BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1
Kerangka Konseptual Kerangka penelitian menggambarkan stres dan koping keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang merawat anggota keluarga yang sakit
Stres: Stres tingkat ringan Stres tingkat sedang Stres tingkat berat
Koping:
Internal Eksternal
Sifat stressor: Persepsi dan Intensitas terhadap stressor Jumlah stressor Lamanya pemaparan Pengalaman masa lalu
Keterangan skema: : diteliti : tidak diteliti Skema 1. Kerangka konseppenelitian stress dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
3.2
Defenisi Konseptual 3.2.1
Stres
Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang (Isaacs, 2004). 3.2.2
Koping
Koping merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik (Rasmun, 2004). 3.2.3
Keluarga
Keluarga yaitu terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi; hidup bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama lain; saling berinteraksi dan masing-masing mempunyai peran sosial (Setyowati, 2008). 3.3
Defenisi Operasional 3.3.1
Stres
Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik (tidak bisa rileks, merasa letih, tegang pada otot punggung dan tengkuk, konstipasi atau kadang diare, jantung berdebar-debar, terbangun saat malam, sering berkemih, insomnia, tidak nyaman pada perut dan lambung) dan psikis (khawatir, cemas dan gelisah, takut, gugup) pada seseorang akibat merawat anggota keluarga yang sakit yang berobat ke Poliumum Puskesmas Medan Johor.
3.3.2
Koping
Koping merupakan respon individu baik secara internal maupun eksternal terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik yang timbul akibat merawat anggota keluarga yang sakit yang datang berobat ke Poliumum Puskesmas Medan Johor. 3.3.3
Keluarga
Keluarga yaitu terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi; hidup bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama lain yang merawat anggota keluarga yang sakit yang datang berobat ke Poliumum Puskesmas Medan Johor.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1
Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dekriptif
eksploratif yang bertujuan untuk mengidentifikasi stres dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit di Kecamatan Medan Johor. 4.2
Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah keluarga dari pasien yang datang
berobat ke Poliumum Puskesmas Medan Johor dengan jumlah populasi 415 orang. Data ini diperoleh dari laporan bulanan data kesakitan Puskesmas Medan Johor bulan Oktober. Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini diambil berdasarkan rumusan Arikunto (2007) yaitu 10% dari jumlah keluarga dari pasien yang datang berobat ke Poliumum Puskesmas Medan Johor, sehingga diperoleh 42 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan cara memilih sampel sesuai kriteria yang diinginkan. Adapun kriteria yang ditetapkan untuk sampel yaitu keluarga yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit dan bersedia menjadi responden. 4.3
Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Medan Johor. Penelitian ini
dilaksanakan pada 5-23 Januari 2010. 4.4
Pertimbangan Etik Masalah etik penelitian keperawatan merupakan masalah yang penting
dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung
dengan manusia (Hidayat, 2007). Pertimbangan etik pada penelitian ini mencakup Inform consent (Lembar persetujuan), anonimiaty (tanpa nama), dan kerahasiaan (Confidentiality). Kerahasiaan informasi yang diberikan dijamin oleh responden (Nursalam, 2003). Peneliti langsung memberikan lembar persetujuan penelitian kepada responden agar tujuan penelitian lebih mudah dipahami responden. Responden yang berpartisipasi pada penelitian ini adalah responden yang menandatangani lembar persetujuan (inform consent). 4.5
Instrumen Penelitian Penelitin ini menggunakan kuisioner yang bersifat tertutup yang terdiri
atas pertanyaan tentang data demografi, 15 butir pernyataan tentang stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dan 12 butir pernyataan tentang koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Kuisioner disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori dan konsep yang terdapat di tinjauan pustaka. Jenis skala pengukuran untuk instrumen penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit yaitu skala likert dengan jawaban “Selalu” bernilai 4, “Sering” bernilai 3, “Kadang” bernilai 2, “Tidak pernah” bernilai 1, sedangkan untuk mengidentifikasi koping yang digunakan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit digunakan skala dikotomi dengan jawaban “ya” dan “tidak”. Total skor pernyataan tentang stress keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit adalah 60, semakin
tinggi skor semakin tinggi tingkat stress, sedangkan total skor untuk masingmasing koping adalah 6. Menetukan tingkat stres keluarga digunakan rumus panjang kelas (Hidayat, 2007) yaitu: Panjang Kelas =
Rentang kelas Banyak kelas
Maka stress dapat dikategorikan sebagai berikut: Stres tingkat ringan, bernilai 45-60 Stres tingkat sedang, bernilai 30-44 Stres tingkat ringan, bernilai 15-29 Pada pernyataan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit akan dilihat strategi koping keluarga yang lebih dominan digunakan antara internal dengan eksternal melalui tabel distribusi frekuensi. 4.6
Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji validitas isi
yaitu validitas yang merujuk pada sejauh mana sebuah instrument membuat rumusan-rumusan sesuai isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu. Validitas isi dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti dalam makna mengandung unsur subjektif dan mengacu pada isi yang dikehendaki (Setiadi, 2007). Uji validitas pada penelitian ini dilakukan oleh Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing dan pengajar mata kuliah keperawatan keluarga di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk melihat adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang
berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu konsistensi internal karena memiliki kelebihan yaitu instumen dicobakan sekali saja kemudian dianalisis dengan tekhnik tertentu. Uji reliabilitas dilakukan pada 10 orang responden yang memenuhi kriteria sampel. Teknik analisa yang digunakan pada kuisioner stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit adalah Cronbach Alpha dengan koefisien reliable 0,85 sedangkan kuisioner koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit digunakan metode analisa Kuder-Richardison 21 (KR21) dengan koefisien reliable 0,95. Hasil uji reliabilitas kuisioner yang dilakukan peneliti sudah reliable karena r hitung > r tabel dimana r tabel bernilai 0,707 (Hidayat, 2007). 4.7
Pengumpulan Data Tahapan
pengumpulan
data
dilakukan
dengan
rekomendasi
izin
pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Setelah itu permohonan izin yang diperoleh di kirim ke Dinas Kesehatan Kota Medan untuk meminta surat rekomendasi penelitian ke Puskesmas Medan Johor sehingga diperoleh izin penelitian dari Puskesmas Medan Johor. Kemudian peneliti menentukan responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Medan Johor. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara menunggu keluarga yang mengantar pasien berobat ke Puskesmas Medan Johor. Responden yang dijadikan sampel penelitian diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan meminta kesediaannya untuk menjadi responden dengan
menandatangani surat persetujuan (inform consent). Selanjutnya peneliti mengambil data yang diperoleh melalui tekhnik wawancara dengan responden yang berpedoman pada kuisioner penelitian selama 15 menit tiap responden. Peneliti menanyakan isi kuisioner dan responden menjawab sesuai dengan apa yang dipikirkan dan jawaban responden diisi dalam kuisioner. Setelah selesai, data yang sudah dikumpulkan dilakukan analisa. 4.8
Analisa Data Statistik deskriptif digunakan untuk mengolah dan menyajikan data
demografi dan karakteristik lain termasuk stres dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Data yang telah diperoleh diolah mengunakan sistem komputerisasi dengan cara memberikan kode/ penomoran pada kuisioner yang telah diisi responden, memasukkan data ke dalam program komputer, analisa data, dan pengeditan bila terjadi kesalahan (missing data). Data demografi dan pernyataan tentang stres dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase.
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Hasil Penelitian 1.1 Karakteristik Responden Proporsi karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
agama, suku, pekerjaan, penghasilan keluarga perbulan, anggota keluarga yang sakit, dan penyakit yang dirawat anggota keluarga) di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.1 Karakteristik keluarga yang merawat anggota keluarga yang sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42) No
Karakteristik Responden Usia
1.
2
3
4
5
Remaja (15 - 20) Dewasa Muda (21 - 40) Dewasa Tengah (41 - 60) Lansia (>60)
f
%
2 26 14 -
4,76 61,91 33,33 -
10 32
23.8 76.2
Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi
6 9 23 4
14.3 21.4 54.8 9.5
Agama Islam Kristen Budha Hindu
30 12 -
71.4 28.6 -
Suku . Batak Melayu Minang
18 2 1
42.9 4.8 2.4
Jenis kelamin . Laki-laki Perempuan .
.
Jawa Aceh 6
7
8
9
18 3
42.9 7.1
Pekerjaan Pegawai Negeri Pegawai swasta Wiraswasta Buruh Ibu Rumah Tangga Pelajar/ mahasiswa
3 3 8 2 24 2
7.1 7.1 19.0 4.8 57.1 4.8
Penghasilan Keluarga perbulan < Rp 750.000 Rp 750.000 – Rp 1. 500.000 > Rp 1.500.000
30 12
71.4 28.6
Anggota Keluarga yang Sakit Suami Istri Ayah Ibu Anak Saudara
3 5 32 2
7.1 11.9 76.2 4.8
Penyakit yang Dirawat Keluarga . Demam ISPA Asam Lambung Sistem Perkemihan Diare Cacar Asma Alergi pada Kulit Batuk Darah Apendiksitis Diabetes Mellitus
21 3 3 1 6 2 1 2 1 1 1
50.0 7.1 7.1 2.4 14.3 4.8 2.4 4.8 2.4 2.4 2.4
.
.
.
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa proporsi karakteristik responden yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit tertinggi pada usia dewasa awal yaitu: 21-40 tahun (61,91%),
jenis kelamin perempuan (76,2%), tingkat
pendidikan SMA (54,8%), agama islam (71,4%), suku batak dan jawa (42,9%),
pekerjaan ibu rumah tangga (57,1%), penghasilan keluarga perbulan Rp 750.000 – Rp 1. 500.000 (71,4%), anggota keluarga yang dirawat: anak (76,2%), dan penyakit yang dirawat anggota keluarga yaitu: demam (50,0%). 1.2 Stres Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit ditinjau dari Aspek Psikis Tabel 1.2 Stres keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit ditinjau dari aspek psikis di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42) No
SL
Pernyataan
1. Saya
khawatir
SR
KD
TP
f
%
f
%
f
%
f
%
8
19.0
23
54.8
9
21.4
2
4.8
4
9.5
21
50.0
14
33.3
3
7.1
3
7.1
8
19.0
17
40.5
14
33.3
4
9.5
3
7.1
16
38.1
19
45.2
terhadap
anggota keluarga saya yang sakit. 2. Saya cemas dan gelisah merawat anggota keluarga yang sakit. 3. Saya
takut
tidak
menyediakan
bisa biaya
pengobatan untuk merawat anggota
keluarga
yang
sakit. 4. Saya takut anggota keluarga yang sakit tidak segera
sembuh. 5. Saya
sendiri
anggota
merawat
keluarga
yang
22
52.4
8
19.0
7
16.7
5
11.9
4
9.5
1
2.4
22
52.4
15
35.7
4
9.5
15
35.7
22
52.4
1
2.4
sakit. 6. Saya
gugup
anggota
merawat
keluarga
yang
sakit. 7. Pikiran/ perasaan saya tidak bisa
santai/
rileks
saat
merawat anggota keluarga yang sakit.
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran stres keluarga ditinjau dari aspek psikis yaitu keluarga sering khawatir terhadap anggota keluarga yang sakit (54.8%), sering cemas dan gelisah dalam merawat anggota keluarga yang sakit (50.0%), kadang takut tidak bisa menyediakan biaya pengobatan (40.5%), tidak merasa takut anggota keluarga yang sakit tidak segera sembuh (45.2%), selalu sendiri merawat anggota keluarga yang sakit (52.4%), kadang gugup merawat anggota keluarga yang sakit (52.4%), kadang pikiran/ perasaan tidak bisa santai/ rileks saat merawat anggota keluarga yang sakit (52.4%).
1.3 Stres Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit ditinjau dari Aspek Fisik Tabel 1.3 Stres keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit ditinjau dari aspek fisik di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42) No
SL
Pernyataan 1.
Saya
merasa
SR
KD f
TP
f
%
f
%
%
f
%
8
19.0
5
11.9
19 45.2 10
23.8
8
19.0
5
11.9
22 52.4
7
16.7
1
2.4
1
2.4
4
36
85.7
1
2.4
5
11.9
15 35.7 21
50.0
letih
sewaktu bangun pagi karena
merawat
anggota keluarga yang sakit. 2.
Saya merasa tegang pada otot
punggung
dan
tengkuk
karena
merawat
anggota
keluarga yang sakit.. 3.
Saya mengalami susah BAB dan/ diare saat merawat
anggota
9.5
keluarga yang sakit. 4.
Jantung saya berdebardebar
saat
merawat
anggota keluarga yang sakit.. 5.
Saya terbangun dari tidur pada malam hari saat merawat
anggota
2
4.8
23
54.8
10 23.8
7
16.7
1
2.4
3
7.1
0
38
90.5
6
14.3 14
33.3
17 40.5
5
11.9
1
2.4
4.8
4
35
83.3
keluarga yang sakit. 6.
Saya sering buang air kecil
saat
merawat
anggota keluarga yang
0
sakit. 7.
Saya
sulit
tidur
merawat
saat
anggota
keluarga yang sakit. 8.
Saya
merasa
tidak
nyaman pada perut dan lambung saat merawat
2
9.5
anggota keluarga yang sakit.
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit ditinjau dari aspek fisik yaitu: kadang merasa letih sewaktu bangun pagi saat merawat anggota keluarga yang sakit (45.2%), kadang merasa tegang pada otot punggung dan tengkuk karena merawat anggota keluarga
yang sakit (52.4%), tidak mengalami susah BAB dan/ diare karena merawat anggota keluarga yang sakit (85.7%), tidak pernah mengalami jantung berdebardebar karena merawat anggota keluarga yang sakit (50.0%), sering terbangun dari tidur pada malam hari saat merawat anggota keluarga yang sakit (54.8%), tidak sering buang air kecil saa merawat anggota keluarga yang sakit (90.5%), kadang sulit tidur saat merawat anggota keluarga yang sakit (40.5%), tidak pernah merasa tidak nyaman pada perut dan lambung saat merawat anggota keluarga yang sakit (83.3%). 1.4 Tingkat Stres dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit Tabel 1.4 No
Tingkat stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42) Tingkat stres
1 2 3
Tinggi Sedang Ringan
f 2 20 20
% 4.8 47.6 47.6
Dari hasil penelitian diperoleh tingkat stres dalam merawat anggota keluarga yang sakit yang dominan yaitu stress ringan dan sedang (masing-masing 47.6%). 1.5 Koping Internal Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit Tabel 1.5 Koping internal keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42)
No 1.
Ya
Pernyataan Keluarga humor
menggunakan untuk
Tidak
f
%
f
%
26
61.9
16
38.1
41
97.6
1
2.4
38
90.5
4
9.5
37
88.1
5
11.9
34
81.0
8
19.0
42
100.0
0
0
meramaikan
suasana dalam keluarga saat merawat
anggota
keluarga
yang sakit.. 2.
Keluarga
dapat
menerima
kondisi anggota keluarga yang sakit. 3.
Keluarga masalah
mendiskusikan merawat
anggota
keluarga yang sakit. 4.
Keluarga akan menggantikan peran anggota keluarga yang sedang sakit.
5.
Keluarga melakukan kegiatan kumpul bersama saat merawat anggota keluarga yang sakit.
6.
Keluarga
saling
memperhatikan satu dan yang lainnya saat merawat anggota keluarga yang sakit.
Dari hasil penelitian diperoleh koping kluarga internal dalam merawat anggota keluarga yang sakit yaitu penggunaan humor (61,9%), menerima kondisi anggota keluarga yang sakit (97.6%), mendiskusikan masalah merawat anggota keluarga yang sakit (90.5%), menggantikan peran anggota keluarga yang sakit (88.1%), melakukan kegiatan kumpul bersama saat merawat anggota keluarga yang sakit (81.0%), saling memperhatikan satu dan yang lainnya saat merawat anggota keluarga yang sakit (100%). 1.6 Koping Eksternal Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit Tabel 1.6 Koping eksternal keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42) No 1.
Ya
Pernyataan Keluarga
mencari
berbagai
informasi
untuk
merawat
Tidak
f
%
f
%
25
59.5
17
40.5
15
35.7
27
64.3
19
45.2
23
54.8
anggota keluarga yang sakit. 2.
Keluarga merasa membutuhkan bantuan
orang
lain
untuk
merawat anggota keluarga yang sakit. 3.
Keluarga
mengungkapkan
masalah yang dihadapi kepada
teman/ tetangga/ orang lain yang dipercaya. 4.
Keluarga
merasa
bahwa
42
100.0
0
0
28
66.7
14
33.3
42
100.0 0
masalah yang dihadapi akan lebih ringan jika bersabar dan berdoa kepada Tuhan. 5.
Keluarga
sering
mengikuti
kegiatan keagamaan di sekitar tempat tinggal saat merawat anggota keluarga yang sakit. 6.
Keluarga memiliki pergaulan dan
sosialisasi
yang
0
baik
dengan tetangga saat merawat anggota keluarga yang sakit.
Dari hasil penelitian diperoleh koping keluarga eksternal dalam merawat anggota keluarga yang sakit yaitu: mencari informasi untuk merawat anggota keluarga yang sakit (59.5%), tidak membutuhkan bantuan dari orang lain untuk menghadapi masalah yang terjadi (64.3%), tidak mengungkapkan masalah yang dihadapi kepada teman/ tetangga/ orang lain yang dipercaya (54.8%), merasa bahwa masalah yang dihadapi akan lebih ringan jika bersabar dan berdoa kepada Tuhan (100.0%), sering mengikuti kegiatan keagamaan di sekitar tempat tinggal saat merawat anggota keluarga yang sakit (66.7%), memiliki pergaulan dan
sosialisasi yang baik dengan tetangga saat merawat anggota keluarga yang sakit (100.0%). 1.7 Strategi Koping Keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit Tabel 1.7 Strategi koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42) No
Koping Keluarga
f
%
1
Internal
25
59.5
2
Eksternal
8
19.0
3
Seimbang
9
21.4
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit yang dominan yaitu koping internal (59.5%).
2.
Pembahasan 2.1 Stres Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit Tingkat stres pada masing-masing keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit dapat bervariasi. Dari data demografi responden, karakteristik yang mempengaruhi tingkat stres keluarga meliputi : usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga perbulan, anggota keluarga yang sakit, dan penyakit yang dirawat anggota keluarga. Responden yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit pada saat penelitian berada pada rentang usia dewasa (95,24%). Individu yang telah dewasa diharapkan telah memiliki kematangan untuk berpikir rasional. Hal ini sesuai dengan pernyataan Potter (2005) dimana seorang dewasa biasanya mempunyai identitas yang lebih stabil dan konsep diri berkembang lebih kuat sehingga individu lebih berpikiran positif terhadap stresor yang datang. Responden yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit dari hasil penelitian mayoritas pendidikan terakhir berada pada jenjang SMA (54,8%). Menurut Muzaham (2005), Pendidikan formal pada dasarnya akan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk berpikiran rasional dan objektif. Jadi, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula respon individu tersebut dalam mempersepsikan stres dalam kehidupannya. Karakteristik lain yang juga mempengaruhi tingkat stres keluarga yaitu pekerjaan responden sebagai ibu rumah tangga (57,1%) artinya responden yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit tidak memiliki peran ganda atau
peran tambahan dalam keluarga sehingga tidak ada stresor tambahan yang memperberat tingkat stres yang dialami keluarga. Anggota keluarga yang sakit yang sedang dirawat keluarga mayoritas berperan sebagai anak (76,2%) dengan keluhan demam (50,0%). Seseorang yang berperan sebagai anak apabila mengalami sakit dipersepsikan tidak akan menghambat fungsi keluarga yang meliputi fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi fisik. Sehingga tidak ada stresor tambahan pada keluarga dalam hal menggantikan peran anggota keluarga dan menjalankan fungsi keluarga selain merawat anggota keluarga yang sakit. Karakteristik lain yang mempengaruhi tingkat stres keluarga yaitu tingkat penghasilan keluarga yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit berada di atas upah minimum regional (UMR). Sehingga dinilai bahwa keluarga tidak mengalami kesulitan dari segi ekonomi yang dapat memicu penambahan tingkat stres. Poerwandari (2006) mengatakan bahwa kesulitan hidup sehari-hari ternyata tidak dapat dianggap remeh, misalnya kekhawatiran tentang bagaimana memperoleh uang cukup, hubungan sosial yang tidak mulus dengan teman atau tetangga, terlalu banyaknya pekerjaan, ketidakmampuan memberikan waktu bagi keluarga, dan sebagainya membuat individu mengalami stres. Dari uraian di atas, tidak ada faktor yang memperberat tingkat stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yangmana diperoleh mayoritas responden yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit mengalami stres tingkat ringan dan sedang dengan
persentase sama besar yaitu 47,6% sedangkan yang mengalami stres tingkat berat hanya 4,8% saja. Tingkat stres yang bervariasi yakni ringan, sedang dan berat pada keluarga yang merawat anggota keluarga yang sakit tergantung pada penerimaan individu dan karakter personal individu dalam menghadapi stres. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan dari Rasmun (2004), stres terjadi karena stresor dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman. Karnadi (1999) menambahkan, kepribadian dan pola prilaku individu menentukan reaksi terhadap suatu situasi atau kejadian. 2.2 Koping Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas (n=25, 59,5%) responden yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit lebih dominan menggunakan koping internal, artinya proses yang dilalui oleh keluarga dalam menyelesaikan masalah merawat anggota keluarga yang sakit lebih mengarah kepada penyelesaian secara internal atau dalam keluarga. Hal tersebut sesuai dengan fungsi keluarga dalam Setiawati dan Dermawan (2008), fungsi internal keluarga merupakan dasar kekuatan keluarga dimana didalamnya keluarga saling mendukung, saling menghargai, dan saling mengasihi antar anggota keluarga. Penggunaan strategi koping keluarga tipe internal pada penelitian diasumsikan berkaitan dengan stres tingkat ringan dan sedang yang dialami mayoritas responden dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga lebih mengoptimalkan fungsinya sebagai perawatan kesehatan dengan bantuan yang minimal dari luar keluarga/ eksternal. Hal tersebut juga dapat dilihat pada hasil penelitian yang menunjukkan rendahnya persentase keluarga yang lebih
memaksimalkan koping eksternal (n=8, 19,0%) dan keluarga yang menggunakan koping internal dan eksternal secara seimbang (n=9, 21.4%) dalam mengatasi stress akibat merawat anggota keluarga yang sakit.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1.
Kesimpulan Stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit di wilayah
kerja Puskesmas Medan Johor ditinjau dari faktor fisik dan psikis berada pada tingkat ringan dan sedang. Sedangkan Koping keluarga yang digunakan dalam merawat anggota keluarga yang sakit lebih dominan pada koping internal. 2.
Saran 2.1 Bagi Praktek Keperawatan Dalam
memberikan
asuhan
keperawatan
kepada
klien,
perawat
diiharapkan juga peka terhadap kondisi keluarga yang merawat anggota keluarga yang sakit karena penyakit yang diderita oleh salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi anggota keluarga lainnya. 2.2 Bagi Puskesmas Interaksi yang lebih hangat kepada pasien dan keluarganya akan dapat menumbuhkan kenyamanan yang dapat mengurangi stres pada keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. 2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih cermat mengontrol faktorfaktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat stres seperti faktor penerimaan diri dan karakter personal/ tipe kepribadian individu dan dapat membuat pernyataan-pernyataan yang dapat lebih mengungkap fakta yang terjadi di lapangan sehingga dapat diperoleh hasil yang murni.