BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut Hall (2011, p780), “Information system is set of formal procedures by which data are collected, processed into information, and distributed to users”, yang terjemahannya: Sistem informasi adalah satu set prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan didistribusikan kepada pengguna. Menurut Gelinas dan Dull (2012, p14), “Information system is a man-made system that generally consists of integrated set of computerbased components and manual components established to collect, store, and manage data and provide output information to users”, yang terjemahannya: Sistem informasi adalah sistem buatan manusia yang secara umum terdiri dari kumpulan komponen berbasis komputer yang terintegrasi dan komponen manual yang dibangun untuk mengumpulkan, menyimpan dan mengelola data serta menyediakan ouput informasi kepada pengguna. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan suatu kumpulan komponen yang terkait dan terintegrasi yang berfungsi untuk mengumpulkan, mengelola, menyimpan dan mendistribusikan data menjadi suatu output yang berbentuk informasi kepada pengguna.
2.1.2 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Hall (2011, p773), “Accounting information system is specialized subset of information system that process financial transaction”, yang terjemahannya : “Sistem informasi akuntansi adalah subsitem khusus dari sistem informasi yang memproses transaksi keuangan”. Menurut Gelinas dan Dull (2012, p667), “Accounting information system is a specialized subsystem of the IS that collects, processes, and reports information related to the financial aspects of business events”, 7
8
yang terjemahannya : Sistem informasi akuntansi adalah subsistem khusus dari sistem informasi yang mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi yang berhubungan dengan aspek keuangan dari kejadian bisnis. Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah subsistem khusus dari sistem informasi yang mengumpulkan, mengelola, dan melaporkan informasi yang berhubungan dengan transaksi keuangan pada kejadian bisnis didalam perusahaan.
2.1.3 Komponen Sistem Informasi Akuntansi Menurut Romey dan Steinbart (2009, p28), “An Accounting Information Accounting consists of six components : 1. The people, who operate the system and perform various function. 2. The procedures and Instruction, both manual and automated, involved in collecting, processing, and storing data about the organization activities 3. The data about the organization and its business processes. 4. The software used to process the organization data. 5. The information technology infrastructure, including computers, peripheral devices, and network communications devices used to collect, store, process,and transmit data and information. 6. The Internal Control and security measures that safeguard the data in the accounting information system”, yang terjemahannya : Sistem Informasi Akuntansi memiliki 6 komponen, yaitu : 1. Orang yang mengoperasikan sistem dan menjalankan berbagai fungsi. 2. Prosedur dan instruksi adalah baik secara manual dan otomatis, yang tergabung dalam pengumpulan, proses, dan penyimpanan data mengenai aktifitas organisasi. 3. Data mengenai organisasi dan proses bisnisnya. 4. Software yang digunakan untuk memproses data perusahaan. 5. Infrastruktur teknologi informasi termasuk komputer, peralatan tambahan, dan peralatan komunikasi jaringan yang digunakan untuk
9
mengumpulkan, menyimpan, memproses, dan mengirimkan data dan informasi 6. Pengendalian internal dan keamanan yang diukur dari perlindungan data dalam sistem informasi akuntansi. Menurut Gelinas, et al (2012, p9), Komponen dalam Sistem Informasi Akuntansi adalah : 1. Technology 2. Database 3. Reporting 4. Control 5. Business operation 6. Event processing 7. Management decision making 8. System development and operation 9. Communications 10. Accounting auditing principles Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen dari sistem informasi akuntansi terdiri dari siapa yang menjalankan fungsinya dan apa saja yang diperlukan dalam melakukan pengembangan suatu system informasi akuntansi, seperti: data organisasi, proses bisnis, komunikasi, database, teknologi, dan lain sebagainya.
2.1.4 Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi Menurut Jones & Rama (2009, p7-p8), “There is five uses of Accounting Information System, as follows : 1. Producing external report Business use accounting information systems to produce special reports to satisfy the information needs of investors, creditors, tax collectors, regulatory agencies, and others. 2. Supporting routine activities Managers need an accounting information system for handling routine operating activities during the firm’s operating cycle.
10
3. Decision report Information is also needed for non-routine decision support at all levels of an organization. 4. Planning and control An information system is required for planning and control activities as well. Information concerning budgets and standard costs is stored by the information system, and reports are designed to compare budget figures to actual amounts 5. Implementing internal control Internal control includes the policies, procedures, and information system used to protect a company’s assets from loss or embezzlement and to maintain accurate financial data. It is possible to build controls into a computerized accounting information system to help reach these goals”, yang terjemahannya adalah : Ada 5 kegunaan dari Sistem Informasi Akuntansi, sebagai berikut: 1. Menghasilkan laporan eksternal Perusahaan
menggunakan
sistem
informasi
akuntansi
untuk
menghasilkan laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi investor, kreditor, pajak, agen pengatur, dan lainnya. 2. Mendukung aktifitas rutin Manajer membutuhkan suatu sistem informasi akuntansi untuk menangani aktivitas operasi rutin dalam siklus operasi perusahaan. 3. Mendukung pengambilan keputusan Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan yang tidak berjalan rutin pada seluruh tingkat organisasi, seperti termasuk mengetahui produk mana yang terjual dengan baik dan mana yang paling banyak dibeli oleh konsumen. 4. Perencanaan dan pengendalian Sistem informasi dibutuhkan pula bagi aktivitas perencanaan dan pengendalian. Informasi mengenai anggaran dan biaya standar disimpan oleh sistem informasi, dan laporan-laporan dirancang untuk membandingkan anggaran dengan jumlah yang sesungguhnya.
11
5. Implementasi pengendalian internal Pengendalian internal termasuk kebijakan, prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi harta perusahaan dari kerugian atau pencurian untuk memelihara akurasi data keuangan. Membangun pengendalian ke dalam sebuah sistem informasi akuntansi yang terkomputerisasi membantu untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Soudani (2012, p141), yang diterbitkan ke dalam jurnal penelitian menyebutkan bahwa : 1. Sistem informasi akuntansi ditemukan menjadi variable yang paling mempengaruhi kinerja keuangan. Ini menjelaskan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan faktor yang paling penting dalam perusahaan yang terdaftar di Dubai Financial Market (DFM). 2. Ditemukan bahwa kinerja keuangan dan manajemen kinerja berpengaruh pada kinerja organisasi. Ini berarti bahwa kinerja keuangan dan manajemen kinerja yang efektif dalam membangun kinerja organisasi. 3. Sistem informasi akuntansi ditemukan bahwa faktor penting dalam membangun kinerja organisasi melalui pengumpulan, penyimpanan dan pengolahan data keuangan dan akuntansi untuk dievaluasi oleh dampaknya terhadap kualitas peningkatan proses pengambilan keputusan, informasi akuntansi, evaluasi kinerja, pengawasan internal dan memfasilitasi transaksi perusahaan. 4. Tidak ada hubungan antara sistem informasi akuntansi dan manajemen kinerja. Ini berarti bahwa ada beberapa hambatan yang menyebabkan
pelaksanaan
sistem
informasi
akuntansi
pada
manajemen kinerja pada perusahaan yang terdaftar di DFM. Berdasarkan pendapat ilmuwan diatas, dapat disimpulkan bahwa ada 5 kegunaan penting dari sistem informasi akuntansi, yaitu menghasilkan laporan eksternal, mendukung aktifitas rutin, perencanaan dan pengendalian, implementasi pengendalian internal. Sistem informasi akuntansi
juga
dapat
membangun
kinerja
organisasi
melalui
pengumpulan, penyimpanan, dan pengolahan data keuangan dan akuntansi.
12
2.1.5 Pengertian Analisis Sistem Menurut Whitten dan Bentley (2009, p160), “System analysis is a problem solving technique that decomposes a system into its component pieces for the purpose of studying how well those component part work and interact to accomplish their purpose”, yang terjemahannya : Analisis sistem adalah teknik pemecahan masalah yang membagi sistem ke dalam potongan-potongan komponen untuk mempelajari seberapa baik bagianbagian komponen bekerja dan berinteraksi untuk mencapai tujuan mereka. Menurut Satzinger (2012, p5), “System Analysis is those activities that enable a person to understand and specify what the new system should accomplish”, yang terjemahannya : Analisis sistem adalah aktivitas-aktivitas yang memungkinkan seseorang memahami dan menetapkan apa yang harus dicapai oleh sistem yang baru. Berdasarkan pendapat ilmuwan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa analisis sistem merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi dengan mempelajari bagian dari komponen-komponen sistem yang bekerja dan berinteraksi serta menetapkan apa yang harus dicapai oleh sistem.
2.1.6 Pengertian Perancangan Sistem Menurut Whitten & Bentley (2009, p160), “System design is a complementary problem solving technique (to system analysis) that reassembles a system’s component pieces back into a complete system – hopefully, an improved system. This may involve adding, deleting and changing pieces relative to the original system”, yang terjemahannya adalah : Perancangan sistem adalah teknik pemecahan masalah yang saling melengkapi (untuk analisis sistem) yang merakit kembali potongan komponen sistem menjadi sistem yang lengkap – dengan mengharapkan peningkatan sistem. Hal ini melibatkan penambahan, penghapusan dan pengubahan potongan secara relative terhadap sistem yang asli. Menurut Satzinger (2012, p5), “System design is those activities that enable a person to define and describe in detail the system that solves the need”, yang terjemahannya adalah: Perancangan sistem merupakan
13
serangkaian aktivitas-aktivitas yang memungkinkan seseorang untuk mendefinisikan dan menggambarkan secara detail sistem yang menangani kebutuhan. Berdasarkan pendapat ilmuwan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sistem untuk mendefinisikan suatu sistem serta memecahkan masalah yang terjadi dengan cara merakit kembali komponen-komponen sistem menjadi sebuah sistem yang sesuai dengan kebutuhan dan diharapkan adanya peningkatan pada sistem tersebut.
2.1.7 Pengertian UML (Unified Modeling Language) Menurut Satzinger, et al (2010, p.168) Class diagram digunakan untuk menunjukkan objek class untuk sistem. Notasinya dari Unified Modelling Language(UML), yang telah menjadi standar untuk model yang digunakan dengan pengembangan system object oriented. Menurut Shelly & Rosenblatt (2012, p151), “The Unified Modeling Language (UML) is a widely used method of visualizing and documenting software systems design. UML uses object-oriented design concepts, but it is independent of any specific programming language and can be used to describe
business
processes
and
requirement
generally”,
yang
terjemahannya : Unified Modeling Language (UML) adalah metode visualisasi yang banyak digunakan dan mendokumentasi perancangan sistem perangkat lunak. UML menggunakan rancangan dengan konsep object-oriented, tetapi terlepas dari bahasa pemrograman tertentu dan dapat digunakan untuk menggambarkan proses bisnis dan persyaratan umumnya. Dapat disimpulkan, Unified Modeling Language (UML) adalah salah satu metode dan kelompok notasi grafis yang banyak digunakan untuk merancang berbasis object-oriented dengan menggunakan bahasa pemrograman tertentu.
2.1.8 Pengertian Activity Diagram Menurut Satzinger, et al (2010, p141), “Activity Diagram is simply a workflow diagram that describes the various user (or system) activities,
14
the person who does each activity, and the sequential flow of these activities. Flowcharts and activity charts are specifically designed to represent control flow among processing steps. Many analysts use a type of workflow diagram called an activity diagram”, yang terjemahannya : Activity Diagram merupakan gambaran berbagai pengguna (atau sistem) kegiatan, orang yang melakukan aktivitas masing-masing, dan arus sekuensial dari kegiatan tersebut. Flowcharts dan diagram aktivitas yang dirancang secara khusus untuk mewakili arus kontrol di antara langkahlangkah pengolahan. Banyak analisis menggunakan jenis workflow diagram dan menyebutnya sebagai activity diagram. Menurut Shelly & Rosenblatt (2012, p266), “An activity diagram resembles a horizontal flowchart that shows the actions and events as they occur. Activity diagrams show the order in which the actions take place and identify the outcomes”, yang terjemahannya : Activity diagram menyerupai flowchart horisontal yang menunjukkan tindakan dan peristiwa yang mereka munculkan. Activity diagrams menunjukkan urutan di mana tindakan berlangsung dan mengidentifikasi hasil. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Activity diagram merupakan gambaran kegiatan bagi pengguna dalam melakukan aktivitas masing-masing dan menunjukkan urutan dimana tindakan tersebut berlangsung.
2.1.9 Event Table 2.1.9.1 Pengertian Event Table Menurut Satzinger, et al (2010, p168), “Event Table a catalog of use cases that list event in rows and key pieces of information about each event in columns”, yang terjemahannya : Event table adalah sebuah pedoman use case daftar peristiwa dalam baris dan potongan kunci informasi setiap peristiwa dalam kolom. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa event table merupakan sebuah pedoman daftar peristiwa yang berisi potongan kunci informasi pada tiap event yang terjadi pada use case.
15
2.1.9.2 Pengertian Event Menurut Whitten & Bentley (2009, p324), “Event is a logical unit of work must be completed as a whole. Sometimes called a transaction”, yang terjemahannya : Event adalah unit logis dari pekerjaan yang harus diselesaikan sebagai sebuah keseluruhan. Kadang-kadang disebut transaksi. Menurut Satzinger, et al (2009,p162), “Event is an occurrence at a specific time and place that can be described and is worth remembering”, yang terjemahannya : Event adalah suatu kejadian pada waktu dan tempat tertentu yang dapat dijelaskan dan perlu diingat. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa event adalah kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam suatu urutan tertentu secara menyeluruh supaya lebih mudah diingat urutan aktivitasnya.
2.1.9.3 Pengertian Trigger Menurut Satzinger, et al (2010, p169), “Trigger a signal that tells the system that an event has occurred, either the arrival of data needing processing or a point in time”, yang terjemahannya : Trigger merupakan sinyal yang memberitahukan sistem bahwa suatu peristiwa telah terjadi, baik munculnya data yang membutuhkan pengolahan atau titik waktu.
2.1.9.4 Pengertian Source Menurut Satzinger, et al (2010, p169), “Source is an external agent that supplies data to the system”, yang terjemahannya : Source adalah agen eksternal yang memberikan data ke sistem. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Source merupakan agen diluar organisasi atau biasa yang disebut dengan agen eksternal yang berfungsi untuk memberikan data kepada sistem.
16
2.1.9.5 Pengertian Use Case Menurut Satzinger, et al (2010, p160), “Use case is an activity the system performs, usually in response to a request by a user. The term use case originated with the object-oriented approach”, yang terjemahannya : Use case adalah kegiatan yang sistem lakukan, biasanya dalam menanggapi permintaan oleh pengguna. Istilah use case berasal dari pendekatan berorientasi objek. Menurut Shelly & Rosenblatt (2012, p259), “A use case represents the steps in a specific business function or process. An external entity, called an actor, initiates a use case by requesting the
system
to
perform
a
function
or
process”,
yang
terjemahannya: Sebuah use case merepresentasikan langkahlangkah
dalam
fungsi
bisnis
yang
spesifik
atau
proses. Sebuah entitas eksternal, yang disebut aktor, memulai use case dengan meminta sistem untuk melakukan fungsi atau proses. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Use case merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sistem yang berorientasi objek dan dilakukan oleh actor dengan memanggil fungsi pada sistem tersebut.
2.1.9.6 Pengertian Response Menurut Satzinger, et al (2010, p169), “Response is an output from the system. When the system produces transaction summary reports, those reports are the ouputs. One use case can generate several responses. For example, when the system creates a new order, an order confirmation goes to the customer, order details go to shipping, and a record of the transaction goes to the bank”, yang terjemahannya : Response adalah output dari sistem. Ketika sistem menghasilkan laporan ringkasan transaksi, laporan tersebut merupakan output. Satu use case dapat menghasilkan beberapa response. Contohnya, ketika sistem membuat pesanan baru, maka konfirmasi pesanan akan diberikan kepada pelanggan,
17
rincian pesanan diberikan kepada bagian pengiriman, dan catatan diberikan kepada bank. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Response merupakan hubungan timbal balik atau feedback yang diberikan oleh sistem berupa laporan.
2.1.9.7 Pengertian Destination Menurut Satzinger, et al (2010, p169), “Destination is the place where any response (output) is sent, again an external agent. Sometimes a use case generates no response at all. For example, if the customer wants to update account information, the information is recorded in the database, but no output needs to be produced. Recording information in the database is part of the use case”, yang terjemahannya : Destination merupakan tempat di mana beberapa response telah dikirim. Terkadang use case tidak menghasilkan response sama sekali. Contohnya, jika pelanggan ingin melakukan update informasi akun, informasi tersebut tersimpan dalam database, tapi tidak dibutuhkan output untuk dihasilkan, mencatat informasi dalam database merupakan bagian dari use case.
2.1.10 Domain Model Class Diagram 2.1.10.1
Pengertian Domain Model Class Diagram Menurut Satzinger, et al (2010, p242), “The domain model class diagram is used to define the classes of objects in the problem domain”, yang terjemahannya : Domain model class diagram digunakan untuk mendefinisikan kelas dari objek dalam masalah domain. Menurut Satzinger, et al (2010,p168), Class diagram digunakan untuk menunjukkan objek class untuk sistem. Notasinya dari Unified Modeling Language (UML), yang telah menjadi
standar
untuk
model
yang
pengembangan system object oriented.
digunakan
dengan
18
Salah satu jenis class diagram UML menunjukkan hal-hal dalam pekerjaan domain user disebut sebagai domain model class diagram. Tipe lain dari notasi class diagram UML digunakan untuk membuat desain class diagram ketika merancang class perangkat lunak. Di class diagram, persegi panjang mewakili kelas,
dan
garis
yang
menghubungkan
persegi
panjang
menunjukkan asosiasi antara kelas. Dalam persegi panjang (kotak) terbagi dua, bagian atas berisi nama kelas, dan bagian bawah merupakan atribut kelas. Nama kelas selalu diawali dengan huruf kapital, dan atribut nama selalu diawali dengan huruf
kecil.
Diagram class digambarkan dengan menampilkan kelas dan asosiasi antara kelas. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
Domain
Model
Class
Diagram
digunakan
untuk
mendefinisikan kelas yang ada pada notasi UML (Unified Modeling Language).
Gambar 2.1 : Domain Class Diagram
2.1.10.2
Pengertian UML Class Diagram Menurut Dennis, et al (2009, p510), “The class diagram is a static model that supports the static view of evolving system.”, yang terjemahannya : Class diagram adalah model statis dalam sistem yang menunjukan hubungan antar kelas yang tetap konstan dalam sistem dari waktu ke waktu. Menurut Satzinger, et al (2012, p101), “The UML class diagram is used to show classes of object for a system.”, yang terjemahannya adalah : UML class diagram digunakan untuk menunjukkan kelas dari objek untuk sebuah sistem.
19
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan class diagram adalah model statis dalam sebuah sistem yang digunakan untuk menunjukkan kelas objek dan hubungan antar kelas dari waktu ke waktu.
2.1.10.3
Pengertian Class Menurut Dennis, et al (2009, p511-516). “Class is a specification that when initiated will result in an object and is at the core of development and object-oriented design.”, yang terjemahannya : Class merupakan sebuah spesifikasi yang jika diinisiasi akan menghasilkan suatu objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Menurut Satzinger, et al (2012, p101), “A class is a category or classification used to describe a collection of a object”, yang terjemahannya : Class merupakan kategori atau klasifikasi yang digunakan untuk menggambarkan kumpulan dari objek. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Class merupakan sebuah spesifikasi yang digunakan untuk menggambarkan kumpulan objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek.
2.1.10.4
Pengertian Attribute Menurut Satzinger, et al (2010, p181), “Attribute is one piece of specific information about a thing”, yang terjemahannya : Atribut adalah salah satu bagian dari informasi spesifik tentang informasi tersebut. Menurut Shelly & Rosenblatt (2012, p254), “Attributes are similar to adjectives that describe the characteristics of an object”, yang terjemahannya : Atribut mirip dengan kata sifat yang menggambarkan karakteristik objek. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Attribute merupakan satu bagian dari informasi yang sifatnya spesifik dan merupakan gambaran karakteristik suatu objek.
20
2.1.10.5
Pengertian Method Menurut Satzinger (2010, p205), “Object are capable of behaviors (called methods) that allow them to interact with each other and with people using the system”, yang terjemahannya : kesanggupan dari tingkah laku objek (disebut method) yang diperbolehkan untuk berinteraksi dengan satu sama lain dan dengan orang yang menggunakan sistem. Menurut Shelly & Rosenblatt (2012, p254), “A method defines specific tasks that an object can perform. Just as objects are similar to nouns and attributes are similar to adjectives, methods resemble verbs that describe what and how an object does something”, yang terjemahannya : Sebuah metode (method) mendefinisikan tugas-tugas tertentu yang objek dapat melakukan. Sama seperti benda yang mirip dengan kata benda dan atribut yang mirip dengan kata sifat, method menyerupai kata kerja yang menggambarkan apa dan bagaimana objek melakukan sesuatu. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Method merupakan suatu kesanggupan dari tingkah laku objek dengan mendefinisikan tugas-tugas yang dilakukan oleh suatu objek.
2.1.10.6
Pengertian Association dalam Class Diagram Menurut Dennis, et al (2009, p511-516), “Association is a relationship between two or more class, which explains a lot of activities that can be performed by a class.”, yang terjemahannya : Asosiasi adalah hubungan antara dua atau lebih kelas, yang menjelaskan banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh suatu kelas. Menurut Satzinger, et al (2012, p96), “Association is a naturally occuring relationship between spesific things”, yang terjemahannya : Asosiasi adalah relasi yang terjadi secara alami antar hal-hal yang spesifik. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Asosiasi dalam Class diagram merupakan
21
relasi atau hubungan yang terjadi antara dua atau lebih kelas dan hal ini terjadi secara alami.
2.1.11 State Chart/ State Machine Diagram 2.1.11.1
Pengertian State Chart/ State Machine Diagram Menurut Satzinger, et al (2010, p242), “State machine diagram is a diagram showing the life of an object in states and transitions”, yang terjemahannya: State machine diagram adalah diagram yang menunjukkan kehidupan obyek dalam state dan transisi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa State chart diagram atau berdasarkan buku edisi terbaru Satzinger, et al diganti dengan sebutan State machine diagram merupakan suatu diagram yang menunjukkan kehidupan objek yang ada dalam state dan transisi.
2.1.11.2
Pengertian Pseudostate Menurut Satzinger, et al (2010, p260), “Pseudostate the starting point of a statechart ,indicated by a black dot”, yang terjemahannya : Pseudostate merupakan titik awal dari sebuah statechart, ditandai dengan titik hitam. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pseudostate merupakan titik awal (start) dalam sebuah state chart.
2.1.11.3
Pengertian State Menurut Satzinger, et al (2010, p260), “State a condition during an object’s life when it satisfies some criterion, performs, some action, or waits for an event”, yang terjemahannya : State adalah kondisi dari sebuah objek yang terjadi selama masa berlakunya yang memenuhi beberapa standar, menjalankan kegiatan atau menunggu suatu peristiwa.
22
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa State merupakan suatu kondisi dari sebuah objek yang terjadi dan berfungsi untuk menjalankan kegiatan suatu event.
2.1.11.4
Pengertian Transition Menurut Satzinger, et al (2010, p260), “Transition is the movement of an object from one state to another state. It is the mechanism that causes an object to leave a state and change to a new state” , yang terjemahannya : Transition merupakan gerakan dari suatu obyek dari satu state ke state lain. Transition adalah mekanisme yang menyebabkan obyek untuk meninggalkan state dan perubahan keadaan baru. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Transition merupakan suatu gerakan dari objek dari satu state ke state lain yang menyebabkan objek meninggalkan state.
2.1.11.5
Pengertian Destination State Menurut Satzinger, et al (2010, p261), “Destination state for a particular transition, the state to which an object moves after the completion of a transition”, yang terjemahannya : Destination state untuk transisi tertentu, state yang dimana objek bergerak/ berpindah setelah selesainya transisi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Destination State berguna untuk menjadi tujuan state yang dimana objek akan berpindah ke transisi tertentu.
2.1.11.6
Pengertian Origin State Menurut Satzinger, et al (2010, p261),” Origin state for a particular transition, the original state of an object from which the transition occurs”, yang terjemahannya : Origin state untuk transisi tertentu, original state dari sebuah objek, dari transition terjadi.
23
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Origin state merupakan state asli atau state awal dari sebuah objek untuk transisi tertentu.
2.1.11.7
Pengertian Messages Event Menurut Satzinger, et al (2010, p261), “Message Event that triggers the transition and causes the object to leave the origin state. Notice that the format is very similiar to a message in a system sequence diagram”, yang terjemahannya : Message Event adalah yang memicu transisi dan menyebabkan obyek untuk meninggalkan origin state. Dan format message event sangat mirip dengan pesan dalam system sequence diagram. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Message
Event
merupakan
pemicu
transisi
yang
menyebabkan objek meninggalkan origin state-nya dan format message event ini sangat mirip dengan pesan yang ada dalam system sequence.
2.1.11.8
Pengertian Guard Condition Menurut Satzinger, et al (2010, p261), “Guard Condition is a qualifier or test on the transition and it is simply a true/false condition that must be satisfied before the transition can fire”, yang terjemahannya : Guard Condition adalah kualifikasi atau tes pada transisi dan itu hanyalah sebuah kondisi benar / salah yang harus dipenuhi sebelum transisi dapat dihentikan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Guard Condition merupakan suatu kondisi benar/ salah yang harus dipenuhi sebelum transisi dihentikan.
2.1.11.9
Pengertian Ection Expression Menurut Satzinger, et al (2010, p262), “Ection Expression is a procedural expression that executes when the transition fires. In other words, it describes the action to be performed”, yang terjemahannya : Ection Expression adalah ekspresi prosedural
24
yang mengeksekusi ketika menghentikan transisi. Dengan kata lain, itu menggambarkan tindakan yang akan dilakukan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ection Expression merupakan gambaran dari tindakan yang akan dilakukan.
2.1.11.10 Pengertian Concurrency State Menurut Satzinger, et al (2010, p262), “Concurrency State the condition of being in more than one state at a time”, yang terjemahannya : Concurrency
State merupakan kondisi yang
berada pada lebih dari satu state pada suatu waktu. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Concurrency State adalah suatu kondisi yang berada lebih dari satu state dalam waktu tertentu.
2.1.11.11 Pengertian Path Menurut Satzinger, et al (2010,p262), “Path is a sequential set of connected state and transition”, yang terjemahannya : Path adalah seperangkat urutan state yang terhubung dan tertransisi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Path merupakan seperangkat atau urutan state yang saling terhubung satu sama lain.
2.1.11.12 Pengertian Composite State Menurut Satzinger, et al (2010, p262), “Composite State a state containing other states and transitions (that is, a path). Composite State represents a higher level of abstraction and can contain nested state and transition paths ”, yang terjemahannya : Composite State adalah state yang berisi beberapa tingkat dan transisi. Composite State merupakan tingkat yang lebih tinggi dari abstraksi dan dapat berisi sekumpulan state dan jalur transisi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Composite State merupakan tingkat yang lebih tinggi dari abstraksi dan berisi sekumpulan state dan jalur transisi.
25
2.1.12 Use Cases 2.1.12.1
Pengertian Use Case Menurut Satzinger, et al (2009, p242), “Use case is an activity the system carries out, usually in response to a request by a user of the system”, yang terjemahannya : Use case adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh sistem, biasanya dalam menanggapi permintaan oleh pengguna sistem. Menurut Shelly & Rosenblatt (2012, p259), “A use case represents the steps in a specific business function or process. An external entity, called an actor, initiates a use case by requesting the system to perform a function or process”, yang terjemahannya : Sebuah use case merepresentasikan langkah-langkah dalam fungsi bisnis yang spesifik atau proses. Sebuah entitas eksternal, yang disebut aktor, memulai use case dengan meminta sistem untuk melakukan fungsi atau proses. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Use case merupakan sebuah gambaran yang memaparkan langkah-langkah atau setiap kegiatan yang dilakukan oleh sistem dan sesuai dengan permintaan pengguna.
2.1.12.2
Pengertian Use Case Diagram Menurut Satzinger, et al (2012, p78), “Use-case diagram is a the UML model used to graphically show use cases and their relationship to actors”, yang terjemahannya : Use-case diagram adalah model UML yang digunakan untuk menunjukkan use case dan hubungannya dengan actor secara grafis. Menurut Shelly dan Rosenblatt (2012, p151), “Use case diagram is a during requirements and model systems analysts that represents the
interaction between users and information
system”, yang terjemahannya : Use case diagram merupakan serangkaian persyaratan dan model sistem analisis yang mewakili interaksi antara pengguna dan sistem informasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa Use case diagram adalah suatu diagram atau notasi UML yang menggambarkan hubungan
26
antara beberapa use case dan actor untuk menunjukkan berbagai macam kegiatan user dan apa saja peran mereka dalam penggunaan sistem.
2.1.12.3
Pengertian User Goals Menurut Satzinger, et al (2010, p160), “User Goal technique is an approach for identifying use cases in which an analyst talks to describe their goals in using the system”, yang terjemahannya : Teknik
User
Goal
adalah
sebuah
pendekatan
untuk
mengidentifikasi use case di mana sebuah pembicaraan analis untuk menggambarkan tujuan mereka dalam menggunakan sistem. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa User Goals merupakan pendekatan yang mengidentifikasi use case yang berguna untuk menggambarkan tujuan dalam penggunaan sebuah sistem.
2.1.12.4
Pengertian Use Case Description Menurut Satzinger, et al (2010, p171), “Use case description is a description that list the processing details for a use case”, yang terjemahannya : Use case description adalah deskripsi daftar proses yang rinci atau detail untuk use case. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa use case description merupakan deskripsi yang berisi daftar dari proses use case secara terperinci dan detail.
2.1.12.5
Pengertian Actor Menurut Satzinger, et al (2010, p171), “Actor in UML diagrams, a person who uses the system”, yang terjemahannya : Aktor dalam diagram UML, orang yang menggunakan sistem. Menurut
Shelly
&
Rosenblatt
(2012,
p151),
yang
diterjemahkan oleh Library Binus, Actor adalah sebuah entitas eksternal dengan peran tertentu. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Actor merupakan orang yang berkaitan atau yang
27
menggunakan sistem yg berupa entitas eksternal dengan peran tertentu.
2.1.12.6
Pengertian Symbol Use Case Diagram Menurut
Satzinger
(2010,
p244),
“Components
-
Components of a Use Case Diagram: -
System Boundary: Describe the boundaries between systems with actor
-
Use Case: Describe what is done by the actors in the system
-
Actors: Describe the user or users of a system
-
Flow: Describing the relationship between use cases with actors
Yang terjemahannya adalah : komponen – komponen dari suatu Use Case Diagram : -
System Boundary: Menggambarkan batasan antara sistem dengan actor
-
Use Case: Menggambarkan apa yang dilakukan oleh actor di dalam sistem
-
Actors: Menggambarkan user atau pengguna dari suatu sistem
-
Flow: Menggambarkan hubungan antara use case dengan actor
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa simbol use case diagram berguna untuk mempermudah pengembang berkomunikasi dengan klien-kliennya dan setiap simbol sudah memiliki artinya masing-masing.
2.1.12.7 Pengertian Activity Diagram for Use Case Menurut Satzinger, et al (2009, p141), “Activity diagram is a type of workflow diagram that describes the user activities and their sequential flow”, yang terjemahannya adalah : Activity diagram adalah tipe dari workflow diagram yang mendiskripsikan kegiatan user dan urutan alur mereka”.
28
Jadi Activity Diagram adalah salah satu jenis diagram dalam Unified Modelling Language yang menggambarkan aktivitasaktivitas yang dilakukan dalam proses kegiatan bisnis dari sistem dan digambarkan secara berurutan.
2.1.13 Pengertian CRUD Matrix Menurut Satzinger, et al (2009, p161), “CRUD technique is an approach in which an analyst look at each type of data and includes use cases that create the data, read or report on the data, update the data, and delete the data”, yang terjemahannya : Teknik CRUD adalah sebuah pendekatan di mana seorang analis melihat setiap jenis data dan mencakup penggunaan kasus yang membuat data, membaca atau melaporkan data, update data, dan menghapus data. Menurut Satzinger, et al (2009, p231), “CRUD is acronym of create, read, update and delete”, yang terjemahannya : CRUD adalah singkatan dari Create (membuat), Read (membaca), Update (mengubah) dan Delete (menghapus). Jadi dapat disimpulkan bahwa CRUD Matrix adalah sebuah pendekatan yang digunakan oleh analis untuk menganalisa setiap data yang ada dengan setiap
penggunaannya dalam membuat, membaca,
mengubah dan menghapus satu atau lebih data.
2.1.14 System Sequence Diagram 2.1.14.1 Pengertian System Sequence Diagram Menurut Satzinger, et al (2010, p242), “System Sequence Diagram a diagram showing the sequence of message between an external actor and the system during a use case or scenario ”, yang terjemahannya : System Sequence Diagram adalah diagram yang menunjukkan urutan pesan antara actor eksternal dan sistem selama dalam use case atau skenario. Menurut Shelly & Rosenblatt (2012, p152), “A sequence diagram shows the timing of interactions between objects as they occur. A systems analyst might use a sequence diagram to show all possible outcomes, or focus on a single scenario”, yang
29
terjemahannya : Sebuah diagram sequence menunjukkan waktu interaksi antara benda yang terjadi. Sebuah kekuatan analis sistem menggunakan
diagram
urutan
untuk
menampilkan
semua
kemungkinan hasil, atau fokus pada satu skenario. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa system sequence diagram merupakan diagram yang menunjukkan urutan pesan antara pihak eksternal dan sistem dalam sebuah skenariodan merupakan kekuatan analisis sistem untuk menghasilkan diagram yang terfokus pada satu skenario.
2.1.14.2 Pengertian Domain Layer Menurut Satzinger, et al (2012, p170), Domain layer is the part of a three layer architecture that contains the programs that implement the business rules and processes”, yang terjemahannya : Domain layer adalah bagian dari arsitektur three-layer berisi program pelaksanaan peraturan bisnis dan proses. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Domain layer merupakan salah satu bagian dari arsitektur three-layer yang berisi program pelaksanaan peraturan bisnis dan proses.
2.1.14.3 Pengertian View Layer Menurut Satzinger, et al (2009, p344), “View layer is the part of three-layer architecture that contains the user interface”, yang terjemahannya : View Layer adalah bagian dari arsitektur threelayer berisi user interface. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa View layer merupakan salah satu bagian dari arsitektur yang berisi UI (User Interface).
2.1.14.4 Pengertian Data Access Layer Menurut Satzinger, et al (2009, p344), “Data layer is the part of three-layer architecture that interacts with the database”, yang
30
terjemahannya : Data layer adalah bagian dari arsitektur tiga-layer yang berinteraksi dengan database. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Data layer merupakan salah satu bagian dari arsitektur yang mempunyai interaksi atau hubungan komunikasi dengan database.
2.1.15 Pengertian First Cut Design Model Class Diagram Menurut Satzinger, et al (2009, p413), “The first cut design model class diagram is developed by extending the domain model class diagram”, yang terjemahannya adalah First cut model class diagram adalah pengembangan dari lanjutan domain model class diagram. Menurut Satzinger, et al (2010, p169), First Cut Class Diagram dikembangkan dengan memperluas domain class diagram. Perluasan ini membutuhkan 2 langkah : 1. Melakukan elaborasi atribut dengan informasi type and initial value 2. Menambahkan panah navigasi Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa First Cut Design Model Class Diagram merupakan pengembangan dari domain model class diagram.
2.1.16 Pengertian Communication Diagram Menurut Satzinger, et al (2012, p332), “Communication diagram is type of interaction diagram that emphasizes the object that send and receive a message for a specific use case”, yang terjemahannya : Communication diagram adalah tipe dari interaksi diagram yang menekankan objek, mengirim dan menerima pesan untuk use case yang spesifik. Berdasarkan
penjelasan di atas,
dapat disimpulkan
bahwa
Communication diagram merupakan diagram yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Interaksi yang dilakukan seperti pengiriman dan penerimaan pesan untuk suatu use case yang lebih spesifik.
31
2.1.17 Pengertian Package Diagram Menurut Satzinger, et al (2012, p353), “A package diagram in UML is simply a high-level diagram that allow designer to associate of related groups”, yang terjemahannya : Package diagram di UML hanyalah sebuah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan desainer untuk mengasosiasikan kelompok terkait. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Package diagram merupakan diagram tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengasosiasikan kelompok yang terkait.
2.1.18 Database 2.1.18.1
Pengertian Database Menurut Satzinger (2009, p488), “Database is an integrated collection of stored data is centrally managed and controlled”, yang terjemahannya : Database adalah kumpulan data terintegrasi yang disimpan di mana data tersebut dikelola dan dikendalikan secara terpusat. Menurut Jeffrey A. Hoffer, et al (2009, p59), “Database : An organized collection of logically related data, usually designed to meet the information needs of multiple users in an organization. It is important to distinguish between the database and the repository. The repository contains definitions of data, whereas the database contains occurrences of data”, yang terjemahannya : Database : Sebuah koleksi terorganisir dari data secara logis terkait, biasanya dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari beberapa pengguna dalam sebuah organisasi. Hal ini penting untuk membedakan antara database dan repositori. Repositori berisi definisi data, sedangkan database berisi kejadian data. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Database merupakan suatu tempat atau kumpulan koleksi data yang terintegrasi dan dirancang untuk kebutuhan informasi dalam organisasi.
32
2.1.18.2
Pengertian Key dan Foreign Key Menurut Satzinger, et al (2012, p347), “A key is an attribute or set of attributes the values of which occur only once in all the rows of the table”, yang terjemahannya : Key adalah atribut atau himpunan atribut, nilai-nilai yang terjadi hanya sekali dalam sebuah baris dari tabel. Menurut Shelly & Rosenblatt (2012, p402), Foreign key adalah bidang atau kombinasi dari bidang yang unik dan minimal mengidentifikasi anggota tertentu dari suatu entitas. Menurut Satzinger, et al (2012, p347), “A foreign key is an attribute that duplicates the primary key of different (or foreign) table”, yang terjemahannya : Foreign key adalah duplikat dari atribut primary key dari tabel yang berbeda (atau asing). Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa key merupakan atribut yang hanya terjadi satu kali pada sebuah baris di table dan foreign key merupakan duplikat dari atribut primary key dari tabel yang lain.
2.1.18.3
Pengertian SQL Menurut Deliana, et al (2009, p20), SQL (Structured Query Language) adalah sebuah bahasa yang dipergunakan untuk mengakses data dalam basis data relasional, bahasa ini secara de facto merupakan bahasa standar yang dipergunakan dalam manajemen basis data relasional. Menurut
Connolly
dan
Begg
(2010,
p184),
“SQL
(Structured Query Language) is an example of a transformoriented language or language that is designed to use the relationship
to
turn
inputs
into
ouputs
desired”,
yang
terjemahannya : SQL (Structured Query Language) adalah contoh dari transform-oriented language atau bahasa yang didesain dengan menggunakan relasi untuk mengubah input menjadi ouput yang diinginkan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa SQL (Structure Query Language) merupakan sebuah bahasa yang
33
didesain dalam database yang digunakan untuk mengubah input ke output dan mempermudah untuk mengakses data.
2.1.18.4
Pengertian Tahap Pengembangan SQL Menurut Eka Miranda (2009, p111), SQL Server 2005 dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : a. Integrasi Tahap ini merupakan proses mengintegrasikan berbagai data dari berbagai sumber dan memasukkannya ke dalam data warehouse. b. Analisis Dalam tahap ini, data di dalam data warehouse dianalisis menggunakan
analysis
service.
Analysis
service
merupakan alat bantu yang berisi berbagai metode data mining dan OLAP (Online Analytical Processing). c. Penyajian Laporan Reporting service merupakan media utama dalam tahap penyajian laporan. Perangkat ini telah tersedia dalam SQL Server 2005 dan terintegrasi dengan Business Intelligence Development Studio. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Tahap dalam Pengembangan SQL terdiri dari 3 tahap umum, yaitu : integrasi, analisis dan penyajian laporan.
2.1.19 Pengertian Network Diagram Menurut Satzinger, et al (2009, p337), “Network diagram is a model that shows how application layers are distributed across locations and computer systems”, yang terjemahannya : Network diagram adalah suatu
model
yang
menunjukkan
bagaimana
lapisan
aplikasi
didistribusikan di lokasi dan sistem komputer. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Network diagram merupakan suatu model diagram yang menunjukkan lapisan-lapisan aplikasi yang telah didistribusikan dalam suatu sistem komputer.
34
2.1.20 Interface 2.1.20.1
Pengertian Rancangan Formulir Menurut Puspitawati dan Anggadini (2011, p69), Formulir adalah secarik kertas atau media yang memiliki ruang untuk diisi dengan berbagai informasi sebagai dasar pencatatan transaksi atau aktivitas ekonomi suatu unit organisasi. Menurut Puspitawati dan Anggadini (2011, p70) Formulir bermanfaat untuk : 1. Menetapkan tanggung jawab timbulnya transaksi bisnis perusahaan Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi apabila adanya
otorisasi dari pejabat
yang berwenang untuk
melakukan transaksi tersebut. Pelaksanaan wewenang tersebut harus dipertanggu34ng jawabkan dalam bentuk tertulis diantaranya menggunakan formulir. 2. Merekam data transaksi bisnis perusahaan Formulir berfungsi sebagai alat untuk merekam data transaksi. Semua data yang diperlukan direkam pertama kali dalam formulir. 3. Mengurangi kemungkinan kesalahan dengan menyatakan semua kejadian dalam bentuk tulisan Semua perintah pelaksanaan suatu transaksi perlu ditulis dalam suatu formulir untuk mengurangi kemungkinan kesalahan. 4. Untuk menyampaikan informasi dari orang yang satu ke orang yang lain atau dari organisasi yang satu dengan organisasi yang lain Formulir berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secara intern organisasi atau antar organisasi. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa formulir adalah dokumen terpola yang dapat diisi dengan data dari transaksi atau aktivitas ekonomi dalam suatu organisasi dan mempunyai manfaat seperti untuk menetapkan tanggung jawab,
35
merekam
data
transaksi
bisnis,
mengurangi
kemungkinan
kesalahan, dan untuk menyampaikan informasi.
2.1.20.2
Pengertian User Interface Menurut Satzinger (2009, p531), “User interface is the part of an information system requiring user interaction to create inputs and ouputs”, yang terjemahannya : User interface adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi pengguna untuk menciptakan inputs dan outputs. Menurut Jeffrey A. Hoffer (2009, p59), “User interface : Languages, menus, and other facilities by which users interact with various system components, such as CASE tools, application programs, the DBMS, and the repository. User interfaces are illustrated throughout this text”, yang terjemahannya : User interface : Bahasa, menu, dan fasilitas lainnya dimana pengguna berinteraksi dengan berbagai komponen sistem, seperti alat-alat CASE, program aplikasi, DBMS, dan repositori. User interface diilustrasikan seluruh teks. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa User Interface merupakan sebuah hasil output yang biasanya berupa tampilan yang menarik dengan komponen lengkap seperti DBMS, program aplikasi yang ditujukan untuk user atau interaksi dari pengguna.
2.1.20.3
Pengertian Story Board Menurut Satzinger, et al (2012, p184), “Story Board is a technique used to document dialog designs by showing a sequence of sketches of the display 3535screen”, yang terjemahannya adalah : Story Board adalah teknik yang digunakan untuk mendokumentasikan desain dialog dengan menunjukkan urutan sketsa dari tampilan layar. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Story board merupakan suatu teknik yang berguna untuk
36
mendokumentasikan desain dialog dengan menunjukkan urutan sketsa dari tampilan layar.
2.1.20.4
Pengertian Rancangan Laporan Menurut Whitten dan Bentley (2009, p550), “The draft report is to describe the information for users of the system”, yang terjemahannya : Rancangan laporan adalah menggambarkan informasi bagi pengguna sistem. Berdasarkan penjelasan diatas, maka disimpulkan bahwa Rancangan Laporan adalah pembuatan informasi yang berisi data yang telah diolah dari sistem informasi secara berpola dan tersusun.
2.1.20.5
Pengertian System Output Menurut Satzinger, et al (2009, p582), “The primary objective of system outputs is to present information in the right place at the right time to the right people”, yang terjemahannya : Tujuan utama dari output sistem adalah untuk menyajikan informasi di tempat yang tepat pada waktu yang tepat kepada orang yang tepat. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa System output digunakan untuk menyajikan informasi pada tempat yang tepat, waktu yang tepat dan kepada orang yang tepat.
2.1.20.6
Pengertian System Interface Menurut Satzinger, et al (2009, p570), “System Interface broadly as any inputs or outputs with minimal or no human intervention”, yang terjemahannya : System Interface luas karena setiap input atau output dengan sedikit atau tidak ada campur tangan manusia. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa System interface merupakan sistem yang mengatur tampilan baik program maupun software yang dikatakan luas
37
karena setiap input dan outputnya dengan sedikit atau tidak ada campur tangan manusia sama sekali.
2.1.20.7
Pengertian Visual Studio Menurut Whitten dan Bentley (2012, p634).“Most GUIbased application development environments, such as Microsoft’s Visual Studio, can be easily used to construct nonfunctional prototypes of user interface screens”, yang terjemahannya : banyak lingkungan pengembangan aplikasi berbasis GUI seperti Microsoft’s Visual Studio, dapat dengan mudah digunakan untuk membantu prototype nonfunctional dari layar antar muka pengguna. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Visual studio merupakan pengembangan aplikasi yang berbasis GUI yang membantu prototype nonfunctional dari user interface.
2.1.20.8
Pengertian C# Menurut P. J. Deitel, et al (2010, p42-43). “Visual C# (a new language based on C++ and Java that was developed expressly for the .NET platform)”, yang terjemahannya adalah : Visual C# (bahasa baru berdasarkan C++ dan Java yang dikembangkan tegas untuk .NET platform). Menurut Paul Deitel, et al (2014, p47), “In 2000, Microsoft announced the c# programming language. C# has roots in the C, C++ and Java programming languages. It has similar capabilities to Java and is appropriate for the most demanding application development tasks, especially for building today’s large-scale enterprise applications, and web-based, mobile and cloud-based apps. The latest versions of Visual Basic have capabilities comparable to those of C#”, yang terjemahannya adalah : Pada tahun 2000, Microsoft mengumumkan bahasa pemrograman c#. C# memiliki akar dalam bahasa pemrograman C, C++ dan Java. Ia memiliki kemampuan yang mirip dengan
38
Java dan sesuai untuk tugas-tugas pengembangan aplikasi yang paling menuntut, terutama untuk membangun skala besar aplikasi perusahaan saat ini, dan, aplikasi mobile dan berbasis cloud berbasis web. Versi terbaru dari Visual Basic memiliki kemampuan yang sebanding dengan C#. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa C# adalah sebuah aplikasi bahasa pemograman baru berdasarkan C++ dan Java yang terdapat dalam Visual Basic.
2.1.21 Pengertian System Security dan Control 2.1.21.1
Pengertian Integrity Control Menurut Satzinger, et al (2009, p593), “Integrity control mechanism and procedures that are built into an application system to safeguard information contained within it”, yang terjemahannya : Integrity control merupakan mekanisme dan prosedur yang dibangun ke dalam sistem aplikasi untuk menjaga informasi yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Integrity control merupakan suatu mekanisme yang dibangun di dalam aplikasi sistem untuk menjaga informasi penting yang ada di dalam aplikasi sistem tersebut.
2.1.21.2
Pengertian Security Control Menurut Satzinger, et al (2009, p599), “Security Control is it protect the assets of an organization from all threats, the primary focus is generally on external threats”, yang terjemahannya adalah : Security Control melindungi aset organisasi dari semua ancaman, fokus utama adalah pada umumnya ancaman eksternal. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Security control berfungsi untuk melindungi aset perusahaan/ organisasi dari ancaman dari dalam maupun ancaman dari luar.
39
2.2
Teori Khusus 2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Manufaktur Menurut Bodnar dan Hopwood (2010, p4) “ a manufacturing information System is ab MIS that provides information to be used by the manufacturing function”. Yang terjemahannya adalah Sistem informasi manufaktur adalah MIS yang memberikan informasi yang akan digunakan oleh fungsi manufaktur. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi manufaktur merupakan sebuah sistem yang terintegrasi dan terkoordinasi yang digunakan oleh fungsi manufaktur untuk memberikan informasi.
2.2.2 Pengertian Integrated Manufacturing Menurut Schey (2009, p30) “A logical extension is computerintegrated manufacturing, in which all actions take place with reference to a common database.” , Yang terjemahannya adalah : Sebuah perpanjangan logis adalah manufaktur komputer terpadu, di mana semua tindakan berlangsung dengan mengacu pada database yang umum.
2.2.3 Pengertian Produksi Menurut Horngren, Datar, dan Rajar (2012, p6). “Productionprocuring, transporting, and storing (also called inbound logistics), coordinating, and assembling (also called operations) resources to produces a product or deliver a service”, yang terjemahannya: produksiperolehan, pengiriman, dan menyimpanan (disebut juga inbound logistik), koordinasi, dan perakitan (disebut juga operasi) sumber daya-sumber daya untuk menghasilkan suatu produk atau memberikan jasa.
2.2.4 Pengertian Proses Produksi Menurut Mardi (2011, p97). Proses produksi merupakan aktivitas untuk menghasilkan output dalam bentuk barang maupun jasa. Menurut Bustian Bustami dan Nurlela (2010, p3). “Proses pengolahan input menjadi output yang dimaksud adalah bahan baku
40
langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang diproses menjadi bahan produk selesai”. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses produksi adalah aktivitas dalam pembuatan barang yang akan menghasilkan suatu output berupa barang atau jasa.
2.2.5 Siklus Proses Produksi Menurut Romney dan Steinbart (2006, p450), siklus produksi adalah peristiwa yang berhubungan dengan penerimaan modal dari investor dan kreditor. Ada empat aktivitas pada siklus produksi, diantaranya : 1. Production Design 2. Planning & Schedulling 3. Production Operation 4. Cost Accounting
2.2.6 Jenis-jenis Proses Produksi Menurut Hansen dan Mowen (2009, p306-p307), Dalam setiap departemen, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead mungkin dibutuhkan. Saat penyelesaian proses tertentu, barang setengah jadi akan dipindahkan ke departemen berikutnya. Setelah melewati departemen terakhir, barang selesai diproduksi. Berikut ini adalah jenis-jenis proses manufaktur: 1. Proses berurutan (sequential processing), yaitu pola pemrosesan dengan unit yang melewati dari suaru proses ke proses lainnya dalam serangkaian susunan. 2. Proses parallel (parallel processing), yaitu pola pemrosesan dengan dua atau lebih proses berurutan yang disyaratkan untuk menghasilkan sebuah barang jadi. Dalam perusahaan PT. Star Metal Ware Industry, jenis proses manufaktur yang digunakan adalah proses berurutan yang dimulai dari bagian Press, bagian Bubut, bagian Solder, kemudian bagian Assembly.
41
2.2.7 Pengertian Proses Costing Menurut Raiborn dan Kinney (2009, p762). “Process costing system a method of accumulating and assigning cost to units of production in companies producing large quantities of homogeneous products : accumulates costs by cost component in each production department and assigns costs to units using equivalent units of production”, yang terjemahannya : perhitungan biaya berdasarkan proses adalah metode mengumpulkan dan menetapkan biaya unit produksi di perusahaanperusahaan
yang
memproduksi
jumlah
besar
homogen
produk:
menumpuk dan menetapkan biaya unit menggunakan setara unit produksi. Menurut Carter (2009, p124). Process costing (perhitungan biaya proses produksi) suatu metode dimana bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit poduk hasil produksi diitentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya tersebut dengan jumlah unit yang di produksi. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa process costing adalah perhitungan biaya-biaya yang dibebankan pada tiap unit hasil proses produksi
2.2.8 Sistem Perhitungan Harga Pokok Menurut Mulyadi (2010, p17), Sistem perhitungan harga pokok membahas mengenai tata cara atau metode penyajian informasi biaya produk dan jasa berdasarkan informasi dari sistem akumulasi biaya dan sistem biaya. Secara garis besar, ada 2 macam sistem perhitungan harga pokok, yaitu : 1. Sistem Perhitungan Harga Pokok Penuh (Fully Costing/ Absorption Costing). Di dalam sistem perhitungan harga pokok ini, seluruh biaya produksi varianbel dan biaya produksi tetap dibebankan ke produk. 2. Sistem Perhitungan Harga Pokok Variabel (Variabel Costing). Di dalam sistem perhitungan harga pokok ini, hanya biaya produksi variable saja yang akan dibebankan ke produk.
42
2.2.9 Pengertian Harga Pokok Produksi Menurut Horngren, Datar, dan Rajan (2012, p41). “Cost of goods manufactured refers to the cost of goods brought to completion, wether they were started before or during the current accounting period”, yang terjemahannya : Harga pokok produksi mengacu pada harga barang yang dibawa sampai pada tahap penyelesaian, apakah barang tersebut dimulai sebelum atau selama periode akuntansi berjalan. Menurut Hansen dan Mowen (2009, p60) yang diterjemahkan oleh Deny Arnos Kwary, Harga Pokok Produksi mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode yang berjalan. Biaya yang dibebankan pada barang yang telah selesai hanya biaya manufaktur yang terdiri dari biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Harga Pokok Produksi adalah total dari keseluruhan biaya yang dibebankan pada biaya manufaktur seperti biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead dan biaya ini terus dihitung selama periode akuntansi berjalan.
2.2.10 Fungsi Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2010, p65) informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk: 1. Menentukan harga jual produk Biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan disamping informasi biaya lain serta informasi non biaya. 2. Memantau realisasi biaya produksi Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk dilaksanakan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan
43
dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi
total
biaya
produksi
sesuai
dengan
yang
diperhitungkan sebelumnya. 3. Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. 4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses disajikan dalam neraca Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang masih dalam proses pada tanggal neraca.
2.2.11 Perhitungan Estimasi Biaya Produksi Menurut Witjaksono (2006), perhitungan estimasi biaya produksi untuk menentukan harga jual adalah sebagai berikut: Estimasi Biaya Tenaga Kerja
xxx
Estimasi Biaya Bahan Baku
xxx
Estimasi Biaya Overhead
xxx +
Total Estimasi Biaya Produksi
xxx
Margin Laba yang Diharapkan
xxx +
Harga Jual yang dibebankan pada customer
xxx
2.2.12 Dokumen-dokumen yang terkait dengan Produksi Menurut Grassion, Norren, dan Brewer (2010, p92), ada beberapa dokumen pendukung, yaitu: 1. Formulir Permintaan Bahan Baku (Materials Requisition Form) Merupakan formulir yang berisi spesifikasi tipe jenis dan kuantitas, harga per unit, dan juga total biaya yang dikeluarkan dari gudang selama proses produksi dilakukan.
44
2. Kartu Biaya (Job Cost Sheet) Merupakan dokumen yang dipersiapkan untuk setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan, berisi data produk yang akan diproduksi, tenaga kerja, dan overhead yang dibebankan. 3. Kartu Jam Kerja (Time Ticket) Merupakan dokumen yang berisi aktivitas tenaga kerja setiap jam. Dokumen ini digunakan sebagai dasar untuk memasukkan biaya tenaga kerja ke dalam pencatatan akuntansi.
2.2.13 Laporan Biaya Produksi Biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi dilakukan akan dihitung dan didokumentasikan ke dalam Laporan Biaya Produksi. Dalam perusahaan manufaktur, laporan ini biasanya terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Laporan Biaya Produksi akan mendukung pengambilan keputusan berikutnya. Menurut Hansen dan Mowen (2009, p308), Laporan produksi merupakan dokumen yang meringkas semua aktivitas manufaktur yang terjadi dalam suatu departemen dalam periode tertentu. Laporan produksi berisi informasi biaya-biaya yang ditambahkan dalam departemen itu sendiri, seperti bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead. Ada 2 bagian dalam laporan produksi, yaitu : 1. Bagian informasi unit, memiliki 2 sub bagian utama yaitu : a. Unit untuk diperhitungkan b. Unit yang telah dihitung 2. Bagian informasi biaya, memiliki 2 sub bagian utama yaitu : a. Biaya untuk diperhitungkan b. Biaya yang telah dihitung
2.2.14 Pengertian Sistem Persediaan Menurut Ristono (2009, p1) persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi, dan persediaan barang jadi.
45
Menurut Alexandri (2009, p135) menyatakan bahwa : “persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi atau pun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam pengerjaan atau proses produksi atau pun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi” Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah bahan baku atau barang setengah jadi yang ditunggu pemakaiannya dalam proses produksi atau pun barang jadi yang sengaja disimpan untuk dijual pada saat penyimpanan tersebut hampir atau sudah mencapai stok maksimum.
2.2.15 Fungsi Persediaan Menurut Herjanto (2009, p226) beberapa fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan 2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan 3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi 4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasar 5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas 6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan
2.2.16 Jenis Persediaan Menurut Herjanto (2009, p226) persediaan dapat dibagi ke dalam empat jenis, yaitu:
46
1. Fluctuation Stock Adalah persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya dan untuk mengatasi bila terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam prakiraan penjualan. 2. Anticipation Stock Adalah persediaan untuk menghadapi permintaan yang diramalkan, misalkan pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. Permintaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya produksi. 3. Lot-size Inventory Adalah persediaan yang diadakan dalam jumlah lebih besar daripada kebutuhan saat itu. Persediaan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa diskon) karena membeli dalam jumlah besar, atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per-unit yang lebih rendah. 4. Pipeline Inventory Adalah persediaan yang dalam proses pengiriman dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan. Misalnya, barang yang akan dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan yang dapat memakan waktu beberapa hari atau minggu.
2.2.17 Prosedur Persediaan Menurut Mulyadi (2010, p559-p575) sistem dan prosedur yang bersangkutan dengan sistem akuntansi persediaan adalah: 1. Prosedur pencatatan produk jadi Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem akuntansi biaya produksi. 2. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem penjualan disamping prosedur lainnya seperti: prosedur order penjualan, prosedur persetujuan kredit, prosedur pengiriman barang, prosedur penagihan, prosedur pencatatan piutang
47
3. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima kembali dari pembeli Jika produk jadi yang telah dijual dikembalikan oleh pembeli, maka transaksi retur penjualan ini akan memperngaruhi persedian produk jadi, yaitu menambah kuantitas produk jadi dalam kartu gudang yang diselenggarakan oleh Bagian Gudang dan menambah kuantitas dan harga pokok jadi yang dicatat oleh Bagian Kartu Persediaan dalam kartu persediaan produk jadi. 4. Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok persediaan produk dalam proses Pencatatan persediaan produk dalam proses umumnya dilakukan oleh perusahaan pada akhir periode, pada saat dibuat laporan keuangan bulanan dan laporan keuangan tahunan 5. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem pembelian. Dalam prosedur ini dicatat harga pokok persediaan yang dibeli 6. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pemasok Jika persediaan yang telah dibeli dikembalikan kepada pemasok, maka transaksi retur pembelian ini akan memperngaruhi persediaan yang bersangkutan, yaitu mengurangi kuantitas persediaan dalam kartu gudang yang diselenggarakan oleh bagian Gudang dan mengurangi kuantitas dan harga pokok persediaan yang dicatat oleh Bagian Kartu Persediaan dalam kartu persediaan yang bersangkutan 7. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem akuntansi biaya produksi 8. Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian barang gudang Transaksi pengembalian barang gudang mengurangi biaya dan menambah persediaan barang digudang
48
9. Sistem perhitungan fisik persediaan Sistem perhitungan fisik persediaan umumnya digunakan oleh perusahaan untuk menghitung secara fisik persediaan yang disimpan di
gudang,
yang
hasilnya
digunakan
untuk
meminta
pertanggungjawaban Bagian Gudang mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan, dan pertanggung jawaban Bagian Kartu Persediaan mengenai keandalan (adjustment) terhadap catatan persediaan di Bagian Kartu Persediaan.
2.2.18 Metode Pencatatan Persediaan Bahan Baku Metode pencatatan persediaan bahan baku dibagi menjadi 2, yaitu metode persedian perpetual dan periodik. Metode persediaan perpetual adalah pencatatan atas transaksi persediaan yang dilakukan setiap waktu, baik terhadap pemasukan maupun pengeluaran persediaan. Metode persediaan periodik adalah jumlah persediaan ditangan ditentukan secara periodik. Semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun pembelian. Menurut Syafi’I Syakur Ahmad (2009, p129) menyatakan perbedaan dari metode pencatatan persediaan perpetual dengan metode persediaan fisik, adalah sebagai berikut : A. Metode Perpetual 1. Tidak terdapat perkiraan pembelian retur pembelian, potongan pembelian, dan biaya angkut pembelian. 2. Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian, dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan persediaan barang dagang. 3. Setiap terjadi penjualan harus diikuti adanya pencatatan harga pokok penjualan. 4. Lebih sesuai digunakan pada grosir, agen khusus atau distributor dengan sedikit jenis barang yang diperdagangkan dan mudah untuk menentukan besarnya harga pokok penjualan setiap terjadi penjualan secara tepat.
49
B. Metode Periodik/ Fisik 1. Terdapat perkiraan pembelian,
retur pembelian,
potongan
pembelian dan biaya angkut pembelian. 2. Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan masing-masing. 3. Setiap terjadi penjualan tidak perlu dilakukan pencatatan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dihitung pada akhir periode secara agregat. 4. Lebih sesuai digunakan pada perusahaan eceran/ retail yang mempunyai banyak macam persediaan barang dagangan dan sulit untuk ditentukan harga pokok setiap terjadi penjualan.
2.2.19 Pengertian Harga Pokok Persediaan Menurut Estelle (2013), “Inventory costs are the costs related to storing and maintaining its inventory over a certain period time. Typically, inventory costs are described as a percentage of the inventory value.”, yang terjemahannya: harga pokok persediaan merupakan biayabiaya yang terkait dengan penyimpanan dan mempertahankan persediaan selama periode tertentu. Biasanya, biaya persediaan digambarkan sebagai persentase dari nilai persediaan. Menurut Tamam (2014), Harga pokok persediaan adalah harga untuk memperoleh persediaan tersebut. Disamping harga beli, yang termasuk dalam harga pokok persediaan adalah semua biaya yang terjadi sampai dengan persediaan siap dijual. Misalnya, biaya pengangkutan, bea masuk dan asuransi. Dapat disimpulkan bahwa harga pokok persediaan adalah biayabiaya yang terkait dengan penyimpanan persediaan baik dari pembelian untuk persediaan bahan baku hingga persediaan barang jadi yang siap dijual. Dan juga digambarkan sebagai persentase nilai persediaan itu sendiri.
2.2.20 Pengertian Jurnal Persediaan Menurut Warren & Reeve (2009, p57), “Journal is Transaction are initially entered in a record, using the rules of debit and credit”, yang
50
terjemahannya adalah : Jurnal adalah transaksi yang pada awalnya direkam dengan menggunakan debet dan kredit. Menurut Weygandt, et al (2010, p55), “Journal is referred to as the of original entry, for each transaction the journal shows the debit and credit effects on specific accounts”, yang terjemahannya adalah : Jurnal merupakan original entry, untuk mencatat setiap transaksi yang menunjukkan pengaruh debet dan kredit pada akun tertentu. Menurut Alexandri (2009, p135) menyatakan bahwa : “persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi atau pun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam pengerjaan atau proses produksi atau pun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa jurnal persediaan merupakan transaksi yang dicatat dan menunjukkan pengaruh debet dan kredit pada akun-akun biaya yang digunakan selama melakukan proses produksi ataupun persediaan bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
2.2.21 Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2009, p8), pengertian biaya diartikan sebagai sebuah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Menurut Horngren, Datar, dan Rajar (2012, p27), “Accounting define cost as a resource sacrificed or forgone to achieve a specific objective”, yang terjemahannya : Para akuntan mendefinisikan biaya sebagai sejumlah sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan sumber daya ekonomi yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu. Sumber daya ekonomi ini diukur dalam satuan uang.
51
2.2.22 Pengertian Klasifikasi Biaya Menurut Carter (2009, p2). “Cost classification are essential for meaningful summarization of cost data. The most commonly used classification are based on the relationship of costs to the following : 5. The product (a single lot, or unit of a good or service) 6. The volume of production 7. The manufacturing departements, processes, cost centres, or other subdivisions 8. The accounting period 9. A decision, action, or evaluation.” Yang terjemahannya : klasifikasi biaya sangat penting dalam pembuatan ikhtisar berdasarkan data biaya. Klasifikasi yang umum biasanya digunakan berdasarkan hubungan antara biaya sebagai berikut : 1. Produk 2. Banyaknya produksi 3. Departemen manufaktur, proses, pusat biaya, atau subdivisi lain dari manufaktur 4. Periode akuntansi 5. Suatu keputusan, tindakan, atau evaluasi
2.2.23 Klasifikasi Biaya Menurut Konsep Akuntansi Keuangan Menurut Garrison dan Noreen (2010, p38) mengklasifikasikan biaya menjadi : 1. Biaya Produk (Product Cost) Biaya produk mencangkup semua biaya yang terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk. Dalam kasus produk manufaktur, biaya ini terdiri dari biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 2. Biaya Periodik (Period Cost) Biaya periodik adalah semua biaya yang tidak termasuk dalam biaya produk. Biaya-biaya ini dicatat sebagai beban pada laporan laba rugi pada periode saat biaya tersebut terjadi dengan menggunakan peraturan akuntansi actual. Contoh biaya periodik adalah komisi penjualan, sewa kantor, beban penjualan, dan beban administrasi.
52
2.2.24 Klasifikasi biaya dalam Laporan Keuangan Menurut Garrison dan Noreen (2010, p41), pencatatan akuntansi dalam perusahaan manufaktur terdiri dari: 1. Neraca Perusahaan dagang hanya memiliki satu jenis persediaan barang yang dibeli dari supplier yang dimiliki sampai barang tersebut dijual ke customer. Sedangkan perusahaan manufaktur terdapat tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. 2. Laporan Laba Rugi Perhitungan Harga Pokok Penjualan pada perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang sedikit berbeda karena faktor persediaannya. Harga Pokok Penjualan (HPP pada Perusahaan Dagang) = Persediaan Awal + Pembelian – Persediaan Akhir Harga Pokok Penjualan (HPP pada Perusahaan Manufaktur) = Persediaan Awal Barang Jadi + Harga Pokok Produksi – Persediaan Akhir Barang Jadi
2.2.25 Sistem Perhitungan Biaya Menurut Carter dan Usry (2006, p155), tujuan penting dari sistem perhitungan biaya manapun adalah untuk menemukan biaya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sistem perhitungan biaya sebaiknya ekonomis untuk dioperasikan dan membebankan sejumlah biaya ke setiap produk sedemikian rupa sehingga merefleksikan biaya dari sumber daya yang digunakan untuk memproduksi produk tersebut. Ada 2 sistem akumulasi biaya yaitu : 1. Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Pesanan (Job Order Costing) (p127). Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job Order Costing atau Job Costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan yang terpisah; suatu pesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau
53
untuk mengisi kembali suatu item dari persediaan. Untuk menghitung biaya berdasarkan pesanan secara efektif, pesanan harus dapat diidentifikasikan secara terpisah. Agar rincian dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang diperlukan, harus ada perbedaan penting dalam biaya per unit suatu pesanan dengan pesanan lain. 2. Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Proses (Process Costing) (p156). Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah departemen, tetapi bisa juga pusat pemrosesan dalam satu departemen. Persyaratan utama adalah semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat biaya selama suatu periode harus sama dalam hal sumber daya yang dikonsumsi. Apabila persyaratan
ini tidak dilaksanakan,
maka perhitungan
biaya
berdasarkan proses dapat mendistorsi biaya produk.
2.2.26 Pengertian Akuntansi Biaya Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010, p3), Akuntansi biaya dapat diartikan sebagai suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur dan melaporkan tentang informasi biaya yang digunakan. Menurut Horngren, Datar, dan Rajan (2012, p4). “Cost accounting measures, analyzes, and report financial and nonfinancial information relating to the costs of acquiring or using resources in an organization”, yang terjemahannya: Akuntansi biaya mengukur, menganalisa, dan melaporkan informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan biaya perolehan atau penggunaan sumber daya dalam sebuah organisasi. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya adalah sebuah metode akuntansi yang mencatat, mengukur, menganalisa dan melaporkan informasi keuangan maupun non keuangan yang berkaitan dengan biaya perolehan dan penggunaan sumber
54
daya. Akun-akun yang biasanya dipakai dalam akuntansi biaya seperti misalnya biaya tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya bahan baku, biaya dalam proses, biaya barang jadi dan juga biaya overhead pabrik seperti biaya listrik, biaya penggunaan dan pengontrolan mesin.
2.2.27 Pengertian Biaya Bahan Baku Menurut William K. Carter (2009, p40). “Biaya bahan baku juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik, biasanya didefinisikan sebagai jumlah tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, keduanya disebut biaya utama (prime cost). Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, keduanya disebut biaya konversi”. Dari pengertian para ahli diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa biaya produksi, biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik sesuai konsep harga pokok, nilai barang yang dibuat akan mengandung biaya yang membentuk biaya tersebut dengan dihubungkan dengan satu produk dimana biaya ini merupakan bagian dari persediaan. Teori dari Bastian Bustami dan Nurlela (2010, p11), Biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi ini juga disebut dengan biaya produk yaitu biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan satu produk, dimana biaya ini merupakan bagian dari persediaan. Biaya produksi dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Biaya bahan baku langsung Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung produk selesai. Contoh : a) Kayu dalam pembuatan mebel b) Kain dalam pembuatan pakaian c) Karek dalam pembuatan ban d) Minyak mentah dalam pembuatan bensin e) Tepung dalam pembuatan kue
55
f) Kulit dalam pembuatan sepatu 2. Tenaga kerja langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Contoh : a) Upah koki kue b) Upah tukang serut dan potong kayu dalam pembuatan mebel c) Tukang jahit, border, pembuatan pla dalam pembuatan pakaian d) Tukang linting rook dalam pabrik rokok e) Operator mesin jika menggunakan mesin. 3. Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam merubah bahan menjadi produk selesai. Biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Biaya overhead pabrik dapat dikelompokan menjadi: A. Bahan baku langsung (bahan penolong) Bahan tidak langsung adalah bahan yang digunakan dalam penyelesaian produk tetapi pemakaian relative lebih kecil dan biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Contoh: a) Amplas b) Pola kertas c) Oli dan minyak pelumas d) Paku,sekrup dan mur e) Steples f) Asesoris pakaian B. Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja tidak langsung adlah tenaga kerja yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak ditelusuri kepada produk selesai. Contoh: a) Gaji satpam pabrik b) Gaji pengawas pabrik
56
c) Pekerja bagian pemeliharan d) Penyimpanan dokumen pabrik e) Gaji operator telepon pabrik f) Pegawai pabrik C. Biaya tidak langsung lainnya Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya selain bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai. Contoh: a) Pajak bumi dan bangunan b) Listrik pabrik c) Air dan telepon pabrik d) Sewa pabrik e) Asuransi bangunan f) Penyusutan pabrik g) Peralatan pabrik h) Pemeliharaan mesin
2.2.28 Pengertian Biaya Produksi Menurut Carter (2009, p40) yang diterjemahkan oleh Krista, biaya manufaktur juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Menurut Horngren, et al (2012, p629). “In a process-costing system, the unit cost of a product or service is obtained by assigning total costs to many identical or similar units of output. In other words, unit costs are calculated by dividing total costs incurred by the number of units of output from the production process. In a manufacturing process-costing setting, each unit receives the same or similar amounts of direct material costs, direct manufacturing labor costs, and indirect manufacturing costs (manufacturing overhead)”, yang terjemahannya : Dalam sistem biaya produksi, biaya unit dari setiap produk atau jasa diperoleh dengan menetapkan jumlah biaya yang identik atau mirip dari setiap unit output. Dengan kata lain, biaya unit dihitung dengan membagi total biaya
57
termasuk angka unit ouput dari proses produksi. Dalam pengaturan biaya proses produksi, setiap unit menerima jumlah yang sama dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya tenaga kerja tidak langsung (overhead pabrik). Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya produksi dihitung dari 3 aspek : biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya tenaga kerja tak langsung. Biaya-biaya ini dihitung dengan cara membagikan jumlah biaya termasuk angka unit ouput dari setiap proses produksi.
2.2.29 Metode Penentuan Biaya Produksi Menurut Mulyadi (2009, p17), Metode penentuan biaya produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam cost produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam cost produksi, terdapat pendekatan: 1. Full Costing Merupakan metode penentuan cost produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam cost produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variable maupun tetap. Cost produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur cost produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap). Biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Biaya overhead pabrik tetap
xxx
Biaya overhead pabrik variable
xxx
Harga pokok produksi
xxx
2. Variabel Costing Merupakan
metode
penentuan
cost
produksi
yang
hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam cost produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
58
Biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Biaya overhead pabrik
xxx
Harga pokok produksi
xxx
Cost produksi yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari unsur cost produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya non produksi variabel (biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi, dan umum tetap).
2.2.30 Pengertian Jurnal Umum Menurut Nur Afiah (2009, p10), jurnal umum adalah media untuk mencatat transaksi secara kronologis (berdasarkan urutan waktu terjadi transaksi), dalam proses jurnal tidak menggantikan peran rekening/akun (account) dalam mencatat transaksi, tetapi merupakan sumber untuk pencatatan ke dalam rekening/ akun.
2.2.31 Pengertian Pengendalian Internal Menurut Iswandi (2011, p826). Pengendalian internal merupakan suatu teknik pengawasan yaitu pengawasan keseluruhan dari kegiatan operasi perusahaan, baik mengenai organisasinya maupun sistem atau cara-cara yang digunakan untuk menjalankan perusahaan dan juga alatalat yang digunakan perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Pengendalian Internal adalah teknik pengawasan keseluruhan kegiatan operasi perusahaan, baik organisasinya maupun sistem atau cara yang digunakan untuk menjalankan organisasi, serta alat-alat yang digunakan dalam perusahaan tersebut.
59
2.3
Kerangka Pikir 1. Menentukan Perusahaan / Objek Penelitian
2. MenentukanRuangLingkup, tujuan& manfaat, metodologi penelitian
3. Menentukan Jadwal Survey
4. Melakukan Survey
5. AnalisisMasalah Wawancara
Observasi
Hasil Data
6. Membuat Model & Design System yang diusulkan
7. Membuat Aplikasi System Gambar 2.2 Kerangka Pikir