BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Gelinas, Dull, Richard B. (2008,p14), sistem informasi akuntansi merupakan subsistem khusus dari sistem informasi. Tujuan sistem informasi akuntansi adalah untuk mengumpulkan, mengolah, dan melaporkan informasi yang berkaitan dengan aspek keuangan dari kegiatan bisnis. Menurut Rama dan Jones (2006,p5), sistem informasi akuntansi adalah bagian dari sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi akuntansi dan keuangan, seperti informasi-informasi lainnya yang didapatkan dari transaksi akuntansi yang dilakukan secara rutin. Menurut Romney dan Steinbart (2006,p6), sistem informasi akuntansi adalah sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan memproses data untuk menghasilkan informasi bagi pembuat keputusan. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah sekumpulan data yang diubah menjadi informasi yang dibutuhkan pengguna, khususnya kebutuhan informasi yang terkait dengan kegiatan akuntansi dan keuangan.
12 2.1.2
Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi Tujuan dan kegunaan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) menurut Jones dan Rama (2006,p6-7), antara lain : 1. Producing External Report; Perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan laporan, yang kemudian akan digunakan oleh para stakeholder. 2. Supporting Routine; Manajer membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk menangani aktivitas rutin dalam proses bisnis perusahaan. 3. Decision Support; Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan non-rutin pada seluruh tingkat organisasi, termasuk mengetahui produk mana yang terjual dengan baik dan konsumen mana yang paling banyak melakukan transaksi pembelian. Informasi ini penting bagi perencanaan produk baru, untuk memutuskan produk mana yang harus selalu tersedia, dan bagaimana cara memasarkannya pada konsumen. 4. Planning and Control; Sistem informasi juga dibutuhkan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan. Sebagai contoh, informasi mengenai anggaran dan biaya disimpan oleh sistem perusahaan, dan laporan-laporan yang dihasilkan, digunakan untuk membandingkan anggaran dengan jumlah yang sesungguhnya.
13 5. Implementing Internal Control. Penerapan pengendalian internal, termasuk di dalamnya kebijakan, prosedur dan sistem informasi, digunakan untuk melindungi aset perusahaan dari kerugian atau pencurian dan untuk memelihara keakurasian data keuangan perusahaan. Hal tersebut memungkinkan untuk membangun sebuah kontrol ke dalam sebuah sistem informasi akuntansi yang terkomputerisasi untuk membantu mencapai tujuan perusahaan. 2.1.3
Subsistem pada Sistem Informasi Akuntansi Menurut Hall (2008,p8), sistem informasi akuntansi terdiri dari tiga subsitem utama, yaitu: 1. Transaction Processing System (TPS), yaitu sistem yang mendukung operasi bisnis sehari-hari; 2. General Ledger/Financial Reporting System(GL/FRS), yaitu sistem yang menghasilkan laporan keuangan misalnya laporan arus kas dan laporan lainnya yang berhubungan dengan hukum berlaku; 3. Management
Reporting
System
(MRS),
yaitu
sistem
yang
menghasilkan laporan keuangan khusus untuk manajemen internal. 2.1.4
Komponen Utama Sistem Informasi Akuntansi Menurut Romney dan Steinbart (2006,p6), sistem informasi akuntansi terdiri atas empat komponen, yaitu: 1. Orang, yaitu yang mengoperasikan suatu sistem dan melaksanakan berbagai fungsi;
14 2. Prosedur-prosedur atau instruksi-instruksi, baik manual maupun yang terotomisasi, yang melibatkan dalam pengumpulan, pemerosesan, dan penyimpanan data aktivitas-aktivitas organisasi; 3. Data, yaitu data tentang organisasi dan proses bisnis organisasi tersebut; 4. Software, yaitu perangkat lunak yang digunakan untuk memproses data organisasi; 5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan pendukung, dan peralatan untuk komunikasi jaringan yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, memeroses, dan memindahkan data dan informasi; 6. Internal kontrol dan keamanan data, yaitu yang menyimpan data dalam sistem informasi akuntansi. Keenam komponen ini secara bersama-sama memungkinkan sistem informasi akuntansi untuk memenuhi tiga fungsi penting dalam organisasi, yaitu: 1. Mengumpulkan dan menyimpan data mengenai aktivitas, sumber daya, dan para pelaku dalam organisasi tersebut; 2. Pemindahan data ke dalam informasi, yang berguna bagi pihak manajemen untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan, pengawasan; 3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset organisasi temasuk data organisasi, untuk memastikan bahwa aset dan
15 data tersebut adalah akurat dan handal serta tersedia pada saat yang dibutuhkan. 2.1.5
Siklus Pemrosesan Transaksi pada Sistem Informasi Akuntansi Menurut Romney dan Steinbart (2006,p31), siklus pemrosesan transaksi pada sistem adalah suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan bisnisnya, mulai dari proses pembelian, produksi, hingga penjualan barang dan jasa. Siklus transaksi pada perusahaan dibagi menjadi 5 subsistem yaitu : 1. Revenue Cycle; Siklus yang terjadi dari transaksi penjualan barang dan jasa serta penerimaan kas. 2. Expenditure Cycle; Siklus yang terjadi dari transaksi pembelian barang dan jasa serta pengeluaran kas. 3. Human Resources / Payroll Cycle; Siklus yang terjadi dari proses perekrutan dan pembayaran atas tenaga kerja yang dilakukan perusahaan. 4. Production Cycle; Siklus yang terjadi dari proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan. 5. Financing. Siklus yang terjadi dari kegiatan penerimaan modal yang dilakukan oleh perusahaan.
16 2.1.5.1 Tahapan Siklus Penerimaan Kas Siklus penerimaan kas (Revenue Cylce) menurut Jones dan Rama (2006,p443) adalah sebagai berikut: 1. Merespon permintaan informasi dari pelanggan; Informasi untuk pelanggan dimaksudkan agar pelanggan dapat memahami atas produk perusahaan sehingga pelanggan dapat memilih produk yang disediakan. 2. Mengembangkan
kesepakatan
dengan
pelanggan
untuk
menyediakan barang atau jasa di masa mendatang; Yang dimaksud kesepakatan di sini adalah pemesanan pelanggan atas barang atau jasa dan kontrak antara perusahaan dengan pelanggan untuk dapat menyediakan produk atau jasa di masa datang. 3. Menyediakan
layanan
atau
mengirim
barang
kepada
pelanggan; Pada perusahaan jasa, karyawan berfungsi sebagai penyedia jasa layanan, sedangkan pada perusahaan dagang, petugas warehouse dan pengirim barang memainkan peran penting dalam proses pengiriman barang kepada pelanggan. 4. Menagih pelanggan atas barang atau jasa yang disediakan; Tahap ini merupakan tahap dimana perusahaan melakukan klaim kepada pelanggan dengan mencatat piutang dan menagih kepada pelanggan. 5. Mengumpulkan pembayaran;
17 Selama siklus penjualan, kas dari pembayaran pelanggan dikumpulkan. 6. Menyetor uang ke bank; Kas yang diterima selama siklus penjualan, disetor ke bank. 7. Menyiapkan laporan. Ada berbagai macam laporan yang harus dipersiapkan untuk pembuatan laporan penjualan termasuk di dalamnya daftar pesanan, daftar pengantaran dan daftar piutang. 2.2
Sistem Akuntansi Jasa Rumah Sakit 2.2.1. Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien 2.2.1.1. Definisi Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p150), penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus masuk / penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan aktiva bersih yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p150), pendapatan (revenue) adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas rumah sakit selama suatu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan aktiva bersih, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
18 Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p150), pendapatan operasional pelayanan pasien adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p151), pendapatan operasional pelayanan pasien bruto adalah pendapatan yang timbul dari aktivitas pelayanan rumah sakit kepada pasien. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p150), pendapatan operasional pelayanan pasien bersih adalah pendapatan operasional pelayanan pasien bruto setelah dikurangi dengan pengurang pendapatan operasional pelayanan pasien. 2.2.1.2. Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien Rawat Inap Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p151), Pendapatan rawat inap berdasarkan sifatnya dapat dibedakan, antara lain menjadi : 1.
Sewa Ruangan;
2.
Makanan Untuk Pasien;
3.
Sewa Alat;
4.
Alat Habis Pakai;
19 5.
Obat;
6.
Jasa Sarana (termasuk pendapatan dari bagi hasil visitasi dan tindakan medis). Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)
dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p152), Pendapatan penunjang medis berdasarkan sifatnya dapat dibedakan, antara lain menjadi : 1.
Radiologi;
2.
Laboratorium;
3.
Fisioterapi;
4.
Farmasi;
5.
Rehabiltasi medik;
6.
Hemodialisa;
7.
Diagnostik (medical checkup dan obat);
8.
Bank darah; dan
9.
Patologi anatomi. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)
dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p152), pendapatan pelayanan pasien lainnya berdasarkan sifatnya dapat dibedakan, antara lain menjadi : 1.
Ambulance;
2.
Kamar jenazah; dan
3.
Sewa (misalnya : sewa tempat tidur untuk penunggu).
20 2.2.1.3. Perlakuan Akuntansi Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien 1. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p153), pengakuan dan pengukuran pendapatan operasional pelayanan pasien, yaitu : a. Penghasilan diakui pada saat aktivitas pelayanan jasa telah diberikan kepada pengguna jasa. b. Penghasilan diukur sebesar nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Besarnya imbalan per pelayanan atau per paket pelayanan didasarkan pada tarif yang berlaku. c. Syarat pengakuan piutang dan pendapatan, adalah : -
Adanya manfaat ekonomi masa datang (future economic benefit) yang pasti dan disepakati oleh pihak yang bertransaksi; dan
-
Manfaat ekonomi masa datang tersebut dapat diukur dengan andal
d. Persyaratan kepastian pada poin (c), akan terpenuhi jika terdapat
komitmen
dan
kemampuan
merealisasi
komitemen tersebut. jika salah satu persyarat pada poin (c) tersebut tidak terpenuhi, maka rumah sakit tidak dapat mengakui piutang tersebut sebagai aktiva, tetapi
21 hanya mengungkapkannya sebagai aktiva kontijensi dalam catatan atas laporan keuangan. e. Pos “pengurang pendapatan operasional pelayanan pasien” diakui pada saat ditetapkannya pengurang-pengurang pendapatan
tersbeut
dengan
mengurangi
piutang
pelayanan. 2. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah
(2004,p154),
penyajian
pendapatan
operasional pelayanan pasien, yaitu : a. Pendapatan
operasional
pelayanan
pasien
disajikan
sebagai kelompok pos dalam laporan laba rugi. b. Pendapatan operasional pelayanan pasien dirinci dan disajikan
terpisah
untuk
setiap
pos
berdasarkan
strukturnya. c. Pendapatan operasional pelayanan pasien disajikan secara bruto. d. Pos “pengurangan pendapatan operasional pelayanan pasien” disajikan sebagai pos tersendiri setelah pos-pos pendapatan operasional pelayan pasien. 3. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah
(2004,p154),
pengakuan
pendapatan
22 operasional pelayanan pasien, hal-hal yang diungkapkan antara lain adalah sebagai berikut : a. Rincian berdasarkan sifat dan jumlah untuk setiap pos pendapatan pelayanan pasien. b. Rincian berdasarkan jenis dan jumlah untuk pos “pengurang pendapatan operasional pelayanan pasien”. 2.2.1.4. Jurnal Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p154), jurnal pendapatan operasional pelayanan pasien, antara lain : 1. Jurnal Pengakuan Penghasilan : Db. Kas dan Setara Kas Db. Piutang Pelayanan Kr. Pendapatan Operasional Rawat Inap 2. Jurnal Pemberian Keringanan/ditetapkannya Pengurang Pendapatan Operasional : Db. Pengurangan Pendapatn Operasional Pelayanan Pasien Kr. Piutang Pelayanan
23 3. Jurnal Pengembalian Pembayaran yang telah Diterima oleh Pasien : Db. Pengurangan Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien – Restitusi Kr. Kas 2.2.2. Piutang 2.2.2.1. Definisi Piutang Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p28), Piutang menurut sumber terjadinya dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Piutang Pelayanan. Piutang yang timbul karena penyerahan pelayanan jasa dalam rangka kegiatan entitas rumah sakit, seperti piutang kepada pasien rawat inap, rawat jalan dan penunjang medis. 2. Piutang Lain-lain. Piutang yang timbul diluar kegiatan pelayanan medis, seperti piutang karyawan dan piutang sewa. 2.2.2.2. Dasar Pengaturan Piutang Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p28), dasar pengaturan piutang pada jasa rumah sakit, yaitu : 1. Piutang merupakan hak yang muncul dari penyerahan pelayanan jasa atau penyerahan uang, berdasarkan keputusan atau kesepakatn antara entitas rumah sakit dan pihak lain, yang mewajibkan pihak lain tersebut untuk melunasi pembayaran atas jasa yang telah diterimanya
24 atau ditanggungnya atau utangnya setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. 2. Piutang pelayanan diakui pada saat pelayanan medis telah diberikan tetapi belum menerima pembayaran dari pengguna jasa yang bersangkutan atau dari penanggung jasa. 2.2.2.3. Piutang Jasa Rumah Sakit Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p28), penjelasan mengenai piutang jasa rumah sakit yaitu : 1. Transaksi piutang pelayanan antara lain memiliki karakteristik, sebagai berikut : a. Adanya pemberian pelayanan; b. Persetujuan atau kesepakatan berutang; c. Jangka waktu tertentu; dan d. Jaminan. 2. Jenis piutang pada entitas rumah sakit dikelompokan menjadi : a. Piutang pelayanan, antara lain : -
Piutang jaminan sosial;
-
Piutang jaminan perusahaan;
-
Piutang asuransi;
-
Piutang jaminan perorangan; dan
-
Piutang pelayanan pasien dalam perawatan
b. Piutang lain-lain, antara lain : -
Piutang pegawai/karyawan dan direksi;
25 -
Allowance karyawan kunci;
-
Piutang sewa (ruang/tempat dan fasilitas/utilities)
3. Jenis piutang pelayanan (piutang jaminan sosial sampai dengan piutang jaminan perorangan) merupakan piutang yang muncul karena telah selesainya pemberian pelayanan sedangkan untuk piutang pelayanan pasien dalam perawatan adalah piutang yang muncul karena adanya pemberian pelayanan rumah sakit sampai dengan tanggal posisi keuangan dan pasien masih dalam perawatan. 2.2.2.4. Perlakuan Akuntansi Piutang A. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p29), pengakuan dan pengukuran piutang jasa rumah sakit, yaitu : 1. Piutang pelayanan diakui pada saat pelayanan (jasa) medis telah diberikan kepada pasien. 2. Piutang lain-lain diakui pada saat jasa sewa telah diberikan kepada penyewa atau uang pinjaman telah diberikan kepada karyawan atau direksi. 3. Penyisihan kerugian piutang dapat dibentuk dengan menggunakan salah satu dari dua metode berikut ini : a. Sebesar niai piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih berdasarkan daftar umur piutang (jenis pengelompokan dan persentase besarnya penyisihan
26 disesuaikan dengan karakter resiko kolektibilitas entitas rumah sakit), atau; b. Sebesar estimasi dari persentase tertentu dari piutang pelayanan yang terjadi pada periode berjalan. 4. Piutang berkurang pada saat pembayaran diterima atau dihapuskan. 5. Piutang yang tidak tertagih dihapusbukukan berdasarkan ketentuan di setiap entitas rumah sakit. 6. Apabila piutang yang dihapuskan lebih besar dari penyisihan kerugian piutang yang disisihkan maka selisihnya diakui sebagai beban penyisihan kerugian pada periode yang bersangkutang dan sebaliknya. 7. Apabila
terjadi
pembayaran
setelah
piutang
dihapusbukukan maka diakui sebagai pendapatan lainlain atau menyesuaikan penyisihan kerugian piutang. B. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p29), penyajian piutang jasa rumah sakit yaitu : 1. Piutang pelayanan dan piutang lain-lain disajikan dalam pos yang terpisah. 2. Piutang disajikan sebesar jumlah neto, yakni jumlah seluruh tagihan dikurangi dengan penyisihan kerugian putang.
27 C. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah
(2004,p29-30),
hal-hal
yang
harus
diungkapkan dalam piutang jasa rumah sakit, antara lain, sebagai berikut : 1. Rincian jenis dan jumlah piutang; 2. Jumlah piutang dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa; 3. Metode pembentukan dan jumlah penyisihan kerugian piutang yang dibentuk; 4. Jumlah piutang yang dijadikan agunan pinjaman bank. 2.2.2.5. Jurnal Piutang Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p30), jurnal yang digunakan dalam pencatatan piutang jasa rumah sakit, antara lain, sebagai berikut : 1. Jurnal pada saat jasa diberikan : Db. Piutang pelayanan pasien dalam perawatan Kr. Pendapatan pelayanan 2. Jurnal pada saat perawatan pasien selesai (pulang) : Db. Piutang Pelayanan Kr. Piutang pelayanan pasien dalam perawatan
28 3. Jurnal pada saat penerimaan pembayaran : a. Jika pasien pulang langsung membayar : Db. Kas dan Setara Kas Kr.
Piutang
Pelayanan
Pasien
dalam
perawatan b. Jika pasien pulang belum membayar dan pelunasan piutang dilakukan kemudian : Db. Kas dan Setara Kas Kr. Piutang Pelayanan 4. Jurnal pada saat penyisihan kerugian piutang : Db. Beban penyisihan kerugian piutang pelayanan Kr. Penyisihan kerugian piutang pelayanan 5. Jurnal pada saat penghapusan piutang : Db. Penyisihan kerugian piutang pelayanan Kr. Piutang pelayanan 6. Jurnal pada saat pelunasan piutang pelayanan yang telah dihapus bukukan : Db. Kas dan Setara Kas Kr.
Pendapatan
lain-lain/penyisihan
kerugian
piutang pelayanan 2.3
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit 2.3.1
Pengertian Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, pada pasal 1 ayat (1) dalam buku Sistem Informasi
29 Manajemen Rumah Sakit Yang Terintegrasi (2010,p90), disebutkan bahwa yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sedangkan menurut PERSI (2004,pV), rumah sakit merupakan suatu bentuk sarana pelayanan kesehatan dan merupakan institusi yang mengemban
fungsi
sosial
kepada
masyarakat
dengan
selalu
mengutamakan kemanusiaan. Jadi, dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rumah sakit adalah tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran demi kebutuhan pasien.
2.3.2
Fungsi Rumah Sakit Dalam Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, pada pasal 5 disebutkan bahwa rumah sakit memiliki fungsi sebagai berikut : 1.
penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
2.
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
30 3.
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
4.
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka penigkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.3.3
Mutu pelayanan Rumah Sakit Menurut Ery (2010,p15), mutu pelayanan rumah sakit adalah derajat kesempurnaan rumah sakit untuk memenuhi permintaan konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit dengan wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio-budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen. Faktor - faktor yang menentukan mutu pelayanan rumah sakit yaitu : 1. Kehandalan yang mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja dan kemampuan untuk dipercaya. 2. Daya tangkap, yaitu sikap tanggap para karyawan untuk melayani saat dibutuhkan pasien.
31 3. Kemampuan, yaitu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu. 4. Mudah untuk dihubungi dan ditemui. 5. Sikap sopan santun, respek dan keramahan para pegawai. 6. Komunikasi, yaitu memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. 7. Dapat dipercaya dan jujur. 8. Jaminan keamanan. 9. Usaha untuk mengerti dan memahami kebutuhan pelanggan. 10. Bukti langsung yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang digunakan, representasi fisik dan jasa.
Dalam perkembangan selanjutnya, Ery mengemukakan bahwa 10 faktor yang mempengaruhi mutu yang ada, dapat dirangkum menjadi 5 faktor pokok yaitu : 1. Tangibles; Bukti langsung, meliputi bukti fisik dari jasa, dapat berupa fasilitas fisik, peralatan yang digunakan, sarana dan
penampilan para
pegawai. 2. Realibility; Kemampuan memberikan pelayanan yang dibutuhkan dengan segera, akurat dan memuaskan. 3. Responsiveness;
32 Sikap tanggap para karyawan dalam memberikan pelayanan pada saat pasien membutuhkan. 4. Assurance; Jaminan keamanan, yaiu bebas dari bahaya, resiko kecelakaan, kebakaran, kematian dan lain-lain. 5. Empathy. Kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan pelanggan. 2.3.4
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Menurut Ery (2010,p26), sistem informasi rumah sakit adalah suatu kegiatan rangkaian yang mencakup semua pelayanan kesehatan dalam rumah sakit di semua tingkatan administrasi yang dapat memberikan informasi kepada pengelola untuk proses manajemen (berhubungan dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi dan analisa) pelayanan kesehatan di rumah sakit. Peran sistem informasi di dalam kegiatan manajemen rumah sakit sangatlah membantu dan mempunyai peran yang sangat efektif dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, dengan sistem informasi, seorang pimpinan rumah sakit dapat mengambil suatu kebijakan secara cepat, tepat dan akurat berdasarkan informasi yang didapat dari pelayanan kesehatan di rumah sakit.
33 2.3.5
Pengertian Pelayanan Rawat Inap Menurut Ery (2010,p42), pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya. Menurut Ery (2010,p43), bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap akan mengalami tingkat proses transformasi, yaitu : 1. Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan dirawat tinggal di rumah sakit. 2. Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakan diagnosisnya. 3. Tahap Treatment, yaitu berdasarkan diagnosis, pasien dimasukkan dalam program perawatan dan terapi. 4. Tahap Inspection, yaitu secara continue diobservasi dan dibandingkan pengaruh serta respon pasien atas pengobatan. 5. Tahap
Control,
yaitu
setelah
dianalisa
kondisinya,
pasien
dipulangkan. Pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses untuk didiagnosa ulang. 2.3.6
Kualitas Pelayanan Rawat Inap Menurut Ery (2010,p45), kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya adalah : 1. Penampilan keprofesian atau aspek klinis;
34 Aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku dokter dan perawat dan tenaga profesi lainya. 2. Efisiensi dan efektivitas; Aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit agar dapat berdaya guna dan berhasil guna. 3. Keselamatan Pasien; Aspek ini menyangkut keselamatan dan keamanan pasien. 4. Kepuasan Pasien. Aspek ini menyangkut kepuasan fisik, mental, dan sosial pasien terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan dan sebagainya. Menurut Ery (2010,p47), mutu asuhan pelayanan rawat inap dikatakan baik apabila : 1. memberikan rasa tentram kepada pasiennya yang biasanya orang sakit; dan 2. menyediakan pelayanan yang benar-benar profesional dari setiap strata pengelola rumah sakit. Pelayanan ini bermula sejak masuknya pasien ke rumah sakit sampai pulangnya pasien. Dari kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut : 1. petugas penerima pasien, dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien memerlukan penanganan segera;
35 2. penanganan pertama dari perawat harus mampu membuat pasien menaruh kepercayaan bahwa pengobatan yang diterima dimulai secara benar; 3. penanganan oleh para dokter yang profesional akan menimbulkan kepercayaan pasien bahwa mereka tidak salah memilih rumah sakit; 4. ruangan yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah sakit; 5. peralatan yang memadai dengan operator yang profesional; 6. lingkungan rumah sakit yang nyaman. 2.3.7
Sistem Informasi Rawat Inap Menurut Ery (2010,p42), sistem informasi rawat inap adalah sistem pengolahan data yang dihasilkan dari proses manajemen di unit rawat inap dari input data sampai dengan output data (laporan-laporan yang dihasilkan dari bangsal rawat inap). Secara garis besar, variabel-variabel yang harus ada pada sistem informasi rawat inap antara lain : 1. Pendaftaran pasien rawat inap; 2. Input tindakan medis (visit, konsul); 3. Input tindakan keperwatan; 4. Rujukan pemeriksaan laboratorium, radiologi, kamar operasi dan fisioterapi; 5. Input pasien pindah kamar; 6. Input permintaan obat farmasi (resep dokter);
36 7. Input pasien melahirkan; 8. Input pasien meninggal; 9. Informasi pemakaian obat per-pasien; 10. Informasi biaya; 11. Informasi status kamar (terisi, kosong dan kodisi kamar); 12. Laporan SH (sensus harian/bulanan rawat inap); 13. Buku register rawat inap; 14. Laporan. 2.4
Sistem Pengendalian Internal 2.4.1
Pengertian Sistem Pengendalian Internal Menurut
Romney
dan
Steinbart(2006,p192),
pengendalian
internal adalah proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen dan direksi di bawahnya untuk memberikan keyakinan bahwa tujuan pengendalian dapat dicapai dengan : 1. mengamankan aset, termasuk mencegah atau mendeteksi akuisisi yang tidak sah secara tepat waktu, dan menggunakan atau mendisposisikan aset material perusahaan; 2. menjaga data-data perusahaan secara akurat, rinci dan teratur sehingga dapat mencerminkan asset perusahaan tersebut baik; 3. menyediakan informasi yang akurat dan handal; 4. memberikan kepercayaan bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan standar keuangan;
37 5. mempromosikan dan meningkatkan efisiensi operasional, termasuk memberikan laporan bahwa penerimaan dan pengeluaran perusahaan dibuat sesuai dengan kewenangan manajemen dan direktur; 6. mendorong
kepatuhan
terhadap
kebijakan
manajerial
yang
ditentukan; 7. mematuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku. 2.4.2
Tujuan Sistem Pengendalian Internal Menurut Romney dan Steinbart (2006,p196), berdasarkan COSO, tujuan sistem pengendalian internal adalah sebagai berikut: 1. menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya; 2. menghasilkan operasi yang efektif dan efisien; 3. mentaati hukum dan peraturan yang ditetapkan.
2.4.3
Komponen Sistem Pengendalian Internal Menurut Romney dan Steinbart (2006,p.196), berdasarkan COSO, terdapat lima komponen yang saling berhubungan dalam sistem pengendalian internal, antara lain sebagai berikut: 1. Control Environment; Inti dari semua bisnis adalah orangnya – sifat masing-masing individu, termasuk integritas nilai etika, dan kemampuan serta lingkungan dimana mereka beroperasi. Mereka adalah alat yang mengendalikan organisasi dan merupakan dasar dari segala sesuatu. 2. Control Activities;
38 Prosedur dan kebijakan pengendalian harus ditetapkan dan dijalankan untuk membantu meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk menanggulangi risiko dan untuk mencapai tujuan terlihat efektif. 3. Risk Assesment; Perusahaan harus berhati-hati terhadap risisko yang dihadapi. Perusahaan harus membentuk suatu tujuan, yang digabungkan dengan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan, dan aktivitas lainnya sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan baik. Perusahaan juga harus
menyusun
sebuah
mekanisme
untuk
mengidentifikasi,
menganalisis dan mengatur risiko-risiko yang berhubungan dengan masing-masing bagian. 4. Information and Communication; Yang mengelilingi aktivitas pengendalian adalah sistem informasi dan komunikasi. Mereka memungkinkan orang-orang dari perusahaan menerima dan saling bertukar informasi yang dibutuhkan untuk memimpin, mengatur, dan mengontrol operasi yang ada. 5. Monitoring. Keseluruhan proses harus diawasi dan melakukan perubahan bila diperlukan. Dengan cara ini, sistem dapat bereaksi dengan lebih dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi yang ada.
39 2.4.4
Pengendalian Internal Pada Siklus Penerimaan Kas Dalam siklus penerimaan kas, menurut Mulyadi (2008,p471) terdapat pengendalian internal yang harus diperhatikan. Secara garis besar ada tiga pengendalian internal pada siklus penerimaan kas, yaitu : 1.
Organisasi Dari sisi organisasi, pengendalian internal pada siklus penerimaan kas adalah : - Fungsi Penjualan Harus Terpisah dari Fungsi Kas. Fungsi penjualan yang merupakan fungsi operasi harus dipisahkan dari fungsi kas yang merupakan fungsi penyimpanan. Pemisahan ini mengakibatkan setiap penerimaan kas dari penjualan tunai dilaksanakan oleh dua fungsi yang saling mengecek. - Fungsi
Kas
Harus
Terpisah
dari
Fungsi
Akuntansi.
Berdasarkan unsur sistem pengendalian internal yang baik, fungsi akuntansi harus dipisahkan dari kedua fungsi pokok yang lain:
fungsi
operasi
dan
fungsi
penyimpanan.
Hal
ini
dimaksudkan untuk menjaga kekayaan perusahaan dan menjamin ketelitian dan keandalan data akuntansi. - Transaksi Penjualan Tunai Harus Dilaksanakan oleh Fungsi Penjualan, Fungsi Kas, Fungsi Pengiriman dan Fungsi Akuntansi. Dengan dilaksanakannya setiap transaksi penjualan tunai oleh berbagai fungsi tersebut, maka akan tercipta adanya pengecekan internal pekerjaan setiap fungsi tersebut oleh fungsi lainnya.
40 2.
Sistem Otorisasi dan Pencatatan Dari sisi sistem otorisasi dan prosedur pencatatan. Ada lima pengendalian internal yang harus diperhatikan, yaitu : - Penerimaan Order dar Pembeli DIotorisasi oleh Fungsi Penjualan
Dengan
Menggunakan
Formulir
Faktur
Penjualan Tunai. Transaksi penjualan tunai dimulai dengen menerbitkan faktur penjualan tunai oleh perusahaan. Dengan formulir ini, fungsi penerimaan kas akan menerima kas dan fungsi pengiriman akan menyerahkan barang/jasa kepada pembeli. - Penerimaan Kas Diotorisasi oleh Fungsi Penerimaan Kas dengan Cara Membubuhkan Cap “Lunas” Pada Faktur Penjualan dan Penempelan Pita Register Kas pada Faktur Tersebut.sebagai bukti
bahwa fungsi penerimaan kas telah
menerima kas dari pembeli, fungsi tersebut harus membubuhkan cap “Lunas” dan menempelkan pita register kas pada faktur penjualan tunai. - Penjualan dengan Kartu Kredit Bank Didahului dengan Permintaan Otorisasi dari Bank Penerbit Kartu Kredit. Masalah yang dihadapi oleh merchant dalam penjualan dengan kartu kredit dari bank adalah penentuan bonafiditas pemegang kartu kredit, sehingga merchant harus meneliti apakah nama pemegang karti kredit tercantum dalam daftar hitan yang diterbitkan oleh bank penerbit kartu kredit secara berkala.
41 - Pencatatan ke dalam Catatan Akuntansi Harus Didasarkan atas Dokumen Sumber yang Dilampiri dengan Dokumen Pendukung yang Lengkap. Catatan akuntansi harus diisi informasi yang berasal dari dokumen sumber yang sahih (valid). Kesahihan dokumen sumber dibuktikan dengan dilampirkannya dokumen pendukung yang lengkap, yang telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. - Pencatatan ke dalam Catatan Akuntasi Harus Dilakukan oleh Karyawan yang Diberi Wewenang Untuk itu. Setiap pencatatan kedalam catatan akuntansi harus dilakukan oleh karyawan yang diberi wewenang untuk mengubah catatan akuntansi tersebut. setiap karyawan tersebut mengupdate catatan akuntansi berdasarkan dokumen sumber, karyawan tersbeut diharuskan membubuhkan tanda tangan dan tanggal catatan akutansi pada tanggal tersebut. 3.
Praktik yang Sehat Dari sisi praktik yang sehat, ada tiga pengendalian internal yang harus diperhatikan, yaitu : - Faktor Penjualan Tunai Bernomor Urut Tercetak dan Pemakaiannya
Dipertanggungjawabkan
oleh
Fungsi
Penjualan.Dalam organisai, setiap transaksi keuangan hanya akan terjadi jika telah mendapat otorisasi dari yang berwenang. - Jumlah Kas yang Diterima dari Penjualan Tunai Disetor Seluruhnya ke Bank Pada Hari yang Sama dengan Transaksi
42 Penjualan Tunai atau Hari Kerja Berikutnya. Penyetoran segera seluruh jumlah kas yang diteriman dari penjualan tunai ke bank akan menjadikan jurnal kas perusahaan dapat diuji ketelitian dan keandalannya dengan menggunkan informasi dari bank yang tercantum pada rekening Koran bank (bank statement). - Penghitungan Saldo Kas yang Ada di Tangan Fungsi Kas secara
Periodik
dan
secara
Mendadak
oleh
Fungsi
Pemeriksaan Internal. Penghitungan kas secara periodic dan mendadak akan mengurangi risiko penggelapan kas yang diterima oleh kasir. 2.5
Object Oriented Concepts Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p60), konsep orientasi objek ada suatu bentuk metodologi pengembangan sistem, dimana dalam metode tersebut, sistem informasi dijadikan suatu kumpulan yang saling berinteraksi dan saling bekerja sama dalam melaksanakan tugas. Metodologi ini bukanlah suatu proses atau program yang terpisah, karena seluruh entitasa data tergabung menjadi satu kesatuan. Dalam sistem kerjanya sendiri, sistem tersebut mengandung beberapa objek, yang dimana objek tersebut dapat merespon suatu pesan. 2.5.1
Objects Pengertian Objects menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p60) adalah sesuatu hal di dalam sistem komputer yang dapat merespon pesan. Dimana setiap objek tersebut memiliki suatu state dan
43 behavior. Dimana state dalam setiap objek tersebut menggambarkan keadaan objek tersebut saat itu. Sedangkan behavior dalam setiap objek merupakan tindakan atau respon yang dilakukan oleh objek tersebut. 2.5.2
Attributes, Methods, and User Interface Object 2.5.2.1
Pengertian Attributes Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p62), attributes adalah karakteristik dari suatu objek yang mempunyai nilai-nilai, seperti ukuran, bentuk, warna, tempat, dan teks suatu tombol, label atau nama, alamat, dan nomor telepon seorang pelanggan.
2.5.2.2 Pengertian Methods Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p62), methods adalah perilaku atau suatu operasi yang menggambarkan apa saja yang sebuah objek mampu lakukan. 2.5.2.3 Pengertian User Interface Object Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p62), User Interface Object adalah sebuah objek yang berinteraksi dengan user saat menggunakan sistem, seperti tombol, item menu, kotak teks atau label. 2.5.3
Classes, Identity, Superclass, and Subclass 2.5.3.1 Pengertian Classes Clasess menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p63) adalah suatu jenis atau penggolongan terhadap objek yang
44 memiliki kesamaan. Class menetapkan rincian dari attribute dan perilaku dari setiap objek tersebut. class merupakan suatu abstraksi dari suatu entitas dalam dunia nyata dan object merupakan contoh dari sebuah class 2.5.3.2 Pengertian Identity Identity menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p66) adalah referensi unik untuk objek yang memungkinkan objek lain untuk menemukan dan mengirimkannya sebuah pesan. 2.5.3.3 Pengertian Superclass Superclass (2005,p67)
menurut
adalah
Satzinger,
kelas
Jackson
umum
dan
dalam
Burd hirarki
generalisasi/spesialisasi, yang dapat diperluas oleh suatu subclass. 2.5.3.4
Pengertian Subclass Subclass
menurut
(2005,p67)adalah
Satzinger,
kelas
generalisasi/spesialisasi,
Jackson
spesialisasi
yang berisi
dan
dalam
atribut
dan
Burd hirarki metode
tambahan yang membedakannya dari kelas yang lebih umum. 2.5.4
Polymorphism, Encapsulation, and Inheritance 2.5.4.1
Pengertian Polymorphism Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p67), Polymorphism
adalah
karakteristik
dari
objek,
yang
memungkinkan mereka untuk merespon dengan cara yang berbeda terhadap pesan yang sama.
45 2.5.4.2
Pengertian Encapsulation Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p66), Encapsulation adalah penggabungan atribut dan metode ke dalam satu unit dan menyembunyikan struktur internal objeknya.
2.5.4.3
Pengertian Inheritance Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p66), Inheritance adalah konsep dimana satu kelas objek berbagi beberapa karakteristik ke kelas lain.
2.6
Unified Modelling Languagewith Unfied Process(UML UP ) Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p48), yang dimaksud
dengan UML adalah model standar dari perancangan dan notasinya yang melakukanpengembangan orientasi objek secara spesifik. Model-model dalam metodologi pengembangan sistem mencakup beberapa hal seperti inputs, outputs, proses, data, objek serta interaksi antar objek. Modelmodel tersebut ditunjukan dalam bentuk diagram-diagram, dimana dalam diagram tersebut notasinya sesuai dengan yang didefinisikan oleh Unfied Modelling Language. Model-model
komponen
sistem
yang
berbasiskan
Modelling Language, terdiri dalam tujuh diagram, yaitu : 1.
Use Case Diagram;
2.
Class Diagram;
3.
Activiity Diagram;
4.
Sequence Diagram;
Unfied
46 5.
Communication Diagram;
6.
Package Diagram;
7.
Deployment Diagram. Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p50), yang dimaksud
dengan Unified Process adalah suatu metodologi pengembangan sistem berorientasi objek yang dikembangkan oleh Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson. 2.7
Analisis dan Perancangan Sistem Informasi 2.7.1
Pengertian Analisis Sistem Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p4), analisis sistem
adalah proses pemahaman dan penentuan secara rinci apa yang harus dicapai oleh sistem informasi. 2.7.2
Pengertian Perancangan Sistem Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p4), perancangan
sistem adalah proses menetapkan secara rinci bagaimana beberapa komponen dari sistem informasi harus diterapkan secara langsung. 2.7.3
Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) 2.7.3.1 Pengertian Object-Oriented Analysis (OOA) Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p60), OOA merupakan penjelasan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan di dalam suatu sistem dan menunjukkan interaksi user yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
47 2.7.3.2 Pengertian Object-Oriented Design (OOD) Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p60), OOD merupakan penjelasan semua jenis objek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang-orang dan alat di dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek tersebut saling berhubungan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan mengolah definisi dari setiap jenis objek, dengan begitu objek tersebut dapat diterapkan dengan suatu lingkungan atau bahasa yang spesifik. 2.7.3.3 Pengertian Object-Oriented Programming (OOP) Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p61), OOP merupakan penulisan pernyataan di dalam bahasa program untuk menggambarkan setiap jenis yang dilakukan oleh objek, termasuk pesan yang dikirimkan objek kepada satu sama lain. 2.7.4
Pemodelan Analisis dan Perancangan Sistem Informasi 2.7.4.1 Activity Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p144), pengertian activity diagram adalah sebuah diagram alur kerja yang menjelaskan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang user (atau sistem), user yang melakukan setiap aktivitas atau kegiatan tersebut dan alur yang berurutan dari aktivitasaktivitas tersebut. Notasi-notasi yang digunakan didalam activity diagram antara lain : 1.
Swimlane
48 Merupakan sebuah area berbentuk persegi panjang dalam activity diagram yang memaparkan aktivitas apa saja yang dilakukan oleh seorang user. 2.
Starting Activity (Pseudo) Merupakan notasi dalam activity diagram yang memliki fungsi sebagai penanda dimulai nya suatu aktivitas.
3.
Transition Arrow Merupakan notasi idalam activity diagram yang memliki fungsi menghubungkan satu aktivitas dengan aktivitas berikutnya yang dilakukan oleh seorang user.
4.
Activty Merupakan notasi dalam activity diagram yang memiliki fungsimenjelaskan aktivias yang dilakukan oleh seorang user.
5.
Synchronization Bar Merupakan notasi dalam activity diagram yang memiliki fungsi mengatur atau mengendalikan pemisahan dan penyatuan dari beberapa aktivitas yang berurutan,
6.
Decision Activity Merupakan notasi dalam activity diagram yang digunakan pada saat user akan melakukan pengambilan keputusan.
7.
Ending Activity Merupakan notasi dalam activity diagram yang memliki fungsi sebagai penanda diakhirinya nya suatu aktivitas.
49 Contoh notasi-notasi dalam activity diagram :
Gambar 2.1 notasi-notasi dalam activity diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p145),Object-oriented analysis & Design with the Unfied Process Contoh Activity Diagram :
Gambar 2. Contoh activity diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p145),Object-oriented analysis & Design with the Unfied Process
50 2.7.4.2 Event Table Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p174), pengertianevent table adalah sebuah katalog dari use case yang terdiri dari event-event dalam baris dan merupakan bagian penting dari informasi event-event tersebut yang terdapat didalam kolom. Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p175), event table terdiri dari beberapa komponen, yaitu : 1. Event Event merupakan suatu kejadian yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu yang dapat dijelaskan serta perlu diingat. 2. Trigger Trigger merupakan suatu tanda yang memberitahukan sistem bahwa event telah terjadi, meskipun data yang masuk membutuhkan proses atau waktu. 3. Source Source merupakan agen eksternal yang memasukan data kedalam sistem 4. Response Response merupakan hasil atau output dari suatu proses yang dilakukan oleh sistem. 5. Destination Destination merupakan agen eksternal yang menerima output atau hasil dari proses yang dilakukan oleh sistem.
51 Contoh komponen dalam event table :
Gambar 2.2 komponen-komponen dalam event table Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p1755),Object-oriented analysis & Design with the Unfied Process 2.7.4.3 Use Case Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p52), definisi use case adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sistem, pada umumnya sebagai jawaban atas suatu permintaan oleh user. Didalam use case diagram, terdapat beberapa notasi, symbol atau lambang yang digunakan untuk
52 merepresentasikansetiap pengguna dan apa saja yang dilakukan oleh sistem untuk merespon permintaan user tersebut.
Gambar 2.3 notasi use case diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p215),Object-oriented analysis & Design with the Unfied Process
53 2.7.4.4 Use Case Description Menurut Satzinger et al (2005,p220), use case description merupakan sebuah rincian penjelasan dari sebuah proses yang telah digambarkan dalam use case diagram.
Gambar 2.4 use case description
54 2.7.4.5 Class Diagram 2.7.4.5.1 Domain Class Diagram Class diagram ada sebuah model diagram yang mendefinisikan class-class problem domain.Maka dari itu, class diagram juga dapat disebut dengan domain class diagram. Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p284), domain class diagram adalah sebuah model diagram UML yang menjelaskan dan menggambarkan segala hal yang penting dalam hal yang dikerjakan oleh user. Class diagram digambarkan dengan bentuk persegi yang memiliki tiga bagian, yaitu bagian pertama diisi dengan nama class diagram tersebut, bagian kedua diisin dengan atribut-atribut dari class diagram tersebut dan yang terakhir akan diisi dengan method dari class diagram tersebut.
Class Penghubung antar class Gambar 2.5 contoh class
Hubungan antar class yang dihubungkan dengan garis penghubung disebut dengan multiplicity of
55 association.Multiplicity ini dibedakan menjadi enam jenis yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini : Tabel 2.1 Multiplicity antar class Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p186) Hubungan
Simbol
Zero to one
0..1
One and only one
1
One and only one alternate
1..1
Zero or more
0..*
Zero or more alternate
*
One or more
1..*
56 Contoh domain class diagram :
Gambar 2.6 Domain Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2005, p310) 2.7.4.5.2 First-Cut Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p311), first-cut class diagram adalah domain class diagram yang telah diperluas dan dikembangakan dengan dua cara, yaitu mengurai atribut beserta tipe dan nilai awal serta menambahkan navigation visibility arrows.
57
Gambar 2.7 First-Cut Class Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p311)
58 2.7.4.5.3 Updated Design Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p337), updated design class diagram merupakan pengembangan dari setiap layer. Dalam view dan data access layer di sequence diagram, harus ditambahkan beberapa class baru sebagai use case controller. Pada updated design class diagram, method dapat ditambahkan untuk setiap class.
Gambar 2.8 Updated Design Class Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p340)
59 2.7.4.6 Sequence Diagram 2.7.4.6.1 System Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005, p213), system sequence diagram merupakan diagram yang menunjukan dan menjelaskan rincian urutan pesan antara aktor eksternal dengan sistem. System sequence diagram merupakan bagan dari interaction diagram. Dimana interaction diagram adalah diagram komunikasi atau sequence diagram yang menampilkan hubungan antara objek.
Gambar 2.9 Notasi System Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2005, p229)
60 2.7.4.6.2
Completed Three Layer Design Sequence Diagram Completed three layer sequence diagram atau yang
biasa disebut data access sequence diagram merupakan sequence diagram yang telah dikembangkan dan dilengkapi hingga menampilkan hubungan sampai database.
Gambar 2.10Completed Three Layer Design Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2005, p487) 2.7.4.7 Package Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005, p339), package
diagrammerupakan
diagram
high
level
yang
61 menampilkan hubungan semua class yang terkait.Notasi package diagramdigambarkansebagai persegi panjang. Nama daripackage ditampilkan dalamakan ditampilkan didalam persegi panjang tersebut. Dalam gambar 2.12 dibawah ini akan ditampilkan contoh dari package diagram
Gambar 2.11Package Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p341) 2.7.4.8 User Interface Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p442), user interface adalah suatu bagian dari sistem, dimana
62 bagian tersebut memerlukan interaksi dari user kepada sistem untuk membuat input dan manghasilkan output. 2.8
FaseProses Pengembangan Sistem Menurut Whitten et al. (2007,p30), proses pengembangan sistem adalah satu set aktivitas, metode, praktik terbaik, deliverables dan peralatan
yang telah
terotomatisasi
yang digunakan oleh para
stakeholders untuk mengembangkan dan memperbaiki sistem informasi besera dengan perangkat lunaknya. Kebanyakan organisasi memiliki standar pengembangan sistem yang formal yang terdiri dari satu set proses atau langkah yang mereka harapkan dapay diikuti oleh project pengembangan sistem lainnya dan kebanyakan dalam organisasi, proses pengembangan sistem yang dijalankan mengikuti pendeketan pemecahan masalah (problem-solving approach). Dimana pendekatan pemecahan masalah tersebut memiliki empat tahap atau fase yang harus dilengkapi terlebih dahulu, empat tahap tersebut yaitu, fase inisiasi sistem (system initiation), fase analisis sistem (system analysis), fase perancangan sistem (system design), fase penerapan sistem (system implementation). 2.8.1
Fase Inisiasi Sistem (System Initiation) Menurut Whitten et al. (2007,p32), fase inisiasi sistem (System
Initiation) merupakan sebuah rencana awal bagi sebuah proyek untuk mendefinisikan ruang lingkup project, tujuan akhir, jadwal dan anggaran yang dibutuhkan. Setiap stakeholder diharuskan menerima kenyataan bahwa setiap perubahan yang terjadi di masa depan dalam ruang lingkup
63 project atau tujuan akhir akan memberikan pengaruh terhadap jadwal dan anggaran. 2.8.2
Fase Analisis Sistem (System Analysis) Menurut Whitten et al. (2007,p32), fase analysis sistem (System
Analysis) merupakan studi penelitian terhadap domain masalah bisnis untuk merekomendasikan perbaikan dan spesifikasi terhadap kebutuhan bisnis dan terhadapap prioritas dari solusi yang dihasilkan. 2.8.3
Fase Perancangan Sistem (System Design) Menurut Whitten et al. (2007,p33), fase perancangan sistem
(System
Design)
merupakan
spesifikasi
atau
teknik
pembangunan/konstruksi, solusi berbasis komputer bagi identifikasi kebutuhan bisnis didalam fase analisis sistem. Sekali alternative teknik tersebut telah dipilih dan disetujui, fase perancangan sistem
akan
mengembangankan blueprint dan spesifikasi yang dibutuhkan untuk mengimplementasi solusi akhir. 2.8.4
Fase Penerapan Sistem (System Implementation) Menurut Whitten et al. (2007,p33), fase penerapan sistem (System
Implementation)
merupakan
pembangunan/konstruksi,
pemasangan/instalasi, pengujian/testing dam pengiriman sistem tersebut hingga proses produksi. Komponen sistem yang telah dibangun atau dipasang, harus segera diuji untuk dapat memastikan bahwa komponen sistem tersebut telah bekerja dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan dan harapan user. Setelah komponen sistem tersebut selesai diuji, kemudian akan segera digunakan dalam operasi bisnis dan data-data dari
64 sistem lama akan dipindahkan kedalama database sistem baru tersbeut dan user yang akan menggunakan sistem tersebut harus diberikan pelatihan agar dapat menggunakan sistem tersebut dengan baik. 2.9
Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam pembangunan aplikasi ini menggunakan fase
proses pengembangan sistem yang dimana terdapat empat fase yaitu fase inisiasi sistem, fase analisis sistem, fase desain sistem dan fase implementasi sistem. Pembangunan aplikasi ini dimulai dari tahap inisiasi yaitu mengumpulkan datadata organisasi mengenai gambaran umum RS Tugu Ibu seperti visi dan misi, tugas dan wewenang serta operasi perusahaan dan proses administrasi rawat inap RS Tugu Ibu. Setelah data-data terkumpul, data-data tersebut kemudian akan dianalisis dengan
menggunakan
activity diagram
untuk
mengidentifikasikan
dan
memaparkan masalah yang terjadi saat ini dalam proses administrasi rawat inap RS Tugu Ibu. Setelah data-data tersebut telah dianalisis, kemudian akan dilanjutkan kedalam tahap perancangan dengan menggunakan metode Object Oriented Analysis and Design pendekatan Satzinger. Perancangan ini dimulaiactivity diagram yang diusulkan,yang kemudiasn dilanjutkan dengan event table, use case diagram,use case description, domain class diagram, ,first cut class diagram, statechart diagram, system sequence diagram, completed three layer design sequence diagram, update design class diagram, package diagram, user interface danpersistent object. Setelah tahap perancangan selesai dilakukan, maka dilanjutkan ke tahap pengembangan sistem menggunakan Microsoft Visual Studio 2008dan Microsoft
65 SQL Server 2005 sebagai database. Tahap yang terakhir dilakukan adalah tahap implementasi, yaitu rencana implementasi dan rencana implementasi dengan Gantt Chart. Di bawah ini adalah Gambar 2.13 yang menjelaskan kerangka pikir:
Gambar 2.13 Kerangka Pikir