13 3. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar 1. Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi kondisi ekologi Setu Babakan. Setu Babakan termasuk ke dalam situ alami, memiliki luas sekitar 20 hektar terletak di kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi. Setu Babakan termasuk situ di Jakarta Selatan yang diperuntukan sebagai daerah resapan air bagi kawasan Jakarta secara keseluruhan. Hal ini didukung dengan keberadaan potensi air tanah dan daerah hijau yang ada di Kelurahan Serengseng Sawah. Indentifikasi
selanjutnya
adalah
dengan
mengidentifikasi
potensi
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia kawasan Setu Babakan. Sumberdaya alam meliputi lingkungan fisik dan lingkungan biologi perairan Setu Babakan dan sekitarnya (termasuk keindahan alam dan kualitas perairannya). Sumberdaya manusia meliputi masyarakat sekitar, pengunjung dan instansi-instansi yang terkait dalam pengelolaan kawasan Setu Babakan. Upaya pengembangan kawasan Setu Babakan dapat menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap kondisi lingkungan fisik, biologi perairan, kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. Dampak positif dari pengembangan pariwisata di Setu Babakan diantaranya meningkatkan perekonomian masyarakat dengan membuka kesempatan usaha, menciptakan lapangan pekerjaan serta adanya penataan wilayah di sekitarnya menjadi lebih indah sehingga menarik bagi wisatawan. Namun pengembangan kawasan wisata yang melebihi daya dukung dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan seperti terjadinya pencemaran air, pendangkalan dan akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan ekosistem perairan. Selain itu, dampak negatif ini dapat saja meluas hingga pada akhirnya menurunkan jumlah wisatawan yang datang dan bahkan menurunkan pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, untuk menekan berbagai dampak negatif tersebut, perlu diketahui daya dukung lingkungan perairan Setu Babakan dan sekitarnya yang akan dikembangkan sebagai objek pariwisata berwawasan lingkungan.
14 Pengelolaan
kawasan
Setu
Babakan
dapat
dilakukan
dengan
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi. Keseluruhan aspek tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan Setu babakan secara berkelanjutan.
Kondisi ekologis Setu Babakan
Masyarakat dan pengunjung
Sumberdaya perairan kawasan Setu Babakan
Lingkungan fisik
Kesesuaian wisata
Lingkungan biologi
Daya dukung
Strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan Setu Babakan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Instansiinstansi terkait
Analisis SWOT
15 Penelitian dilaksanakan di kawasan Setu Babakan yang termasuk dalam wilayah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta (Lampiran 1) dan peta lokasi dapat dilihat pada Gambar 2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juli 2009. Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama diawali dengan membuat perencanaan dan menentukan metode pengumpulan analisa data. Tahap kedua yaitu pengumpulan data dan informasi-informasi mengenai kawasan berupa studi literatur dan studi lapang. Tahap ketiga yaitu melakukan pengolahan data dan analisis sesuai dengan metode analisis yang telah ditentukan. 3.3. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan antara lain : a. Kondisi biofisik kawasan Setu Babakan. Kamera digital untuk mengambil foto keadaan lapang dan alat tulis untuk mencatat data. Bahan yang digunakan adalah peta lokasi Setu Babakan, beberapa dokumen yang berkaitan dengan Setu Babakan dan studi pustaka yang mendukung penelitian. Alat dan bahan untuk analisis kualitas air adalah termometer lingkungan, kertas lakmus, botol sampel, pipet tetes, alat suntik 10 ml, botol BOD, reagent (KI alkalis, Amylum, MnSO4), H2SO4, Thiosulfat dan aquades. Sedangkan alat untuk mengambil contoh air adalah van Dorn water sampler dan alat untuk mengukur kedalaman adalah tali tambang berskala yang diberi pemberat. Alat dan bahan yang digunakan untuk analisis kualitas air dapat dilihat pada lampiran 2. b. Kondisi sosial ekonomi. Alat yang digunakan untuk mengamati aspek sosial-ekonomi adalah alat tulis (untuk
mencatat
data).
Bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian
adalah,kuesioner, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Setu Babakan dan literaturliteratur yang mendukung penelitian.
16
Gambar 2. Peta lokasi penelitian
16
16
17 3.4. Jenis dan Pengumpulan Data Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data yang diperlukan dalam penelitian dapat dilihar pada Tabel 1. Tabel 1. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data No 1.
Komponen data
Jenis data
Sumber data
Primer dan Sekunder
Responden dan Laporan
Sekunder
Laporan
Sekunder
Laporan
Sekunder
Responden dan laporan
Sekunder
Responden dan laporan
Primer dan Sekunder
Lapangan, Laporan
Primer dan Sekunder
Lapangan, Laporan
a. Temperatur (0C)
Primer
Lapangan
b. Kecerahan (m)
Primer
Lapangan
c. Warna
Primer
Lapangan
d. TSS (mg/l)
Primer
Lapangan
a. pH
Primer
Lapangan
b. DO (mg/l)
Primer
Lapangan
c. BOD (mg/l)
Primer
Laboratorium
d. NTotal (mg/l)
Primer
Laboratorium
e. PTotal (mg/l)
Primer
Laboratorium
Keadaan Umum Situ Babakan a. Luas dan Letak
2.
3.
b. perbatasan dan aksesibiliti c. Visi dan Misi Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan d. Kunjungan wisatawan ke Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan e. Sosial ekonomi penduduk kelurahan Serengseng Sawah Karakteristik Sumberdaya Alam Setu Babakan a. Flora - Vegetasi sekitar - Tumbuhan air - Plankton b. Fauna - Ikan - Biota air lainnya Kualitas Air Setu Babakan 1.
2.
3.
Parameter Fisika
Parameter Kimia
Mikrobologi Bakteri
a. E. coli (jml/100 ml)
Primer
Laboratorium
4.
Data Kesesuain Wisata
Primer
Lapangan
5.
Data Daya Dukung Kawasan
Primer
Lapangan
6.
Karakteristik sosial-ekonomi a. Masyarakat sekitar Setu Babakan
Primer
Responden
b. Wisatawan
Primer
Responden
Primer dan sekunder
Laporan dan Responden
c. Instansi-instansi terkait 7.
Tata Ruang Kawasan a. Analisis Kebijakan Penataan Kawasan Setu Babakan
Primer dan sekunder Primer dan sekunder
b. Hubungan dengan objek wisata lainnya
Laporan dan Responden Laporan dan Responden
3.4.1. Data primer Data primer terdiri dari observasi dan pengambilan sampel air serta wawancara. Pengumpulan data primer dilakukan dengan :
17
18 3.4.1.1. Observasi dan pengambilan sampel air Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi, yaitu meninjau langsung kondisi lokasi di lapangan dengan melakukan sampling pada beberapa parameter seperti kualitas air, tanaman air, biota (flora atau fauna), dan kondisi kawasan. Pengamatatan dan pengambilan sampel kualitas air dilakukan di musim kemarau pada tanggal 30 juni 2009 pukul 07.00 hingga pukul 10.00 sebanyak 2 kali di 3 titik pengambilan sampel (Gambar 2). Stasiun 1 mewakili daerah inlet, stasiun 2 yakni tengah badan situ mewakili sebagai daerah yang jarang dilalui, dan stasiun 3 mewakili daerah outlet. Kemudian ditambahkan dengan pengamatan ruang sekitar 50 meter dari kawasan situ, dimana di sekitar kawasan Setu Babakan terdapat penggunaan lahan seperti perumahan, fasilitas umum, rawa, dan kawasan hijau. Pengamatan kualitas air dilakukan baik langsung di lapangan maupun di laboratorium. Pengambilan air contoh dilakukan secara vertikal, yaitu pada bagian permukaan dan dekat dasar perairan. Adapun parameter kualitas air yang diamati terdiri dari parameter fisika, kimia dan biologi. a. Parameter fisika Temperature (0C) diukur dengan menggunakan termometer dan langsung dilapangan. Kecerahan (m) ditentukan dengan menggunakan secchi disk bertali skala, yaitu dengan murunkan secchi disk ke dalam air sampai tidak tampak lagi dan catat kedalamannya. Kemudian turunkan secchi disk sedikit lagi, dan perlahan-lahan tarik ke atas. Jika sudah mulai terlihat untuk pertamakalinya, catat kedalamannya. Selanjutnya menghitung rata-rata dari nilai kedalaman tersebut yang merupakan nilai dari kecerahan dan dinyatakan dalam meter (m). Warna perairan ditentukan dengan cara visual berdasarkan indra penglihatan. Padatan tersuspensi (TSS) diukur dengan cara sebelumnya menimbang kertas filter millipore dengan porosity 0,45µm yang telah direndam dalam akuades selama 24 jam dan keringkan dalam oven 1050C selama 1 jam, kemudian pipet air sample sebanyak 100 ml, aduk dan saring dengan kertas filter millipore dengan menggunakan alat bantu vacuum pump. Selanjutnya ambil filter dari vacuum pump kemudian keringkan di dalam oven 1050C
19 selama 1 jam. Dan terakhir timbang kertas saring yang sebelumnya telah didinginkan di dalam dalam dessikator. b. Parameter kimia pH diukur dengan menggunakan pH stik yaitu dengan cara pH stik dicelupkan ke dalam perairan kemudian dilihat perubahan warna yang terjadi dan dibandingkan dengan indikator pH. Dissolve Oxygen (DO) di tentukan dengan metode titrasi, yaitu air sampel yang diambil dengan botol BOD ditambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml NaOH+KI ke dalam air sampel, kemudian tutup dan aduk botol dengan cara membolak-balikkan botol. Biarkan beberapa saat hingga endapan coklat terbentuk di dasar botol BOD secara sempurna. Lalu tambahkan 1 ml H2SO4 pekat, aduk dengan cara yang sama hingga semua endapan terlarut. Ambil 25 ml air dari botol BOD dengan pipet mohr atau gelas ukur, masukkan ke dalam erlenmeyer dan usahakan jangan terjadi aerasi. Titrasi dengan Na2S2O3 hingga terjadi perubahan warna dari kuning tua kekuning muda, kemudian tambahkan indikator amylum 2-3 tetes hingga terbentuk warna biru dan lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang. Dan terakhir menghitung nilai DO dengan rumus :
DO =
ml titran x Normalitas thiosulfat x 8 x 1000 ml sampel ml botol BOD – ml reagen terpakai ml botol BOD
BOD diukur dengan cara mengmbil air sampel sebanyak 1-2 liter dari kedalaman yang dikehendaki. Kemudian encerkan air sampel 2-100 kali, tergantung tingkat kepekatan sampel, dengan menggunakan akuades dan selanjutnya tingkatkan kadar oksigen sampel dengan menggunakan aerator selama kurang lebih lima menit. Nitrogen total (N-total) dapat diperoleh nilainya dengan cara menyaring air sampel dengan menggunakan kertas saring. Kemudian pipet 5 ml air yang telah disaring, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 0,5 ml Brucine dan aduk. Tambahkan 5 ml H2SO4 pekat (gunakan ruang asam) aduk dengan menggunakan vibrofix, panaskan di hot plate selama 30 menit kemudian diamkan hingga dingin. Untuk pengukuran blanko, pipet 5 ml aquadest
20 masukkan ke dalam tabung reaksi, lakukan seperti di atas. Ukur absorban dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm, tentukan persamaan
regresi
berdasarkan
larutan
standar
kemudian
tentukan
konsentrasinya berdasarkan kurva standar Fosfor total (P-total) dapat diperoleh nilainya dengan cara mempipet air contoh yang telah disaring sebanyak 50 ml kemudian tambahkan PP 1 tetes, jika berwarna merah muda tambahkan asam sulfat 1 N sampai berwarna bening. Selanjutnya tambahkan 0,5 gram K2S2O8 dan tambahkan 1 ml H2SO4 30%, aduk. Panaskan di atas hot plate sampai volume air contoh berkurang menjadi setengah volume awal. Dinginkan. Tambahkan 1 tetes inidikator PP, atur pH menjadi sekitar 8,2-9,8 dengan menambahkan NaOH dengan indikator air contoh berwarna merah muda. Kemudian masukan ke dalam labu takar 50 ml, tambahkan aquades sampai batas tera. Pipet 25 ml air contoh ke dalam erlenmeyer, tambahkan mi reagen sebanyak 4 ml. Buat larutan blanko. Buat satu seri larutan standar PO4-P. Tentukan persamaan regresi berdasarkan larutan standar. Tentukan konsentrasinya berdasarkan kurva standar. c. Parameter biologi Parameter biologi yang diukur adalah plankton (fitplankton dan zooplankton), bakteri E. coli., tanaman air, ikan dan vegetasi sekitar lokasi penelitian. Plankton Pengambilan sampel plankton dilakukan pada titik sampling parameter kualitas air dengan menggunakan plankton net sebanyak 30ml dengan 3 kali ulangan, setelah terlebih dahulu diidentifikasi dengan buku identifikasi plankton (Needham 1962) kemudian dianalisis dengan menggunakan metode sensus dan jumlah individu plankton per liter air dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
N
nxV xA t cg u x Vcg x A a
21 Keterangan : N = n = u = Vt = Vcg = Aa = Acg =
Jumlah total fitoplankton (ind/l) Jumlah rataan individu yang teramati (ind) Ulangan (3) Volume air tersaring (30 ml) Volume air dibawah coverglass ( 1 ml) Luas satu lapang pandang (20x50 mm2) Luas coverglass/ SRC (20x50mm2)
Analisis selanjutnya adalah analisis kuantitatif indeks biologi fitoplankton
yaitu
perhitungan
keragaman
dari
Shannon-Wiener
(Odum1971). Indeks keragaman jenis: H’ = -∑ Pi ln Pi; dimana Pi
ni N
Keterangan : H’ = Indeks keragaman jenis ni = Jumlah individu taksa ke-i N = Jumlah total individu Pi = Proporsi spesies ke-i Bakteri E. coli Pengambilan sampel bakteri E. coli diambil hanya pada bagian permukaan perairan dengan botol steril pada titik pengambilan sampel kualitas air.. Analisis Perhitungan jumlah bakteri E. coli dilakukan di laboratorium dengan teknik MPN (Alcamo 1983 in Feliatra 2002). Tanaman air, ikan dan vegetasi sekitar Pengambilan data tanaman air dilakukan dengan pengamatan langsung di perairan Setu Babakan, tanaman air yang ditemukan langsung diidentifikasi dan dicatat. Untuk pengambilan data ikan diperoleh dengan cara wawancara terhadap 30 orang masyarakat yang sedang memancing dan menjala ikan di Setu Babakan serta pihak pengelola kawasan situ. Pengambilan data vegetasi sekitar dilakukan dengan pengamatan langsung ± 50 meter di sekitar kawasan Setu Babakan.
22 3.4.1.2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang lokasi penelitian.
Wawancara dilakukan dengan pihak yang terkait dengan
penelitian, yaitu: a. Wisatawan, yaitu dengan menyebarkan kuisioner yang bersifat semi terbuka (Lampiran 3) kepada responden seperti untuk mengetahui pendapatan, tingkat pendidikan, motivasi dan persepsi wisatawan terhadap Setu Babakan. Pemilihan responden ini dilakukan secara accidental sampling yaitu pengambilan contoh yang dilakukan tanpa perencanaan yang seksama dan responden yang dimintai informasi diperoleh secara kebetulan tanpa pertimbangan tertentu.
Jumlah
responden yang diambil sebanyak 30 orang. b. Masyarakat sekitar kawasan, yaitu dengan menyebarkan kuisioner bersifat semi terbuka (Lampiran 4) kepada responden seperti untuk mengetahui aktivitas masyarakat di sekitar Setu Babakan, pendidikan,
dan persepsi ekowisata.
Pemilihan responden kepada masyarakat dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan responden yang digunakan apabila peneliti mempunyai pertimbangan tertentu dalam menetapkan responden sesuai dengan tujuan penelitinnya. c. Pengelola kawasan wisata, lembaga atau pihak-pihak terkait juga dilakukan dengan metode purposive sampling (Lampiran 5 dan Lampiran 6). 3.4.2. Data sekunder Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, seperti dengan mempelajari buku-buku laporan, penelitian-penelitian sebelumnya, buku-buku penunjang, peta, dan sumber lainnya yang dapat dijadikan informasi pendukung. Cara pengumpulan dan pengambilan data dalam penelitian ini meliputi studi dokumen/literatur yang merupakan langkah awal dari data sekunder untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan memperoleh informasi data penunjang yang diperlukan dalam penelitian. Studi dokumen/literatur dapat berupa buku-buku, majalah-majalah, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang akan dipelajari.
23 3.5. Analisis Data 3.5.1. Analisis sumberdaya Analisis sumberdaya meliputi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Analisis sumberdaya alam meliputi kondisi kawasan, kualitas air, dan flora dan fauna yang terdapat di sekitar danau. Kondisi kawasan diperoleh melalui data primer yaitu melalui observasi dan wawancara dan juga data sekunder melalui pengumpulan literatur-literatur. Parameter kualitas air yang diukur meliputi parameter fisika, kimia dan mikrobiologi bakteri E. coli (Tabel 1), kemudian data kualitas air tersebut dibandingkan dengan baku mutu menurut PP No. 82 Tahun 2001 (Lampiran 7). Untuk flora yang hidup di Setu Babakan seperti tanaman air dilihat banyaknya jenis yang tumbuh disana dan kerapatannya. Untuk fauna seperti ikan dilihat banyaknya jenis ikan dan kelimpahannya. Analisis sumberdaya manusia yaitu mencakup masyarakat sekitar kawasan wisata, pengunjung, pengelola dan instansi yang terkait. Analisis sumberdaya manusia dilakukan melalui wawancara dengan beberapa responden dan diberikan kuisioner seperti untuk mengetahui tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, dan tingkat pemahaman kelestarian lingkungan. 3.5.2. Analisis kesesuaian Kesesuaian mencakup kesesuaian sumberdaya atau potensi yang dikaitkan dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wisata yang dikembangkan. Persamaan yang digunakan untuk kesesuaian wisata adalah (Yulianda 2007): IKW = Σ (Ni / Nmaks) x 100% Keterangan : IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai Parameter ke-i Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata Analisis kesesuaian diperoleh berdasarkan perkalian skor dan bobot dari setiap parameter. Kemudian dihitung tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh
24 dengan menjumlahkan nilai dari seluruh parameter (Lampiran 8). Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di Setu Babakan diantaranya adalah memancing, berperahu, duduk santai, dan pengambilan gambar untuk foto dan shooting dan flying fox. 3.5.2. Analisis daya dukung Daya dukung lingkungan (carrying capacity) merupakan intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam juga membatasi pembangunan fisik yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan wisata tanpa merusak alam. Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia yaitu dengan perhitungan menggunakan rumus (Yulianda 2007):
DDK = K x Lp / Lt x Wt/Wp Keterangan : DDK = Daya Dukung Kawasan K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt = Unit area untuk kategori tertentu Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp = Waktu yang dihasilkan untuk setiap kegiatan tertentu Pada kawasan Setu Babakan, daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum wisatawan yang secara fisik dapat ditampung di setiap lokasi sesuai peruntukannya dalam satu hari agar tidak menimbulkan kerusakan alam dan wisatawan dapat bergerak bebas serta tidak merasa terganggu oleh keberadaan wisatawan lain di lokasi tersebut. Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (K) adalah jumlah wisatawan maksimum yang dapat ditampung oleh suatu sarana atau lokasi wisata dalam waktu yang bersamaan. Kondisi sarana atau lokasi yang digunakan harus dalam kondisi baik (layak pakai) sehingga masih dapat menampung wisatawan sesuai dengan nilai K yang telah ditetapkan. Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan (Lp) adalah luas atau panjang suatu area yang telah disediakan oleh pengelola agar wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata yang ditetapkan di area tersebut. Unit area untuk kategori tertentu (Lt) adalah luas atau panjang suatu area yang dibutuhkan wisatawan agar dapat bergerak bebas
25 melakukan kegiatan wisata yang ditetapkan di area tersebut dan tidak merasa terganggu oleh keberadaan wisatawan lain. Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu kawasan Setu Babakan dibuka dalam satu hari yaitu sekitar 8 jam (jam 8.00-16.00). Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda-beda bergantung kepada jenis kegiatan wisata. Selama melakukan kegiatan bersepeda air, wisatawan dapat mengabiskan waktu selama 0,5 jam (30 menit). Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi situ dengan perahu kayu, memancing, duduk santai, foto dan shooting dan flying fox dapat dilihat pada Lampiran 9. Potensi ekologis (K) untuk kegiatan bersepeda air adalah dua orang yang berarti bahwa satu sepeda air dapat menampung dua orang wisatawan sekaligus dalam satu kali perjalanan. Unit area untuk kategori tertentu (Lt) untuk kegiatan bersepeda air adalah 15.000 m2 yang berarti bahwa luas lokasi yang dibutuhkan oleh satu sepeda air agar dapat bergerak bebas tanpa merasa terganggu oleh sepeda air lain adalah 15.000 m2. Potensi ekologis dan unit area untuk kategori tertentu (Lt) untuk kegiatan berperahu kayu, memancing, duduk santai, foto dan shooting, dan flying fox dapat dilihat pada Lampiran 10. Nilai unit area untuk kategori tertentu (Lt) dan waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (Wp) diperoleh dari subjektifitas para pakar yang ahli dalam bidangnya. 3.5.4. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai factor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan dengan memaksimalkan kekuatan (Strengh), peluang (Opportunities), namun secara bersamaan meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Kekuatan (Strenght) adalah unsur yang dimiliki kawasan wisata Setu Babakan yang
bisa membantu pengelola mencapai keberhasilan.
Kelemahan
(Weakness) adalah unsur yang dimiliki oleh kawasan wisata yang bisa menyebabkan kinerja pengelola menjadi buruk atau menghambat untuk mencapai keberhasilan. Peluang (Oppurtunity) adalah unsure lingkungan yang berada di luar kendali pengelola yang berada di luar kendali pengelola yang menguntungkan pengelola. Ancaman (Threat) adalah unsur lingkungan yang berda di luar kendali pengelola
26 yang tidak menguntungkan dan dapat mengganggu atau menghalangi suatu kegiatan atau usaha di kawasan wisata. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah: 3.5.4.1. Identifikai faktor internal dan eksternal Penilaian fator internal (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan. Alat untuk menganalisis faktor internal adalah matrik IFE yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasihubungan antara area-area tersebut (David 2006). Penilaian faktor eksternal (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang. Alat yang digunakan untuk mengan alisis faktor eksternal adalah matriks EFE yang merangkum dan mengevaluasi hal-hal yang mempengaruhi yang berasal dari luar. Hasil dari kedua identifikasi fakor-faktor tersebut selanjutnya akan diberikan bobot peringkat (rating). 3.5.4.2. Penentuan bobot setiap variabel Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Penentuan bobot setiap variabel menggunakna skal 1,2 dan 3 (Kinner, T.C, 1991 in Agustin, 2007) yaitu : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripa indikator vertikal 4 = Jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal Bentuk pembobotan faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 2 Bentuk pembobotan faktor strategis eksternal sama dengan pembobotan pada faktor strategis internal.
27 Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategi internal dan eksternal Faktor Strategis Internal/ Eksternal A
A
B
…
Total
Bobot
X1
α1
B
X2
α2
C
X3
α3
…
X4
α4
Total
C
n
n
ΣX
Σ αi
i=1
i=1
Sumber: Rangkuti 2006
Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus (Kinner, T.C in Agustin, 2007) :
Xi
αi =
n
Xi i 1
Keterangan :
α1 Xi i n
= Bobot faktor ke-i = Nilai faktor ke-i = 1, 2, 3,…,n = jumlah faktor
3.5.4.3. Penentuan peringkat Penentuan Peringkat (Rating) merupakan pengukuran terhadap masingmasing variabel terhadap kondisi objek wisata dengan skala 1 – 4 terhadap masingmasing faktor strategi. Skala rating yang digunakan untuk matriks Internal Factor Evaluation (IFE) yaitu : a. faktor kekuatan : 1 = kekuatan yang kecil 2 = kekuatan yang sedang 3 = kekuatan yang besar 4 = kekuatan yang sangat besar b. faktor kelemahan : 1 = kelemahan yang sangat berarti 2 = kelemahan yang cukup berarti 3 = kelemahan yang kurang berarti
28 4 = kelemahan yang tidak berarti Sedangkan pemberian nilai peringkat untuk matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) yaitu : a. faktor peluang : 1 = peluang rendah, respon kurang 2 = peluang sedang, respon rata-rata 3 = peluang tinggi, respon diatas rata-rata 4 = peluang sangat tinggi, respon superior b. faktor ancaman : 1 = ancaman sangat besar 2 = ancaman besar 3 = ancaman sedang 4 = ancaman sedikit Tabel 3. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE) Faktor Strategis Internal/Eksternal Kekuatan/Peluang 1. 2. …. Kelemahan/Ancaman 1. 2. … Sub total Total
Bobot
Rating
Nilai
Sumber: Rangkuti 2006
Selanjutnya nilai pembobotan dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total nilai pembobotan (Tabel 3). Total skor pembobotan berkisar antara 1 sampai denan 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2,5 maka dapat dinyatakan bahawa kondisi internal lemah, sedangkan jika berda diatas 2,5 maka dapat dinyatakan bahwa kondisi internal kuat. Demikian juga total pembobotan EFE jika di bawah 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah dan jika di atas 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal kuat (David 2006).
29 3.5.4.4. Penyusunan analisis strategi Dibuat berdasarkan matriks IFE dan EFE, bertujuan untuk melihat dan membuat strategi yang tepat untuk diterapkan (Tabel 4.). Tabel 4. Matriks analisis SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan (Strenght) Strategi S-O Strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi S-T Strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.
Peluang (Opportunity)
Ancaman (Threath)
Kelemahan (Weakness) Strategi W-O Strategi dengan memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan yang ada. Strategi W-T Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti 2006
3.5.4.5. Penentuan posisi strategi yang akan dijalankan a. Menentukan Koordinat P yang akan diperoleh dari total nilai kekuatan dikurangi nilai kelemahan b. Menentukan koordinat Q yang ditentukan dari total nilai peluang dikurangi dengan total nilai ancaman c. Menentukan nilai P sebagai absis dan nilai Q sebagai ordinat. Strategi yang akan dijalankan disesuaikan dengan posisi titik (P,Q).
Berbagai Peluang
Kuadran II
Kuadran I
(W-O)
(S-O)
Kelemahan Internal
Kekuatan Eksternal Kuadran I
Kuadran II
(W-T)
(S-T)
Berbagai Ancaman
Gambar 3. Diagram analisis SWOT untuk strategi pengelolaan dan Pengembangan (Rangkuti 2006) Alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi kelangsungan suatu kegiatan (Rangkuti 2006) :
30 1. Strategi SO (Strenght-Opportunity) pada kuadran I, yaitu menggunakan kekuatan yang dimilikinya untuk menambil peluang yang ada. 2. Strategi ST (Strength-Threat) pada Kuadran II, yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi WO (Weakness-Opportunity) pada kuadran III, yaitu diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi WT (Weakness-Threath) pada kuadran IV, yaitu dengan berusahan meminimalkan kelemahan yang ada serta mengahindari ancaman.