BAB 2 LANDASAN TEORI
Teorema Shannon-Nyquist menyatakan agar tidak ada informasi yang hilang ketika pencuplikan sinyal, maka kecepatan pencuplikan harus minimal dua kali dari lebar pita sinyal tersebut. Pada kebanyakan aplikasi, termasuk kamera digital video dan citra, nilai Nyquist-rate sangat tinggi sehingga menghasilkan jumlah data yang banyak sehingga pemampatan sangat diperlukan sebelum data disimpan atau dikirimkan. Pada aplikasi-aplikasi lain seperti pencitraan medis dan high-speed ADC meningkatkan kecepatan pencuplikan memerlukan biaya yang sangat mahal.
2.1
Representasi dan Aproksimasi Representasi adalah bagaimana menyatakan suatu sinyal dalam basis pembentuknya. Representasi sinyal satu dimensi adalah menyatakan suatu sinyal satu dimensi dalam basis pembentuknya. Representasi tidak mengubah banyak data sinyal asli. Representasi dilakukan dengan harapan suatu sinyal dinyatakan dalam basis pembentuk yang tepat sehingga menghasilkan pemampatan atau sparsity. Dengan sparsity maka hanya sebagian nilai koefisien yang besar yang memuat sebagian besar informasi dari sinyal. Sedangkan sebagian besar lainnya memiliki nilai koefisien yang kecil yang tidak memuat informasi dari sinyal sehingga dapat dihilangkan.
7
8 Rumus representasi adalah sebagai berikut: f = ∑ α iϕ i ………(1) i∈I
Dimana : f
: suatu sinyal
αi
: koefisien
ϕi
: basis Basis dalam suatu transformasi berguna untuk merepresentasikan sebuah
sinyal dan nilai. Misalkan pada fourier transform yang memiliki basis sinus maka dapat dikatakan bahwa sinyal yang dihasilkan akan berbentuk sinus dan memiliki nilai-nilai tertentu. Basis sinus digunakan juga pada teorema sampling yang dapat merepresentasikan setiap fungsi yang dibatasi (finite function) dan prosesnya dapat diselesaikan dengan sampel-sampel. Selain itu basis juga berpengaruh dalam aproksimasi. Basis yang berbeda dapat memberikan nilai aproksimasi yang berbeda pula. Aproksimasi merupakan pendekatan dalam mengambil suatu data. Data yang diambil hanya sebagian sedangkan sisa datanya dijadikan nol. Ketika melakukan aproksimasi maka akan terdapat selisih antara data asli dengan data yang diaproksimasi. Selisih ini yang dikenal dengan sebutan norm error. Berikut adalah bentuk persamaannya [7]:
f (t ) − fˆN (t )
2
2 ⎛∞ ⎞ = ⎜⎜ ∫ f (t ) − fˆN (t ) dt ⎟⎟ ⎝ −∞ ⎠
1/ 2
………(2)
9 Aproksimasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: •
Aproksimasi linier Pada aproksimasi linier sebagian data yang diambil adalah data yang terletak di bagian depan sedangkan sisanya dijadikan nol. Banyak data yang diambil tergantung dari persentase data yang diinginkan. Contohnya dapat dilihat di bawah ini:
Misalkan terdapat data sinyal input: - 0,03 - 0,01 - 0,07 - 0,02 0,12 0,01 0,08 - 0,43 - 0,27 0,09 Bila persentase data yang diinginkan adalah 20 % maka data yang diambil adalah sebanyak 2 data. Hal ini didapat dari 20 % dikalikan dengan banyaknya jumlah data sinyal input. Dari contoh di atas jumlah data sinyal input adalah sebanyak 10 data. Jadi data yang diambil = 20 % x 10 = 2 data. Sehingga data sinyal input akan menjadi: - 0,03 - 0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 •
Aproksimasi nonlinier Pada aproksimasi nonlinier sebagian data yang diambil adalah data yang paling besar setelah data-data tersebut diabsolutkan. Data-data yang tidak diambil dijadikan nol. Sama seperti aproksimasi linier banyak data yang diambil pada aproksimasi nonlinier tergantung dari
10 persentase data yang diinginkan. Contohnya dapat dilihat di bawah ini:
Misalkan terdapat data sinyal input: - 0,03 - 0,01 - 0,07 - 0,02 0,12 0,01 0,08 - 0,43 - 0,27 0,09
Berikut adalah data sinyal input di atas yang telah diabsolutkan: 0,03 0,01 0,07 0,02 0,12 0,01 0,08 0,43 0,27 0,09 Bila persentase data yang diinginkan adalah 40 % maka data yang diambil adalah sebanyak 4 data. Hal ini didapat dari 40 % dikalikan dengan banyaknya jumlah data sinyal input. Dari contoh di atas jumlah data sinyal input adalah sebanyak 10 data. Jadi data yang diambil = 40 % x 10 = 4 data. Sehingga data sinyal input akan menjadi: 0 0 0 0 0,12 0 0 - 0,43 - 0,27 0,09
2.2
Sparsity Kebanyakan sinyal alami memiliki representasi yang padat ketika dinyatakan ke dalam basis yang tepat. Sebagai contoh, pada Gambar 2.1 (a) dan transformasi wavelet-nya pada Gambar 2.1 (b). Walaupun hampir seluruh piksel citra memiliki nilai tidak nol, namun kebanyakan koefisien wavelet-nya bernilai kecil dan hanya sedikit koefisien yang bernilai besar dimana memuat sebagian besar informasi dari citra.
11
Gambar 2.1 (a) Citra asli berukuran 1 Megapiksel. (b) Koefisien-koefisien wavelet. (c) Rekontruksi citra yang didapatkan dengan hanya menggunakan 25.000 koefisien wavelet terbesar.
Secara matematik, jika suatu vektor
x ∈ ℜ n yang direpresentasikan
menggunakan basis orthonormal (misalnya basis wavelet) Ψ = [ψ 1ψ 2 ...ψ N ] seperti persamaan berikut: N
x = ∑ siψ i (t ) ………(3) i =1
Dimana si adalah koefisien dari x didapatkan dari, si = x,ψ i , biasanya (3) dituliskan dalam bentuk matriks x = Ψs (dimana Ψ adalah matriks N × N sedangkan x dan s berupa vektor kolom N × 1 ). Sinyal x dikatakan K-sparse jika hanya K dari koefisien-koefisien s bernilai tidak nol sedangkan sejumlah (N-K) koefisien bernilai nol. Jika K << N , maka sinyal x dikatakan compressible
[8]
.
Dengan hanya mengambil koefisien-koefisien bernilai besar dan mengabaikan sisanya menjadi prinsip dasar pemampatan data seperti JPEG-2000 dan standar
12 pemampatan data lainnya
[9]
. Teknik pemampatan data seperti di atas disebut
dengan transform-coding, walaupun memberikan pemampatan data yang baik dan digunakan pada banyak standar pemampatan saat ini, namun memiliki ketidakefisien-an yaitu pertama jumlah data semula N mungkin sangat besar walaupun jumlah K kecil, ke-dua seluruh N koefisien transformasi harus dihitung walaupun nantinya hanya sejumlah K koefisien terbesar yang diambil sedangkan sisanya dibuang, ke-tiga lokasi dari K koefisien terbesar tersebut harus disimpan, Gambar 2.2 memperlihatkan ketidakefisien-an tersebut [10].
Gambar 2.2 Blok diagram standar transform-coding yang saat ini digunakan. 2.3
Fourier Transform (Transformasi Fourier) Diperkenalkan pertama kali oleh Jean Baptiste Joseph Fourier pada tahun 1807. Dia menyatakan bahwa semua sinyal periodik yang kontinu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari sinyal-sinyal sinusoidal dengan frekuensi, amplitudo, dan fasa yang tertentu
[11][12]
. Dengan fourier transform, suatu sinyal
13 dalam domain waktu dapat direpresentasikan ke dalam domain frekuensi. Nilainilai frekuensi dari sinyal tersebut dapat diketahui setelah direpresentasikan ke dalam domain frekuensi. Namun dalam domain frekuensi tidak terdapat informasi waktu kapan frekuensi-frekuensi tersebut muncul. Karena hal inilah maka fourier transform hanya cocok untuk sinyal stasioner dan tidak cocok untuk sinyal non-stasioner. Hal ini disebabkan fourier transform menganalisa sinyal dalam keseluruhan waktu (dari awal sampling hingga akhir sampling) sehingga muncul asumsi bahwa informasi frekuensi sinyal tersebut terjadi dalam setiap waktu. Padahal belum tentu frekuensi-frekuensi tersebut terjadi dalam setiap waktu pada sinyal tersebut. Inilah yang menjadi kekurangan dari fourier transform dalam menganalisa suatu sinyal.
2.4
Discrete Cosine Tansform (DCT)
Discrete Cosine Transform (DCT) merupakan suatu teknik yang digunakan untuk melakukan konversi sinyal ke dalam komponen frekuensi pembentuknya dengan cara memperhitungkan nilai riil dari hasil transformasinya. Dari namanya dapat diketahui bahwa DCT hanya menggunakan gelombang cosinus (cosine waves). DCT merupakan transformasi yang berhubungan dengan fourier
transform, namun DCT hanya menggunakan bilangan-bilangan riilnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu DCT maju dan DCT balik.
[13]
. DCT
14 2.4.1
Discrete Cosine Transform Maju (Forward DCT) Persamaan forward DCT yang digunakan yaitu: N
π (2n − 1)(k − 1)
n =1
2N
y (k ) = w(k )∑ x(n) cos
, k = 1,..., N
……….(4)
Dimana ⎧ ⎪ ⎪ w(k ) = ⎨ ⎪ ⎪⎩
1 N
, k =1
2 , 2≤k ≤ N N
………(5)
N adalah panjang dari x(n), x(n) adalah nilai sinyal asli, y(k) adalah nilai dari forward DCT, x(n) dan y(k) mempunyai ukuran yang sama.
2.4.2
Discrete Cosine Transform Balik (Inverse DCT)
Pada inverse DCT dilakukan proses rekonstruksi yaitu mengembalikan komponen frekuensi menjadi komponen sinyal semula. Persamaan yang digunakan yaitu: N
π (2n − 1)(k − 1)
k =1
2N
x(n) = ∑ w(k ) y (k ) cos
Dimana ⎧ ⎪ ⎪ w(k ) = ⎨ ⎪ ⎪⎩
1 N
, k =1
2 , 2≤k ≤ N N
, n = 1,..., N
………(6)
15 N adalah panjang dari y(k), y(k) adalah nilai dari forward DCT, x(n) adalah nilai
dari inverse DCT, x(n) dan y(k) mempunyai ukuran yang sama.
2.5
Wavelet Transform (Transformasi Wavelet)
Dengan berkembangnya teknik-teknik analisa sinyal maka muncullah suatu konsep baru yang dapat mengatasi kekurangan dari fourier transform dan teknik analisa sinyal tersebut dinamakan dengan Wavelet Transform. Wavelet transform mulai diperkenalkan pada tahun 1980-an oleh Morlet dan Grossman sebagai fungsi matematis untuk merepresentasikan data atau fungsi sebagai alternatif transformasi-transformasi matematika yang lahir sebelumnya untuk menangani masalah resolusi. Sebuah wavelet merupakan gelombang singkat (small wave) yang energinya terkonsentrasi pada suatu selang waktu untuk memberikan kemampuan analisis transien, ketidakstasioneran, atau fenomena berubah terhadap waktu (time varying). Karakteristik dari wavelet antara lain adalah berosilasi singkat, translasi (pergeseran), dan dilatasi (skala). Wavelet transform memiliki kemampuan untuk menganalisa suatu data
dalam domain waktu dan domain frekuensi secara bersamaan. Analisa data pada wavelet transform dilakukan dengan mendekomposisikan suatu sinyal ke dalam
komponen-komponen frekuensi yang berbeda-beda dan selanjutnya masingmasing komponen frekuensi tersebut dapat dianalisa sesuai dengan skala resolusinya atau level dekomposisinya. Hal ini seperti proses filtering, dimana sinyal dalam domain waktu dilewatkan ke dalam low-pass filter (LPF) dan high-
16 pass filter (HPF) untuk memisahkan komponen frekuensi tinggi dan frekuensi
rendah [14]. Tahap pertama analisis wavelet adalah menentukan tipe wavelet atau mother wavelet yang akan digunakan. Hal ini perlu dilakukan karena fungsi wavelet sangat bervariasi. Beberapa contoh mother wavelet adalah Haar, Daubechies, Biortoghonal, Coiflets, Symlets, Morlet, Mexican Hat, dan Meyer.
Setelah pemilihan mother wavelet, tahap selanjutnya adalah membentuk basis wavelet yang akan digunakan untuk mentransformasikan sinyal.
Berdasarkan jenis sinyal yang diprosesnya, wavelet transform dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu Continuous Wavelet Transform (CWT) dan Discrete Wavelet Transform (DWT).
2.5.1
Discrete Wavelet Transform (Transformasi Wavelet Diskrit)
Discrete wavelet transform (DWT) secara umum merupakan dekomposisi
sinyal pada frekuensi subband sinyal tersebut. Komponen subband wavelet transform dihasilkan dengan cara penurunan level dekomposisi. Implementasi DWT dapat dilakukan dengan cara melewatkan sinyal melalui sebuah LPF dan HPF serta melakukan downsampling pada keluaran masing-masing filter seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.3 [15].
17
Gambar 2.3 Proses DWT.
Dimana : x[n]
: Sinyal asli
g[n]
: Low-Pass Filter (LPF)
h[n]
: High-Pass Filter (HPF)
Keluaran dari LPF merupakan koefisien aproksimasi dari DWT dan keluaran dari HPF merupakan koefisien detail dari DWT. DWT yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lifting Wavelet Transform (LWT).
2.5.2
Lifting Wavelet Transform (Transformasi Wavelet Lifting)
Lifting wavelet transform (LWT) adalah salah satu bagian dari DWT yang
dikenalkan oleh Wim Sweldens. LWT ini kemudian disebut sebagai generasi kedua DWT. Pada DWT dilakukan proses beberapa filter secara terpisah, sedangkan dengan LWT operasi proses dibagi dan diproses secara bersamaan [16]. Proses pada LWT dinamakan dengan Predict (P) dan Update (U).
18
Gambar 2.4 Proses LWT.
Dapat dilihat pada Gambar 2.4 bahwa pada proses LWT, proses Predict (P) dan Update (U) dibagi menjadi dua bagian dan diproses secara bersamaan. Cara kerja LWT seperti inilah yang membuat teknik ini lebih efisien dibandingkan dengan DWT. Dalam penelitian ini, tipe wavelet atau mother wavelet yang akan digunakan adalah jenis Biortoghonal 4.4.
2.5.2.1 Lifting Wavelet Transform Maju (Forward LWT)
Gambar 2.5 Skema Lifting Wavelet Transform Maju.
Proses forward LWT adalah dengan membagi (split) sinyal Sj yang masuk ke dalam 2 tahap yaitu untuk ganjil (evenj+1) dan genap (oddj+1). Dimana pada
19 tahap ganjil (evenj+1) diambil nilai sinyal dari S0 sampai (S/2)-1, sedangkan pada tahap genap (oddj+1) diambil nilai sinyal dari (S/2)-1 sampai Sj-1. Tahap ganjil dilakukan dengan koefisien Predict (P) sedangkan tahap genap dilakukan dengan koefisien Update (U).
2.5.2.2 Lifting Wavelet Transform Balik (Inverse LWT)
Gambar 2.6 Skema Lifting Wavelet Transform Balik.
Inverse LWT adalah proses rekonstruksi yaitu mengembalikan komponen
frekuensi menjadi komponen sinyal semula.
2.6
Mean Square Error (MSE)
Mean Square Error (MSE) merupakan ukuran kontrol kualitas yang
digunakan untuk mengetahui kualitas dari suatu proses. MSE menghitung seberapa besar pergeseran data antara sinyal sumber dan sinyal hasil keluaran, dimana sinyal sumber dan sinyal hasil keluaran memiliki ukuran yang sama. Nilai MSE yang baik adalah mendekati nol (MSE ≈ 0).
20 Rumus dari perhitungan MSE adalah [17]:
MSE =
1 n ∑ (S − S e ) 2 ………(7) n i =1
Dimana :
2.7
MSE
: Mean Square Error
S
: Sinyal sumber
Se
: Sinyal Hasil Keluaran
n
: Panjang sinyal
Peak Signal to Noise Ratio (PSNR)
Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) adalah perbandingan antara nilai
maksimum sinyal sumber dengan nilai rata-rata kuadrat error (MSE). Nilai PSNR yang baik adalah tak hingga (PSNR ≈ ∞). PSNR dihitung dalam satuan
desibel (dB). Desibel adalah satuan yang seringkali digunakan dalam menyatakan perbedaan relatif kekuatan sinyal. Desibel dinyatakan sebagai logaritmik basis 10 yang merupakan rasio dari dua sinyal.
21 Rumus dari perhitungan PSNR adalah [18]:
PSNR (dB) = 10 x log10
Max sinyal 2 ………(8) MSE
Dimana :
PSNR(dB)
: Peak Signal to Noise Ratio dalam desibel
Max Sinyal
: Nilai maksimum sinyal sumber
MSE
: Mean Square Error