BAB 2 TINJAUAN TEORETIS
2.1 Tinjauan Teoretis Dalam mendukung penelitian serta penunjang dalm penulisan ini maka akan disampaikan beberapa teori yang masih dapat diterima oleh semua masyarakat dan pihak-pihak yang berkaitan dengan permasalahan yang sama. Adapun tinjauan teori yang digunakan sebagai dasar penyelesaian masalah yang akan dibahas oleh penulis adalah sebagai berikut: 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Fungsi
akuntansi
keuangan
perusahaan
salah
satunya
adalah
menyediakan informasi tentang keadaan keuangan perusahaan untuk periode tertentu dalam laporan keuangan. laporan keuangan merupakan hal yang penting karena memberikan informasi yang dapat dipakai untuk pengambilan keputusan oleh manajemen perusahaan. Sebuah akuntansi keuangan lebih menitikberatkan pada penyediaan informasi kepada pihak-pihak luar perusahaan. Pihak-pihak diluar perusahaan itu sangat banyak sekali, masing-masing mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Menurut Syahyunan (2004:22), laporan keuangan adalah produk dari manajemen dalam rangka mempertanggungjawabkan penggunaan sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya.Berdasarkan PSAK No.1 paragraf 7 (IAI, 2009) laporan keuangan adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan suatu entitas yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan.Menurut Kieso (2008:2) laporan keuangan merupakan sarana pengomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak – pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan yang sering disajikan adalah: (1) Neraca, (2) laporan laba rugi, (3) laporan arus kas, (4) laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan. Menurut Soemarso (2008:368) unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas (modal). Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh. Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat. Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. 2. Tujuan Laporan Keuangan Dari definisi diatas dapat dijelaskan bahwa laporan keuangan disajikan untuk memberikan informasi kepada pihak luar yang membutuhkan dalam pengambilan keputusan sehingga tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
Menurut Purba (2010:27) Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi terkait dengan posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu entitas yang berguna untuk pengambilan keputusan para pemakainya. Keputusan yang diambil oleh para pemakai laporan keuangan sangat bervariasi, tergantung kepentingan mereka. informasi keuangan yang ada pada laporan keuangan harus memiliki karakteristik tertentu agar dapat memenuhi kebutuhan pemakainya. Karakteristik yang harus dipenuhi suatu informasi yang ada pada laporan keuangan ditetapkan dalam kerangka dasar penyusuman dan penyajian laporan keuangan atau IFRS Framework. 3. Elemen-Elemen Laporan Keuangan Laporan keuanganmenunjukkan apa
yang telah dilakukan oleh
manajemen (Stewardship), atau sumber daya manajemen yang dipercayakan kepadanya.Laporan keuangan utama terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. a.
Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi (income statement), yang sering disebut statement of
income dan statement of earnings adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dan biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan dengan biaya merupakan laba yang diperoleh oleh perusahaan atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Pendapatan atau penjualan bersih disajikan pada bagian atas sendiri dari setiap laporan, setelah berbagai biaya dan pajak, dikurangi untuk mendapatkan laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham. Laporan laba dan dividen per saham diberikan pada bagian bawah laporan
ini. Laba per saham (Earning Per Share) disebut “bottom line”, menunjukkan bahwa diatara semua akun pada laporan laba rugi, EPS adalah yang paling penting. Laporan laba rugi dapat mencakup setiap periode, tetapi laporan ini biasanya dibuat secara bulanan, kuartalan, atau tahunan. b.
Laporan Perubahan Modal Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang berisi informasi
mengenai perkembangan modal perusahaan untuk suatu periode tertentu. Laporan perubahan modal menyajikan perubahan-perubahan pada pos-pos ekuitas. Laporan ini sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi alasan perubahan klaim pemegang ekuitas atas aktiva perusahaan. Laporan ini merinci perubahan ekuitas pemegang saham yang disebabkan penerbitan, pembelian kembali saham, dan atau reinvestasi laba.Laporan ini dipersiapkan setelah laporan laba rugi, karena laba bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Serta dipersiapkan sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah modal pada akhir periode harus dilaporkan dineraca. Oleh karena laporan perubahan modal seringkali dipandang sebagai penghubung antara laporan laba rugi dengan neraca. c.
Neraca Neraca adalah suatu daftar aset, kewajiban , dan ekuitas pemilik pada
periode waktu tertentu (Warren, dkk, 2008:24). Bentuk neraca ada dua, yaitu bentuk perkiraan dan bentuk laporan. Bentuk perkiraan menggambarkan format dasar dari persamaan akuntansi, dimana aset ditetapkan disebelah kiri dan kewajiban, ekuitas pemilik di sebelah kanan. Bentuk laporan menempatkan kewajiban dan ekuitas pemilik di bawah aset. Bagian aset dalam neraca biasnya disusun berdasarkan urutan cepat lambatnya aset tersebut dikonversikan menjadi kas atau digunakan dalam
operasi. Kas berada diurutan pertama, diikuti oleh piutang, perlengkapan, asuransi dibayar dimuka, dan aset lainnya. Kemudian, disajikan aset yang sifatnya atetap atau permanen, seperti tanah, bangunan, dan peralatan.
d.
Laporan Arus Kas Laporan arus kas berisi aliran kas masuk /keluar dari suatu perusahaan
selama kurun waktu tertentu. Laporan ini menjelaskan perubahan pada kas atau setara kas dalam periode tertentu. Setara kas adalah penempatan dana sementara untuk kepentingan likuiditas perusahaan dan dengan cepat dapat dijadikan kas tanpa menghadapi resiko perusahaan yang signifikan. Semua arus kas masuk dan arus kas keluar diklasifikasikan ke dalam salah satu dari tiga kategori, yaitu: aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasilan utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. e.
Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan disajikan secara sistematis. Catatan atas
laporan keuangan mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam standar akuntansi serta ungkapanungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Tujuan dari penyajian catatan atas laporan keuangan untuk
meningkatkan transparansi laporan keuangan dan penyajian pemahaman yang lebih baik atas informasi keuangan. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas harus saling berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atsa laporan keuangan. 4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Menurut Purba (2010:28) kerangka dasar IFRS memberikan uraian terkait dengan basis penyusunan dan karakteristik kualitatif laporan keuangan yang harus dipenuhi, sehingga berguna bagi pengambilan keputusan para penggunanya. Terdapat empat karakteristik laporan keuangan yang harus dipenuhi agar laporan keuangan dapat bermanfaat bagi pemgambil keputusan. Keempat karakteristik tersebut adalah “dapat dipahami”, “relevansi”, “dapat dipercaya” dan “dapat dibandingkan” dengan penjelasan sebagai berikut: 1)
Suatu informasi bermanfaat apabila dapat dipahami atau understandable oleh paraa penggunanya. Para pengguna laporan keuangan adalah pihak-pihak yang berasal dari berbagai kalangan dengan latar belakang pendidikan, profesi dan budaya yang berbeda-beda. Laporan keuangan harus disajikan dengan bahasa yang sederhana, singkat, formal dan mudah dipahami.
2)
Informasi yang ada pada laporan keuangan harus relevan dengan pengambilan keputusan. Sebab jika tidak, maka laporan keuangan tidak akan memberikan manfaar bagi para penggunanya dalam melakukan evaluasi keuangan entitas bisnis tersebut. Agar relevan, informasi yang ada pada laporan keuangan harus memiliki nilai prediktif sehingga dapat digunakan
dalam melakukan prediksi keuangan. Suatu informasi dikatakan relevan apabila disajikan dengan memperhatikan prinsip materialitas. 3)
Informasi yang ada pada laporan keuangan akan sangat bermanfaat apabila disajikan dengan andal atau dapat dipercaya. Suatu laporan keuangan dapat dipercaya apabila disajikan secara jujur. Di samping itu, laporan keuangan harus disajikan dengan prinsip „substance over form’ atau penyajian yang lebih mengutamakan hakikat ekonomi daripada hakikat formal. Laporan keuangan juga harus disajikan dengan prinsip kehati-hatian atau konservatif dan lengkap.
4)
Informasi yang ada pada laporan keuangan harus memiliki sifat daya banding. Untuk mencapai kualitas tersebut, laporan keuangan harus disajikan secara komparatif dengan tahun-tahun sebelumnya. Laporan keuangan yang disajikan secara komparatif sangat bermanfaat karena dapat digunakan untuk melakukan prediksi keuangan. Agar memiliki daya banding, laporan keuangan juga menggunakan teknik-teknik dan basis-basis pengukuran dengan konsisten,
Karakteristik yang terpenting dan terakhir yang harus dipenuhi adalah penyajian dengan benar dan wajar atau dikenal dengan istilah „true and fair’. Penyajian yang benar artinya penyajian yang tidak mengandung kebohongan dan penyajian wajar. Penyajian benar dan wajar tentunya dilakukan dengan memperhatikan prinsip materialitas.
5. Pemakai Laporan Keuangan Menurut Purba (2010:33) para pemakai laporan keuangan sangat bervariasi dengan latar belakang dan kepentingan yang berbeda. Mereka dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu pemakai eksternal dan internal. Kedua kelompok pemakai laporan keuangan tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Pemakai Internal 1) Manajemen. Manajemen berkepentingan melihat besar kecilnya laba perusahaan untuk melakukan evaluasi kinerja keuangan. Informasi pada laporan keuangan juga dibutuhkan untuk menentukan strategi, pengawasan dan menjadi ukuran dalam memberikan insentif karyawan. Manajemen bertanggung jawab atas penyajian dan penyusunan laporan keuangan. b. Pemakai Eksternal 1) Penanam modal. Penanam modal atau investor dan penasihatnya berkepentingan dengan resiko yang melekat pada investasi mereka dan informasi terkait dengan besarnya laba perusahaan sangat menentukan besarnya dividen yang akan mereka peroleh, 2) Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman terutama bank, tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk mengetahui apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar oleh perusahaan pada saat jatuh tempo, 3) Masyarakat. Laporan keuangan dapat membatu masyarakat dengan menyediakan
informasi
kecenderungan
dan
perkembangan
kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya,
terakhir
4) Pemerintah dan badan regulator lainnya. Pemerintah dan badan regulasi lainnya berkepentingan terhadap aktivitas perusahaan. Pemerintah dan badan regulasi lainnya membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. Lembaga Negara selain pemerintah yang berkepentingan atas laporan keuangan adalah Bank Indonesia. Dalam melakukan analisa Capital Adequacy Ratio (CAR) secara nasional, BI mengumpulkan informasi dari laporan keuangan bank yang dilaporkan secara berkala, 5) Pemasok dan kreditur usaha lainnya. Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dengan tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjama, 6) Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan perusahaan atau dengan kata lain sangat bergantung pada keberadaan perusahaan, 7) Karyawan. Karyawan berkepentingan melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
2.1.2 Laba Bersih Para calon investor sebelum menetukan keputusan investasinya perlu menilai perusahaan terlebih dahulu dari segi kemampuan untuk memperoleh laba bersih sehingga diharapkan perusahaan dapat memberikan tingkat pengembalian yang tinggi. Laba bersih dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kinerja perusahaan selama 1 periode tertentu. Menurut Belkaoui (2000:332)Laba bersih merupakan “perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yang berasal dari transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis. Dalam metode historical cost (biaya historis) laba diukur berdasarkan selisih aktiva bersih awal dan akhir periode yang masingmasing diukur dengan biaya historis, sehingga hasilnya akan sama dengan laba yang dihitung sebagai selisih pendapatan dan biaya”.Laba bersih (net income) dapat dijadikan ukuran kinerja perusahaan selama satu periode tertentu. Earning merupakan suatu ukuran berupa besar harta yang masuk (pendapatan dan keuntungan) melebihi harta yang keluar (beban dan kerugian). Menurut Soemarso (2004 : 227) angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah Laba Bersih (net income). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss). Menurut Belkaoui (2006:230), “Laba bersih diukur berdasarkan konsep akuntansi akrual”. Secara konseptual, akuntansi akrual mengkonversi arus kas menjadi suatu pengukuran yang secara prinsip mendekati konsep laba ekonomi. Akuntansi
akrual
berusaha
untuk
memperolehpengukuran
laba
yangmempertimbangkan baik arus kas kini maupun implikasi transaksi terhadap arus kas masa depan. Akuntansi akrual bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pemakai mengenai konsekuensi aktivitas usaha terhadap arus kas perusahaan di masa depan secepat mungkin dengan aktivitas yang layak. Hal ini dapat dicapai dengan mengakui pendapatan dan beban saat terjadi, tanpa memperhatikan apakah terdapat arus kas pada saat bersamaan. Pemisahaan pengakuan pendapatan dan beban dengan arus kas difasilitasi dengan penyesuaian akrual, yang menyesuaikan arus kas masuk dan keluar untuk memperoleh pendapatan dan beban. Meskipun demikian, penggunaan laba bersih sebagai kebijakan dalam pembagian dividen memiliki kelemahan dalam beberapa hal dimana terdapat ketidakmampuan untuk melakukan matching yang tepat antara expense dan revenue, dan juga karena sifat yang arbitrer dari prosedur-prosedur alokasi. 2.1.3 Arus Kas dari Aktivitas Operasi Laporan arus kas aktivitas operasi adalah salah satu bagian penting dari laporan arus kas. Aktivitas operasi merupakan aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba. Selain pendapatan dan beban yang disajikan dalam laporan laba rugi, aktivitas operasi juga meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar bersih yang berasal dari aktivitas operasi, seperti investasi dalam persediaan, perolehan kredit dari pemasok, dan pemberian kredit kepada pelanggan. Aktivitas operasi meliputi transaksi dan peristiwa yang tidak cocok untuk dikelompokkan ke dalam aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
Berdasarkan PSAK No. 2 paragraf 12 (IAI, 2009) jumlah arus kas dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Arus kas dari aktivitas operasi yang utama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan, karena itu arus kas biasanya berasal daritransaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba dan rugi bersih. Arus kas aktivitas operasi pada suatu perusahaan dapat bernilai positif ataupun negatif. Suatu perusahaan memiliki arus kas operasi yang positif jika arus kas masuk dari aktifitas operasi lebih besar daripada arus kas keluarnya. Sebaliknya perusahaan akan memiliki arus kas operasi yang negativejika arus kas masuk dari aktifitas operasi lebih kecil daripada arus kas keluarnya. Arus kas operasi oleh perusahaan diharapkan bernilai positifdari tahun ke tahun. Hal ini karena arus kas dari aktifitas operasi yang positif dapat menambah dana
bagi
perusahaan
dan
menunjukkan
bahwa
perusahaan
berupaya
meningkatkan operasi dalam usahanya, serta menyebabkan kinerja perusahaan menjadi lebih baik.Sementara jika arus kas dari aktifitas operasi yang negatif menunjukkan semakin berkurangnya laba perusahaan sehingga ada kemungkinan perusahaan akan membagikan dividen kecil dan perusahaan tidak akan dapat meningkatkan kas dari sumber lain dalam waktu yang tidak terbatas. Jika kondisi tersebut terus berlangsung cukup lama maka kemungkinan saham perusahaan tidak akan diminati oleh para investor sehingga pada akhirnya perusahaan akan
mengalami kesulitan keuangan dan kemungkinan terburuk perusahaan akan bangkrut. Arus kas dari aktivitas operasi secara rinci menurut PSAK No. 2 (IAI, 2009) adalah sebagai berikut: a. penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa, b. penerimaan kas dari royalti, komisi, dan pendapatan lain, c. pembayaran kas kepada karyawan, d. pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa, penerimaan kas dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim anuitas dan manfaat asuransi lainnya, e. pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan, kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi, f. penerimaan dan pembayaran dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan. Dalam mempelajari laporan keuangan penekanannya adalah pada laba bersih yang tercantum dalam laporan laba rugi. Laba Bersih perusahaan itu penting, akan tetapi arus kas lebih penting karena dividen harus dibayarkan dalam bentuk kas dan kas diperlukan untuk membeli aset yang diperlukanuntuk melanjutkan operasi. Walaupun demikian, arus kas dan laba bersih memiliki hubungan yang cukup erat. Arus kas bersih merupakan penjumlahan dari laba bersih perusahaan, pendapatan nonkas dan beban nonkas. Sehingga makin besar laba bersih yang dihasilkan perusahaan, semakin besar pula arus kas perusahaan.
Ada dua metode alternative pelaporan arus kas dari aktivitas operasi dalam laporan arus kas. Dua metode tersebut adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Jika aktivitas operasi menggunakan metode langsung maka penerimaan dan pengeluaran kas bruto akan diungkapkan. Dan sebaliknya, jika menggunakan metode tidak langsung, maka arus kas dari aktivitas operasi diperoleh dengan jalan penyesuaian terhadap laba bersih dari pengaruh transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dan unsure penghasilan atau beban yang berkaitan dengan aktivitas investasi atau pendanaan (Soemarso, 2008:322). Kedua metode ini menghasilkan jumlah yang sama, yaitu jumlah arus kas bersih yang disediahkan oleh arus kas operasi. PSAK No.2 paragraf 18 (IAI, 2009)menyatakan perusahaan disarankan untuk melaporkan arus kas dari aktivitasoperasi dengan menggunakan metode langsung.Metode inimenghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung. Akan tetapi metode tidak langsung lebih disukai oleh kebanyakan perusahaan karena metode tersebut relatif mudah digunakan dan merekonsiliasikan perbedaan antara laba bersih dengan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Kedua metode tersebut memiliki kelebihan masing-masing. Kelebihan dari metode langsung adalah sangat mudah dipahami dan intuitif. Sementara kelebihan dari metode tidak langsung adalah metode ini menandai faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi. Pengukuran laba bersih yang didasarkan pada laporan arus kas (cash flow) ke dalam dan ke luar perusahaan pada aktivitas operasi sangat penting
karena hasil dari pengukuran dari aktivitas ini bersifat likuid, mudah sebagai alat pertukaran dan menunjukkan daya beli secara umum. Arus kas operasi juga mencakup arus kas dari kegiatan mengadakan, membeli, dan menagih pokok pinjaman yang dicatat sebesar nilai pasar dan dimiliki hanya untuk beberapa waktu dengan tujuan akan dijual kembali. Kelemahan yang dihadapi dalam menggunakan arus kas yang historis untuk memprediksi dividen ialah bermacam-macam arus kas ke dalam perusahaan saling tergantung satu sama lain. Contoh, kas yang tersedia dapat dipakai untuk membeli mesin baru, untuk membayar dividen atau segera melunasi hutang. 2.1.4 Dividen 1. Pengertian Dividen Dividen merupakan sebagian dari laba atau pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham sesuai dengan persentase kepemilikannya pada saham perusahaan yang diumumkan oleh Dewan Direksi selain Capital Gain. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai (kas), saham perusahaan, ataupun aktiva lainnya dan dibayarkan sekali setahun atau setiap semesteran. Semua dividen haruslah diumumkan oleh Dewan Direksi sebelum dividen tersebut menjadi kewajiban perusahaan. Menurut Warsono (2003:271) pengertian dividen adalah bagian dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai. Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain yang akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai
keuntungan dari laba perusahaan (Hanafi, 2004:361).Menurut Warren, dkk (2005:425) dividen adalah pembagian laba suatu perseroan kepada para pemegang sahamnya.Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dividen adalah suatu pembagian laba perusahaan yang diberikan kepada pemegang saham sesuai dengan persentase kepemilikannya di perusahaan tersebut, baik dalam bentuk aktiva atau dalam bentuk saham. Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan. Kebijakan dividen memegang peranan penting dalam menentukan nilai perusahaan. Pemegang saham memandang dividen sebagai kemampuan perusahaan meningkatkan pendapatan. Dalam hal ini peran manajer keuangan sangat penting artinya seorang manajer keuangan harus mampu mengambil kebijakan dividen yang optimal yang mana akan menyeimbangkan dividen saat ini dan tingkat pertumbuhan dividen di masa yang akan datang agar nilai perusahaan dapat ditingkatkan. 2. Jenis Dividen Dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham dalam beberapa jenis dividen. Dividen yang paling disukai oleh para pemegang saham adalah dividen tunai atau dividen kas. Ada beberapa jenis dividen (Nirwanasari, 2007:22) yaitu sebagai berikut: a.
Dividen kas, dividen yang paling umum dibagikan perusahaan adalah bentuk kas. Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat
pengumuman adanya dividen kas adalah apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut, b.
Dividen aktiva selain kas (Property Dividend). Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas. Dividen dalam bentuk ini disebut property dividend. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan, barang dagang atau aktivaaktiva lain,
c.
Dividen hutang (Script Dividend), Dividen hutang timbul apabila laba tidak dibagi saldonya, mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kasnya tidak cukup sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan script dividend yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. Script dividend ini mungkin berbunga mungkin tidak,
d.
Dividen likuidasi, adalah dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal. Apabila perusahaan membagi dividen likuidasi, maka para pemegang saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah pembagian laba, dan berapa yang merupakan pengembalian modal sehingga para pemegang saham bisa mengurangi rekening investasinya,
e.
Dividen saham, adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut pembayaran kepada pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya. Dividen saham dapat berupa saham yang jenisnya sama maupun yang jenisnya berbeda.
3. Prosedur Pembayaran Dividen Prosedur pembayaran dividen yang sebenarnya adalah sebagai berikut (Brigham & Houston, 2001: 84): a.
Tanggal pengumuman(declaration date),tanggal
dimana dewan direksi
mengumumkan dividen. Pada tanggal ini, pembayaran dividen akan merupakan kewajiban yang legal dari korporasi. b.
Tanggal pencatatan pemegang saham(holder of record date), tanggal dimana
pemegang saham berhak untuk menerima dividen. c.
Tanggal pemisahan dividen (ex-dividen date), tanggal dimana hak atas dividen
lepas dari saham. hak atas dividen dari saham sampai 4 hari sebelum date of record. Pengertiannya, pada 4 hari sebelum date of record, hak atas dividen tidak ada lagi pada saham dan penjual bukan lagi pemilik saham tersebut, yang seharusnya orang yang akan menerima dividen. Harga pasar saham mempengaruhi kenyataan dan telah berlalu dan akan turun kira-kira sejumlah dividen tersebut. d.
Tanggal pembayaran(payment date),merupakan tanggal dimana korporasi akan
membayarkan dengan membagikan cheque dividen kepada pemegang saham. 2.1.5 Kebijakan Dividen 1. Pengertian Kebijakan Dividen Kebijakan deviden merupakan sebuah kebijakan yang menyangkut tentang masalah penggunaan laba
yang menjadi hak para pemegang
saham.Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2005:308), Kebijakan dividen adalah pembagian laba antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi
kembali perusahaan. Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen merupakan arus kas yang disisihkan pemegang saham. Menurut Prawironegoro (2007:215) Kebijakan Dividen ialah Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tentang pembagian laba bersih kepada para pemegang saham.Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah suatu keputsan yang diambil apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham atau ditahan sebagai laba ditahan untuk investasi perusahaan. 2.
Kebijakan Pembayaran Dividen Menurut Gitosudarmo dan Basri (2008:230) dalam kebijaksanaan
pembayaran dividen pada garis besarnya adalah: a.
Stable Dividend Policy (Kebijaksanaan Pembayaran Dividen yang Stabil) Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil
dalam jumlah yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang semakin menurun. Jadi besarnya dividen yang dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walaupun terjadi fluktuasi dalam net income. b.
Fluctuating Dividend Policy (Kebijakan pembayaran Dividen yang berfluktuasi) Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan mendasarkan
pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang dibayarkan relative tinggi, dan sebaliknya bila
tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah, atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat keuntungannya. c.
Kombinasi Stable Dividend Policy dan Fluctuating Dividend Policy Pada kebijakan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang
bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat proporsional dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba para pemegang saham masih mendaptkan dividen tetap dan apabila didapatkan keuntungan dari hasil operasinya didapatkan bagian dari keuntungan. Bagian dividen yang bersifat proporsional besarnya tidak sama dengan dividen yang menggunakan kebijakn fluktuatif. 3.
Teori Kebijakan Dividen Menurut Brigham dan Houston (2006: 20)terdapat beberapa teori
kebijakan pembagian dividen yaitu: yaitu: a.
Teori “Dividen Tidak Relevan“ dari Modigliani dan Miller Menurut Modigliani dan Miller (MM) nilai suatu perusahaan tidak
ditentukan oleh besar kecilnya dividen, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan. Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah seperti : Pasar modal sempurna dimanasemua investor adalah rasional,Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru,Tidak ada pajak,Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.Pada praktiknya:Pasar modal yang sempurna sulit ditemui, Biaya emisi saham baru pasti ada, Pajak pasti ada, Kebijakan investasi perusahaan tidak mungkin tidak berubah.
b.
Teori “ The Bird in the Hand “ Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan
akan naik jika dividen rendah karena investor lebih suka menerima dividen dari pada capital gains. Menurut mereka, investor memandang pembayaran dividen lebih pasti dari pada capital gains. Perlu diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. Modigliani dan Miller menganggap bahwa argumen Gordon dan Lintner ini merupakan suatu kesalahan (MM menggunakan istilah “The Bird in the hand Fallacy“). Menurut MM, pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama. c.
Teori Perbedaan Pajak Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka
menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividen lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa. d.
Teori “Signaling Hypothesis“ Teori ini menyatakan bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti
dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya pernurunan dividen pada umumnya
menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik diveden masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan normal (biasanya) diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dividen waktu mendatang. Seperti teori dividen yang lain, teori “Signaling Hypotesis“ ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau disebabkan karena efek sinyal dan preferensi terhadap dividen.
e. Teori “Clientele Effect“. Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang lanjut usia dikenai pajak lebih ringan) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika
perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebalinya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar. Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari “Clientele“ ini ada. Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen kecil, demikian sebaliknya. Efek “Clientele“ ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan mereka". f.
Smoothing Theory Teori ini dikembangkan oleh Lintner. Ketika manajer diberi insentif yang
didasarkan pada kinerja keuangan, hal ini dapat mendorong manajer menampilkan kinerja yang lebih baik melalui rekayasa laba. Perataan penghasilan merupakan salah satu teknik manajemen laba yang dilakukan dengan menekan variabilitas laba pada beberapa periode sehingga laporan laba memperlihatkan fluktuasi yang rendah atau dengan kata lain memperlihatkan laba perusahaan yang stabil. Dengan laba yang stabil maka kemungkinan dividen yang dibagikan oleh perusahaan juga akan stabil karena dividen yang dibagikan merupakan bagian dari laba yang dihasilkan perusahaan. Teori ini mengatakan bahwa jumlah dividen bergantung akan keuntungan perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya. g.
Residual Theory Of Dividens Menurut teori dividen residual, dividen ditentukan dengan cara: (1)
mempertimbangkan kesempatan investasi perusahaan, (2) mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk menentukan besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi, (3) memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi
kebutuhan akan modal sendiri tersebut semaksimal mungkin dan, (4) membayar dividen hanya jika ada sisa laba. Kebijakan dividen residual dengan demikian membayarkan dividen hanya jika ada sisa kas setelah perusahaan mendanai semua usulan investasi yang mempunyai NPV (Net Present Value) positif. h.
Agency Theory Menurut teori ini konflik terjadi pihak-pihak yang berkaitan di
perusahaan. Sebagai contoh, manajer disewa oleh pemegang saham untuk menjalankan perusahaan agar tujuan pemegang saham bisa tercapai, tetapi manajer bisa saja mempunyai agenda tersendiri yang tidak selalu konsisten dengan tujuan pemegang saham, misalnya perusahaan mempunyai kelebihan kas dengan NPV positif (free cash flow), yang didefinisikan sebagai kelebihan kas setelah semua investasi dengan NPV positif didanai. Kas tersebut akan lebih baik jika dibandingkan ke pemegang saham, dan pemegang saham akan memanfaatkan kas tersebut dengan cara mereka tersendiri. Selain itu dalam penelitian ini digunakan juga teori keuangan. Teori keuangan akan menjelaskan bagian yang akan dibagikan oleh perusahaan sebagai dividen bagi para pemegang saham. Teori Keuangan Menurut teori keuangan, besarnya dana yang bisa dibagikan sebagai dividen (atau investasi kembali) bukanlah sama dengan laba setelah pajak. Dana yang diperoleh dari hasil operasi selama satu periode tersebut adalah sebesar laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan. Meskipun demikian, bukan berarti
bisa dibagikan sejumlah ini sebagai dividen. Karena kalau seluruh dana tersebut dibagikan sebagai dividen, maka perusahaan tidak akan bisa melakukan pengantian aktiva tetap dimasa yang akan datang. Kalau ini terjadi maka kemampuan perusan untuk menghasilkan laba akan berkurang.Dalam teori keuangan, jumlah dana yang bias dibagikan sebagai dividen bisa dinyatakan sebagai berikut:
Keterangan: D
= Dividen,
E
= Earning After Tax (Laba Setelah Pajak),
A.T = Aktiva Tetap, M.K = Modal Kerja. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa dana yang bisa dibagikan sebagai dividen merupakan kelebihan dana yang diperoleh dari operasi perusahaan (yaitu E + penyusutan) diatas keperluan investasi untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang (yaitu investasi aktiva tetap dan modal kerja). Hanya saja, untuk menyederhanakan analisis sering diasumsikan bahwa investasi pada aktiva tetap akan diambilkan dari dana penyusutan, dan modal kerja dianggap tidak berubah (sehingga tidak perlu menambah modal kerja). Apabila asumsi ini dipergunakan, maka bisa dimengerti kalau besarnya dividen ditentukan oleh laba setelah pajak (E) dan maksimal dividen yang bisa dibagikan adalah sama dengan E. Itulah mengapa EAT digunakan sebagai ukuran jumlah maksimal dana yang dibagikan sebagai dividen.
4.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Ada beberapa faktor yang mempengaruhi manajemen dalam menentukan
kebijakan
dividen.
Menurut
Sutrisno
(2005:286)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kebijakan dividen adalah posisi Solvabilitas, posisi likuiditas, kebutuhan pelunasan hutang, rencana perluasan, kesempatan investasi, stabilitas pendapatan, pengawasan terhadap perusahaan. a.
posisi solvabilitas apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya.
b.
posisi likuiditas Dividen kas merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend payout ratio (DPR) kecil, sebab sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditas. Namun perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih besar. Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha.
c.
kebutuhan pelunasan hutang Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hutang-hutang ini harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Disamping itu dengan jumlah jatuh temponya hutang, berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang bisa dengan mencari hutang baru dan juga bisa dengan sumber dana intern dengan cara memperbesar laba ditahan. Hal ini tentunya akan memperkecil dividend payout ratio (DPR).
d.
rencana perluasan Perusahaan
yang
berkembang
ditandai
dengan
semakin
pesatnya
pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, juga semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, menabah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satu juga bisa diperoleh dari internal resources berupa memperbesar laba yang ditahan. Dengan demikian semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan semakin kecil dividend payout ratio (DPR).
e.
kesempatan investasi Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bilan kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak akan digunakan untuk membayar dividen.
f.
stabilitas pendapatan Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.
g.
pengawasan terhadap perusahaan Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.
2.1.6 Penelitian Terdahulu 1. Penelitian yang dilakukan oleh Suharli M. (2007) dengan judul “Pengaruh profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2002-2003”. Data penelitian diambil dengan metode purposive sampling terhadap perusahaan yang berada di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kedua variabel independen hanya profitabilitas yang dapat mempengaruhi kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan.Pada penelitian Suharli M. Menggunakan variabel independen yang berbeda dengan penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah profitability dan Investment Opportunity Set. Variabel profitabilitas diukur dengan ROI (Return On Invesment) berbeda dengan penelitian ini. Selain itu periode penelitian yang digunakan pada penelitian tersebut relatif pendek hanya 2 tahun berbeda dengan penelitian ini yaitu periode 2002-2003. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Hery (2009) dengan judul “Hubungan laba bersih dan Arus Kas Operasi dengan Dividen Kas”. Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi person, koefisien determinasi, dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen kas. Serta laba bersih dan arus kas operasi berhubungan cukup kuat dan positif dengan dividen kas. Pada penelitian Hery jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 25 perusahaan dalam satu tahun berbeda dengan penelitian ini.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling berbeda juga dengan penelitian ini. 3.
Penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2012) dengan judul “Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi TerhadapKebijakan Dividen Pada Perusahaan Yang Terdaftar DiBursa Efek Indonesia Periode 2009-2010”. Penelitian ini menggunakan sampel non probability sampling, menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel laba bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, sedangkan variabel arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Jika secara simultan dua variabel yaitu laba bersih dan arus kas operasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.Pada penelitian irawan variabel laba bersih diukur dengan satuan rupiah per lembar saham berbeda dengan penelitian ini. Selain itu periode penelitian yang digunakan pada penelitian tersebut relatif pendek hanya 2 tahun berbeda dengan penelitian ini yaitu periode 2009-2010.
2.2 Rerangka Pemikiran Perusahaan dalam menentukan besar kecilnya dividenyang dibagikan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen. Oleh sebab itu, perusahaan akan memperhatikan laba bersih yang diperoleh perusahaan karena dividen yang dibagikan merupakan bagian dari laba. Jika perusahaan bisa memperoleh laba bersih yang besar, maka perusahaan mampu menetapkan dividen payout ratio makin besar. sebaliknya, jika semakin kecil laba bersih yang
diperoleh perusahaan, maka semakin kecil pula dividen payout ratio yang dibagikan. Arus kas dari aktivitas operasi merupakan arus kas utama, karena menunjukkan kinerja perusahaan selama satu periode. Arus kas operasi berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Arus kas positif mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan kas untuk membiayai operasi normal perusahaan. Sebaliknya jika arus kas negarif, maka mengindikasikan bahwa perusahaan tidak mampu membiayai kegiatan perusahaan termasuk pembayaran dividen. Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang dikemukakan diatas, pengaruh antara laba bersih dan arus kas operasi terhadap kebijakan dividen dapat di gambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Laba Bersih Kebijakan Dividen Arus Kas Operasi
: Simultan : Parsial Gambar 2.1 Kerangka Konseptu
2.3 Perumusan Hipotesis
Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan khususnya yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain: Irawan (2012) penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah laba bersih mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara laba bersih terhadap kebijakan dividen. Hal ini sesuai dengan smoothing theoryyang menjelaskan bahwa jumlah dividen yang dibayarkan tergantung kepada keuntungan sekarang. Pradhono dan Christiawan (2004) penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah arus kas operasi mempunyai pengaruh terhadap return yang diterima pemegang saham. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat disimpulkan terdapat pengaruh signifikan antara arus kas operasi terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Hal ini sesuai dengan teori keuangan yang menyatakan bahwa jumlah dividen yang dibagikan merupakan kelebihan dana dari aktivitas operasi diatas keperluan investasi untuk menghasilkan laba dimasa datang. Berdasarkan pada masalah penelitian serta tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang telah dilakukan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1
: Variabel laba bersih dan arus kas operasi secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan
dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. H2
: Variabel laba bersih dan arus kas operasi secara parsial memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011.