BAB 2 TINJAUAN TEORETIS
2.1. Tinjauan Teoretis Pada bab ini penulis ingin mengemukakan mengenai dasar-dasar teori dalam pokok pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan sebagai pedoman untuk mengkaji permasalahan yang akan dihadapi oleh penulis. Oleh karena itu teori dalam penelitian nanti sudah harus jelas teori apa yang dipakai sehingga memberikan pemahaman bagi penulis dalam penelitian ini. 2.1.1 Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah tempat bertemu para pembeli dan pejual dengan risiko untung dan rugi dan juga merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi (Jogiyanto, 2010:29) Pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar (Sunariyah 2010: 4) Adapun instrumen yang diperjual belikan dalam pasar modal, sebagai berikut: a. Saham b. Obligasi
1
c. Produk Derivatif d. Reksadana Namun untuk melakukan transaksi atas instrumen-instrumen diatas diperlukan suatu sistem, karena kegiatan dalam pasar modal baik membeli dan penjual efek tidak dapat bertemu secara langsung untuk melakukan transaksi, maka dari itu adanya perantara pedagang efek dalam pasar modal. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pada pasal 1 ayat 13 memberikan rumusan pengertian pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Sementara pengertian pasar modal menurut Keppres No.52 Tahun 1976 tentang pasar modal bab I pasal 1 adalah “Bursa efek seperti yang dimaksud dalam Undang– Undang No.15 Tahun 1952 (Lembaran Negara, Tahun 1952 No.67).” Maka secara fisik, pasar modal menunjuk sebuah tempat, yang biasanya menempati sebuah gedung, sebagai tempat bertemunya para pialang yang mewakili para investor, yang lazim disebut bursa (exchange). Di Indonesia sendiri ada satu bursa yakni Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. 2. Fungsi Pasar Modal Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan idustri dan keseluruhan entisitas dalam memenuhi
permintaan dan penawaran modal. Terkecuali dalam negara dengan perekonomian sosialis ataupun tertutup, pasar modal bukanlah suatu keharusan (Sunariyah, 2011:7). Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara sebagai berikut (Sunariyah, 2011:9) a) Fungsi Tabungan (Saving Function) Menabung dapat dilakukan di bawah bantal, celengan atau di bank, tetapi harus diingat bahwasannya nilai mata uang cenderung akan turun di masa yang akan datang. b) Fungsi Kekayaan (Wealth Function) Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu tidak mengalami depresiasi (penyusutan) seperti aktiva lain. Contohnya, mobil, gedung, kapal laut, dan aktiva lainnya. c) Fungsi Likuiditas (Likuidity Function) Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani pemenuhan likuidasi para pemegang surat berharga.
d) Pasar Pinjaman (Credit Function) Selain persoalan-persoalan diatas, pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau investasi. Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. 3. Macam-macam Pasar Modal Pasar modal dirancang untuk investasi jangka panjang. Pengguna pasar modal ini adalah individu-individu, pemerintah, oraganisasi dan perusahaan. Jenis-janis pasar modal tersebut ada beberapa macam, yaitu (Sunariyah, 2011:12): a) Pasar Perdana (Primary Makret) Pasar perdana adalah: “penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder”. Pengertian tersebut menunjukan, bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk dibursa. Harga saham dipasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. b) Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder dimana saham dan sekuritas lainnya diperjual-belikan secara luas, setelah melalui penjualan di pasar
perdana. Harga saham sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. c) Pasar Ketiga (Thrid Market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan. Jadi, dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). Operasi yang ada pada pasar ketiga berupa pemusatan informasi yang disebut “trading information”. Di Indonesia, bursa paralel sudah ditiadakan dengan alasan efesiensi, karena saham-saham yang diperdagangkan di bursa paralel sudah dapat diperdagangkan di BES (Bursa Efek Surabaya). d) Pasar Keempat (Fourth Market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale). Sebagai contoh: PT NUSAMBA mengambil-alih pemilikan saham PT ASTRA International dari beberapa investor/pemegang saham lainnya sehingga menguasai 15% saham yang beredar.
4. Macam-macam Transaksi Di Pasar Modal Ditinjau dari proses penyelenggarakan transaksi, pasar modal terdiri dari empat kategori pasar, yaitu (Sunariyah, 2011:15): a) Pasar Spot Adalah bentuk pasar keuangan yang memperdagangkan sekuritas atau jasa keuangan untuk diserah-terimakan secara spontan. Artinya, kalau seseorang membeli suatu jasa-jasa finansial, maka pada saat itu juga akan menerima jasa yang dibeli tersebut. Meskipun serah-terima sekuritas/jasa keuangan tidak dapat dilakukan segera, yang dipentingkan adalah proses transaksi tersebut menunjukan saat terjadinya perpindahan kekayaan di antara kedua belah pihak. b) Pasar Future atau Forward Adalah pasar keuangan di mana sekuritas atau jasa keuangan yang akan diselesaikan pada kemudian hari atau beberapa waktu sesuai dengan ketentuan. Proses transaksi memuat kesepakatan saat terjadinya transaksi dan saat penyerahan harus dilakukan. Dengan demikian perpindahan kekayaan dalam transaksi semacam ini memerlukan jangka waktu tertentu. Dengan kata lain harga transaksi ditentukan hari ini , sedangkan penyerahan barang akan dilakukan di masa yang akan datang. Tentu saja, karena adanya perbedaan waktu antara saat tanggal transaksi dengan penyerahan, akan menimbulkan risiko kenaikan dan penurunan harga. Risiko semacam itu, harus dipertimbangkan oleh kedua belah pihak yang bertransaksi.
c) Pasar Opsi Merupakan
pasar
keuangan
yang
memperdagangkan
hak
untuk
menentukan pilihan terhadap saham atau obilgasi. Pilihan tersebut adalah persetujuan atau kontrak hak pemegang saham untuk membeli dan menjual dalam waktu tertentu diantara entitas yang melakukan kontrak terhadap opsi yan diperjual-belikan. 4. BAPEPAM Pada tahun 1976, melalui Keputusan Presiden, departemen keuangan indonesia mendirikan BAdan PElaksana PAsar Modal (BAPEPAM). Peranan BAPEPAM pada saat itu adalah untuk melaksanakan jalannya kegiatan pasar modal dan juga meregulasinya. Kedua peranan ini, yaitu melaksanakan dan meregulasi dianggap menimbulkan konflik karena badan ini dianggap meregulasi pelaksanaan dirinya sendiri. Oleh karena itu, pada tahun 1990 melalui Keputusan Presiden No. 53 tahun 1990 merubah BAPEPAM sebagai Badan Pengawas Pasar Modal yang fungsinya hanya sebagai pembuat regulasi (regulator), pengordinasi semua bursa-bursa pasar modal yang ada di Indonesia dan pengawas jalannya pasar modal (watch-dog) (Jogiyanto, 2003:49) 5. Indek Harga Saham Gabungan Suatu indeks diperlukan sebagai sebuah indikator untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEJ meliputi pergerakan-pergerakan harga untuk saham biasa dan saham preferen. IHSG mulai dikenal pertama kali pada tanggal 1 April 1983 dengan menggunakan landasan dasar (baseline) tanggal 10 Agustus 1982.
Rumus yang digunakan untuk menghitung IHSG adalah, sebagai berikut (Jogiyanto 2003:60)
Notasi : = indeks harga saham gabungan hari ke-t Nilai Pasar = rata-rata tertimbang nilai pasar (jumlah lembar tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar perlembarnya) dari saham umum dan saham preferen pada hari ke-t Nilai Dasar
= sama dengan nilai pasar tetapi dimulai dari tanggal 10 agustus 1982
Dengan demikian IHSG untuk tanggal 10 agustus 1982 adalah bernilai 100 (nilai ini merupakan indeks dasar). 2.1.2 Investasi 1. Pengertian Investasi Penundaan konsumsi
sekarang untuk dimasukan ke aktiva produktif
selama perode waktu tertentu (Jogiyanto, 2010:5) Penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang (sunariyah, 2006:4) 2. Jenis Investasi Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan membeli aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain. Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan
investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan lain (Jogiyanto, 2010:7) a) Investasi Langsung Investasi langsung dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan dipasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan. Aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan biasanya diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-aktiva ini dapat berupa tabungan di bank atau sertifikat deposito. Aktiva yang dapat yang dapat diperjual-belikan dipasar uang (money market) berupa aktiva yang mempunyai risiko gagal kecil, jatuh temponya pendek dengan tingkat cair yang tinggi. Contoh aktiva ini dapat berupa Treasury-bill (Tbill) yang banyak digunakan dipenetian keuangan sebagai proksi return bebas risiko (risk-free rate of return). Contoh yang lain adalah sertifikat deposito yang dapat dinegosiasi. Istilah negosiasi berarti dapat dijual kembali. b) Investasi Tidak Langsung Investasi tidak langsung dapat dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya. Perusahaan investasi dapat diklasifikasikan sebagai unit investment trust, close-end investment companies dan open-end companies.
Unit investment trust merupakan trust yang menerbitkan portofolio yang dibentuk dari surat-surat beharga berpenghasilan tetap (misalnya bond) dan ditangani oleh orang kepercayaan yang independen. Sertifikat portofolio ini dijual kepada investor sebesar nilai bersih total aktiva yang tergabung di dalam portofolio ditambah dengan komisi. Investor dapat menjual balik sertifikat ini kepada trust sebesar nilai bersih sertifkat tersebut (net asset value atau NAV). Besarnya NAV per-sertifikat adalah total nilai pasar dari sekuritas-sekuritas yang tergabung di portofolio dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi dan dibagi dengan jumlah sertifikat yang diedarkan. Close-end invesment companies merupakan perusahaan investasi yang hanya menjual sahamnya pada saat penawaran perdana (initial public offering) saja. Biasanya perusahaan investasi ini tidak menawarkan lagi tambahan lembar saham, kecuali jika ada penawaran publik berikutnya . Lembar saham yang sudah beredar dari penawaran perdana diperdagangkan dipasar sekunder (stock exchange) dengan harga pasar yang terjadi dipasar bursa. Open-end invesment companies dikenal dengan nama perusahaan reksadana (mutual fund). Perusahaan reksadana (mutual fund) ini adalah perusahaan investasi yang mengelola portofolio dan menjual kepemilikan portofolionya di pasar modal. Perusahaan investasi ini masih terus menjual kepemilikan portofolionya kepada investor. Juga pemegang kepemilikan portofolio dapat menjual kembali kepemilikan portofolionya ke perusahaan reksadana bersangkutan.
2.1.3 Saham 1. Pengertian Saham Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut Emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan demikian kalau seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan. Saham ada dua macam, yaitu: saham atas nama dan saham atas unjuk. pada saat ini saham-saham yang diperdagangkan di Bursa Efek adalah saham atas nama, yaitu saham yang nama pemilik saham tertera diatas saham tersebut (Klinik Go Public dan Investasi, 1997 : 37) 2. Jenis Saham a) Saham Preferen Saham preferen memiliki sifat gabungan (hibrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa. Seperti bond yang membayar bunga atas pinjaman, saham preferen memberikan hasil
yang tetap berupa dividen preferen (Jogiyanto,
20010:111) Karakteristik saham preferen adalah sebagai berikut: a) Preferen terhadap deviden, yaitu pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. b) Saham preferen juga umumnya memberikan hak deviden komulatif, yaitu hak kepada pemegangnya untuk menerima deviden tahun-tahun sebelumnya yang
belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya. Nilai dari deviden in arrears harus diungkapkan (disclose) dicatatan dalam laporan keuangan, sehingga investor dan calon investor saham biasa dapat mengetahui dan dapat menilai pengaruh dari kewajiban ini terhadap harga dari saham biasa. jika saham preferen tidak mempunyai bentuk deviden kumulatif, maka suatu deviden yang tidak dibayar diperiode lalu akan hilang selamanya. c) Saham preferen mempunyai hak preferen pada waktu likuidasi, yaitu hak saham preferen untuk mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan dibandingkan dengan saham biasa pada saat terjadi likuidasi. Untuk macam-macam saham preferen ada 3 macam (Jogiyanto, 2010:114) a) Convertible Preferred Stock Untuk menarik minat investor yang menyukai saham biasa, beberapa saham perferen menambah bentuk di dalamnya yang memungkinkan pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan. b) Collable Prefered Stock Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari pemegang pada tanggal tertentu di masa mendatang dengan nilai yang tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnya. c) Floating atau Adjustable-rate Prefered Stock (ARP) Saham preferen ini merupakan saham inovasi baru di Amerika Serikat yang dikenalkan pada tahun 1982. Saham preferen ini tidak membayar deviden
secara tetap, tetapi tingkat deviden yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas t-bill (treasury bill). saham preferen tipe baru ini cukup populer sebagai investasi jangka pendek untuk investor yang mempuyai kelebihan kas. b) Saham Biasa Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah sebagai berikut (Jogiyanto, 2010:117) a)
Hak Kontrol Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Ini bererti pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan pemegeng saham atau memveto pada tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham.
b)
Hak Menerima Pembagian Keuangan Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak sesuai laba dibagikan, sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini (retained earnings) merupakan sumber dana intern perusahaan. Laba yang tidak ditahan dibagikan dalam bentuk deviden. Tidak semua perusahaan membayar deviden. Keputusan perusahaan membayar devidan atau tidak dicerminkan dalam kebijaksanaan dividennya (dividen policy). Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam bentuk dividen,
semua pemegang saham berhak mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa mendapatkan haknya jika perusahaan sudah membayarkan dividen untuk saham preferen. c) Hak Preemptif Hak preemtif (preemptive right) merupakan hak untuk mendapatkan presentasi pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham, maka jumlah saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya presentase kepemilikan pemegang saham yang lama akan turun. Hak preemptif memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham baru, sehingga presentasi pemilikannya tidak berubah. Hak ini mempunyai dua tujuan, tujuan yang pertama adalah untuk melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama, tujuan kedua adalah untuk melindungi pemegang saham dari nilai yang merosot. 2.1.4 Go Public 1. Pengertian Go Publik Go Publik adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang go publik) kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya (Sunariyah,2010) 2. Tahap Persiapan Sebelum mengajukan pernyataan pendaftaran terdapat beberapa hal yang harus disiapkan oleh perusahaan yaitu sebagai berikut (Sunariyah, 2010) :
a) Manajemen perusahaan menetapkan rencana mencari dana melalui go publik. b) Rencana go publik tersebut dimintakan persetujuan kepada para pemagang saham dan perubahaan anggaran dalam RUPS. c) Emiten mencari profesi penunjang dan lembaga penunjang untuk membantu menyiapkan kelengakapan dokumen. d) Penjamin emisi (underwriter), adalah pihak bertindak sebagai penjamin dan membantu emiten dalam prosen emisi. e) Profesi penunjang, yang terdiri dari : Akuntan publik (auditor independen), untuk melakukan audit atas laporan keuangan emiten untuk dua tahun terakhir. Notaris, untuk melakukan perubahan anggaran dasar, membuat akta perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulennotulen rapat. Konsultan hukum, untuk memberi pendapat dari segi hukum. Perusahaan penilai, untuk melakukan penilaian atas aktiva yang dimiliki emiten. f) Lembaga penunjang: Wali amanat akan bertindak selaku wali bagi kepentingan pemegang obligasi (untuk emisi obligasi). Penanggung (Guarantor). Biro administrasi efek. Tempat penitipan harta. g) Mempersiapkan kelengkapan dokumen emisi.
h) Kontrak pendahuluan dengan bursa efek. i) Public Expose, kepada masyarakat luas. j) Penanda-tanganan berbagai perjanjian-perjanjian emisi. k) Khusus penawaran obligasi atau efek lain yang bersifat utang, terlebih dahulu harus memperoleh peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga peringkat efek. l) menyampaikan pernyataan pendaftaran beserta dokumen-dokumennya kepada BAPEPAM-LK. 2.1.5 Teori Portofolio 1. Pengertian Portofolio Di awal 1950-an Markowitz mengembangkan teori portofolio, yang melihat pada bagaimana laba investasi dapat dioptimalkan. Para ekonom telah lama memahami pandangan umum atas peragaman portofolio, di mana perkataan "jangan meletakkan semua telurmu di 1 keranjang " sudah lama beredar. Namun Markowitz menunjukkan cara bagaimana mengukur risiko sejumlah keamanan dan bagaimana menggabungkannya di sebuah portofolio untuk mendapatkan laba maksimum atas risiko yang didapat. Teori portofolio sebelumnya hanya merupakan konsumsi kaum akademik, sedangkan manajer keuangan tidak memiliki minat atau tidak menyadari keberadaan teori tersebut. Namun situasi ini telah berubah seiring dengan bertambahnya sarjana yang memasuki profesi pengelolaan uang. Saat ini, manajer keuangan bersifat terbuka terhadap teori ini dan seringkali turut memberikan kontribusi pemikiran bagi teori tersebut.
Menurut Sunariyah (2011:190) portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasi dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga. Pembentukan portofolio berangkat dari usaha diversifikasi investasi guna mengurangi risiko. Terbukti bahwa semakin banyak jenis efek yang dikumpulkan dalam keranjang potofolio, maka risiko kerugian saham yang satu dapat dinetralisir oleh keuntungan yang diperoleh dari saham lain. 2. Return Portofolio Mengukur return dan risiko untuk sekuritas tunggal memang penting, tetapi bagi manajer portofolio, return dan risiko seluruh sekuritas di dalam portofolio lebih diperlukan. Bagaimanapun juga menghitung return dan risiko untuk sekuritas tunggal juga berguna karena nilai-nilai tersebut akan digunakan untuk menghitung return dan risiko portofolio (Jogiyanto 2003:147) Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. return saham dibedakan menjadi dua yaitu: a) Return realisasi Merupakan rata-rata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut. Secara matematis, return realisasi dapat ditulis sebagai berikut:
Notasi:
Rp
= return realisasi portofolio
Wᵢ
= porsi dari sekuritas i terhadap seluruh sekuritas diportofolio
Rᵢ
= return realisasi dari sekuritas ke-i
n
= jumlah dari sekuritas tunggal
b) Return ekspektasi Merupakan rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasi masingmasing sekuritas tunggal di dalam portofolio. Return ekspektasi portofolio dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut:
Notasi: E (Rp) = return ekspektasi dari portofolio Wᵢ
= porsi dari sekuritas i terhadap seluruh sekuritas diportofolio
E(Rᵢ) = return ekspektasi dari sekuritas ke-i = jumlah dari sekuritas tunggal
n
sedangkan kinerja portoflio yang hanya didasarkan pada retrunnya saja dapat dihitung dengan cara sebagai berikut (Jogiyanto, 2010:637)
Notasi: Rp
= return portofolio
NBAt = nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode sekarang (t) NBAt-1 = nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode lalu
(t-1) 3. Risiko Portofolio Adalah varian return sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio tersebut. Tidak seperti halnya return portofolio yang merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh return sekuritas tunggal, risiko portofolio tidak merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh sekuritas tunggal. Risiko portofolio mungkin dapat lebih kecil dari risiko rata-rata tertimbang masing-masing sekuritas tunggal (Jogiyanto, 2003:147). 4. Diversifikasi Pembentukan portofolio sebaiknya memang terdiversifikasi secara luas kalau hendak memenuhi syarat portofolio yang ideal. Kaidahnya, semakin terdiversifikasi, semakin baik karena semakin rendah risiko yang kita hadapi. Apalagi kalau diversifikasi ini juga memenuhi syarat yang pertama tadi, yaitu saling berkorelasi negatif (Sawidji 2009:169) Diversifikasi risiko ini sangat penting untuk investor, karena dapat meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi return yang diterima. Investor dapat melakukan diversifikasi dengan beberapa cara, seperti misalnya dengan membentuk portofolio berisi banyak aktiva, membentuk portofolio banyak random atau diversifikasi secara metode Markowitz (Jogiyanto, 2010:279) 1. Diversifikasi dengan banyak aktiva, mengikuti hukum statistik bahwa semakin besar ukuran sampel, semakin dekat nilai rata-rata sampel dengan nilai ekspektasian dari populasi. Hukum ini disebut Hukum Jumlah Besar (Law of Large Numbers). asumsi yang digunakan disini adalah bahwa tingkat hasil (rate
of return) untuk masing-masing sekuritas secara statistik adalah independen. Ini berarti bahwa rate of return untuk satu sekuritas tidak terpengaruhi oleh rate of return sekuritas yang lain. 2. Diversifikasi seara random, merupakan pembentukan portofolio dengan memilih sekuritas-sekuritas secara acak tanpa memperhatikan karakteristik dari investasi yang relevan seperti misalnya return dari sekuritas itu sendiri. Investor hanya memilih sekuritas secara acak. 3. Diversifikasi secara Markowitz, Semakin banyak sekuritas yang dimasukan kedalam portofolio, semakin kecil risiko portofolio. 5. Pembentukan Potofolio Efesien Portofolio efisien (efficient portfolio) dapat didefinisikan sebagai protofolio yang memberikan return ekspektasian terbesar dengan risiko tertentu atau memberikan risiko terkecil dengan return ekspektasian yang tertentu. Investor yang rasional akan memilih portofolio efisien ini karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu return ekspektasian atau risiko portofolio (Jogiyanto, 2010:309) 6. Pembentukan Portofolio Optimal Model Indeks Tunggal Menurut (Jogiyanto, 2010:361) perhitungan untuk menentukan portofolio optimal akan sangat dimudahkan jika hanya didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu sekuritas dapat dimasukan ke dalam portofolio optimal tersebut. Angka tersebut adalah rasio antara akses retrun dengan Beta (excess return to beta ratio). Ratio ini adalah:
E ( R i ) RBR i Notasi: ERBi
= excess return to beta sekuritas ke-i
E(Ri)
= return ekpektasi berdasarkan model indeks tunggal untuk sekuritas ke-i
RBR
= return aktiva bebas risiko
i
= Beta sekuritas ke-i Excess return didefinisikan sebagai selisih return ekspektasian dengan return
aktiva bebas risiko. Excess returnto beta berarti mengukur kelebihan return relatif terhadap satu unit risiko yang tidak dapat di diversifikasi yang diukur dengan beta. Rasio ERB ini juga menunjukan hubungan antara dua faktor penentu investasi, yaitu return dan risiko. Portofolio yang optimal akan berisi dengan aktiva-aktiva yang mempunyai nilai rasio ERB yang tinggi akan dimasukan ke dalam portofolio optimal. Dengan demikian diperlukan sebuah titik pembatas (cut-off point) yang menentukan batas nilai ERB berapa yang dikatakan tinggi. Besarnya titik pembatas ini dapat ditentukan dengan langkahlangkah sebagai berikut; 1. Urutkan sekuritas-sekuritas berdasarkan nilai ERB terbesar ke nilai ERB terkecil. Sekuritas-sekuritas dengan nilai ERB terbesar merupakan kandidat untuk dimasukkan ke portofolio optimal. 2. Menghitung nilai Ai dan Bi untuk masing-masing sekuritas ke-i sebagai berikut:
Ai
[ E ( Ri) RBR ] 2 ei
dan
j
i2
Bi
2 ei
Notasi: 2 ei
= varian dari kesalahan residu sekuritas ke-i yang juga merupakan risiko unik atau risiko tidak sistematis.
3. Nilai Ci yaitu nilai C untuk sekuritas ke-i yang dihitung dari kumulasi nilai-nilai A₁ sampai dengan Aᵢ dan nilai-nilai B₁ sampai dengan Bᵢ. Misalkan C menunjukan nilai C untuk sekuritas ke-3 yang dihitung dari kumulasi A₁, A₂, A₃ dan B₁, B₂, B₃, secara matematis dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut: i
m2
Aj j i
Ci
i
m2
1
Bj j i
Dengan mensubsitusikan niali Aj dan Bj maka rumus Cᵢ menjadi:
m
2
i j i
1
E ( Ri ) ( R BR ) . ej 2
m2
i j i
i
i2 ej 2
Besarnya cut-off point(C*) adalah nilai Ci dimᵢana nilai ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai Ci 4. Sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio optimal adalah sekuritas-sekuritas yang mempunyai nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik C* . Sekuritas-sekuritas yang mempunyai ERB lebih kecil dengan ERB titik C* tidak diikut-sertakan dalam pembentukan portofolio optimal.
2.2 Penelitian Terdahulu 1. Yohanes Sekmana Wijaya (2012) Dengan “Analisis Portofolio Dengan Model Indeks Tunggal Untuk Memilih Saham-Saham Sebagai Pertimbangan Investasi Pada Perusahaan Yang Go Public Di BEI Tahun 2010.” Tabel 1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan penelitian sekarang Persamaan penelitian terdahulu Perbedaan penelitian dengan penelitian ini dengan penelitian ini
terdahulu
1. Cara pengambilan sample 1. Peneliti terdahulu menggunakan yaitu dengan judgement perusahaan go publik yang sampling bergerak disektor industri, 2. Teknik Analisis data dengan primer, dan infrastruktur menggunakan model indeks sebagai sample sedangkan tunggal penelitian ini hanya saham3. Pengambilan data penelitian saham perusahaan BUMN yang melalui bursa efek go publik 4. Merupakan jenis penelitian 2. Data penelitian terdahulu deskriptif menggunakan data tahun 2010, 5. Populasi saham merupakan sedangkan penelitian ini populasi yang beda sektor menggunakan data tahun 2012
2. Rutin (2014) Dengan judul “Analisis Pembentukan Portofolio Dengan Model Indeks Tunggal Sebagai Dasar Pertimbangan Investasi Saham”.
Tabel 2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan penelitian sekarang Persamaan penelitian dengan penelitian ini
terdahulu Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini
1. Cara pengambilan sample yaitu 1. Peneliti terdahulu dengan judgement sampling menggunakan perusahaan go 2. Teknik Analisis data dengan publik yang bergerak disektor menggunakan model indeks manufaktur sebagai sample tunggal sedangkan penelitian ini hanya 3. Pengambilan data penelitian saham-saham perusahaan melalui bursa efek BUMN yang go publik 4. Merupakan jenis penelitian 2. Populasi saham merupakan deskriptif populasi yang sejenis, 5. Data penelitian terdahulu sedangkan penelitian ini tidak menggunakan data tahun 2010, sejenis sedangkan penelitian ini menggunakan data tahun 2012
2.3 Rerangka Berpikir Investasi Di Pasar Modal
Perusahaan BUMN Di BEI