9
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum Dibawah ini dituliskan teori mengenai Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi Menurut Jones dan Rama (2006, p13), The Accounting Information System is a subsystem of an MIS that provides accounting and financial information, as well as other information obtained in the routine processing of accounting transactions. (Sistem Informasi Akuntansi adalah subsistem dari Sistem Informasi Manajemen yang menyediakan informasi akuntansi dan keuangan sebagaimana informasi lain yang terdapat dalam proses rutin dari transaksi akuntansi). Menurut Bodnar dan Hopwood (2001, p1), Accounting Information System is a collection of resources, such as people and equipment, designed to transform financial and other data into information. (Sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan perlengkapan lainnya, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi). Menurut Vaassen (2002, p321), Accounting Information System is the information system that processes all data relevant to an organization to provide user with information they need to operate their organizations. (Sistem Informasi Akuntansi
10
adalah sistem informasi yang memproses semua data yang berhubungan dengan sebuah organisasi untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan pengguna untuk menjalankan organisasi mereka). Pengertian Sistem Informasi Akuntansi secara umum adalah subsistem dari Sistem Informasi Manajemen yang dirancang untuk mengubah data akuntansi, keuangan dan data lainnya yang berhubungan dengan perusahaan yang mencakup siklus-siklus pemrosesan transaksi, penggunaan teknologi informasi, dan pengembangan sistem informasi yang terdapat dalam proses rutin dari transaksi akuntansi yang dapat digunakan untuk menjalankan perusahaan. Sedangkan karakteristik sistem informasi akuntansi menurut McLeod (2004, p220), yaitu: 1.
Melaksanakan tugas yang diperlukan. Berdasarkan undang-undang perusahaan diharuskan memelihara catatan kegiatannya. Manajemen perusahaan pasti menerapkan sistem informasi akuntansi sebagai cara mencapai dan menjaga pengendalian.
2.
Berpegang pada prosedur yang relatif standar. Peraturan dan praktik yang diterima perusahaan menentukan cara pelaksanaan pengolahan data.
3.
Menangani data yang rinci.
4.
Berfokus pada historis.
11
Data yang dikumpulkan sistem informasi akuntansi umumnya menjelaskan apa yang terjadi di masa lampau. 5.
Menyediakan informasi pemecahan masalah minimal. Sistem Informasi Akuntansi menghasilkan sebagian output informasi bagi manajer perusahaan seperti laporan laba/rugi.
2.1.2
Manfaat Sistem Informasi Akuntansi Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi menurut Jones dan Rama (2006, p6),
antara lain : a.
Menghasilkan External Report Bisnis menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan laporan-laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi investor, kreditor, petugas pajak, agen pengatur dan lain-lain.
b.
Mendukung Aktivitas Rutin Manajer membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk menangani aktivitas operasional yang rutin dalam siklus operasi perusahaan. Contohnya meliputi : melayani pemesanan pelanggan, pengiriman barang dan jasa, penagihan kepada pelanggan, dan penerimaan kas.
c.
Pengambilan Keputusan Informasi juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan tidak rutin pada semua level dari organisasi. Contohnya meliputi : mengetahui barang yang
12
penjualannya baik dan pelanggan yang paling banyak melakukan pembelian. d.
Perencanaan dan Pengendalian Sebuah sistem informasi dibutuhkan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian.
e.
Implementasi Pengendalian Internal Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi harta (asset) perusahaan dari kerugian atau pencurian dan untuk memelihara keakuratan data keuangan.
2.1.3 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Menurut Mcleod (2004, p138), analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbaharui. Menurut Bodnar dan Hopwood (2001, p20), analisis sistem meliputi formulasi dan evaluasi solusi-solusi masalah sistem. Penekanan dalam analisis sistem adalah pada tujuan keseluruhan sistem. Dasar dari semua ini adalah analisis untung-rugi diantara tujuan-tujuan sistem. Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa analisis sistem secara umum adalah penelitian atas sistem yang telah ada yang dapat membantu pemakai dalam merancang sistem yang baru untuk menentukan bagaimana sistem informasi yang ada dalam fungsi-fungsi organisasi meliputi formulasi dan evaluasi solusi-solusi masalah sistem.
13
Menurut Mcleod (2004, p140), perancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Jika sistem tersebut berbasis komputer rancangan dapat menyertakan spesifikasi jenis peralatan yang akan digunakan. Dalam bukunya, Whitten (2004, p39) mengatakan bahwa system design is the specification or construction of a technical, computer-based solution for the business requirements identified in a system analysis (Perancangan sistem merupakan spesifikasi atau konstruksi dari suatu tehnik, solusi berbasis komputer bagi persyaratan bisnis yang di identifikasikan dalam analisis sistem). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem adalah penentuan spesifikasi proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru sebagai solusi teknikal dari permasalahan yang diidentifikasikan dalam analisis sistem yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan. 2.1.4
Analisis dan Perancangan Berorientasi Object Menurut Lars Mathiassen (2000, p5), analysis object describe phenomena
outside the system, such as people and things, ehich are typically independent. Yang berarti analisis object menguraikan fenomena di luar system, seperti orang dan barang, yang secara khusus berdiri sendiri. Object Oriented Analysis (OOA) merupakan metode menganalisis kebutuhankebutuhan dengan caramengintegrasikan data dan proses ke dalam suatu bentuk yang disebut object.
14
Lars Mathiaseen (2000, p5), design object describe phenomena within the system that we can control. We describe their behavior as operations for the computer to carry out. Yang berarti perancangan object menguraikan fenomena di dalam system yang dapat kita control. Kita dapat mendeskripsikan behaviornya sebagai operation yang dilaksanakan oleh computer. Object Oriented Design (OOD) merupakan suatu metode perancangan yang meliputi proses penyederhanaan objek. Pendefinisian objek-objek dalam perancangan dan sebuah notasi untuk menggambarkan pemikiran logis dan pemikiran fisik serta modek statis dan dinamis selama system dirancang. Object Oriented Analysis and Design (OOAD) merupakan suatu metode yang memodelkan data dan proses ke dalam suatu bentuk yang disebut objek. 2.1.5
Diagram dalam Analisis dan Perancangan Berorientasi Object Dibawah ini dijelaskan teori mengenai rich picture, identifikasi event,workflow
table, UML (Unified Modeling Language), UML Activity Diagram, Klasifikasi Acitivity Diagram,dan Simbol Activity Diagram 2.1.5.1 Rich Picture Lars Mathiassen (2000, p26), Rich Picture adalah gambaran informasi yang digunakan oleh pengembang system untuk menyatakan pemahaman mereka terhadap situasi dari system yang sedang berjalan. Rich Picture juga berguna untuk menfasilitasi komunikasi antara user dengan system. Rich Picture berisi sebuah pandangan
15
menyeluruh dari people object process,structure, dan problem dalam system problem dan application domain. 2.1.5.2 Identifikasi Event Pedoman untuk menentukan event menurut Jones dan Rama (2006, p21) yaitu: 1.
Mengenali event pertama dalam suatu proses ketika orang atau bagian pada organisasi bertanggung jawab pada suatu kegiatan.
2.
Abaikan kegiatan yang tidak dilakukan oleh internal agents.
3.
Mengenali event baru ketika perpindahan tanggung jawab antara internal agent dengan yang lainnya.
4.
Mengenali event baru ketika suatu proses akan dilakukan atau dijadwalkan kembali oleh internal agent yang sama.
5.
Memberikan nama pada event.
2.1.5.3 Workflow Table Menurut Jones dan Rama (2006, p73), workflow table is a two-column table that identifies the actors and actions in a process. (Workflow table adalah sebuah tabel yang berisi 2 kolom yang mengidentifikasikan aktor dan aktivitasnya di dalam suatu proses). 2.1.5.4 UML (Unified Modeling Language) Menurut Jones dan Rama (2006, p60) Unified Modeling Language (UML) is a language used for specifying, visualizing, constructing, and documenting an information system. (UML adalah suatu bahasa untuk menentukan, menggambarkan, membuat, dan
16
mendokumentasikan suatu sistem informasi dan merupakan diagram yang menunjukkan urutan dari kegiatan dalam suatu proses). 2.1.5.5 UML Activity Diagram Menurut Bahrami (1999, p109), An activity diagram is a variation or special case of a state machine, in which the states are activities representing the perfomance of operations and the transitions are triggered by the completion of the operations. (Activity diagram merupakan variasi atau kasus khusus dari sebuah mesin status, dimana status-status itu merupakan kegiatan-kegiatan yang menampilkan kinerja operasi dan transisi yang dipicu oleh penyelesaian operasi). 2.1.5.6 Klasifikasi Acitivity Diagram Menurut Jones dan Rama (2006, p61), activity diagram terdiri dari: 1.
Overview activity diagram Overview activity diagram presents a high-level view of the business process by documenting the key events, the sequence of these events, and the information flows among these events. (Overview Activity Diagram adalah sebuah UML activity diagram yang mempresentasikan gambaran umum pada level tertinggi (high-level) atau secara garis besar atas proses bisnis mencakup dokumentasi transaksi atau event-event, urutan event dan arus informasi (data) antara event-event tersebut.
Menurut Jones dan Rama (2006, p65) dalam menyiapkan overview activity diagram terdapat langkah-langkah sebagai berikut:
17
a. Membaca narasi dan mengidentifikasi event-event yang penting (kata kunci). b. Mencatat narasi secara jelas untuk mengidentifikasi event-event yang terlibat di dalamnya. c. Menggambarkan agent (aktor) yang terlibat dalam proses bisnis yang terjadi dengan menggunakan swimlane. d. Membuat diagram masing-masing event dan menunjukkan urutan event yang terjadi. e. Menggambarkan dokumen yang dibuat dan digunakan dalam proses bisnis, serta menggambarkan aliran informasi dari dokumen tersebut. f. Menggambarkan table files yang dibuat dan digunakan dalam proses bisnis, serta menggambarkan aliran informasi dari file-file tersebut. 2.
Detailed activity diagram Detailed activity diagram is similar to a map of a city or town. It provides a more detailed representation of the activities associated with one or two events shown on the overview diagram. (Detailed activity diagram adalah sebuah UML activity diagram yang menyediakan tampilan rinci atas hubungan aktivitas antar beberapa event yang terdapat dalam overview diagram).
2.1.5.7 Simbol Activity Diagram
= Control Flow
18
= Object Flow
= Initial State
= Final State
= Swimlane
= Document
= State 2.1.6
Pengertian Unified Modeling Language (UML) Class Diagram Menurut Lars Mathiassen (2000, p336) a class diagram describes a collection of
classes and their structural relationship. (Class Diagram menjelaskan sekumpulan kelas beserta dengan struktur hubungan mereka). Menurut Jones dan Rama (2006, p181),”UML Class Diagram is a database that can be used to document table in an AIS, relationships between tables and attributes of tables”. Yang berarti bahwa UML Class Diagram adalah suatu database yang digunakan untuk mendokumentasikan tabel dalam sistem informasi akuntansi, dan menjelaskan hubungan antara tabel dan atribut dalam tabel tersebut.
19
Empat aktivitas utama dalam membuat UML class diagram menurut Jones dan Rama (2006, p172) yaitu: a. Menempatkan transaction table yang dibutuhkan pada UML class diagram. b. Menempatkan master table yang dibutuhkan pada UML class diagram. c. Menentukan hubungan yang dibutuhkan antar masing-masing table (transaction dan master). d. Menentukan atribut yang dibutuhkan. 2.1.6.1 Pengertian Attribute Menurut Jones dan Rama (2006, p155), The columns in the table are called attributes and are equivalent to fields in a file. (Kolom yang terdapat dalam tabel di sebut dengan attributes dan pernyataannya setara dengan field yang ada didalam file.) Didalam buku Lars Mathiassen (2000, p92), Attribute dituliskan sebagai ”a descriptive property of a class or an event”. (Suatu bagian dari sebuah class atau event). 2.1.6.2 Pengertian Event Menurut Jones dan Rama (2006, p18), events are things that happen at a point time.(events adalah kejadian-kejadian yang terjadi pada waktu tertentu ). Menurut Lars Mathiassen (2000, p51), event is an instantaneous incident involving one or more objects. (event adalah sebuah kejadian yang melibatkan satu atau lebih objek).
20
2.1.6.3 Hubungan dalam Class Diagram Menurut Jones dan Rama (2006 , p165), “ (a) One-to-one relationships: oneto-one relationships between entities are not nearly as common as one-to-many relationships, but they do occur in AIS, (2) one-to-many: one-to-many relationships are common in accounting systems, (3) many-to-many: many-to-many relationships can be converted into two many-to-many relationships by adding junction table”, artinya : a.
one to one relationships hubungan one to one diantara entiti tidak dekat seperti hubungan one to many, tetapi dapat terjadi dalam AIS (Accounting Information System)
b.
one to many / many to one relationships hubungan one to many atau hubungan many to one dalam biasa digunakan dalam sistem akuntansi.
c.
many to many relationships hubungan many to many dapat diubah kedalam dua hubungan dengan menambahkan suatu tabel diantaranya.
2.1.7
Use Case Diagram Menurut Jones dan Rama (2006, p267), use case is a sequence of steps that
occur when an "actor" is interacting with the system for a particular purpose. (Use case adalah sebuah langkah berurutan yang muncul ketika actor berinteraksi dengan sistem untuk suatu tujuan tertentu).
21
Menurut Almendros, Jimenez, dan Iribarne, Use cases are a way of specifying required usages of a system. Typically, they are used to capture the requirements of a system, that is, what a system is supposed to do. The key concepts associated with the use-case model are actors and use cases. The users and any other systems that may interact with the system are represented as actors..( Use case adalah cara untuk menspesifikasikan kebutuhan dalam suatu system. Biasanya, use case digunakan untuk menangkap kebutuhan dari system, yaitu, apa yang system harus lakukan. Konsep kunci yang berhubungan dengan model use case adalah aktor dan use case. User dan pengguna system yang lain yang mungkin berinteraksi dengan system di sebut sebagai aktor.) 2.1.7.1 Pengertian Use Case Diagram Menurut Jones dan Rama, (2006, p267), use case diagram is a graphical presentation that can provide a list of use cases that occur in an application. (Use Case Diagram merupakan sebuah presentasi grafik yang dapat memberikan beberapa Use Case untuk dimunculkan dalam aplikasi). 2.1.7.2 Pengertian Use Case Description Menurut Jones dan Rama (2006, p267), use case description is used for providing detail and will usually be represented as a sequence of numbered steps. (Use Case Description digunakan untuk menyediakan detil dan biasanya direpresentasikan sebagai beberapa langkah yang berurutan).
22
2.1.7.3 Simbol Use Case Diagram
: Use Case
: Actor
2.1.8
Rancangan Database Menurut McLeod (2001, p258), database adalah suatu koleksi data computer
yang terintegrasi, diorganisasikan dan disimpan dengan suatu cara yang memudahkan pengambilan data kembali. Menurut Whitten (2004, p27), data adalah fakta mentah mengenai orang, tempat, kejadian dan benda yang penting bagi sebuah organisasi. Whitten (2004, p548) juga mengatakan database adalah sekumpulan file yang saling berhubungan. 2.1.9
Rancangan Formulir Dibawah ini dituliskan teori mengenai pengertian rancangan formulir dan jenis
input form
23
2.1.9.1 Pengertian Rancangan Formulir Form menurut Jones dan Rama (2006, p288) Form is a formatted document containing blank fields that users can fill in with data. When the form is displayed on a computer screen, the data entered in the blank fields are saved to one or more data tables (Form adalah suatu dokumen dengan format tertentu yang berisi field-field kosong di mana user dapat mengisinya dengan data. Ketika form tampil pada layar komputer, data dimasukkan dalam field yang kosong dan disimpan pada satu atau lebih tabel data. Formulir menurut Mulyadi (2003, p3) adalah dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa formulir adalah dokumen yang digunakan untuk mengisi dan merekam data dari suatu transaksi dalam suatu format tertentu. 2.1.9.2 Jenis Input Form Jenis-jenis input form menurut Jones dan Rama antara lain: 1.
Single-record entry forms Yaitu form yang digunakan untuk memasukkan, menghapus, memodifikasi record tunggal dalam suatu table tunggal.
24
2.
Tabular entry forms Yaitu form dengan sebuah lembar kerja yang dirancang untuk memasukkan beberapa record dalam sebuah table tunggal.
3.
Multi-table entry forms Yaitu form yang digunakan untuk memasukkan atau merubah record-record dalam dua atau lebih table yang berhubungan.
2.1.10 Rancangan Layar Dibawah ini dituliskan teori mengenai pengertian rancangan layar beserta elemen-elemennya. 2.1.10.1
Pengertian Rancangan Layar
Menurut Mathiassen (2000, p151), Interface is facilities that make a system’s model and functions available to actors. (Interface adalah fasilitas yang membuat sebuah model dan fungsi sistem dapat digunakan oleh actor) Menurut Bennet (2006, p402) interface in UML is a group of externally visible operations. (Interface dalam UML adalah sebuah kelompok operasi yang dapat dilihat secara eksternal). Menurut Jones dan Rama (2006, p271), ” Form interface elements are objects in form used for entering information of performing actions. All aspects of form are controlled by the interface elements.Some of these objects provide opportunity to inmprove internal control over data elements”. Yang berarti bahwa elemen interface
25
adalah objek-objek pada form yang digunakan untuk memasukkan informasi atau menjalankan perintah. Segala aspek dari form dikontrol dari elemen interface. Beberapa elemen Rancangan Layar yaitu : a. Text boxes, yaitu tempat dalam form yang digunakan untuk memasukkan informasi sebagai tambahan atau penataan informasi yang dibaca dari table. b. Labels, berfungsi membantu user mengerti informasi apa yang akan dimasukkan. c. Look-up feature, yaitu menambahkan dalam text boxes yang digunakan untuk memasukkan foreign key. d. Command button, yaitu digunakan untuk menjalankan dan melaksanakan action. e. Radio buttons, digunakan oleh user untuk dapat memilih satu dari beberapa pilihan. f. Check boxes, sama dengan radio buttons, tetapi dapat memilih lebih dari satu pilihan. 2.1.11 Rancangan Laporan Dibawah ini dituliskan teori mengenai pengertian rancangan laporan, elemenelemen rancangan laporan dan tipe-tipe laporan.
26
2.1.11.1
Pengertian Rancangan Laporan Menurut Jones dan Rama (2006, p201), report is a formated and organized
the presentation of data (laporan adalah presentasi data yang telah terformat dan terorganisasi dengan baik). Menurut Jones dan Rama (2006, p215) Beberapa elemen Rancangan Laporan yaitu: a. Label Boxes and Text Boxes “ Two important elements of any report are label and data, in microsoft access, these elements are referred to as label boxes and text boxes ”, yang berarti bahwa dua elemen penting dari segala laporan adalah label dan data, dalam Micosoft Access, elemen-elemen ini ditujukan kepada label boxes dan text boxes. b.
Grouping Attribute “ Grouped reports are grouped by something”, yang berarti bahwa laporan yang berkelompok adalah dikelompokkan oleh sesuatu.
c.
Group Header “ The group header can be used to present information that is common to the group”, yang berarti bahwa Group Header dapat digunakan untuk menyajikan informasi yang umum pada grup.
27
d.
Group Detail “ Transactions pertaining to the group are listed in the group detail section”, yang berarti bahwa transaksi yang terjadi pada grup didaftarkan didalam grup secara rinci dan detail.
e.
Group Footer “can also be used to provide useful information in grouped reports”, yang berarti Group Footer juga dapat digunakan untuk menyajikan informasi yang berguna di dalam laporan yang berkelompok.
2.1.11.2
Tipe – Tipe Laporan
Menurut Jones dan Rama (2006, p220), tipe-tipe laporan terdiri dari: 1. Simple List Yaitu laporan yang menampilkan tampilan yang sederhana dari sebuah transaksi yang terjadi selama periode waktu tertentu, tanpa adanya suatu pengelompokkan. 2. Grouped Event Detail Reports Yaitu laporan yang menampilkan event yang terjadi selama periode tertentu dengan pengelompokkan atas produk, layanan, ataupun agent. 3. Grouped Event Summary Reports Yaitu laporan yang mengelompokkan event berdasarkan parameter yang bervariasi. Contohnya: bulan, customer.
28
4.
Single Event Reports Yaitu laporan yang memberikan detail tentang suatu event tertentu. Contohnya: laporan faktur dan PO (purchase order). Secara umum, laporan merupakan dokumen yang dibentuk dari data yang terdapat pada database yang telah terformat dan terorganisasi dengan baik, yang digunakan untuk membaca atau menunjukkan sesuatu.
2.1.12 Pengertian Navigation Diagram Menurut Lars Mathiassen (2000, p344) Navigation diagram is a special kind of statechart diagram that focuser on the overall dynamics of the user interface. (Navigation diagram adalah suatu statechart diagram khusus yang menekankan terhadap keseluruhan perubahan dari user interface. Dengan kata lain navigation diagram adalah diagram yang menunjukkan keterlibatan dan transisi diantara windows atau interface. 2.2 Teori Khusus 2.2.1
Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000 ,h.38) mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang dan jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Armanto Witjaksono (2006, h.6) terdapat beberapa definisi biaya, antara lain adalah :
29
1.
Cost adalah pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.
Sebagian akuntan mendefinisikan biaya sebagai satuan moneter atas pengorbanan barang dan jasa untuk memperoleh manfaat di masa kini atau masa yang akan datang.”
Menurut Krismiaji (2002, h.18), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode mendatang. Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk melakukan tindakan ekonomis adalah suatu pengorbanan nilai dari faktor-faktor produksi .Biaya merupakan pengorbanan sumber daya ekonomi dalam bentuk kas atau aktiva lain ( non kas) yang dikeluarkan untuk menghasilkan dan memperoleh barang dan jasa yang diharapkan memberikan manfaat bagi perusahaan dimasa yang akan datang. 2.2.2
Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari ilmu akuntansi, secara sedehana akuntansi biaya dapat diartikan akuntansi yang objeknya terbatas pada transaksi keuangan yang menyangkut biaya dan digunakan untuk pengukuran dan pelaporan biaya. Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000, h.2) mendefinisikan Akuntansi Biaya adalah suatu hibrida dari akuntansi dan
30
manajemen keuangan. Akuntansi buaya memberikan informasi mengenai biaya perusahaan dan daot digunakan baik untuk tujuan internal maupun eksternal. Horngren dan Datar yang diterjemahkan oleh Desi (2005, h.3) menyatakan, Akuntansi Biaya menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan biaya perolehan atau pemanfaatan sumber daya dalam suatu organisasi. Jadi bisa dikatakan akuntansi biaya adalah akuntansi yang menyediakan informasi biaya untuk membantu manajemen agar dapat mengelola biaya secara efektif dan efisien. 2.2.3
Klasifikasi Biaya Biaya dapat dikelompokan dengan berbagai macam cara. Pada umumnya klasifikasi biaya ditentukaan berdasarkan tujuan yang akan dicapai dari penggolongan tersebut. Menurut Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2004, h.40), biaya dapat digolongkan berdasarkan : 1. Biaya dalam hubungannya dengan produk Biaya dari hubungannya dengan produk dapat diklasifikasikan menjadi : a. Biaya Manufaktur
31
Biaya manufaktur atau yang disebut dengan biaya produksi atau biaya pabrik biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari ketiga elemen biaya yaitu : 1.) Biaya Bahan baku langsung (Direct Material Cost) adalah semua bahan baku yang memebentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. 2.) Biaya Tenaga kerja langsung (Direct Labor Cost) adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. 3.) Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead) disebut juga overhead manufaktur, beban manufaktur atau beban pabrik, terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu.Overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Meliputi : (1) Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk. (2) Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri langsung ke konstruksi atau komposisi dari produk jadi. Tenaga kerja tidak langsung meliputi gaji pengawas, pegawai pabrik,
32
pembantu umum, pekerja bagian pemeliharaan dan biasanya pekerja bagian gudang. (3) Biaya tidak langsung lainnya seperti retribusi keamanan, kebersihan dan sebagainya. b. Beban Komersial Beban komersial terdiri dari dua klasifikasi, yaitu : 1.) Beban pemasaran mulai dari titik dimana biaya manufaktur berakhir, yaitu ketika proses manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap dijual. Beban pemasaran termasuk beban promosi, beban penjualan dan pengiriman. 2.) Beban Administrasi termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Contoh: gaji wakil presiden direktur yang bertanggung jawab atas pemasaran. 2. Biaya dalam hubunganya dengan volume produksi Biaya dari hubungannya dengan volume produksi dapat diklasifikasikan menjadi : a. Biaya variabel (variabel cost) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara proposional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan. Biaya variabel menunjukkan per unit yang relatif konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan.Biaya variabel biasanya memasukkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
33
langsung. Berikut ini adalah biaya overhead yang diamsukkan sebagai biaya variabel : -
perlengkapan
-
bahan bakar
-
peralatan kecil
-
kerusakan, sisa dan beban reklamasi
-
biaya penerimaan
-
royalti
-
biaya komunikasi
-
upah lembur
-
penanganan bahan baku
b. Biaya tetap (fixed cost) Biaya tetap adalah biaya yang bersifat konstan secara total daam rentang yang relevan. Biaya tetap per unit semakin kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Berikut adalah biaya overhead pabrik yang biasanya dimasukkan sebagai biaya tetap : -
gaji eksekutif produksi
-
depresiasi
-
pajak properti
-
amortisasi paten
-
gaji supervisor
34
-
asuransi-properti dan kewajiban
-
gaji satpam dan pegawai kebersihan
-
pemeliharaan dan perbaikan gedung dan bangunan
-
sewa
c. Biaya semivariabel (semivariabel cost) Biaya semivariabel adalah biaya yang memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel. Biaya ini jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume produksi, tetapi sifat perubahaannya tidak proposional atau sebanding. Berikut ini contoh-contoh dari biaya overhead semivariabel : -
inspeksi
-
jasa departemen biaya
-
jasa kantor pabrik
-
pajak penghasilan
-
pemanasan, listrik dan generator
-
dll
3. Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau segmen lain Suatu bisnis dapat dibagi menjadi segmen-segmen yang bervariasi. Pembagian pabrik menjadi departemen, proses-proses , pusat kerja atau pusat biaya, juga bisa dijadikan dasar untuk mengelompokkan biaya produk dan membebankan tanggung jawab untuk pengendalian biaya. Biaya tersebut diantaranya :
35
a. Biaya Langsung (Direct Cost) dan Biaya tidak langsung (Indirect Cost) 1.) Biaya Langsung (Direct Cost) adalah biaya yang dapat di telusuri ke suatu departemen dimana biaya tersebut berasal. 2.) Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) adalah yang digunakan bersama oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut. b. Biaya Bersama (Common Cost) dan Biaya Gabungan (Join Cost) 1.) Biaya Bersama (Common Cost) adalah biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa oleh dua operasi atau lebih. Timbul dalam organisasi yang memiliki banyak departemen atau segmen. 2.) Biaya Gabungan (Join Cost) adalah biaya yang terjadi bila proses produksi menghasilkan lebih dari satu produk.. Menurut Blocher, Chen dan Lin yang diterjemahkan oleh Susty (2000, h59) mengatakan Pembebanan biaya merupakan proses pembebanan biaya ke dalam cost pool atau dari cost pool ke cost object. Biaya langsung dapat ditelusuri secara langsung ke cost pool atau cost object secara mudah dan dapat dihubungkan secara ekonomi.
36
Biaya tak langsung tidak dapat ditelusuri secara mudah, sulit dihubungkan secara ekonomi dari biaya atau cost pool ke cost pool atau cost object . Terdapat beberapa penggolongan biaya, yaitu : 1. Biaya Bahan Langsung Yaitu meliputi biaya bahan dalam poduk dan ditambah sejumlah tertentu yang reasonable yang berkaitan dengan sisa produksi dan unit-unit yang cacat produksi. 2. Biaya Bahan Tak Langsung Adalah biaya baan yang digunakan dalam proses pemanufakturan yang bukan merupakan produk akhir. 3. Biaya Tenaga Langsung Adalah biaya tenaga kerja yang digunakan untuk membuat produk atau menyediakan jasa. 4. Biaya Tenaga Tak Langsung Meliputi biaya supervisi, penendalian kualitas,inspeksi, pembelian da penerimaan serta biaya-biaya pendukung produksi lainnya. 5. Biaya tak langsung lainnya
37
Selain biaya tenaga kerja produksi dan bahan , jenis biaya tak angsung lainnya diperlukan untuk membuat produk atau jasa. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya fasilitas, peralatan yang digunakan dalam memproduksi produk atau menyediakan jasa dan peralatan-peralatan pendukung lainnya, seperti misalnya yang digunakan dalam penanganan bahan. Semua biaya tak langsung di gabungkan menjadi satu dan disebut overhead. Tiga jenis biaya tersebut yaitu biaya bahan langsung, biaya tenaga langsung dan biaya overhead kadang-kadang digabungkan untuk tujuan penyerderhanaan dan kemudahan. Biaya bahan langsung dan biaya tenaga langsung seringkali secara bersama-sama disebut biaya utama dan biaya tenaga langsung dan biaya overhead pabrik sering digabungkan menjadi satu rekening yang disebut biaya konversi. Krismiaji (2002, h.18) menyatakan bahwa dalam perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Biaya manufaktur ( manufacturing cost) Perusahaan manufaktur membagi biaya manufaktur ke dalam tiga kelompok, yaitu : a. Biaya bahan baku Secara umum biaya bahan baku adalah biaya yang timbul dari semua baan yang ada yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi. Biaya bahan baku dibagi menjadi dua jenis, yaitu biaya bahan baku langsung (direct
38
material cost) dan biaya bahan baku tak langsung (indirect material cost). Biaya bahan baku langsung adalah biaya bahan baku yang menjadi bagian integral dari produk jadi, secara fisik dan meyakinkan dapat ditelusuri keberadaannya pada produk jadi. Biaya bahan baku tidak langsung adalah biaya bahan baku yang sulit ditelusuri secara fisik keberadaannya pada produk jadi. b. Biaya tenaga kerja Biaya tenaa kerja dapat dikelompokkan menjadi biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost) dan biaya tenaga kerja tak langsung (indirect material cost). Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaa kerja yang dapat dengan mudah (secara fisik dan meyakinkan) ditelusuri ke produk. Biaya tenag kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja yang sulit secara fisik ditelusuri ke produk. Tenaga kerja tidak langsung mencakup antara lain petugas kebersihan, pengawas, dan petugas keamanan pabrik. c. Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya manufaktur yang mencakup seluruh biaya produksi tidak langsung, seperti bahan baku tidak langsung, biaya tenaga kerja tak langsung, biaya reparasi dan pemeliharaan peralatan pabrik, biaya listrik dan air untuk pabrik, pajak bumi dan bangunan fasilitas pabrik, biaya depresi, dan asuransi fasilitas pabrik. Biaya overhead pabrik dgabungkan dengan biaya tenaga kerja langsung, disebut biaya konversi(convertion cost), yaitu biaya untuk mengkonversi bahan baku
39
menjadi produk jadi. Biaya bahan baku digabungkan dengan biaya tenaga kerja disebut biaya utama (prime cost) 2. Biaya non-manufaktur Secara umum biaya non manufaktur terdiri dari : a. Biaya pemasaran (marketing cost) Biaya pemasaran adalah seluruh biaya yang diperlukan untuk memperoleh pesanan pelanggan dan menyampaikan produk ke tangan pelanggan (pembeli). Contoh biaya pemasaran adalah biaya komisi pejualan, biaya petugas penjualan. b. Biaya administrasi (administrative cost) Biaya administrasi mencakup seluruh biaya pengoperasian perusahaan yang berkaitan dengan manajemen umum. Contoh biaya administrasi adalah biaya depresiasi peralatan kantor. 2.2.4
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000, h.147) mendefinisikan bahwa ada lima pendorong kegiatan yang umumnya dipakai sebagai pembebanan biaya overhead : 1. Unit yang diproduksi 2. Jam tenaga kerja langsung 3. Dolar tenaga kerja langsung
40
4. Jam mesin 5. Bahan langsung Biaya overhead seharusnya dibebankan mengikuti, sedekat mungkin, hubungan sebab akibat. Untuk mengidenrifikasikan faktor-faktir tersebut memerlukan usaha yang menyebabkan konsumsi overhead. Faktor-faktor penyebab ini diidentifikasi, atau pendorong kegiatan, harus digunakan untuk membebankan biaya overhead pada produk. Menurut Carter dan Usri yang diterjemahkan oleh Krista(2006, h.426), memberikan contoh pembebanan biaya overhead yaitu: Tarif overhead pabrik telah ditentukan sebelumnya yaitu sebesar $15 per jam mesin. Untuk meneruskan ilustrasi ini, asumsikan mesin aktualnya adalah sebesar 18.900 dan biaya overhead pabrik aktual sebesar $292.000. Overhead pabrik yang dibebankan selama periode ini adalah 18.900x$15 = $283.500. Ayat jurnal umum yang mengiktisarkan pembebanan ovrhead adalah : Barang dalam proses
283,500
Overhead pabrik dibebankan
283,500
Akun overhead pabrik dibebankan kemudian akan ditutup ke akun pengendali overhead di akhir tahun dengan ayat jurnal sebagai berikut : Overhead pabrik dibebankan Pengendali overhead pabrik
283,500 283,500
41
Merupakan praktik umum untuk menggunakanakun overhead pabrik dibebankan karena akun tersebut menyimpan biaya yang dibebankan dan biaya aktual secara terpisah. Pemisahan ini menfasilitasi perbandingan bulanan dengan biaya overhead pabrik dianggarkan. Debit diakun pengendali overhead mencerminkan biaya ovrhead pabrik aktual yang terjadi selama periode etrsebut, sementara kreditnya mencrminkan jumlah yang dibebankan. Mungkin juga penyesuaian kredit (misalnya, untuk retur perlengkapan ke gudang) yang mengurangi total biaya overhead pabrik aktual. Karena debit dan kreditnya jarang sama, maka biasanya ada saldo debit dan kredit di akun tersebut. Saldo debit mengindikasikan bahwa overhead pabrik telah dibebankan terlalu rendah, sedangkan saldo kredit berarti bahwa overead pabrik telah dibebankan terlalu tinggi. Saldo ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi manajemen untuk mengendalikan dan menilai efisiensi operasi dan penggunaan kapasitas yang tersedia, serta untuk menghitung tarif overhead yang telah ditentukan sebelumnya untuk periodeperiode berikutnya. Alokasi pembebanan yang terlalu tinggi dan terlalu rendah cukup sederhana. Di akhir periode akuntansi , jumlah tersebut dapat diperlakukan sebagai biaya periodik atau dialokasikan ke prsediaan dan harga pokok penjualan. Jika jumlah perbedaannya tidak signifikan makan sebaiknya ditutup langsung ke ikhtisar rugi laba atau ke harga pokok penjualan sebagai biaya periodik, contoh ayat jurnalnya adalah :
42
Ikhtisar laba rugi
8,500
Pengendali overhead pabrik
8,500
Atau Harga pokok penjualan Pengendali overhead pabrik
8,500 8,500
Tidak signifikan dalam hal iuni mengacu pada jumlah yang sangat kecil sehingga dampaknya ke laba apabila dibebankan seluruhnya,dibandingkan dengan mengalokasikan sebagai persediaan, adalah tidak material yaitu sangat kecil sehingga selisihnya diperkirakan tidak akan mempengaruhi keputusan atau pembaca laporan keuangan. 2.2.5
Harga Pokok Produksi (HPP)
2.2.5.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Blocher, Chen dan Lin yang diterjemahkan oleh Susty (2000, h.90) mendefinisikan Harga pokok produk yang diproduksi atau harga pokok produksi (hpp) adalah harga pokok produk yang sudah selseai dan ditransfer ke produk dalam proses pada periode berjalan. Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000, h.48) mendefinisikan Harga pokok produksi mewakili jumlah biaya barang yang diselesaikan pada periode tersebut.
43
Garrison, Noreen dan Brewer yang diterjemahkan oleh Budisantoso (2000, h.61) mendefinisikan Harga pokok produksi merupakan biaya manufaktur yang berkaitan dengan barang-barang yang diselesaikan dalam periode tertentu. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi merupakan biaya yang dikeluarkan atau dikorbankan pada proses produksi untuk memperoleh barang dan jasa yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. 2.2.5.2 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006, h.40) mencatat bahwa unsur-unsur harag pokok produksi ada 3, yaitu : 1. Biaya Bahan baku langsung (Direct Material Cost) adalah semua bahan baku yang memebentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. 2. Biaya Tenaga kerja langsung (Direct Labor Cost) adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. 3. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead) disebut juga overhead manufaktur, beban manufaktur atau beban pabrik, terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu.
44
2.2.5.3 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006, h.162) ada dua metode penentuan harga pokok produksi, yaitu : 1. Full Costing Full costing juga disebut dengan perhitungan biaya penyerapan penuh, bisa dikatakan mengkaitkan sebagian atau semua biaya produksi tetap dengan unit produk dan kemudian membebankan biaya ini sebagai bagian dari angka harga pokok penjualan dalam laporan laba rugi saat unit yang terkait dijual. 2. Variable Costing Variable costing juga disebut dengan perhitungan biaya langsung, yaitu suatu metode perhitungan biaya di mana biaya dialokasikan ke unit produksi hanya meliputi biaya produksi variabel saja. Overhead tetap diperlakukan sebagai beban periodik. Krismiaji (2002, h163) menyatakan terdapat dua metode dalam menentukan harga pokok produksi, yaitu : 1. Penentuan Harga Pokok Variabel (Variabel Costing) Variabel Costing adalah cara penentuan harga pokok yang hanya memperhitungkan biaya variabel saja, yang mencakup biaya bahan baku. Biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik variabel.
45
2. Penentuan Harga Pokok penuh (absorption/full costing) Absorption/ Full Costing adalah cara penentuan harga pokok produk yang membebankan seluruh biaya produksi, baik biaya produksi variabel maupun biaya produksi tetap ke produk. Biaya yang diperhitungkan mencakup biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead tetap. Menurut Krismiaji (2002, h.163) untuk membedakan antara Full Costing dengan Variabel Costing dapat dilihat dari contoh : PT. Condongsari memiliki data yang berhubungan dengan produksi sebagai berikut: Persediaan Produk Jadi Awal
0
Unit diproduksi
30.000
Unit dijual dengan harga per unit
Rp300.000
Kapasitas produksi normal
24.000 30.000
Biaya variabel per unit : Bahan baku
Rp. 50.000
Tenaga kerja
Rp.100.000
Overhead
Rp. 50.000
Biaya administrasi dan penjualan
Rp. 10.000
46
Total
Rp.210.000
Biaya Tetap : Overhead
Rp.750.000.000
Biaya administrasi dan penjualan
Rp.300.000.000
Total
Rp.1.050.000
Berdasarkan informasi diatas maka harga pokok produk per unit dapat di hitung sebagai berikut : Variable Costing
Full Costing
Bahan baku
Rp. 50.000
Rp. 50.000
Tenaga kerja
Rp.100.000
Rp.100.000
BOP Variabel
Rp. 50.000
Rp. 50.000
BOP Tetap
0
Rp. 25.000
Rp.200.000
Rp.225.000
Total harga pokok per unit
Dari contoh perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa metoded full costing lebih banyak digunakan oleh perusahaan karena laporan laba rugi yang dihasilkan mengklasifikasikan biaya-biaya berdasarkan fungsi biaya seperti pabrikasi, penjualan dan administrasi, dan disyaratkan dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan yang dihasilkan untuk pihak eksternal. Sedangkan, variable costing menghasilkan laporan yang biasanya digunakan untuk pihak
47
internal. Laporan yang dibuat berdasarkan metode variable costing dapat memberikan informasi kepada pembaca laporan keuangan untuk membuat estimasi wajar seberapa banyak laba akan berubah yang disebabkan adanya perubahan penjualan. 2.2.5.4 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Garrison, Noreen dan Brewer yang diterjemahkan oleh Budisantoso (2000, h.123) menyatakan bahwa terdapat dua metode perhitungan biaya, yaitu : 1. Perhitungan biaya berdasarkan proses Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses digunakan dalam perusahaan yang memproduksi satu jenis produk dalam jumlah besar dalam jangka panjang. Prinsip dasar dari perhitungan biaya berdasarkan ptoses adalah mengakumulasikan biaya dari operasi atau departemen tertentu selama satu periode penuh (bulanan, kuartalan, dan tahunan) dan kemudian membaginya dengan jumlah unit yang diproduksi selama periode tersebut. Rumus dasar untuk perhitungan biaya berdasarkan proses adalah sebagai berikut : Biaya per unit
=
Total biaya produksi Total unit yang diproduksi
Secara umum teknik perhitungan biaya tersebut berarti bahwa setiap biaya rata-rata per unit yang ditetapkan untuk unit yang homogen mengalir secara terus menerus sepanjang proses produksi.
48
2. Perhitungan biaya berdasarkan pesanan Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan digunakan untuk perusahaan yang memproduksi berbagai produk selama periode tertentu. Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan, biaya ditelusuri dan dialokasikan ke pekerjaan dan biaya untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dibagi dengan jumlah unit yang dihasilkan untuk menghasilkan harga rata-rata per un Carter dan Usry (2006, h.,127) mendefinisikan bahwa ada dua metode penentuan harga pokok penjualan, yaitu : 1. Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job Order Costing) Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan, biaya diakumulasikan untuk setiap batch, lot, atau pesanan pelanggan. Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan akan lebih praktis mengidentifikasikan secara fisik setiap pesanan yang diproduksi dan membebankan setiap pesanan dengan paling tidak beberapa elemen biayanya. Dasar dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan melibatkan hanya delapan tipe ayat jurnal akuntansi, satu untuk setiap item berikut : a. Pembelian bahan baku b. Pengakuan biaya tenaga kerja pabrik c. Pengakuan biaya overhead pabrik d. Penggunaan bahan baku e. Distribusi beban gaji tenaga kerja
49
f. Pembebanan estimasi biaya overhead g. Penyelesaian pesanan h. Penjualan produk 2. Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (Process Costing) Perhitungan biaya berdasarkan proses mengakumulasikan semua biaya operasi suatu proses untuk periode waktu dan kemudian membagi biaya tersebut dengan jumlah unit produk yang telah melewati proses selama periode tersebut; hasilnya adalah biaya per unit. Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan mambagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah departemen, tetapi bisa juga pusat pemrosesan dalam satu departemen. Persyaratan utamanya adalah semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat biaya selama suatu periode harus sama dalam hal sumber daya yang dikonsumsi; bila tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses dapat mendistorsi biaya produk. 2.2.6 Harga Jual 2.2.6.1 Pengertian Harga Jual Krismiaji (2002, h.353) mendefinisikan, Keputusan penentuan harga jual sangat penting bagi perusahaan. Jika harga jual ditentukan terlalu tinggi,
50
konsumen akan enggan untuk membeli produk perusahaan. Jika harga jual yang ditentukan terlalu rendah, biaya produksi akan tertutup. Garrison
Noreen
yang
diterjemahkan
oleh
Budisantoso
(2001,
h.824)menyatakan, ”Keputusan penentuan harga jual sanat penting bagi perusahaan. Jika harga jual ditentukan terlalu tinggi, konsumen akan enggan untuk membeli produk perusahaan. Jika harga jual yang ditentukan terlalu rendah, biaya produks akan tertutup. Pendekatan umum penentuan harga jual adalah mark up. Mark up adalah perbedaan antara harga jual dan biaya produksinya. Harga jual = Biaya + (persentase mark up x biaya) 2.2.6.2 Metode Penentuan Harga Jual Garrison, Noreen dan Brewer yang diterjemahkan oleh Budisantoso (2001, h.313) mengatakan terdapat 2 pendekatan dalam menentukan harga jual, yaitu : 1.
Pendekatan absorption costing untuk cost plus pricing Berdasarkan pendekatan absorption terhadap costplus pricing , basis
biayanya adalah biaya produksi per unit berdasarkan absorption costing . Untuk mengambarkan hal tersebut asumsikan bahwa pihak manajemen Ritter Company ingin menentukan harga jual produk yang baru saja
51
dimodifikasi. Departemen Akuntansi memberikan estimasi biaya untuk desain ulang produk seperti yang tersaji dibawah ini :
Per unit Bahan Langsung
$6
Tenaga Kerja Langsung
4
Overhead pabrik tetap
3
Overhead pabrik variabel Biaya admin, umum, dan penjualan variabel Biaya admin, umum dan penjualan tetap
Total
$70,000 2 60,000
Langkah pertama dalam pendekatan absorption costing unuk cost plus pricing untuk menghitung biaya produksi per unit. Untuk Ritter Company, nilainya adalah $20 perunit dengan volume 10,000 unit seperti nampak dalam perhitungan di bawah ini : Bahan Langsung
$6
Tenaga Kerja Langsung
4
Ovrhead pabrik variabel
3
Overhead pabrik tetap
7
52
Biaya Produksi per unit
$20
Ritter Company memiliki kebijakan umum mark up biaya produksi per unit sebesar 50%. Mark Up untuk menutup biaya administrasi, umum dan penjualan dan laba yang diharapkan adalah 50% dari biaya produksi per unit
10
Target harga jual per unit
$30
Masalah-masalah dalam pendekatan absorption costing yang harus dilakukan adalah menghitung biaya produksi per unit, memutuskan berapakah laba yang diinginkan, dan menentukan harga jual. Pendekatan absorption costing mengandalkan perkiraan unit penjualan. Pendekatan absorption costing mengasumsikan bahwa konsumen membutuhkan barang sebanyak yang diperkirakan dan bersedia membayar berapa harga jual yang telah ditetapkan. Dalam kenyataannya, konsumen memiliki pilihan. Jika harga jual ditentukan terlalu tinggi, mereka dapat membeli dari pesaing atau bahkan tidak membeli sama sekali. Pendekatan absorption costing hanya aman sepanjang konsumen bersedia membeli sejumlah barang seperti yang telah diperkirakan. 2.
Target Costing Blocher, Chen, dan Lin yang diterjmahkan oleh Susty (2000, h,20)
mendefinisikan, Target costing menentukan biaya yang diharapkan untuk suatu produk berdasarkan harga yan kompetitif, shingga produk tersebut akan dapat memperoleh laba yang diharapkan.
53
Target costing adalah proses menentukan biaya maksimum untuk produk baru dan kemudian membuat prototype yang dapat memberikan keuntungan untuk target maksimum perhitungan biaya. Perhitungan target biaya produk dimulai dengan antisipasi harga jual produk dan dikurangi dengan laba yang diharapkan, seperti berikut : Target biaya = antisipasi harga jual – laba yang diharapkan Pendekatan Target costing dikembangkan dengan memperhitungkan dua karakteristik penting pasar dan biaya. Pertama adalah perusahaan tidak dapat mengendalkan harga. Pasarlah yang menentukan harga. Kedua adalah sebagian besar biaya produk ditentukan pada tiap tahap desain. Target biaya ditentukan pada tahap pertama, kemudian produk dirancang sehingga target biaya tercapai dan bukannya merancang produk kemudian menghitung berapakah biayanya. Rudianto (2006, h.259) menyatakan, target biaya atau target costing adalah metode penentuan biaya produksi dimana perusahaan terlebih dahulu menentukan biaya produksi yang harus dikeluarkan berdasarkan harga pasaran kompetitif, dengan demikian perusahaan memperoleh laba yang diharapkan. Untuk memperjelas lagi terdapat contoh sederhana menurut Garrison Noreen yang diterjemahkan oleh Budisantoso (2001): Handy Appliance Company survey fitur dan harga sebesa $30 di pasar, departemen marketing percaya bahawa harga $30 cocok untuk mixer baru tersebut. Pada harga tersebut, marketing memperkirakan dapat menjual 40,000
54
unit mixer per tahun. Untuk mendesain, mengembangkan dan memproduksi mixer baru ini, dibutuhkan investasi sebesar $ 2,000,000. Perusahaan mengharapkan Return on Investment (ROI) 15%. Dengan data tersebut , target biaya produksi, penjulan, distribusi dan jasa untuk per unit mixer dalah $22,5 seperti dalam perhitungan berikut : Proyeksi penjualan (50.000 mixer x $30)
$1,200,000
Dikurangi laba yang diharapkan (15% x $2,000,000)
300,000
Target biaya untuk 40,000 mixer
$ 900,000
Target biaya untuk setiap unit mixer ($900,000:40,000)
$
22,5
Target biaya sebesar $22,5 ini akan dipilah menjadi target biaya beberapa fungsi : produsi, marketing, distribusi, jasa setelah penjualan dan sebagainya. Setiap area fungsional akan bertanggung jawab untuk mengeluarkan biaya sesuai dengan target. 2.2.6.3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Jual Horngren dan Datar yang ditrjemahkan oleh Adhariani (2005, h.494)
menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi harga jual, yaitu :
55
1.
Pelanggan Pelanggan mempengaruhi harga melalui pengaruh mereka terhadap
permintaan atas suatu produk atau jasa.Perusahaan harus selalu menguji keputusan penentuan harga melalui para pelanggan mereka. Harga yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pelanggan menolak suatu produk perusahaan dan memilih produk pengganti atau yang bersaing. 2.
Pesaing Perusahaan harus selalu menyadari tindakan dari para pesaingnya. Pada
satu sisi, produk alternatif atau produk pengganti dari pesaing dapat mempegaruhi permintaan dan memaksa sebuah perusahaan yang tidak memiliki pesaing dapat menetapkan harga yan lebih tinggi. 3.
Biaya Biaya mempengaruh harga karena biaya mempengaruhi karyawan. Makin
rendah biaya produksi sebuah produk relatif terhadap harga yang dibayarkan pelanggan, semakin besar kuantitas produk yang bersedia ditawarkan oleh perusahaan. Karena terdapat banyak pesaing dan banyak pelanggan, suatu perusahaan atau seorang pelanggan tidak dapat mempengaruhi harga. Jika persaingan berkurang dan terdapat lebih sedikit pesaing, yang masing-masing menjual produk yang agak berbeda dari harga perusahaan lain. Apabila perusahaan menjual barang atau jasa dengan harga jual dibawah biaya produksi, maka perusahaan akan mengalami kerugian sedangkan apabila
56
perusahaan menjual barang atau jasa diatas biaya produksi maka perusahaan akan mudah menghitung laba yang akan diterima oleh perusahaan. Biasanya perusahaan memberikan harga yang baik agar dapat menjaga hubungan dengan pelanggannya dalam jangka panjang dan jangka pendek. Dalam menentukan harga jual perusahaan mengadakan analisis dalam menentukan harga dasar. Analisis dilakukan prusahaan antara lain terhadap : a.
Harga pokok produksi yang dijadikan batas bawah dari harga jual.
b.
Informasi harga pasar yang dijadikan pedoman dalam menentukan harga jual.
c.
Kemampuan
produksi
maksimum
perusahaan
dalam
memenuhi
kebutuhan konsumen. Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan yang mempengatuhi perusahaan dalam menentukan harga jual adalah pelanggan, pesaing dan biaya.