BAB 3 INTI PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Profil Yayasan Puteri Indonesia (YPI)
Gambar 3.1. Logo Yayasan Puteri Indonesia Sumber : YPI
Yayasan Puteri Indonesia didirikan pada tanggal 18 Agustus 1992 oleh BRA Mooryati Soedibyo S.S., M.Hum – presiden Direktur PT. Mustika ratu Tbk. Bekerja sama dengan Tanri Abeng, MBA – Ketua Badan pengembangan Pariwisata Indonesia (BPPI), RM Suryosumarno, SH – Kepala BPPI, Rudy Lengkong – Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN), Ponco Sutowo – Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). 3.1.2 Tujuan Yayasan Puteri Indonesia Tujuan Yayasan Puteri Indonesia adalah membentuk tokoh remaja puteri yang dapat menjadi panutan dan tauladan serta pendorong kemajuan wanita dalam
40
41 berbagai bidang yang sesuai dengan tujuan dan kriteria Yayasan Puteri Indonesia, yaitu: 1. Brain
: Intelegensia, memiliki kecerdasan, memiliki ilmu pengetahuan dan mandiri
2. Beauty
: Pandai merawat diri, bersih, cantik dan berpenampilan rapi
3. Behaviour
: Percaya kepada Tuhan YME, berkepribadian luhur, memiliki etika hidup dan kepedulian terhadap sesama
Menjadi Puteri Indonesia sebagai Duta Bangsa dalam berbagai event pada forum – forum Nasional maupun Internasional untuk memperkenalkan Indonesia, Pariwisata, Budaya, Ekonomi, Komoditi Perdagangan Indonesia. 3.1.3 Visi dan Misi Yayasan Puteri Indonesia Visi YPI : 1. Membina Remaja muda untuk dapat mengembangkan diri menambah ilmu pengetahuan sesuai cita-cita dan bakatnya. 2. Berobsesi menjadi perempuan yang mandiri dan berprestasi dibidang profesi yang dipilih 3. Aktif berperan serta dalam pembangunan Bangsa dan Negara 4. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Misi YPI : 1. Mengikuti pendidikan yang dapat menambah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki (life skill).
42 2. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna bagi dirinya,dalam masyarakat dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi, membantu mereka yang terkena musibah. 3. Membina kesatuan, persaudaraan dan perdamaian dengan perempuan muda di dalam negeri dan perempuan muda di seluruh dunia. 4. Aktif memperkenalkan Indonesia ke Manca negara dan aktif dalam berbagai kegiatan-kegiatan
yang mengangkat masalah-masalah kemajuan kaum
perempuan, seperti kursus-kursus, seminar-seminar, konperensi, lomba, pemilihan puteri di dalam negeri dan diluar negeri. 5. Aktif memperkenalkan keindahan negara Indonesia khususnya untuk menarik wisatawan manca negara, budaya, pariwisata dan produk-produk buatan Indonesia 6. Berbagai kegiatan-kegatan tersebut memiliki arti dan tujuan yang dapat merupakan batu loncatan (stepping stone) untuk mencapai kemajuan dibidang karier yang lebih baik sesuai yang dicita-citakan. 3.1.4 Struktur organisasi Yayasan Puteri Indonesia PEMBINA Ketua
: Ny. Putri Kuswisnu Wardani
Anggota : Tn. Tanri Abeng Tn. Rudi Lengkong Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Menteri Negara Lingkungan Hidup
43 PENGAWAS
:
Tn. Haryo Tedjo Baskoro
:
Tn. Prof. Dr. Dipl. Ing. Wardiman Djojonegoro
PENGURUS Ketua Umum
Wakil Ketua Umum :
Tn. Arman S. Tjitrosoebono
Sekretaris
:
-
Bendahara
:
Ny. Francisca Sestri
Ketua Bidang Marketing & Acara
: Tn. Samudro Putranto
Ketua Bidang Pendidikan & Pelatihan
: Ny. Kusuma Dewi Sutanto
Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi
: Tn. Mega Angkasa
Ketua Bidang Activity Development
: Tn. Ary Putranto
Badan Pembina Badan Pengawas Badan Pengurus Ketua Umum
Wakil Ketua Umum
Sekretaris
Bidang Marketing dan acara
Bendahara
Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Bidang Informasi dan Komunikasi
Gambar 3.2 Struktur Organisasi YPI Sumber : YPI
Bidang Activity Development
44
Mega Angkasa, MM Corp. Public Relation Mgr
Ahmad R.Subing Ass. Corp. PR Mgr
Pingkan S Kaparang Superintendent
Dwi Ridha N.S Si.kom Superintendent
Superintendent
Sri Jumiarsih Staff Gambar 3.3 Struktur Organisasi Corp. Public Relations Sumber : YPI
3.1.5 Program kerja Yayasan Puteri Indonesia Untuk mewujudkan tujuan dan turut mencerdaskan bangsa, YPI menyelenggarakan serangkaian program-program pendidikan dan pelatihan diantaranya: 1. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Mooryati Soedibyo (LPPMS) Untuk mengantisipasi era globalisasi yang membutuhkan sumber daya manusia yang profesional dan terampil, didirikanlah lembaga ini dengan tujuan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional dan terampil melalui jalur pendidikan luar sekolah. Visi dari lembaga ini adalah menjadikan LPPMS sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar yang terpecaya bagi pria dan wanita, dengan hasil lulusan
45 bermutu internasional dan bepribadian mantap. Sedangkan misi dari LPPMS ialah menciptakan tenaga-tenaga profesional dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, keterampilan, dan teknologi sesuai perkembagan zaman, serta siap kerja, mandiri dan berdaya saing tinggi. 2. Bekerjasama dengan LPPMS YPI memberikan kursus bagi masyarakat luas mengenai berbagai bidang pengetahuan bagi para remaja puteri, ibu rumah tangga di kota dan pedesaan dan masyarakat pria dan wanita yang ingin mengembangkan pengetahuannya dalam segala bidang, pendidikan dan pelatihan yang diberikan antara lain: a) Mendirikan bisnis SPA, konsep perawatan SPA b) Fisio terapis SPA c) Perawatan SPA untuk keluarga (Home SPA) d) Pembawa acara dan humas e) Pranatacara perkawinan dan upacara adat f) Berwirausaha dan cara mengelolahnya g) Meramu jamu sendiri dan mengenal khasiat tumbuh-tumbuhan h) Pengembangan diri, modeling, dan MC i) Latihan mengikuti Pemilihan Puteri Indonesia j) Bahasa Inggris, Indonesia, Jawa dan China k) Ngadi Saliro dan Ngadi Busono l) Tata kecantikan kulit dan rambut, dasar, terampil, mahir, Post-Graduated m) Tata rias dan busana pengantin-pengantin daerah, seni mengemas hantaran n) Kepariwisataan o) Tata busana, tata ruang rumah dan menjahit
46
3. YPI melakukan berbagai kegiatan sosial antara lain: a) Memberikan sumbangan secara langsung kepada masyarakat yang terkena musibah di berbagai tempat b) Memberikan Beasiswa Pendidikan Khusus kepada remaja Puteri yang putus sekolah dan yang tidak mampu c) Menyelenggarakan Pelatihan Kewirausahaan bagi pimpinan remaja, anggota organisasi, ibu-ibu rumah tangga dan swadaya masyarakat luas. d) Turut memprakarsai terbentuknya konsorsium di Direktorat Pendidikan Masyarakat – Departemen Pendidikan Nasional untuk menciptakan standar akreditasi Pendidikan Pengelolaan SPA Usaha e) Membantu
lembaga-lembaga,
organisasi-organisasi,
institusi-institusi
swadaya masyarakat yang berminat menyelenggarakan event-event dalam negeri dan forum internasional f) Memperkenalkan Indonesia dibidang Pariwisata, seni budaya, produk komoditi Indonesia dan bekerjasama dengan misi-misi dan delegasi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata g) Membina sumber daya manusia (life skill) agar siap mandiri dan mampu menciptakan tenaga kerja h) Melakukan kerjasama bidang pendidikan dengan perguruan tinggi untuk program-program S2 serta bekerjasama dengan beberapa negara dalam beberapa sistem pendidikan, dengan ijazah luar negeri.
47 4. Menyelenggarakan ajang Pemilihan Puteri Indonesia secara rutin tiap tahunnya. 5. Duta BNN Turut aktif mendukung kampanye anti narkoba yang diselenggarakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), dengan menjadikan Puteri Indonesia selaku Duta Anti Narkoba yang bertugas untuk membantu kegiatan penyuluhan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) dan bahaya HIV/AIDS di seluruh provinsi di Indonesia 6. Duta Komnas Perlindungan Anak (PA) Yayasan puteri Indonesia secara konsisten peduli terhadap anak-anak Indonesia, dengan berpartisipasi dalam kegiatan KOMNAS Perlindungan Anak pimpinan Kak Seto Mulyadi dimana Puteri Indonesia berperan selaku duta Komnas PA 7. Duta Komite Penanggulangan AIDS Yayasan Puteri Indonesia bekerjasama dengan komite Penanggulangan AIDS dalam rangka membantu pelaksanaan kampanye pencegahan dan penularan HIV/AIDS 8. Duta Lingkungan Hidup Runner Up I Puteri Indonesia akan diberikan gelar sebagai Puteri Indonesia Lingkungan Hidup, yang akan bertugas sebagai Duta membantu kegiatan Kementrian Lingkungan Hidup. 3.1.6 Persyaratan Puteri Indonesia a. Warga negara Indonesia, berusia 18-25 tahun, belum menikah, mahasiswi / karyawati dengan tinggi badan minimum 170 cm.
48 b. Peserta daerah harus berdomisili atau berasal dari daerah yang diwakilinya. c. Memiliki pengetahuan umum dan berwawasan luas tentang pariwisata dan kebudayaan Indonesia. d. Berpenampilan menarik / cantik, cerdas dan berkepribadian. e. Mampu berkomunikasi dalam Bahasa asing akan memberikan nilai tambah. f. Diutamakan yang memiliki keahlian khusus / prestasi pada suatu bidang (misalnya musik, tari, tarik suara, kepemimpinan, bahasa dan lain-lain) Puteri Indonesia harus memenuhi antara lain 3B, yaitu : kecerdasan (brain), penampilan menarik (beauty), dan kepribadian / berprilaku baik (behavior). Selain itu, terampil dalam berkomunikasi, dapat berpikir secara rasional, memiliki pengetahuan umum yang luas dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi serta berwawasan pariwisata.
3.1.7 Kegiatan finalis Puteri Indonesia masa karantina Finalis Puteri Indonesia yang telah terpilih mewakili provinsi daerahnya akan melakukan serangkaian kegiatan selama berada di Jakarta, antara lain: a. Panel diskusi / lokakarya b. Pelatihan dalam bidang perawatan kesehatan dan kecantikan, tata busana dan pengembangan diri c. Pembinaan kepribadian d. Pembinaan untuk menjadi public speaker e. Apresiasi budaya dan pariwisata f. Kunjungan ke perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor g. Aksi sosial dan lingkungan
49 h. Audiensi dengan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Gubernur DKI, Ibu Negara atau Ibu Wakil Negara. Berbagai aktivitas lainnya yang bertujuan menambah wawasan dan pengetahuan.
3.2 Metodologi 3.2.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moelong (2005, hal6), penelitian kualitatif adalah “penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lainlain secara holistic dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode penelitian.” Berdasarkan pendekatan penelitian tersebut, maka tujuan penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Moleong (2005, hal11). Tujuan penelitian deskriptif, yaitu: “Mengumpulkan data penelitian berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Laporan penelitian dengan tujuan deskriptif, akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyiaran laporan tersebut. Pada penulisan laporan ini, peneliti menganalisis data yang sangat banyak tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya, hal ini hendaknya dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata Tanya mengapa, alasan apa dan bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh peneliti. Dengan demikian, peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu sudah memang demikian keadaannya.” Dengan demikian, penelitian ini berdasarkan tujuan deskriptif berusaha memaparkan hasil pengumpulan data dan memilah data tersebut satu persatu dan
50 juga menganalisis data tersebut serta mengkomparasi data yang didapat dengan teori yang relevan dengan fokus penelitian yang penulis gunakan.
3.2.2 Bahan penelitian dan unit analisis Bahan penelitian dari penelitian ini adalah kegiatan media relations yang dilakukan oleh Public Relations (PR) Yayasan Puteri Indonesia dalam rangka meningkatkan publisitas Puteri Indonesia di media cetak dan internet. Selain itu, bahan penelitian juga didapat dari data pendukung berupa catatan lapangan, foto, serta dokumen pendukung lainnya. Unit analis adalah satuan tertentu yang akan menjadi subjek dalam penelitian. Dalam penelitian unit analisis terdiri dari dua. Pertama, individu yaitu digunakan apabila informasi yang diharapkan dari seseorang hanya mewakili dirinya sendiri bukan orang lain. Kedua, non individu yaitu digunakan apabila informasi yang diharapkan dari seseorang atau lebih dan mewakili kelompoknya atau organisasinya. Dalam penelitian ini, penulis menetapkan unit analisisnya bersifat non individu karena Public Relations (PR) Yayasan Puteri Indonesia dan wartawan sebagai subjek yang akan diteliti tidak mewakili individunya. Dalam penelitian ini mereka mewakili lembaga atau perusahaan tempat mereka bekerja. Pihak Public Relations Manager dan Public Relations Officer mewakili Yayasan Puteri Indonesia sedangkan wartawan mewakili media massa tempat mereka bekerja.
51 3.2.3 Informan dan key-informan 3.2.3.1 Informan Menurut Moelong (2005, hal132) informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Jadi untuk menjadi informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar belakang penelitian dan berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Dalam penelitian ini yang layak untuk menjadi informan adalah pihak Public Relations (PR) Yayasan Puteri Indonesia bagian media relations, karena mereka merupakan orang yang terlibat langsung dalam kegiatan media relations yang dilakukan oleh Yayasan Puteri Indonesia. Menurut Kriyantono (2006, hal154-155) Penerapan ini berdasarkan pada teknik sampling purposive yaitu “Teknik yang mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sample. Persoalan utama dalam teknik purposive adalah menentukan kriteria, dimana kriteria harus mendukung tujuan penelitian. Biasanya teknik purposive dipilih untuk penelitian yang lebih mengutamakan kedalaman data dari pada untuk tujuan representatif yang digeneralisasikan.” Berdasarkan penjelasan Kriyantono diatas, penerapan orang-orang yang dijadikan sebagai informan adalah sesuai dengan kriteria tertentu yang berhubungan dengan penelitian. Untuk penelitian ini, yang memenuhi kriteria sebagai informan adalah Public Relations (PR) Yayasan Puteri Indonesia yang menangani kegiatan-kegiatan media relations, dilihat dari tingkat keseringannya berhubungan dengan wartawan untuk kegiatan media relations yang dilakukan
52 oleh PR Yayasan Puteri Indonesia dan sejauhmana pengetahuan PR tersebut mengenai
kegiatan
media
relations
Yayasan
Puteri
Indonesia
serta
pendekatannya dengan wartawan dalam upaya meningkatkan publisitas Puteri Indonesia di media cetak dan internet. Sedangkan kriteria yang tepat bagi wartawan untuk dijadikan sebagai informan dalam penelitian dilihat dari tingkat keseringan wartawan menangani atau meliput kegiatan media relations yang dilakukan Yayasan Puteri Indonesia. Wartawan yang menjadi informan dalam penelitian ini berasal dari media cetak dan internet. 3.2.3.2 Key-informan Menurut Moelong (2005, hal133) key- informan adalah mereka yang tidak hanya bisa memberikan keterangan tentang sesuatu kepada peneliti, tetapi juga bisa memberi saran tentang sumber bukti yang mendukung serta menciptakan sesuatu terhadap sumber yang bersangkutan. Dikaitkan dengan penelitian, untuk menjadi key-informan, tidak hanya sekedar terlibat, tetapi harus menguasai seluk beluk kegiatan dan pendekatan media relations yang dilakukan oleh Yayasan Puteri Indonesia. Untuk itu, keyinforman baru bisa ditentukan setelah melakukan penelitian terhadap informan. Dari informan yang memenuhi syarat,kemudian baru dipilih key-informan. Keyinforman didapat melalui wawancara mendalam terhadap informan yang sesuai dengan kriteria.
53 3.2.4 Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah si peneliti itu sendiri. Sedangkan wawancara mendalam dan observasi hanyalah alat (tools) bagi peneliti untuk mengumpulkan data dalam menjawab fokus penelitian. Alat yang digunakan disini tidak baku, tetapi bisa berkembang sesuai jawaban dari informan dan key-informan. (Dalam modul metode penelitian komunikasi Ritonga, 2009) Ada dua jenis data yang penulis butuhkan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer Data primer menurut Moleong (2005, hal157) adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai yang didapat melalui catatan tertulis atau melalui rekaman video atau audio tapes, pengambilan foto atau film. Untuk penelitian ini, data primer yang relevan adalah informasi yang menjawab dari tujuan penelitian ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan dan pendekatan media relations Yayasan Puteri Indonesia dalam membangun hubungan dengan wartawan media cetak dan internet 2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan
dan pendekatan media
relations Yayasan Puteri Indonesia dalam upaya meningkatkan publisitas Puteri Indonesia 2010 di media cetak dan internet.
54 3. Untuk mengevaluasi publisitas Puteri Indonesia 2010 bulan November 2010 sampai Maret 2011. Alat yang digunakan untuk mendapatkan data primer adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam menurut Moleong (2005, hal186) adalah: “Percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara tersebut mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain.”
Menurut Paton (1990) dalam buku “Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif” (Sarwono, 2006, hal224) teknik wawancara mendalam dalam penelitian pendekatan kualitatif dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Wawancara dengan pembicara formal, 2. Wawancara umum dan terarah dan 3. Wawancara terbuka yang standar. Dalam penelitian ini penulis menggunakan ketiga kategori wawancara mendalam diatas yang nantinya disesuaikan dengan situasi pada saat wawancara mendalam berlangsung dalam karakteristik dari orang yang diwawancarai. Keberhasilan dalam mendapatkan data atau informasi dari obyek yang diteliti sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara. Cara melakukan wawancara ini mirip dengan saat melakukan pembicaraan dengan lawan bicara kita. Dimulai dengan mengemukakan topik yang umum untuk membantu peneliti memahami perspektif makna yang diwawancarai. Hal ini sesuai dengan asumsi data
55 penelitian
kualitatif,
bahwa
jawaban
yang
diberikan
harus
dapat
membeberkan perspektif yang diteliti bukan sebaliknya yaitu perspektif dari peneliti sendiri. Selain wawancara mendalam, alat yang digunakan untuk memperoleh data primer dalam penelitian ini adalah observasi. Menurut Sarwono (2006, hal224) kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi. Jika hal itu sudah diketemukan, maka peneliti dapat menemukan tema-tema yang akan diteliti. Salah satu peranan pokok dalam melakukan observasi adalah untuk menemukan interaksi yang kompleks dengan latar belakang sosial yang alami. Menurut Kriyantono (2008, hal64), ada jenis observasi yaitu observasi partisipan, yaitu periset ikut berpartisipasi sebagai anggota kelompok yang diteliti, dan observasi nonpartisipan, yaitu observasi dimana periset tidak memosisikan dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi jenis partisipan dimana penulis terlibat langsung dalam kegiatan media relations yang dilakukan oleh PR Yayasan Puteri Indonesia selama kurang lebih dua bulan.
56 2. Data sekunder Data sekunder merupakan bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi (Moleong, 2005, hal159). Sedangkan menurut Sarwono (2006, hal209-210), data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengar. Data ini biasanya berasal dari data primer yang sudah diolah oleh peneliti sebelumnya. Termasuk dalam kategori data tersebut adalah: 1. Data bentuk teks: dokumen, pengumuman, surat-surat, spanduk. 2. Data bentuk gambar : foto, animasi, billboard. 3. Data bentuk suara: hasil rekaman kaset 4. Kombinasi teks, gambar dan suara : film, video, iklan di televisi, dll. Dalam penelitian ini data sekunder yang ingin penulis dapatkan yaitu data yang dapat menunjang data primer yang sesuai dengan tujuan penelitian ini berupa dokumen perusahaan, foto, surat-surat, dan data lain yang berkaitan dengan kegiatan media relations dalam konteks pendekatan media relations yang dilakukan oleh Public Relations (PR) Yayasan Puteri Indonesia terhadap wartawan yang mewakili media massa. Pada intinya data kualitatif dapat berupa apa saja termasuk kejadian atau gejala yang tidak menggambarkan hitungan, angka atau kuantitas.
57 3.2.5 Keabsahan Data Keabsahan data tidak dapat dilihat dari instrumennya, tetapi dilihat dari data yang diperoleh saat penelitian. Menurut Moleong (2005, hal330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar ini, triangulasi juga untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi menurut Denzin (1978) dibedakan atas 4 macam : (Moleong, 2005, hal330-332) 1. Triangulasi sumber Membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: 1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 2) membandingkan apa yang dikatakan orang didepan
umum
dengan
apa
yang
dikatakannya
secara
pribadi;
3)membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; 4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; 5)membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
58 2. Triangulasi metode Terdapat 2 strategi, yaitu 1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan 2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. 3. Triangulasi penyidik Dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data. Pada dasarnya penggunaaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Cara lain ialah membandingkan hasil pekerjaan seseorang analisis dengan analisis lainnya. 4. Triangulasi teori Berdasarkan
tanggapan
bahwa
fakta
tidak
dapat
diperiksa
derajat
kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Di pihak lain, Patton (1987) bahwa hal ini dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival explanation). Jika analisis telah menguraikan pola hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis, maka penting sekali untuk mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing. Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaanperbedaan konstruksi pernyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu peneliti dapat melakukannya dengan jalan:
59 1) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan 2) Mengeceknya dengan berbagai sumber data 3) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan. Untuk
menentukan
keabsahan
data
pada
penelitian
ini
penulis
menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teori yaitu penulis akan mengkomparasi antara konsep atau teori dalam penelitian ini dengan data yang penulis dapatkan selama penelitian berlangsung baik data primer maupun data sekunder. Penulis menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teori karena triangulasi inilah yang sesuai dengan data dari hasil penelitian yang penulis lakukan.
3.2.6 Analisis Data Analisis data harus sesuai dengan desain penelitian yang digunakan. Karena itu, dalam penelitian kualitatif ada empat macam analisis data untuk studi kasus: pertama, deskriptif (tipe1); kedua, deskriptif analitis (tipe2); ketiga, deskriptif komparatif (tipe 3); keempat, deskriptif analitis komparatif (tipe 4). (modul metode penelitian komunikasi ritonga, 2009) Sesuai dengan desain penelitian dari penelitian ini yaitu desain penelitian Tipe 4, maka teknik analisis data yang penulis gunakan deskriptif analitis komparatif, yaitu membandingkan dan menganalisa kasus yaitu pendekatan media relations Yayasan Puteri Indonesia dalam kegiatan media relations baik secara
60 formal dan informal dengan data yang didapat dalam penelitian dan teori yang menjadi landasan penelitian. Begitu juga dengan hasil wawancara dan terhadap unit analisis yaitu PR dan wartawan yang terlibat dalam kegiatan media relations Yayasan Puteri Indonesia, akan dianalisis dan dikomparasi dengan teori yang menjadi landasan penelitian dan sumber data yang didapat dalam penelitian.
3.3 Operasionalisasi Konsep Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Pendekatan Media Relations Yayasan Puteri Indonesia dalam meningkatkan publisitas Puteri Indonesia”, maka penulis melakukan operasionalisasi konsep dari judul tersebut, sebagai berikut: Tabel 3.1 Operasionalisasi Konsep
No Variabel 1 Media Relations
Dimensi Fungsi Media Relations
Indikator Fungsi Media Relations YPI
Tujuan Media Relations Manfaat Media Relations Pentingnya Media Relations Bentuk kegiatan Media Relations
Tujuan Media Relations YPI Manfaat Media Relations YPI Sejauhmana PR YPI memandang pentingnya Media Relations Bentuk kegiatan Media Relations YPI Waktu pelaksanaan kegiatan Media Relations Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan Media Relations
2
Pendekatan Media Relations
Bentuk pendekatan Media Relations
Strategi pendekatan Media Relations
Bentuk pendekatan YPI dalam kegiatan Media Relations Kapan pendekatan Media Relations dilakukan Kepada siapa saja pendekatan Media Relations dilakukan Strategi khusus yang dilakukan YPI dalam membina hubungan yang baik dengan wartawan
61 No
3
Variabel
Publisitas
Dimensi Hambatan pendekatan Media Relations
Indikator Hambatan yang dihadapi dalam berhubungan dengan media dan cara mengatasinya
Manfaat publisitas Kerugian publisitas Hasil publisitas
Manfaat publisitas bagi YPI Kerugian YPI akibat publisitas Media monitoring
3.4 Permasalahan yang ada Melihat dari kondisi dan situasi yang ada tentang fungsi media relations Yayasan Puteri Indonesia dalam meningkatkan publikasi Puteri Indonesia, ditemukan perumusan masalah yang ada, antara lain: 1. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan dan pendekatan media relations Yayasan Puteri Indonesia dalam membangun hubungan dengan wartawan media cetak dan internet? 2. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan media relations Yayasan Puteri Indonesia dalam upaya meningkatkan publisitas Puteri Indonesia khususnya di media cetak dan internet? 3. Bagaimana hasil publisitas Puteri Indonesia 2010 pada bulan November 2010 sampai Maret 2011? 3.5 Alternatif Pemecahan Masalah 1. Mengevaluasi bentuk-bentuk kegiatan media relations yang telah dilakukan. 2. Mengevaluasi pendekatan media relations yang telah dilakukan. 3. Mengevaluasi publisitas yang telah dihasilkan dengan melakukan media monitoring.