III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Penelitian Pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini sebagian telah menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan antar wilayah yang tidak berimbang. Pendekatan yang sangat menekankan pada pertumbuhan ekonomi tinggi dengan membangun pusat-pusat pertumbuhan telah mengakibatkan investasi dan sumberdaya terserap dan terkonsentrasi di perkotaan sebagai
pusat-pusat
pertumbuhan,
sementara
wilayah-wilayah
hinterland
mengalami pengurasan sumberdaya yang berlebihan (massive backwash effect) (Anwar, 2005). Pembangunan yang demikian ternyata telah menimbulkan kesenjangan antar wilayah, dimana wilayah perkotaan lebih maju dibandingkan dengan wilayah perdesaan Kesenjangan ini akhirnya menimbulkan berbagai permasalahan yang dalam konteks makro sangat merugikan bagi keseluruhan proses pembangunan. Potensi konflik menjadi sedemikian besar karena wilayah-wilayah yang dulunya kurang tersentuh pembangunan mulai menuntut hak-haknya. Demikian pula hubungan antar wilayah telah membentuk suatu interaksi yang saling memperlemah (Rustiadi, 2001). Wilayah-wilayah hinterland menjadi lemah karena
pengurasan
sumberdaya
yang
berlebihan,
sedangkan
pusat-pusat
pertumbuhan pada akhirnya juga menjadi lemah karena proses urbanisasi yang luar biasa. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan pembangunan antar wilayah antara lain : letak geografis, sebaran penduduk, perbedaan sumberdaya alam yang dimiliki, aksesibilitas dan kebijakan pemerintah. Meskipun kesenjangan antar wilayah merupakan hal wajar yang bisa ditemui, baik di negara maju maupun berkembang. Namun seperti halnya bagian tubuh manusia, ketidakseimbangan pertumbuhan akan mengakibatkan suatu kondisi yang tidak stabil. Kesenjangan antar wilayah telah menimbulkan banyak permasalahan sosial, ekonomi dan politik. Untuk itu, diperlukan suatu strategi pengembangan wilayah atau kebijakan pembangunan yang dapat mereduksi
permasalahan kesenjangan antar wilayah dan mampu mewujudkan pembangunan wilayah yang berimbang. Berdasarkan RTRW, kabupaten Halmahera Timur memiliki potensi sumberdaya alam yang menjanjikan ditiap kecamatan, akan tetapi pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat dan pembangunan infrastruktur tiap kecamatan berbeda. Hal ini disebabkan perbedaan ego tiap pemerintah daerah yang melaksanakan program pembangunannya yang hanya berdasar pada kepentingan daerahnya, sehingga diindikasikan bahwa telah terjadi kesenjangan pembangunan wilayah di kabupaten Halmahera Timur. Kesenjangan wilayah terjadi karena tiga faktor yaitu faktor alami, kondisi sosial budaya dan keputusan-keputusan kebijakan pemerintah. Untuk mengetahui kecamatan-kecamatan mana saja yang tergolong memiliki kesenjangan, terlebih dahulu harus ditentukan variabel-variabel yang dapat dijadikan sebagai ukuran penentu. Dalam penelitian ini perumusan variabel dilakukan dengan pendekatan berbagai
aspek
yang
terkait
dengan
faktor-faktor
penyebab
terjadinya
kesenjangan. Aspek yang dapat digunakan tersebut berkaitan dengan: sosial, kebijakan dan ekonomi, ketiga aspek tersebut dianalisis menggunakan analisis potensi dan deskriptif. Aspek sumberdaya manusia (jumlah penduduk, tingkat pendidikan, dll), dan aspek sumberdaya buatan (sarana prasarana) di analisis menggunakan analisis Skalogram, analisis Indeks Williamson, analisis Entropy, dan analisis Interaksi Spasial
secara
deskriptif.
Untuk
aspek
sumberdaya
alam
(pertanian,
pertambangan, dll) di identifikasi dan menggunakan analisis potensi. Hasil dari analisis tersebut diperoleh gambaran kesenjangan pembangunan wilayah yang terjadi di kabupaten Halmahera Timur. Berdasarkan gambaran kesenjangan yang terjadi, maka dapat disusun arahan percepatan pembangunan dan pembangunan yang berimbang antar wilayah, sehingga diperoleh arahan strategi dalam mengatasi kesenjangan pembangunan yang terjadi di Halmahera Timur.
KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
ADANYA KESENJANGAN WILAYAH FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESENJANGAN
SOSIAL Budaya dan kelembagaan
KEBIJAKAN Alokasi anggaran pembangunan RTRW
EKONOMI Mata pencaharian, mobilitas dan angkatan kerja
SDM Jlh penduduk, tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan dan angkatan kerja
Identifikasi potensi dan Deskriptif
SDB Sarana prasarana
SDA -pertanian -pertambangan -perikanan
Identifikasi potensi, Analisis Skalogram, Analisis Indeks Williamson, Analisis Entropi, Analisis Interaksi Spasial secara deskriptif
GAMBARAN KESENJANGAN PEMBANGUNAN WILAYAH (SPASIAL)
TINGKAT KESENJANGAN ANALISIS DESKRIPTIF ARAHAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN PEMBANGUNAN YANG BERIMBANG
Gambar 1. Skema kerangka pikir penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Halmahera Timur yang meliputi 10 kecamatan dengan 73 desa. 3.3. Metode Pengumpulan Data Data yang diambil adalah data primer dan sekunder. Data primer yang diambil adalah informasi kondisi sosial ekonomi masyarakat di kabupaten Halmahera Timur. Pengambilan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara dengan stakeholder terkait seperti Pemerintah Daerah, Camat, Kepala Desa dan Masyarakat. Sementara pengambilan data sekunder dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka, yang sumbernya dari BPS, BAPPEDA Kabupaten Halmahera Timur dan Instansi terkait lainnya. 3.4. Analisis Data Metode analisis yang dipakai adalah analisis identifikasi potensi, analisis Skalogram, analisis Indeks Williamson, analisis Entropy, analisis Interaksi Spasial (deskriptif) dan Analisis Deskriptif.
3.4.1. Analisis Identifikasi Potensi Wilayah Analisis identifikasi potensi merupakan salah satu bentuk analisis stastistik yang bertujuan memberikan deskripsi data yang meliputi tabulasi, peringkasan dan penyajian dalam bentuk tabel, gambar
serta menghitung data-data Podes
Kabupaten Halmahera Timur tahun 2006, kabupaten dalam angka tahun 2008 dan profil kabupaten Halmahera Timur. Analisa identifikasi potensi digunakan untuk menjelaskan, menguraikan, menggambarkan, menganalisa, dan menjabarkan fenomena-fenomena yang diperoleh dari data-data, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih objektif terhadap keadaan yang ada. Identifikasi potensi sumberdaya manusia, sumberdaya buatan, dan sumberdaya alam dilakukan melalui analisis potensi dengan perhitungan data-data Podes kabupaten Halmahera Timur tahun 2006, data kabupaten Halmahera Timur dalam angka tahun 2008 dan profil kabupaten Halmahera Timur serta menganalisa keadaan di kabupaten Halmahera Timur dengan survei langsung ke wilayah studi, dengan parameter
jumlah penduduk, tingkat pekerjaan, tingkat
pendidikan, angkatan kerja, sarana pendidikan, sarana dan prasarana kesehatan, sarana pasar, sarana perikanan, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan dan kehutanan. Kemudian hasil pengolahan dipetakan pada peta potensi
untuk
dianalisa secara spasial. Pada penelitian ini, perkembangan kecamatan dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu kategori I (tinggi), kategori II (sedang), dan kategori III (rendah). Adapun rumus yang dipakai untuk mengidentifikasi potensi sumberdaya adalah sebagai berikut: 1. Analisis identifikasi potensi sumberdaya manusia A. Analisisi identifikasi potensi sumberdaya manusia tingkat pekerjaan dengan cara:
Keterangan : Isdm = Indeks sumberdaya manusia B = Total penduduk bekerja X = Total penduduk tidak bekerja B.
Analisis identifikasi potensi sumberdaya manusia tingkat pendidikan dengan cara:
Keterangan Isdm = Indeks sumberdaya manusia P = Total penduduk berpendidikan K = Total tidak berpendidikan 2. Analisis identifikasi potensi sumberdaya buatan: A. Analisis identifikasi potensi sumberdaya buatan sarana pendidikan dengan cara:
Keterangan : Rsdb pdkk = Rasio sumberdaya buatan berdasarkan sarana pendidikan Mu = Jumlah murid Sklh = Jumlah sekolah B. Analisis identifikasi potensi sumberdaya buatan sarana dan prasarana kesehatan dengan cara:
Keterangan : Isdb kes. = Indeks sumberdaya buatan berdasarkan sarana prasarana kesehatan JF = Jumlah fasilitas kesehatan JP = Jumlah penduduk C. Analisis identifikasi potensi sumberdaya buatan sarana pasar dengan cara:
Keterangan : Isdb sp = Indeks sumberdaya buatan berdasarkan sarana pasar JF
= Jumlah fasilitas pasar
JP
= Jumlah Penduduk
3.4.2. Analisis Skalogram Analisis skalogram dipakai untuk menentukan hirarki antar wilayah di Kabupaten Halmahera Timur. Data yang digunakan adalah data Podes tahun 2006 dan data kabupaten dalam angka tahun 2008, dengan parameter: bidang pendidikan, kesehatan, transportasi, perekonomian dan aksesibilitas. Kemudian hasil pengolahan dipetakan pada peta administrasi untuk dianalisa secara spasial. Untuk lebih jelas mengenai parameter dimaksud dapat dilihat pada lampiran 3. Prosedur kerja penyusunan hirarki daerah berdasarkan infrastruktur dengan menggunakan skalogram adalah sebagai berikut (Saefulhakim, 2004) : a. Melakukan pemilihan terhadap data Podes tahun 2006 sehingga yang tinggal hanya data yang bersifat kuantitatif b. Melakukan seleksi terhadap data-data kuantitatif tersebut sehingga hanya data yang relevan digunakan c. Melakukan rasionalisasi data d. Melakukan seleksi terhadap data-data hasil rasionalisasi hingga diperoleh 32 variabel untuk analisa skalogram yang mencirikan tingkat perkembangan kecamatan/desa di kabupaten Halmahera Timur e. Melakukan standarisasi data terhadap 32 variabel-variabel tersebut dengan menggunakan rumus (Statsoft, 2004) yang dimodifikasi:
Zij −
Yij − min imumYj St.Dev
Keterangan : Zij
= Nilai baku untuk desa ke-i dan jenis sarana ke-j
Yij
= Jumlah sarana untuk desa ke-i dan jenis sarana ke-j
Minimum Yj
= Nilai minimum untuk jenis sarana ke-j
St.Dev
= Nilai standar deviasi
f. Menentukan indeks perkembangan kecamatan/desa (IPK/IPD) dan kelas hirarkinya. Pada penelitian ini, IPK/IPD dikelompokkan ke dalam tiga kelas hirarki, yaitu hirarki I (tinggi), hirarki II (sedang), dan hirarki III (rendah). Penentuan kelas hirarki didasarkan pada nilai standar deviasi IPK (St Dev) dan nilai median, seperti terlihat pada Tabel berikut: Tabel 1. Nilai selang Hirarki No 1 2 3
Hirarki I II III
Nilai Selang (X) X = (median +(2*St Dev) Median < X < (median + (2*St Dev) X = median
Tingkat Hirarki Tinggi Sedang Rendah
3.4.3. Analisis Indeks Williamson Untuk mengetahui tingkat disparitas/kesenjangan pembangunan antar wilayah digunakan indeks Williamson. Williamson mengembangkan indeks kesenjangna wilayah yang diformulasikan sebagai berikut:
Vw =
_ ∑ Y i − Y
i
p
i
−
Y
Keterangan :
V Y
w
= Indeks kesenjangan Williamson
i
= PAD per kapita kecamatan ke - i
−
Y p
= Rata-rata PAD per kapita kecamatan i
= fi/n, dimana fi jumlah penduduk kecamatan ke i dan n adalah
total penduduk kabupaten Pengukuran didasarkan pada variasi hasil-hasil pembangunan ekonomi antar region yang berupa besar PAD. Kriteria pengukuran adalah semakin besar nilai indeks yang menunjukkan variasi produksi ekonomi antar region semakin besar pula tingkat perbedaan ekonomi dari masing-masing region dengan rataratanya, sebaliknya semakin kecil nilai ini menunjukkan kemerataan region yang baik (Syafrizal, 1997). Indeks kesenjangan akan menghasilkan indeks yang lebih besar atau sama _
dengan nol jika Yi = Y
maka dihasilkan indeks = 0, yang berarti tidak adanya
kesenjangan ekonomi antar kecamatan. Indeks lebih besar dari 0 menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi antar wilayah. Dalam analisis ini data yang digunakan adalah PAD perkapita. 3.4.4. Analisis Entropi Analisis Enthropy merupakan salah satu konsep analisis yang dapat menghitung tingkat keragaman (diversifikasi) komponen aktivitas. Keunggulan dari konsep ini karena dapat digunakan untuk: 1) memahami perkembangan suatu wilayah; 2) memahami perkembangan atau kepunahan keanekaragaman hayati; 3) memahami perkembangan aktivitas perusahaan, seperti pabrik gula; dan 4) memahami perkembangan aktivitas suatu sistem produksi pertanian, dan lain-lain. Prinsip analisis ini adalah semakin beragam aktifitas atau semakin luas jangkauan spasial, maka semakin tinggi entropi wilayah. Artinya wilayah tersebut semakin berkembang. Persamaan umum entropi ini adalah sebagai berkut: n
n
S = −∑∑ PijLnPij i =1 j =1
Keterangan : S n
= Tingkat perkembangan = Jumlah jenis kegiatan usaha masyarakat, kepadatan penduduk, dan kemampuan personil
ij
= Kecamatan i sampai dengan j
P
= Peluang atau proporsi terjadinya keragaman (diversifikasi) Jika S meningkat maka tingkat perkembangannya tinggi. Nilai S akan
selalu meningkat (S = 0). Data yang dianalisis adalah data podes 2006, kabupaten Halamhera Timur dalam angka dan profil Halmahera Timur dengan parameter luas lahan sawah, jumlah kegiatan perdagangan dan jasa, jumlah kegiatan industri dan kerajinan, jumlah dan jenis fasilitas pendidikan dan jumlah dan jenis fasilitas kesehatan. 3.4.5. Analisis Interaksi Spasial Analisis interaksi spasial dimaksudkan untuk menganalisis hubungan timbal balik antara pusat-pusat kegiatan sosial ekonomi dalam suatu wilayah pembangunan yang difokuskan pada aliran informasi aktivitas pelayanan pemerintah melalui jalur transportasi daerah yang tersedia. Dalam penelitian ini analisis interaksi spasial menggunakan analisis deskriptif untuk melihat pola interaksi spasial pergerakan barang dan orang antar wilayah. 3.4.6. Analisis Deskriptif Menyusun Arahan Kebijakan dalam Mengatasi Masalah Kesenjangan Dalam tulisan ini, menyusun arahan kebijakan dalam mengatasi masalah kesenjangan di kabupaten Halmahera Timur dilakukan melalui analisis deskriptif dengan cara menganalisa hasil-hasil analisis sebelumnya antara lain fenomena hasil analisis identifikasi potensi wilayah, hasil analisis perkembangan wilayah dan hasil analisis kesenjangan wilayah, sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan logis.