32
BAB 3
INTI PENELITIAN 3.1 S truktur Organisasi Lembaga S wadaya Masyarakat (MER-C)
3.1.1 Sejarah Organisasi Pada awal tahun 1999 terjadi kerusuhan di provinsi M aluku yang pada akhirnya menyebar ke banyak wilayah di Indonesia bagian timur. Kerusuhan tersebut menyebabkan banyaknya korban jiwa dan korban luka, sehingga perlu perhatian medis dari seluruh lapisan masyarakat termasuk M ahasiswa di Jakarta. M ahasiswa Universitas Indonesia yang tergabung dalam Tim Medis Mahasiswa Universitas Indonesia (TMM-UI) pada bulan April 1999 lalu mengirimkan tim ke Ambon dan Tual. Tim yang terdiri dari beberapa orang mahasiswa dan dokter ini telah melakukan berbagai aksi kemanusiaan yang antara lain berupa pelayanan pengobatan bagi pengungsi dan hospitalisasi di sebuah rumah sakit yang tidak berfungsi sejak kerusuhan berlangsung. M enyoroti penanganan korban kerusuhan dan pengungsi pada tragedi Ambon, TMM -UI berpendapat bahwa terdapat ketidaknetralan dan keberpihakan tenaga medis dalam kancah pertempuran di kepulauan wilayah timur Indonesia ini. Sikap professional yang seharusnya ada pada setiap tenaga medis, salah satunya terlihat dari sikap netral dan tidak berpihak, sulit ditemui. Distribusi bantuan baik berupa logistic maupun pelayanan medis yang diberikan kepada kedua belah pihak yang bertikai tidak adil dan
33 merata. Kondisi ini diperburuk oleh mobilitas tenaga medis ke daerah kerusuhan yang kurang, semua factor di atas berimplikasi pada penanganan korban yang tidak optimal. Atas dasar pemikiran bahwa penanganan korban kerusuhan dan pengungsi tidak optimal khususnya dalam pelayanan medis maka perlu sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis dan mempunyai sifat professional, netral, mandiri, sukarela, dan memiliki mobilitas tinggi. Dengan Latar Belakang keadaan di atas, lahir suatu organisasi yang bernama Medical Emergency Rescue- Committee (MER-C). 3.1.2 Riwayat Organisasi Tabel 3.1 Kegiatan MER-C Tahun
Informasi
1999
Terjadi kerusuhan missal yang meluas di TMM - UI M aluku
Keterangan
dan
menyebabkan
Indonesia Tim
bagian
M edis
Timur
M ahasiswa
Universitas Indonesia (TMM -UI) 14 Agustus 1999
M ER-C didirikan oleh para pendirinya yang Menjadi MER-C terdiri atas:
September November 1999
– M embentuk tim advance dan medis untuk MER-C menangani kasus
kerusuhan
di Ambon
sebanyak 3 Tim 2000
M ER-C M ulai menyebarkan bantuan medis MER-C berupa tenaga kesehatan dan ke-daruratan sesuai dengan berbagai bentuk bencana dan kerusuhan
yang membutuhkan
perhatian
medis. 2001
Tahun
dimana
mengirimkan
M ER-C relawan
pertama medisnya
kali MER-C ke International
34 Afghanistan sebagai daerah pusat perang dan Program konflik. 2004
Tim M ER-C berkerja sama dengan Depkes DEPKES – MER-C RI untuk membantu korban Gempa di Iran
2006 – 2008
Indonesia
M embantu penanganan korban bersamaan MER-C dengan berlangsungnya perang di Lebanon dan Gaza (dikirimkan 2 tim)
2008 – 2010
Rencana membangun RS Indonesia di Gaza MER-C
dana
sebagai bentuk dukungan moriil dan materiil donasi
dari
bagi perbaikan kehidupan masyarakat Gaza Masyarakat dari rakyat Indonesia. 2010
Indonesia.
M engikut sertakan diri dalam kapal Freedom Tim Fotilla yang
merupakan
Internasional
kapal bantuan melibatkan Mer-C
humaniter yang diserang oleh AL Israel Sumber: mer-c Banyak dan berbagai program M ER-C yang tidak dituliskan maupun disebutkan didalam riwayat diatas namun akan dijelaskan sebagai program M ER-C baik nasional maupun internasional. Yang menjadi pertimbangan untuk penulisan table diatas adalah hal – hal penting dalam proses perjalanan historis M ER-C sebagai organisasi dari periode awal (cikal bakal sebelum menjadi M ER-C) sampai dengan hari ini.
35 3.1.3 Gambaran Umum M ER-C atau M edical Emergency Rescue Committee secara umum merupakan organisasi kesehatan yang menitik beratkan kepada penanganan kedaruratan (first aid assistance) kepada korban jiwa ataupun korban yang mengalami luka serius dimana pada daerah konflik akses terhadap layanan medis yang tanggap dan efektif tidak dapat ditemui ataupun terbatas. M ER-C didirikan murni atas dasar kemanusiaan dan keinginan untuk membantu korban, organisasi ini bersifat imparsial dan berusaha untuk menolong siapapun yang memang membutuhkan bantuan terlepas dari latar belakang maupun didaerah mana korban/konflik/bencana itu ada. M elihat pertumbuhan M ER-C yang tumbuh pesat serta berhasil menjalankan visi, misi dan programnya secara terencana dan maksimal telah mendirikan dan menciptakan kredibilitias M ER-C dimata masyarakat Indonesia dan juga Dunia. Program maupun perjuangan M ER-C meliputi daerah bencana maupun konflik yang terdapat di Indonesia maupun juga di bagian lain di Luar Negeri. 3.1.4
Visi dan Asas Organisasi Visi : -
M enjadi organisasi sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang
kegawatdaruratan medis dan mempunyai sifat amanah, profesioanal, netral, mandiri, sukarela, dan mobilitas tinggi. Asas: -
Berasaskan Islam dan berpegan pada prinsip rahmatanlil’alamiin.
36 Tujuan: -
M emberikan pelayanan medis untuk korban perang, kekerasan akibat
konflik, kerusuhan, kejadian luar biasa, dan bencana alam di dalam maupun di luar negri. Organisasi ini di bentuk oleh sekumpulan M ahasiswa Universitas Indonesia yang berinisiatif melakukan tindakan medis untuk membantu korban konflik di M aluku, Indonesia Timur pada Agustus 1999.
3.1.5 Program MER-C 1. Program relief for Aceh Sejak awal bencana tsunami hingga kini M ER-C masih terus eksis diwilayah Aceh dengan menempatkan relawan dokter, perawat dan non medis. Bahkan di wilayah Aceh Jaya, dengan menggunakan donasi yang masuk ke rekening M ER-C for Aceh, M ER-C telah membangun dan mengoperasionalkan sebuah Puskesmas Rawat Inap di Pangka Kab. Aceh Jaya, salah satu wilayah terparah akibat terjangan tsunami. Selain memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, relawan M ER-C juga melakukan pelayanan mobile clinic ke wilayah sekitar yang masih membutuhkan bantuan medis. 2. 60 Klinik Sosial Berkerjasama dengan BNI Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di wilayah kumuh , rawan bencana alam dan konflik, bekerja sama dengan PT BNI 46, M ER-C melakukan Program Pengadaan 60 klinik sosial di seluruh Indonesia. Program ini sudah berjalan selama 4 tahun dan hingga kini program klinik sosial sudah tersebar di 28 propinsi yang ada di Indonesia.
37 3. Rumah Sakit Sosial Khusus Bedah Yogyakarta Guna memberikan manfaat jangka panjang bagi korban gempadi Yogyakarta, M ER-C mengadakan program pembangunan Rumah Sakit Khusus Bedah (Trauma Center) di wilayah ini, rumah Sakit berlokasi di Jl. Prambanan Piyungan, Bokoharjo, Sleman. Dengan menggunakan donasi amanah gempa Yogyakarta, Tim Divisi Konstruksi M ER-C saat ini sedang merampungkan pembangunan lantai 1 Rumah Sakit dari 3 lantai yang direncanakan. Apabila pembangunan lantai 1 selesai, fasilitas kesehatan ini akan segera dioperasionalkan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. 4. Rumah Sakit Perintis di Galela Halmahera Utara, M aluku Utara Galela adalah wilayah yang mempunyai sejarah kelam akibat konflik yang terjadi di beberapa tahun silam. Hal ini membuat M ER-C memilih wilayah Galela sebagai salah satu wilayah penyelenggaraan Program klinik sosial. Program klinik sosial wilayah ini sudah berjalan selama 2 tahun lebih dan mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat setempat. Bahkan, masyarakat stempat telah memberikan sebidang tanah waqaf tepatnya di Desa Towara dan berharap M ER-C dapat memfasilitasi pembangunan sebuah Rumah Sakit di wilayah mereka. Upaya-upaya pemggalangan dana kini tengan dilakukan oleh M ER-C demi mewujudkan harapan masyarakat Galela akan sebuah fasilitas kesehatan. 5. Rumah Sakit Printis di Timika Papua Kiprah M ER-C di wilayah Timika melalui Program Klinik Sosial sudah berjalan lebih dari 3 tahun. Jumlah pasien di wilayah yang rawan isu disintegrasi ini
38 juga tinggi, rata-rata mencapai lebih dari 1.000 orang pasien setiap bulannya. Bahkan, masyarakat Timika telah mewaqafkan sebidang tanah kepada M ER-C . seperti masyarakat Galela,
masyarakat Timika berharap
M ER-C dapat memfasilitasi
pembangunan Rumah Sakit di wilayah mereka. 6. Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina Gaza Palestina adalah wilayah konflik jangka panjang. Ketika Israel melancarkan serangan agresinya pada akhir 2008 yang mengakibatkan ribuan korban meninggal dan ribuan lainnya luka-luka,
Tim M edis M ER-C berhasil memasuki
wilayah ini dan memberikan bantuan medis langsung kepada para korban. M elihat kondisi Gaza yang memperhatinkan dan adanya amanah dana dari masyarakat Indonesia, M ER-C brencana membangun Rumah Sakit Khusus Bedah (trauma center) di wilayah ini yang akan diberi nama “Rumah Sakit Indonesia”. Rencana ini mendapat sambutan yang baik dari Pemerintah Palestina di Gaza. Selain memberikan surat dukungan tertulis, Pemerintah Palestina di Gaza juga telah memberikan tanah waqaf seluas 1,5 ha yang terletak di Bayt Lahiya, Gaza Utara sebagai lokasi pembangunan Rumah Sakit. Tim Divisi Kontruksi M ER-C telah menyelesaikan desain Rumah sakit dan saat ini relawan M ER-C tengah berada di Gaza untuk memulai proses pembangunan Rumah sakit. 7. Program Health Center di Sudan Konflik di Sudan telah menyebabkan pengungsian yang memprihatinkan . pada akhir bulan M ei 2009, atas undangan pemerintah Sudan M ER-C mengirimkan 2 relawan sebagai Advance Team ke salah satu wilayah pengunsian di Darfuur Sudan.
39 M elihat kondisi masyarakat di pengungsian, M ER-C merencanakan Health Center Program atau program fasilitas kesehatan guna membantu masalah kesehatan mereka. 8. Program Pelayanan Kesehatan Pasca Gempa Sumbar Dalam rangka menyalurkan amanah dana dari masyarakat, maka M ER-C melanjutkan program pelayanan kesehatan pasca gempa di Sumatra Barat dengan menempatkan 1 dokter, 1 perawat dan 1 relawan non medis. Program pelayanan kesehatan sudah dimulai sejak 8 Februari 2010 dengan kegiatan berupa : pelayanan medis di posko M ER-C di Kecamatan Sungai Limau (Padang Pariaman), pelayanan medis keliling (mobile clinic) dan home visite pasien-pasien yang telah dioperasi oleh Tim M ER-C pada awal bencana. Selain bantuan dalam bidang medis, di wilayah ini M ER-C juga telah menyelesaikan pembangunan 51 unit rumah sederhana di wilayah Nagari Kota Tinggi, Kab Agam dan 2 Sekolah Dasar Negri, yaitu SDN 16 dan SDN 20 di Kec. V Koto Timur yang mengalami kerusakan karena gempa. 3.1.6 Logo Organisasi Gambar 2.2 Logo Organisasi
Sumber: Data Organisasi
40 3.1.7 Identitas Organisasi
Alamat
: Jl. Kramat Lontar No. J- 157 Senen Jakarta Pusat 10440
Telepon
: 021- 3159235
Fax
: 021- 3159256
Call Center
: 0811990176
E- mail
:
[email protected]
Website
: www.mer-c.org
Sebelum berada di Kramat Lontar M ER-C berkantor di dareah Kwitang setelah itu pindah ke Jl. Teuku Cik ditiro No 37 M enteng Jakarta Pusat, dan sekarang berdomisili di Kramat Lontar. 3.1.8 Keanggotaan MER-C Anggota M ER-C disebut relawan. Relawan M ER-C dibagi menjadi empat kategori, yaitu: Kategori M Yaitu tenaga medis yang bersedia menjadi relawan dan siap membantu terlaksananya program-program M ER-C
sesuai dengan
kemampuan
dan
kewenangan
yang
dimilikinya. Kategori E Yaitu tenaga medis yang bersedia menjadi relawan dan siap membantu terlaksananya program-program M ER-C sesuai dengan kemampuan dan kewenangan yang dimilikinya serta siap untuk menjadi relawan yang diterjunkan ke daerah operasi.
41 Kategori R Yaitu tenaga-non medis yang bersedia menjadi relawan dan siap membantu terlaksananya program-program M ER-C sesuai dengan kemampuan dan kewenangan yang dimilikinya serta siap untuk menjadi relawan yang diterjunkan ke daerah operasi. Kategori C Yaitu tenaga non-medis yang bersedia menjadi relawan dan siap membantu terlaksanannya program-program M ER-C sesuai dengan kemampuan dan kewenangan yang dimilikinya. Hak dan Kewajiban relawan MER-C Hak relawan 1. mendapatkan informasi kegiatan M ER-C 2. mengikuti setiap kegiatan yang diselenggarakan M ER-C 3. mengadakan kegiatan atas nama M ER-C dengan sebelumnya mengajukan proposal kegiatan dan telah disetujui 4. memilih dan dipilih menjadi pengurus M ER-C Kewajiban relawan 1. menjaga dan membela nama baik M ER-C 2. membantu setiap program M ER-C yang berkaitan dengan kemampuan dan kewenangan yang dimilikinya
42 3. memberikan laporan pertanggungjawaban atas kegiatan yang dilakukan dengan mengatasnamakan M ER-C 4. menaati ketentuan-ketentuan organisasi yang telah ditetapkan 3.1.9 Prestasi dan Penghargaan - Bapekis PT BANK MANDIRI (PERSERO) dalam acara Khitanan M asal - Penghargaan dari Abdullah Syawarni Ambasador RI di Lebanon dalam bentuk ucapan terima kasih kepada M ER-C - Dr. Risa Dumastro (M ER-C) sebagai pengisi acara Forum Indonesia M uda (FIM ) - Penghargaan dari PDNI (Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia) - Penghargaan dari OkeZone.com - Humatarian Award for supporting the Palestine cause - Penghargaan dari Balai Kota Semarang kepada M ER-C 11- Okteober- 2009 - Penghargaan dari SDIT AL KHAIRAT Condet- Indonesia kepada M ER-C atas bantuannya. - Penghargaan dari RSCM Department of Radiotheraphy kepada M ER-C - Penghargaan dari IM AM UK / EIRE Student Chapter Yogyakarta, Relief M ision July 2009
43 - Penghargaan dari Sekolah Cikal kepada M ER-C 23- Januari- 2009 - Penghargaan dari Rohis AL- ASHRI iBii 18- Juni – 2010 atas bantuan M ER-C - Penghargaan dari TRISAKTI, acara latihan dasar kepemimpinan angkatan VI , TBMT 16-18 Juni 2006 - Penghargaan dari BEM UI 2009 Kepada Dr. Arif Rachman (M ER-C) - Penghargaan dari Forum Reamaja Islam (FRISM A) M ushola Assa’adah 8- November- 2004 kepada M ER-C atas bantuannya - Penghargaan SYM POSIUM Enlightment and Refreshment of Bum M anagment 8-9 Agustus- 2009 Yayasan Luka Bakar untuk M ER-C - Penghargaan 5th Internation Symposium dari Jakarta hingga Jalur Gaza 9Januari- 2011 kepada M ER-C - Penghargaan dari UIN (Universitas Islam Nasional) kepada Dr. Jose Rizal (M ER-C) - Penghargaan dari Badan Ekskutif UI School of Volunteer 1-23- November2008 Kepada M ER-C - Penghargaan dari Himpunan M ahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Keguruan & Ilmu pendidikan Universitas M uhhammadiyah Prof. DR. HAM KA 17- M aret- 2004 Pameran foto kemanuasiaan - Penghargaan dari Politeknik Negri Jakarta “We Care to health all”
44 20,21,& 25 Jnuari 2010 kepada M ER-C - Penghargaan dari Rumah amal Salaman ITB 22- Agustus- 2010 3.2 S truktur Organisasi Gambar 2.3 S truktur MER-C PRES Ketua:
P RESIDIUM
dr. Sarbini A. Murad
Anggota: dr. Joserizal Jurnalis, Sp. OT dr. Henry Hidayatullah
BADAN PENGURUS HARIAN MANAGER OP ERASIONAL
Rima M.
BENDAHARA
SEKERTARIS
Fatkul F.
TINA L.
P M KLINIK
Dr Lian M
P M SUMATRA & NAD
P M IRJABAR & P APUA
Ira Hadiati SH
Dr. Zackya Yahya
DIVISI BANTUAN & LOGISTIK
DIVISI INFORMATIKA
Islamiyah Samaun
Dr. Arief Rachman
P M SULAWESI
Amin Mude
DIVISI SARANA & P RASARANA
DIVISI P ENDIDIKAN & LATIHAN
Azis Muslim
Dr. Cahyo AN.
DIVISI HUMAS Ahya S
Ca CABANG-CABANG
P M R.S YOGYAKARTA
Dr. Indragiri, Dp.An.
DIVISI KONSTRUKSI
Ir. Faried Th
45 BBadan Pengelolah dan Pengurus : 1.
Ketua
: Dr. Sarbini A. M urad
2.
Anggota
: Dr. Joserizal Jurnalis, Sp. OT Dr. Henry Hidayatullah
3.
M anager Operasional
: Rima M
4.
Sekertaris
: Tina L
5.
Bendahara
: Fatkul F
6.
PM Klinik
: Dr. Lian M
7.
PM Sumatra & NAD
: Ira Hadiati, SH
8.
PM IRJABAR & PAPUA
: Dr. Zackya Yahya
9.
PM Sulawesi
: Amin M ude
10. PM R.S Yogyakarta
: Dr. Indragiri, Sp .An.
11. Divisi Bantuan & Logistik
: Islamiyah Samaun
12. Divisi Informatika
: Dr. Arif Rachman
13. Divisi Sarana & Prasarana
: Azis M uslim
14. Divisi Pendidikan & Latihan
: Dr. Cahyo AN
15. Divisi HUM AS
: Ahya S
16. Divisi Konstruksi
: Ir. Faried Th
46 3.3 Metode Penelitian M etode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Berdasarkan penjelasan dari Bogdan dan Taylor, penelitian deskriptif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati (M oleong, 2003: 3). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan memahami suatu situasi sosial, peristiwa, peran, interaksi dan kelompok yang terdiri ataupun berinteraksi langsung dengan organisasi M ER-C sebagai LSM yang dijadikan obyek observasi dalam penelitian ini. Penelitian ini juga memiliki metodologi khusus yang meliputi pendakatan riset berdasarkan studi kasus. M enurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu obyek tertentu berupa organisasi maupun kelembagaan atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. M engingat bahwa pendekatan metodologi yang digunakan bersifat kualitatif, maka pentinglah untuk menggunakan
metode investigasi yang tepat dengan
mengedepankan 5 W + 1 H (Apa, Dimana, Siapa, Kenapa dan Kapan) ditambah dengan “Bagaimana” sebagai lingkupan dari How(Ardianto, 2010:58-59): i.
What: Adalah Data atau fakta yang ditemukan didalam proses investigasi yang berlangsung dengan menggunakan data kualitatif berupa keterangan narasumber, eksplorasi atas literatur, observasi dan lain – lain (melalui baik data primer maupun sumber dari data sekunder).
47 ii.
Who atau Siapa menerangkan subyek yang dijadikan narasumber ataupun sumber dari proses investigasi, keterangan dari sumber tertentu ini akan sangat kredibel dan dapat diandalkan.
iii.
Where atau Dimana adalah keterangan mengenai lokasi ataupun tempat dimana observasi dilakukan ataupun fakta diketemukan.
iv.
When atau Kapan adalah mengenai validitas atau kapankah sumber data tersebut diakses ataupun diketemukan oleh peneliti. Semakin data tersebut valid maka hasil penelitian biasanya juga menjadi lebih kredibel.
v.
why adalah analisa dari segala fakta yang telah dikumpulkan sebelum akhirnya dituangkan kedalam interpretasi atau findings dan dirubah menjadi analisa oleh peniliti.
vi.
how adalah penjelasan mengenai proses pengumpulan data, transformasi data menjadi bahan analisa serta penulisan solusi permasalahan sebagai suatu kesatuan dari penelitian ini.
3.3.1 Metode Pengumpulan Data: Seperti dijelaskan sebelumnya, metode pengumpulan data akan melibatkan 3 metode utama yang meliputi Data Primer: yaitu melalui pendekatan wawancara dengan narasumber, dan observasi lapangan dengan memperhatikan proses kerja dan proses pelaksanaan program. Sedangkan Data Sekunder meliputi ekspolrasi dan penelaahan data yang diketemukan dalam teks, jurnal maupun sumber/tulisan lainnya termasuk internet. Untuk data primer, pengumpulan data meliputi:
48 a) Wawancara: Charles Stewart dan W. B. Cash mendefinisikannya sebagai “sebuah proses komunikasi berpasangan dengan suatu tujuan yang serius dan telah ditetapkan sebelumnya yang dirancang untuk bertukar perilaku dan melibatkan tanya jawab”. Robert Kahn dan Charles Channel
mendefinisikan
wawancara
sebagai
“suatu
pola
yang
dikhususkan dari interaksi verbal – diprakarsai untuk suatu tujuan tertentu, dan difokuskan pada sejumlah bidang kandungan tertentu, dengan proses eliminasi materi yang tak ada kaitannya secara berkelanjutan”.(Bradburn, 2004: 56) Wawancara adalah suatu bentuk yang khusus dari komunikasi oral dan berhadapan muka dalam suatu hubungan interpersonal yang dimasuki untuk sebuah tujuan tertentu yang diasosiasikan dengan pokok bahasan tertentu (Bradburn, 2004: 56). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bersifat wawancara terbuka, dengan dipersiapkannya daftar pertanyaan secara rinci untuk dialamatkan ke narasumber. Lebih jauh, narasumber yang akan digunakan dalam wawancara ini meliputi: -
Dr Jose Rizal Jurnalis, SpOT sebagai: Anggota
-
Donatur – Perwakilan
-
Divisi Humas: Ahya S
b) Observasi adalah bagian pendekatan untuk memenuhi data dari sumber primer melalui pengamatan dan memperhatikan lingkungan maupun suasana dari obyek yang sedang diobservasi. Data lapangan yang didapat
49 dari observasi juga termasuk pertanyaan maupun wawancara spontan dengan narasumber di daerah tersebut. Proses observasi berlangsung pada tanggal 23 M aret sampai dengan 28 April 2011. c) Pendekatan yang ketiga melalui eksplorasi dan penelaahan dokumen termasuk di dalamnya analisa yang bersumber dari tulisan – tulisan teoritis, arsip dan dokumentasi dari organisasi M ER-C, kliping koran g dan media massa dan banyak lagi. Oleh karena itu, peneliti akan meminta bantuan dari divisi Informatika untuk hal ini. 3.4 Permasalahan Yang Dibahas: Organisasi non profit hidup dan keberlangsungannya sangat tergantung dari kontribusi masyarakat secara langusng dan tidak langsung termasuk dari donasi – donasi yang diberikan atas nama LSM tersebut, sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya. Namun, permasalahan timbul dikarenakan LSM dan organisasi non-profit di Indonesia pada umumnya mengalami kesulitan dalam hal pelaksanaan hubungan kemasyarakatan dan tidak banyak yang berhasil mengimplementasikan praktek public relations secara maksimal. M ER- C atau juga dikenal dengan nama M edical Emergency Rescue – Committe adalah salah satu organisasi non- profit (LSM ) yang bergerak dibidang sosial kesehatan, telah berdiri sejak tahun 1999 atau selama 12 tahun. Keberlangsungan M ER-C lebih banyak bergantung kepada donasi serta bantuan masyarakat untuk pembiayaan operasional, sedangkan untuk tenaga kesehatan, M ER-C sendiri didirikan dan banyak bergabung di dalamnya dokter – dokter terbaik (umum maupun spesialis) yang merelakan serta mengkontibusikan ilmu, tenaga dan
50 kemampuannya secara cuma – cuma untuk kepentingan sosial atau kedaruratan medis. Sehingga banyaknya pemberitaan yang tidak seimbang ataupun hal – hal yang berkaitan dengan program M ER-C yang dapat mengancam keberlangsungan ataupun kredibilitas M ER-C secara keseluruhan perlu juga diimbangi dengan adanya hubungan kemasyarakatan
yang positif
untuk
dapat
melakukan
“counter” untuk
lalu
menyeimbangkan pemberitaan dan pada akhirnya menjaga kredibilitas dan ke-amanahan dari M ER-C. Dalam skripsi ini penulis hanya akan memfokuskan peranan Humas MER-C pada salah satu program, yaitu Pembangunan Rumah S akit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina. M ER-C harus secara konsisten melaporkan mengenai progres pembangunan, pertanggung jawaban donasi dan rencana masa datang untuk program tersebut di atas hingga program ini bisa selesai. Oleh karena itu, berikut adalah permasalahan yang akan diteliti: Bagaimana cara dan metode yang digunakan untuk memaksimalkan dan meng-utilisasi peranan Hubungan Kemasyarakatan di M ER-C sebagai organisasi LSM untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang demi menjaga hubungan baik dengan stakeholders. Pemecahan permasalahan saat terjadi pemberitaan tidak seimbang ataupun terjadi event yang dapat mengancam dan memojokan nama baik M ER-C serta kredibilitasnya.
51 Kasus Posisi:
Kronologi – Tahun 2009 – www.inilah.com :
Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) berinisiatif membangun rumah sakit di Kota Gaza yang diperkirakan menghabiskan dana Rp 20 miliar. Pemerintah Indonesia memberikan bantuan dana Rp 10 miliar yang disampaikan melalui MER-C.
"Pemerintah merencanakan bersama-sama MER-C ingin membuat rumah sakit. Dana yang sudah digalang dari masyarakat sebesar Rp 10 miliar. Jadi dari MER-C Rp 10 miliar dan dari pemerintah Rp 10 miliar," kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari usai menerima 9 anggota Tim MER-C di kediamannya, Kuningan, Jakarta, Minggu (1/2).
Menkes menilai dana untuk membangun rumah sakit sebesar Rp 20 miliar sebenarnya dirasa masih kurang. Sebab, untuk membangun rumah sakit, jika dana bisa lebih banyak lebih baik, atau biasanya sekitar Rp 30-Rp 40 miliar. Namun begitu, pemerintah, lanjut Menkes tetap akan memberi Rp 10 miliar. "Sisanya biar dari masyarakat, biar MER-C yang mencari," ujarnya. Menkes menambahkan, dana bantuan pemerintah sebesar Rp 10 miliar diambil dari dana Bantuan Sosial (Bansos) khusus untuk bantuan luar negeri yang sudah dianggarkan. Menkes menegaskan, bahwa dana tersebut tidak mengganggu dan mengurangi dana bantuan korban bencana di dalam negeri.
52 "Sama halnya ketika kita kena bencana tsunami Aceh dulu, itu kan sumbangannya dari luar negeri sangat banyak. Dan ini juga bagian dari bentuk kerjasama antar negara," ujar Menkes sembari menambahkan dana bisa cair paling lama 1 bulan.
Setelah mendapatkan komitmen dari pemerintah melalui M enkes, M ER-C meyakini proyek RS Indonesia di Gaza bisa berjalan secara maksimal, namun pada faktanya pada tahun 2010 M enteri KIB II – Sri Endang menyatakan bahwa RS Gaza yang dibangun oleh M ER-C tidak bisa kembali didukung oleh pemerintah karena masalah perizinan yang tidak kunjung selesai.
2010 – Rilis Resmi Kementrian kesehatan: Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menandatangani perjanjian kerjasama dengan Islamic Development Bank (IDB). Dana yang sedianya akan disumbangkan untuk pembangunan Rumah Sakit Indonesia, dialihkan untuk membangun cardiac center yang berlokasi di Gaza City. Alasan pemindahan atau re-alokasi bantuan karena terkait sulitnya izin yang didapat di palestina.
Pada faktanya, izin tersebut telah didapat dan M ER-C sudah memberitahukan pemerintah termasuk presiden melalui suratnya bahwa izin sudah diperoleh dan pembangunan sudah harus dijalankan. Namun mengingat bentuk pertanggung jawaban M ER-C ke donaturnya, LSM ini memilih untuk melanjutkan pembangunan tanpa adanya bantuan dari Pemerintah Indonesia.
53 Permasalahan yang timbul dan dapat disimpulkan yaitu: bahwa perlu counterstatement yang menyatakan bahwa M enkes telah melakukan kesalahan dengan memberikan informasi yang salah, karena apabila didiamkan maka masyarakat yang mana M ER-C bertanggung jawab atasnya sesuai dengan anggaran dasar maupun peraturan perundangan akan menganggap bahwa M ER-C telah menyalahgunakan dana bantuan tersebut karena digunakan untuk membangun Rumah Sakit di Gaza yang izinnya tidak pernah terbit.
3.5 Alternatif Pemecah Masalah M enurut penulis, terdapat beberapa cara yang dapat dikategorikan sebagai alternatif pemecah masalah - aplikasi penggunaan teori dari Cultip, et al (2006:6) yang menyatakan bahwa: “Suatu fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut”. Lalu bagaimanakah aplikasi dari teori ini dapat dijalankan, ,maka penulis merasa perlu diuraikannya statement dari teori tersebut diatas agar dapat diaplikasikan ke pokok permasalahan. Sebagai Fungsi manajemen: public relations yang berfungsi sebagai pelaksanaan atau implementasi dari kebijakan manajemen haruslah menyampaikan maksud dan tujuan dari lembaga tersebut, dalam kasus ini M ER-C sebagai LSM diharuskan untuk dapat memaksimalkan fungsi public relations sebagai bagian dari kebijakan manajemen strategis. Sehingga, dapat ditentukan dan disimpulkan alternatif pemecah masalah yang dapat dirumuskan meliputi: Perlu dibentuknya prosedur standar operasi yang bersifat
54 tetap, konsisten serta dapat diterapkan di tubuh organisasi M ER-C agar hal tersebut bisa digunakan sebagai alat manajerial yang penggunaannya berdasarkan sistem yang berjalan sesuai kebutuhan, sehingga pelaporan dan hubungan media mengenai proyek pembangunan Rumah Sakit di Gaza oleh M ER-C dapat dilakukan dan terus dijalankan demi tercapainya transparansi di mata masyarakat dan para stakeholders.