.4.3.
Pengaruh Price to Book Value (PBV) terhadap Abnormal Return Tabel 4.24 Hipotesis Ketiga
Pengaruh Price to Book Value (PBV) terhadap abnormal return H3
PBV (Price to Book Value) berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return perusahaan manufaktur sektor konsumsi
PBV (Price to Book Value) tidak berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return perusahaan manufaktur sektor konsumsi Sumber: data yang diolah H0
72
Hasil peneltian untuk hipotesis ketiga menunjukkan bahwa PBV tidak berpengaruh signifikan terhadap abnormal return sehingga H3 ditolak. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Chang dan Christiawan (2011) dan penelitian yang dilakukan oleh Sayekti dan Ludovicus (2007). Hal ini dikarenakan karena meskipun nilai PBV yang tinggi ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan, perusahaan cenderung menahan laba yang dimilikinya dibandingkan digunakan untuk memberi return kepada investornya. Oleh karena itu investor cenderung tidak memperhatikan nilai PBV dalam mengambil keputusan investasi.
73