BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Satzinger, Jackson and Burd (2005:6), sistem adalah sekumpulan dari komponen yang saling berinteraksi yang berfungsi bersama – sama untuk mencapai suatu tujuan. Menurut
Tata
Sutabri
(2012:13-14),
sistem
mempunyai
karakteristik tertentu yaitu sebagai berikut : a. Komponen sistem (Components) :Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang bekerja sama membentuk suatu kesatuan. b. Batasan sistem (Boundary) : Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem lainnya atau sistem dengan lingkungan luarnya. c. Lingkungan luar sistem (Environment) : Bentuk apapun yang ada diluar ruang lingkup atau batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut dengan lingkungan luar sistem. d. Penghubung sistem (Interface) : Media yang menghubungkan sistem dengan subsistem yang lain disebut dengan penghubung sistem atau interface. e. Masukan sistem (Input)
:Energi yang dimasukkan ke dalam
sistem disebut masukan sistem, yang dapat berupa pemeliharaan (maintenance input) dan sinyal (signal input). f. Keluaran sistem (Output) : Hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna. g. Pengolah sistem (Process) : Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan manjadi keluaran. h. Sasaran sistem (Objective) : Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat determanistik.
9
10
2.1.2 Pengertian Informasi Menurut Turban (2010:41), informasi adalah data yang sudah diorganisasi sehingga memiliki arti dan berguna untuk pengguna akhir. Menurut Gelinas dan Dull (2010:17), “Informasi adalah data yang disajikan dalam
suatu bentuk yang berguna dalam aktifitas
pengambilan keputusan.” Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah suatu data yang telah diproses atau diolah sehingga menjadi suatu bentuk yang bagi penerimanya dan pengambilan keputusan.
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005:7), Sistem Informasi adalah sekumpulan dari komponen yang saling berinteraksi yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan sebagai output informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses bisnis. Dull dan Wheeler (2012:12), mengemukakan bahwa “The information system is a system which generally consists of a series of computer-based components and parts manual aims to collect, store, and manage data to provide output information to the user”. Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa kerangka kerja yang terdiri dari prosedur-prosedur yang dikoordinasi dan saling berinteraksi
untuk
mengubah
data
menjadi
informasi
untuk
mendukung pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dalam suatu organisasi.Sistem informasi dapat juga disimpulkan sebagai suatu alat yang membantu dalam pengambilan keputusan bagi manajemen didalam operasi perusahaan sehari-hari dan informasi yang layak untuk pihak luar perusahaan.
2.1.4 Pengertian Akuntansi Menurut Weygandt, Kimmel, and Kieso (2011:5), akuntansi adalah mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan kegiatan ekonomi suatu organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan.
11
Menurut Warren, Reeve and Duchac (2011:3), akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang memberikan laporan kepada pengguna mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi dari sebuah bisnis. Jadi dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah mengidentifikasi, mencatat, menghasilkan, dan mengkomunikasikan informasi mengenai kegiatan ekonomi suatu organisasi dan kondisi dari sebuah bisnis kepada pengguna yang berkepentingan.
2.1.5 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Puspitawati Lilis dan Anggadini (2011:57) mengemukakan bahwa “Sistem informasi akuntansi adalah rangkaian aktivitas yang menggambarkan
pemerosesan
data-data
dari
aktivitas
bisnis
pengolahan data keuangan perusahaan dengan menggunakan sistem informasi komputer yang saling terintegrasi.” Menurut Considine, Parkers, Olesen, Blount dan Speer (2013 : 12) Sistem Informasi Akuntansi adalah aplikasi dari teknologi untuk menangkap,
melakukan
verifikasi,
menyimpan,
menyusun
dan
melaporkan data terkait dengan aktivitas organisasi. Dari beberapa definisi yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Akuntasi mengolah data.Data yang diolah sistem informasi akuntansi adalah data yang bersifat keuangan.Sistem informasi akuntansi hanya terbatas pada pengolahan data yang bersifat keungan saja, sehingga informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi perusahaan hanya informasi keuangan saja.Definisi sistem fnformasi akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang menangani segala sesuatu yang berkenaan dengan pencatatan transaksi akuntansi.
2.1.6 Komponen Sistem Informasi Akuntansi Menurut Romney and Steinbart (2012:30) komponen sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut : 1.
People yaitu pengguna mengoperasikan sistem dan menampilkan berbagai fungsi.
12
2.
Procedures and Instructions yaitu instruksi dan prosedur dilakukan baik
manual
maupun
otomatis
termasuk
dalam
kegiatan
pengumpulan, pemrosesan dan penyimpanan data mengenai kegiatan di dalam perusahaan. 3.
Data yaitu segala hal terkait dengan perusahaan dan proses bisnis perusahaan.
4.
Software yaitu perangkat lunak yang digunakan untuk memproses data perusahaan.
5.
Information Technology Infrastructure yaitu infrastruktur yang dimiliki perusahaan termasuk komputer, perangkat periferal, dan peralatan
jaringan
komunikasi
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data serta informasi yang ada. 6.
Internal control and security measure yaitu pengukuran dan pengendalian dapat diimplementasikan untuk menjaga keamanan data dalam sistem informasi akuntansi.
2.1.7 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Tujuan sistem informasi akuntansi menurut Hall (2013:11) adalah sebagai berikut: 1. Mendukung operasional harian perusahaan Sistem informasi menyediakan informasi bagi personel operasi untuk membantu mereka melakukan tugas mereka setiap hari dengan efisien dan efektif. 2. Mendukung fungsi kepengurusan manajemen Kepengurusan merujuk ke tanggung jawab manajemen untuk mengatur sumber daya perusahaan secara benar. Sistem informasi menyediakan informasi tentang kegunaan sumber daya ke pemakai eksternal melalui laporan keuangan tradisional dan laporan-laporan yang diminta lainnya. Secara eksternal, pihak manajemen menerima informasi kepengurusan dari berbagai laporan pertanggungjawaban. 3. Mendukung proses pengambilan keputusan manajemen
13
Sistem informasi memberikan informasi yang diperlukan para manajer untuk melakukan tanggung jawab pengambilan keputusan.
2.1.8 Siklus Transaksi Menurut Hall (2013:42) terdapat tiga siklus transaksi yang memproses sebagian besar aktivitas ekonomi perusahaan. Ketiga siklus ini umumnya terdapat di seluruh jenis perusahaan, baik untuk perusahaan pencari laba maupun perusahaan nirlaba. Tiga siklus tersebut diantaranya adalah: 1.
Expenditure Cycle yaitu kegiatan yang melakukan pengeluaran biaya untuk ditukarkan dengan sumber daya.
2.
Conversion Cycle yaitu kegiatan yang menyediakan tambahan nilai terhadap produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan.
3.
Revenue Cycle yaitu kegiatan menjual produk jadi kepada pelanggan dan kemudian menerima pendapatan yang berasal dari luar.
Gambar 2 1 Relasi antara siklus transaksi (Sumber : Hall (2013 : 46))
14
2.2
Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pengeluaran (Expenditure Cycle) Menurut Hall (2013:217-227), tujuan dari siklus pengeluaran adalah untuk mengkonversi uang perusahaan menjadi material fisik dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan. Terdapat dua subsistem yang membentuk siklus pengeluaran yaitu : 1.
Purchases processing
subsystem yaitu prosedur pembelian
termasuk melibatkan tugas didalam mengidentifikasi kebutuhan persediaan, menempatkan pemesanan, menerima persediaan, dan pengakuan kewajiban. 2.
The cash disbursements subsytem yaitu sebuah proses pembayaran dari dibuatnya obligasi didalam sistem pembayaran. Tujuan dari prinsip ini adalah memastikan bahwa hanya kreditor yang sah untuk menerima pembayaran dan jumlah pembayarannya disiapkan dengan tepat waktu dan benar.
2.3
Sistem Informasi Akuntansi Pembelian 2.3.1 Pengertian Pembelian Menurut Mulyadi (2010:299), Pembelian adalah serangkaian tindakan untuk mendapatkan barang dan jasa melalui pertukaran, dengan maksud untuk digunakan sendiri atau dijual kembali.
2.3.2 Fungsi Akuntansi Pembelian Menurut Mulyadi (2010:300), Fungsi yang terkait dengan akuntansi pembelian yaitu : 1.
Fungsi Gudang bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan pembelian sesuai dengan posisi persediaan yang ada di gudang dan untuk menyimpan barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan.
2.
Fungsi Pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi mengenai harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam pengadaan barang dan mengeluarkan order pembelian kepada pemasok yang dipilih.
15
3.
Fungsi
Penerimaan
bertanggung
jawab
untuk
melakukan
pemeriksaan terhadap jenis, mutu dan kualitas barang yang diterima dari pemasok guna menentukan dapat atau tidaknya barang tersebut diterima oleh perusahaan. Dan juga bertanggung jawab untuk menerima barang dari pembeli yang berasal dari transaksi retur penjualan 4.
Fungsi Akuntansi bertanggung jawab untuk mencatat transaksi pembelian kedalam register bukti kas keluar, menyelenggarakan arsip dokumen bukti kas keluar yang berfungsi sebagai catatan utang dan mencatat harga pokok persediaan barang yang dibeli kedalam kartu persediaan.
2.3.3
Siklus pembelian Considine, Parkers, Olesen, Blount dan Speer (2013 : 451) membagi siklus
pembelian menjadi empat proses utama, yaitu : 1. Menentukan permintaan barang Dalam proses permintaan barang terdapat urutan aktivitas sebagai berikut. a) Mengumpulkan permintaan (collect recquisition) Pembelian mulai terjadi ketika permintaan telah diterima untuk membeli barang atau meminta suatu jasa. Permintaan timbul dari berbagai area organisasi, termasuk gudang yang meminta barang yang dibutuhkan untuk persediaan. Permintaan pembelian biasanya didasarkan pada reorder point (ROP). b) Membuat permintaan pembelian Setelah permintaan telah diterima dan diakumulasi (bila perlu), permintaan pembelian (purchase requisition / PR) dapat dibuat. Permintaan pembelian adalah dokumen yang digunakan hanya secara internal. PR adalah permintaan dari salah satu bagian dari organisasi ke bagian lain untuk meminta barang agar dipesan.Sebelum membuat PR, data stok barang harus dicek terlebih dahulu untuk menentukan apakah barang yang diminta termasuk dalam persediaan, dan berapa banyak jumlah barang tersebut yang masih ada dalam stok. 2. Memesan barang
16
Terdapat tiga aktivitas dalam proses pemesanan barang, yaitu adalah sebagai berikut. a) Memilih supplier Proses ini adalah kegiatan dimana bagian pembelian menentukan kepada siapa pemasok barang yang akan dipesan oleh perusahaan. Perusahaan biasanya memiliki daftar supplier terotorisasi untuk dipilih dari berbagai produk. b) Membuat purchase order Ketika supplier telah dipilih, bagian pembelian akan membuat purchase order. Purchase order menghasilkan komitmen untuk membeli dan membayar barang dan dibuat berdasarkan purchase requisition data seperti detail produk dan jumlah barang yang dibutuhkan. 3. Menerima barang Dua kegiatan terkait proses penerimaan barang dalam siklus pembelian antara lain adalah sebagai berikut. a) Menerima barang Barang yang diterima oleh bagian penerimaan menentukan apakah barang dapat disetujui berdasarkan pada purchase order. Bagian penerimaan barang harus mengecek barang untuk memastikan bahwa barang tidak rusak dan jumlah yang dipesan telah sesuai. Bagian penerimaan barang menandatangani berita acara penerimaan barang untuk mengindikasikan bahwa barang melalui pengiriman telah diterima. b) Mencatat barang yang diterima Pada bagian ini bagian penerimaan barang akan mencatat informasi detail mengenai barang yang diterima. 4. Membayar barang Aktivitas pembayaran barang meliputi : a) Menyetujui pembayaran Bagian pembayaran utang mengecek invoice dari supplier untuk melihat ketepatan dan membandingkannya dengan purchase order dan data barang yang diterima untuk memastikan bahwa barang yang dipesan telah diterima, dan data telah sesuai dengan invoice.Ketika
17
bagian pembayaran telah menentukan bahwa invoice harus dibayar maka pembayaran telah tercipta. b) Melakukan pembayaran Setelah persetujuan pembayaran, pembayaran akan diproses oleh bagian pembayaran. 2.3.4 Dokumen – dokumen dalam fungsi pembelian Menurut Mulyadi (2010:303-308), dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi pembelian adalah sebagai berikut: 1.
Permintaan Barang (Purchase requisition) yaitu dokumen awal dalam siklus pengeluaran yang mengotorisasi penempatan pesanan barang atau jasa.
2.
Pemesanan
Barang
(Purchase
Order)
yaitu
dokumen
ini
mencantumkan dekripsi, kualitas dan kuantitas atau informasi lain atas barang atau jasa yang hendak dibeli. 3.
Bukti Penerimaan Barang (Delivery Receipt) yaitu dokumen yang menunjukkan tanggal barang diterima, nomor purchase order, kode dan nama barang, banyaknya barang yang diterima dan identitas
4.
Faktur (Invoice) yaitu dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang yang dijual, harga termasuk ongkos angkut, asuransi, syarat pembayaran, dan data lain yang relevan.
2.3.5 Resiko dalam Siklus Pembelian Menurut Diana dan Setiawati (2011:144), beberapa risiko dalam siklus pembelian antara lain : a.
Perusahaan kehabisan stock barang karena terlambat memesan barang kepada pemasok
b.
Salah membeli barang yang tidak dibutuhkan. Disinilah letak pentingnya dokumen permintaan pembelian yang dibuat oleh bagian yang membutuhkan. Bagian pembelian tidak harus mengetahui kebutuhan semua divisi atau bagian, tetapi bagian pembelian mendapatkan informasi dari bagian yang membutuhkan
c.
Salah membeli barang yang harganya teralalu mahal. Salah satu penyebab mengapa harga produksi dari seorang pemasok bisa lebih
18
mahal dari pemasok yang lain adalah karena pemberian tip. Tip tersebut selanjutnya akan dibebankan ke harga produk. d.
Bagian penerimaan barang menerima pesanan yang tidak sesuai jumlah atau jenisnya.
e.
Salah tagih. Salah tagih dapat terjadi karena kesalahan pemasok dalam membuat faktur. Salah tagih ini dapat disebabkan karena salah perhitungan pada faktur, jenis barang yang tercantum di faktur berbeda dengan barang yang dikirimkan ke perusahaan, atau jumlah barang yang tercantum di faktur berbeda dengan barang yang benar - benar dikirmkan.
f.
Lalai tidak membayar utang. Jika sistem informasi perusahaan tidak dapat memberi informasi mengenai utang yang hampir jatuh tempo, maka kemungkinan terdapat utang yang terlewat tidak terlunasi. Lalai tidak membayar utang dapat menurunkan kredibilitas perusahaan dimata pemasok. Kesan yang tidak baik ini dapat mengganggu perusahaan untuk mendapatkan pasokan bahan baku atau barang, apalagi jika pemasok merupakan pemasok utama.
g.
Data pembelian jatuh ke tangan pihak yang tidak dikehendaki. Data berupa softcopy sangat mudah digandakan dan berpindah tangan ke pihak luar sehingga penyimpanan data sebaiknya disimpan dengan aman.
h.
Kerusakan data karena ada virus atau karena kerusakan hardware komputer.
2.3.6 Pengendalian Siklus Pembelian Menurut Diana dan Setiawati (2011:146), pengendalian pada siklus pembelian antara lain : a. Bagian pembelian perlu menganalisis permintaan perputaran setiap jenis persediaan untuk mengetahui persediaan yang laris dan digemari oleh pelanggan. Hasil analisis ini berguna untuk mengatur alokasi dana ke persediaan. b. Perusahaan perlu meminta penawaran harga dari beberapa pemasok. Dengan adanya penawaran harga lebih dari satu
19
pemasok, maka pemasok yang tidak efisien (misalnya ingin memberi tip) akan sulit bersaing dengan pemasok yang bersih. Untuk meminimalkan peluang adanya tip dari pemasok, perusahaan dapat menetapkan kebijakan bahwa orang yang berwenang untuk membuat kesepakatan harga dengan pemasok bukanlah orang yang berwenang untuk melakukan pembelian. c. Perusahaan perlu merancang surat permintaan pembelian untuk memastikan bahwa bagian pembelian hanya membeli barang yang memang dibutuhkan oleh divisi lain atau membeli barang dagangan yang memang laris. d. Perusahaan perlu memiliki surat order pembelian untuk merekam transaksi pemesanan barang kepada pemasok. Hal ini disebabkan karena transaksi pembelian secara lisan dapat menimbulkan kesalahpahaman dengan pemasok. e. Perusahaan perlu memastikan bahwa bagian penerimaan barang benar – benar mengecek barang yang datang dan menghitung jumlah barang yang datang. f. Akuntan perlu memiliki arsip faktur pembelian berdasarkan tanggal jatuh tempo faktur. Arsip ini berguna untuk memonitor faktur yang akan jatuh tempo dan harus segera dilunasi. g. Bagian utang hanya akan memproses pembayaran utang hanya jika sudah menerima bukti penerimaan barang dari bagian penerimaan barang. Oleh karena itu, utang dilunasi setelah barang diterima. h. Akuntan perlu mengarsip faktur bersama dengan nota retur, sehingga akuntan memiliki informasi pasti mengenai berapa utang kepada pemasok dan berapa yang harus dibayar. i. Bagian utang harus melakukan pengecekan atas kebenaran perhitungan dalam faktur dari pemasok. Informasi yang detail dalam faktur pemasok juga harus dicocokkan dengan surat order pembelian dan bukti penerimaan barang. j. Bagian utang harus mengarsip faktur yang belum lunas terpisah dari faktur yang sudah lunas. k. Perusahaan harus memastikan bahwa terdapat pemisahan tugas antara Bagian Pembelian (yang berwenang untuk melakukan
20
pembelian), Bagian Penerimaan Barang (yang bertanggung jawab atas barang yang diterima dari pemasok), Bagian Utang (yang bertugas memproses pembayaran utang), dan bagian yang berwenang untuk menandatangani Cek (bisa bendahara perusahaan, Controller perusahaan, direktur keuangan, atau bahkan direktur puncak). l. Data pembelian maupun data pengeluaran kas perlu dibackup secara teratur. Hal ini sangat berguna jika perusahaan kehilangan data misalnya terkena virus atau karena hardware yang rusak. Backup sebaiknya disimpan di media terpisah seperti CD dan disimpan di tempat yang aman. Ruang penyimpanan data sebaiknya terpisah dengan ruang tempat data diolah.
2.4 Sistem Informasi Hutang Usaha 2.4.1
Pengertian Utang Usaha Menurut Warren, Reeve, dan Duchac (2012 : 12) utang usaha adalah kewajiban yang dihasilkan dari pembelian dengan kredit atau sebagai angsuran. Menurut Bodnar and Hopwood (2011:334), hutang usaha adalah salah satu cara pembayaran yang dapat dilakukan oleh perusahaan yang merupakan tanggung jawab dalam memenuhi pembayaran kepada vendor. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa utang usaha adalah kewajiban untuk melakukan pembayaran atas barang atau jasa yang telah dibeli perusahaan dan telah ditagih oleh pemasok.
2.4.2
Proses Sistem Informasi Utang Usaha Menurut Gelinas dan Dull (2010 : 463), proses utang usaha terdiri dari interaksi antara orang-orang, perlengkapan, metode, dan kontrol yang dirancang untuk mencapai fungsi : 1) Mengatasi kegiatan rutin sehari – hari yang berulang dari departemen utang usaha dan kasir.
21
2) Mendukung pengambilan keputusan dari pihak yang mengatur departemen utang usaha dan kredit. 3) Membantu menyiapkan laporan internal dan eksternal.
2.5
Sistem Informasi Persediaan 2.5.1 Pengertian Persediaan Render, Stair, dan Hanna (2010 : 22) mengungkapkan bahwa persediaan merupakan sumber tersimpan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masa kini atau kebutuhan amsa depan. Raw materials, work-inprocess, dan finished goods adalah contoh dari persediaan. Sedangkan menurut Weygant, Kimmel, dan Kieso (2011 : 250) pengertian persediaan dijabarkan sebagai berikut. Perusahaan mengklasifikasikan persediaan bergantung pada jenis perusahaan,
apakah
termasuk
perusahaan
dagang
atau
perusahaan
manufaktur. Dalam perusahaan dagang, persediaan memiliki dua karakterstik : 1. Persediaan dimiliki oleh perusahaan tersebut. 2. Persediaan dalam bentuk siap untuk dijual kepada pelanggan dalam kegiatan usaha normal dan hanya dalam satu bentuk klasifikasi, yaitu persediaan (merchandise inventory) untuk mendeskripsikan banyaknya barang yang merupakan total dari persediaan. Dalam perusahaan manufaktur, beberapa persediaan dapat tidak siap dijual. Perusahaan manufaktur biasanya membagi persediaan menjadi tiga kategori : 1. Barang jadi (finished goods) adalah barang pabrik yang sudah lengkap dan siap dijual 2. Barang dalam proses (work in process) bagian dalam barang pabrik yang sudah diserahkan dalam proses produksi tetapi belum selesai. 3. Bahan baku (raw material) adalah bahan dasar yang akan digunakan dalam produksi tetapi belum diserahkan dalam proses produksi
2.5.2 Metode Pencatatan Persediaan
22
Menurut Weygant, Kimmel, dan Kieso (2011:201) perusahaan dapat menggunakan satu dari dua sistem untuk mencatat persediaan. Dua sistem tersebut antara lain adalah: 1.
Perpetual System Dalam sistem perpetual, perusahaan melakukan pencatatan biaya detail dari setiap persediaan yang dibeli dan dijual. Pencatatan ini secara kontinyu menunjukkan persediaan yang ada di tangan untuk setiap barang. Dalam metode perpetual, perusahaan menentukan harga pokok barang (cost of goods sold) setiap penjualan terjadi.
2.
Periodic System Dalam sistem periodik, perusahaan tidak terus melakukan pencatatan biaya detail dari setiap periode. Penentuan harga pokok hanya pada saat akhir dari periode akuntansi. Menurut Martani (2012:250) dalam melakukan pencatatan persediaan, teknik pencatatan persediaan terkait juga dengan sistem pencatatan persediaan yang digunakan oleh entitas. Entitas dapat menggunakan sistem periodik atau sistem perpetual.
1. Sistem periodik adalah sistem pencatatan persediaan dimana kuantitas persediaan ditentukan secara periodik yaitu hanya pada saat perhitungan fisik biasanya dilakukan secara stock opname. 2. Sistem perpetual merupakan sistem pencatatan persediaan dimana pencatatan yang up to date terhadap barang persediaan selalu dilakukan setiap terjadi perubahan nilai.
2.5.3 Asumsi Arus Biaya Persediaan Menurut Weygant, Kimmel, dan Kieso (2011:255) terdapat dua metode asumsi arus biaya persediaan, yaitu : 1.
First-in, first-out (FIFO) Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang paling pertama kali dibeli adalah yang dijual.Biaya dari barang yang pertama kali dibeli adalah yang pertama diakui dalam menentukan harga pokok.
2.
Average-cost
23
Metode biaya rata – rata mengalokasikan harga pokok barang yang siap dijual berdasarkan pada rata – rata biaya per unit (weighted-average unit cost). 2.5.4 Reorder Point (ROP) Reorder Point ( Titik Pemesanan Kembali ) Titik atau tingkat pemesanan kembali atau reorder point menurut Sofyan Assauri (2010:277 ) adalah: “ Tingkat pemesanan kembali adalah suatu titik atau batas
dari dimana
persediaan yang ada pada suatu saat dimana
pemesanan harus diadakan kembali“. Perusahaan sering mengalami kendala dalam menjalankan kegiatan produksinya, diantaranya yaitu persediaan yang kurang memadai yang diakibatkan oleh keterlambatan pembelian kembali stock persediaan bahan baku, sehingga dapat memperlambat proses produksi Titik menunjukkan kepada bagian pembelian untuk mengadakan pemesanan kembali persediaan untuk mengganti persediaan yang telah digunakan dalam menentukan titik ini, harus diperhatikan besarnya penggunaan bahan selama bahan- bahan yang dipesan belum datang dan persediaan minimum. Besarnya penggunaan bahan selama bahan - bahan yang dipesan belum diterima, ditentukan oleh 2 faktor,yaitu: 1. Lead time 2. Tingkat penggunaan rata-rata. Saat pemesanan kembali (reorder point), dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: a. Menentukan jumlah bahan baku selama lead time ditambah dengan satu persentase tertentu. B .Menentukan jumlah pemakaian bahan selama lead time ditambah dengan persediaan pengaman yang telah ditetapkan. Dalam menghitung reorder point menggunakan rumus sebagai berikut : ROP = D x L +SS Dimana: ROP = Pemesanan kembali (reorder point) SS = Safety stock D= Tingkat pemakaian rata-rata perhari kerja L = Lead time
24
2.5.5 Safety Stock Render, Stair JR., dan Hanna (2010 : 240) mengemukakan bahwa safety stock adalah persediaan tambahan yang digunakan untuk menghindari kehabisan stok (stockouts). 2.6
Sistem Pengendalian Internal 2.6.1 Pengertian Pengendalian Internal Menurut Laporan Treadway Committee COSO yang dikutip Considine, Parkers, Olesen, Blount dan Speer
(2013 : 306),
pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yang terdiri dari efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
2.6.2 Tujuan Pengendalian Internal Menurut Hall (2011 : 14) sistem pengendalian internal perusahaan terdiri dari kebijakan, praktik, dan prosedur untuk mencapai empat tujuan yang luas yaitu : 1. Untuk menjaga aset perusahaan. 2. Untuk memastikan akurasi dan keandalan catatan dan informasi akuntansi. 3. Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan. 4. Untuk mengukur kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditentukan manajemen.
2.6.3 Kerangka Pengendalian Internal Menurut Hall (2011 : 17) terdapat lima komponen pengendalian internal dalam COSO, yaitu antara lain adalah : 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
25
Lingkungan pengendalian adalah fondasi dari keempat komponen lainnya. Lingkungan pengendalian menetapkan gayaorganisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian manajemen pada karyawan 2. Penilaian risiko (Risk Assessment) Organisasi perlu melakukan penilaian risiko untuk mengidentifikasi, memprioritaskan, menganalisis, mengelola risiko terkait pelaporan keuangan. 3. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Sistem informasi akuntansi terdiri dari pencatatan dan metode untuk memulai, mengidentifikasi, menganalisa, mengklasifikasi tranaksi dan mencatat transaksi organisai dan mengakunkan ke dalam asset dan liabilities. Kualitas informasi dari sistem mempengaruhi pengambilan keputusan terkait operasional perusahaan dan untuk menyiapkan laporan keuangan yang andal. 4. Pengawasan (Monitoring) Adalah proses dimana rancangan kualitas internal control dan operation dinilai. Dari pernyataan – pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal memiliki kerangka yang secara formal dibentuk oleh dua badan organisasi yang berbeda, yaitu COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) yang menghasilkan framework COSO dan ISACA yang menciptakan kerangka CobiT (Control Objective for Information and related Technology). Framework COSO lebih berfokus pada pengendalian manajemen perusahaan sedangkan CobiT mengacu pada pengendalian internal atas sistem informasi yang dimulai dari perencanaan awal, perancangan, hingga evaluasi. 2.7
Analisa dan Perancangan Sistem 2.7.1 Pengertian Analisis Sistem Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005:4), analisis sistem adalah proses memahami dan menentukan secara rinci sistem informasi apa yang harus dicapai. Menurut Whitten dan Bentley (2010:33), analisis sistem adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang menguraikan sebuah sistem
26
menjadi bagian-bagian komponen dengan tujuan mempelajari seberapa baik bagian-bagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk meraih tujuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah teknik pemecahan masalah dengan memahami sistem dan masalah yang ada, menggambarkan kebutuhan informasi, dan menentukan tujuan sistem informasi.
2.7.2 Pengertian Perancangan Sistem Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005), perancangan sistem adalah proses menspesifikasikan secara detail berapa banyak komponen dari sistem informasi yang harus di implementasi secara fisik. Menurut Whitten dan Bentley (2010:33), perancangan sistem merupakan proses penspesifikasian atau konstruksi teknis dan rancangan solusi untuk kebutuhan bisnis yang telah diidentifikasi pada tahap analisis sistem. Jadi dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem adalah proses menspesifikasi secara detail komponen dari sistem informasi mengenai rancangan solusi untuk kebutuhan bisnis yang telah diidentifikasi pada tahap analisis sistem
2.7.3 Pengertian Unified Process (UP) Menurut Satzinger et al (2005, p.52) Unified Process adalah sebuah metodologi pembangun sistem yang berbasis objek yang ditawarkan oleh IBM’s rational software.
27
Gambar 2.2 Unified Process (Sumber : Satzinger et, al (2005:52))
Unified Process ini mengandung 4 fase life cycle, diantaranya : 1.
Inception Fase ini menjelaskan tentang ruang lingkup proyek dengan menspesifikasikan use case dengan pendekatan pembangunan.
2.
Elaboration Fase elaboration ini fokus pada beberapa iterasi yang mengambil bagian
pada
sistem
dan
menggambarkan
permintaan,
merencanakan dan mengimplementasikan solusi. 3.
Construction Fase ini melanjutkan pembangunan sistem menggunakan tambahan iterasi yang termasuk desain, implementasi, dan testing.
4.
Transition Selama fase ini sistem dikembalikan ke end user, fokus pada pelatihan, instalasi, dan initial support. Selain empat fase tersebut diatas, juga terdapat Unified Process
Development Discipline. Menurut Satzinger et all (2005:52), disiplin disini adalah sebuah set aktivitas fungsional yang saling berhubungan dan sama – sama berkontribusi untuk sebuah aspek pada proyek
28
pengembangan UP. Unified Process Development Discipline ini diantaranya : 1.
Business Modelling Tujuan utama dari business modeling discipline ini adalah untuk memahami dan mengkomunikasikan lingkungan bisnis yang sesungguhnya dimana sistem akan dijalankan. Pada business modeling ini terdapat tiga aktivitas utama diantaranya: a.
Memahami lingkungan bisnis.
b.
Membuat visi dari sistem yang akan dibuat.
c.
Membuat model bisnis untuk melihat aspek penting dalam lingkungan bisnis dan visi sistem.
2.
Requirements Tujuan utama dari disiplin ini adalah untuk memahami dan mendokumentasikan kebutuhan bisnis dan kebutuhan pengolahan sistem baru. Discovery dan understanding merupakan hal penting yang akan mengarahkan aktivitas-aktivitas pada disiplin ini. Pada requirements discipline terdapat beberapa aktivitas penting diantaranya
3.
a.
Mengumpulkan informasi secara detil.
b.
Menjabarkan kebutuhan fungsional
c.
Menjabarkan kebutuhan non-fungsional
d.
Memprioritaskan kebutuhan
e.
Membangun dialog user interface
f.
Mengevaluasi kebutuhan dengan para user
Design Berdasarkan penjabaran kebutuhan yang telah dilakukan sebelumnya, disiplin ini kemudian bertujuan untuk merancang solusi dari sistem yang akan dibuat dengan enam aktivitas utam diantaranya : a.
Mendesain support services architecture dan deployment environment
b.
Mendesain software architecture
c.
Mendesain usecase realizations
d.
Mendesain database
29
4.
e.
Mendesain sistem dan user interface
f.
Mendesain sistem security dan control
Implementation Pada disiplin ini dapat melibatkan sistem yang sebenarnya dibangun atau mengakuisisi komponen sistem yang dibutuhkan. Beberapa aktivitas pada disiplin ini diantaranya:
5.
a.
Membangun komponen software
b.
Mengakuisisi komponen software
c.
Mengintegrasikan komponen software
Testing Disiplin ini berfungsi untuk memastikan bahwa fungsi dari komponen sistem bekerja dengan semestinya. Hal ini dapat dilakukan dengan kasus percobaan dan sample data.
6.
Deployment Deployment discipline berarti aktivitas yang diperlukan untuk membuat sistem beroperasi, termasuk juga pelatihan untuk para pengguna dalam menggunakan sistem.
7.
Project Management Project Management adalah aktivitas manajemen untuk memastikan proyek dapat diselesaikan dengan baik. Aktivitasnya meliputi : a.
Menyelesaikan sistem dan ruang lingkup proyek
b.
Mengembangkan proyek dan jadwal iterasi
c.
Mengidentifikasi resiko proyek dan memastikan kemungkinan proyek
d.
Mengawasi
dan
mengontrol
rencana
proyek,
jadwal,
komunikasi internal dan eksternal serta resiko dan masalah. 8.
Configuration and Change Management Seiring dengan kemajuan proyek, akan terdapat banyak perubahan yang terjadi dalam kebutuhan sistem, perancangan, source code dan executables. Karena komponen berubah, model dan dokumen lainnya harus diperbaharui. Dalam pendekatan adaptif seperti UP, konfigurasi, dan manajemen perubahan dapat menangani masalah tersebut.
30
9.
Environment Disiplin environment melibatkan pengelolaan lingkungan pengembangan yang digunakan oleh tim proyek. Lingkungan pengembangan
seperti
fasilitas
yang tersedia,
perancangan
workspace dan pengaturan lain yag berguna bagi tim member untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Tiga aktivitas dalam disiplin ini adalah :
2.8
a.
Memilih dan konfigurasi alat – alat pengembangan
b.
Penyesuaian dengan UP developmet process
c.
Menyediakan dukungan perbaikan teknikal
Analisis dan Perancangan Sistem Berorientasi Objek 2.8.1
Konsep Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Berorientasi Objek Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:59) Object Oriented melihat sistem informasi sebagai kumpulan objek yang saling berinteraksi dan bekerja bersama untuk menyelesaikan suatu tujuan. Secara konsep, Object Oriented tidak memiliki proses atau program dan tidak memiliki data entitas atau file melainkan sistem hanya terdiri dari berbagai objek. Objek adalah suatu hal dalam sistem komputer yang mampu merespon terhadap pesan – pesan yang datang.
2.8.1.1 Object Oriented Analysis (OOA) OOA adalah metode analisis yang memeriksa requirement yang harus dipenuhi oleh sistem dari sudut pandang kelas-kelas dan objek-objek yang ditemui dalam ruang lingkup perusahaan. Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:60), Object Oriented Analysis (OOA) adalah OOA adalah mendefinisi segala sesuatu yang berhubungan dengan tipe dari objek yang digunakan
dalam
suatu
sistem
dan
menyajikan
atau
menampilkan apa yang user lakukan untuk memenuhi kebutuhan sistem.
31
2.8.1.2 Object Oriented Design (OOD) OOD adalah metode untuk mengarahkan arsitektur software yang didasarkan pada manipulasi objek-objek sistem atau subsistem. Menurut Satzinger et al (2005:60) OOD adalah pendefinisian
semua
tipe
objek
yang
penting
untuk
menghubungkan pengguna dan sistem yang ada, menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan tugas, dan mendefinisikan dari setiap objek dimana objek tersebut dapat diimplementasikan dengan sebuah bahasa atau lingkungan yang spesifik.
2.8.1.3 Object Oriented Programming (OOP) Menurut Satzinger et al (2005:61), OOP adalah suatu cara penulisan dari pernyataan di dalam bahasa pemrograman untuk mendefinisikan apa tipe dari objek yang ada, termasuk pesan yang objek kirimkan satu sama lain.
2.8.2 Modeling System Requirement 2.8.2.1 Activity Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:144), Activity Diagram adalah workflow diagram sederhana yang menggambarkan aktivitas dari pengguna (atau sistem) yang berbeda-beda, pelaku yang menjalankan setiap aktivitas, dan aliran yang berurutan pada semua aktivitas tersebut.
32
Gambar 2.3 Activity Diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:146))
Dalam membuat activity diagram terdapat beberapa simbol atau notasi yang digunakan, yaitu: 1.
Synchronization bar yaitu simbol atau notasi yang digunakan untuk mengontrol pemisahan atau penyatuan dari jalur yang berbeda.
2.
Swimlane yaitu suatu daerah persegi dalam activity diagram yang mewakili aktivitas-aktivitas yang diselesaikan agen tunggal.
3.
Starting activity (pseudo) yaitu simbol atau notasi yang memandakan dimulainya sebuah aktivitas.
4.
Transition arrow yaitu garis penunjuk panah yang menggambarkan transisi dari suatu aktivitas dan arah dari suatu aktivitas.
5.
Activity yaitu simbol atau notasi yang menggambarkan suatu aktivitas.
33
6.
Ending activity (pseudo) yaitu simbol atau notasi yang menandakan berakhirnya suatu aktivitas.
7.
Decision activity yaitu simbol atau notasi yang menandakan satu aktivitas akan mengikuti satu jalur atau jalur yang lain tergantung keputusan yang diambil.
Gambar 2.4 Simbol atau notasi Activity diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:145))
2.8.2.2 Event Table Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:167) memberikan pengertian mengenai event sebagai sesuatu yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu, yang dapat digambarkan, dan harus diingat oleh sistem. Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:174) mendefinisikan event table sebagai berikut Event Table adalah sebuah pedoman dari use case yang menjabarkan event dalam baris dan potongan-potongan kunci dari informasi mengenai tiap-tiap event di dalam kolom. Sebuah event table terdiri dari baris dan kolom yang mewakili event dan detailnya masingmasing”.
34
Gambar 2.5 Event Table (Sumber:Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 175))
2.8.2.3
UseCase Diagram 1.
Use Case Diagram Menurut
Satzinger,
Jackson,
dan
Burd
(2005:213), use case diagram adalah diagram yang menunjukkan berbagai peran yang berbeda dari pengguna dan bagaimana peran tersebut digunakan dalam sistem. Actor diperankan oleh pengguna dan berada diluar boundary.
Gambar 2.6 Use Case Diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:216)
35
2.
Use Case Description Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:220) Use case descripton adalah sebuah deskripsi yang berisi daftar rincian proses dari use case. Use case description dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a.
Brief Description Brief description digunakan untuk use case yang sangat sederhana dan sistem yang dibangun berskala kecil.
Gambar 2.7 Brief Description dari Use Case (Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 221))
3.
Intermediate Description pengembangan dari brief description termasuk aliran internal dari aktivitas untuk sebuah use case.
Gambar 2.8 Use Case Description (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 221))
36
4.
Fully Developed Description Metode paling formal yang dapat digunakan dalam mendokumentasikan use case.
Gambar 2.9 Fully Developed Description dari Use Case (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 223))
2.8.2.4 Domain Class Diagram Satzinger,
Jackson,
dan
Burd
(2005:184)
mendefinisikan domain class diagram sebagai berikut: Domain class diagram adalah sebuah diagram UML yang menggambarkan semua hal yang penting dalam pekerjaan user, kelas-kelas problem domain, asosiasi, dan atributnya. Pada domain class diagram, kotak segi empat menggambarkan class dan garis yang menghubungkan antar class menunjukkan asosiasi antar class.
37
Gambar 2.10 Domain Class Diagram sederhana (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 187))
Garis penghubung yang menghubungkan antar class disebut multiplicity of associations. Terdapat enam jenis hubungan antar class yang digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 2.1 multiplicity of associations (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 186))
Hubungan
Simbol
Zero or one (optional)
0..1
One and only one (optional)
1
One and only one (alternate)
1..1
One or more (mandatory)
1..*
Zero or more (alternate)
*
Zero or more (optional)
0..*
Terdapat dua hirarki dalam notasi class diagram menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:189-191), yaitu: 1.
Generalization / specialization hierarchies Generalization merupakan pengelompokkan halhal dengan jenis yang sama. Sedangkan specialization adalah
pengkategorian
jenis-jenis
yang
berbeda.
Generalization dan specialization biasa digunakan
38
untuk menyusun peringkat atau hal-hal dari yang lebih umum ke hal-hal yang lebih khusus. Untuk hal umum disebut dengan superclass dan hal khusus disebut subclass, hirarki ini biasa disebut dengan hirarki inheritance. Inheritance merupakan sebuah konsep yang
memungkinkan
subclass
untuk
berbagi
karekteristik superclass-nya. Simbol atau notasi yang digunakan dalam generalization(inheritance):
Gambar 2.11 Contoh Class Diagram dengan Generalization (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 190))
2.
Whole-part hierarchies Whole-part
hierarchies
menggambarkan
hubungan yang dibuat oleh orang ketika mereka belajar untuk membuat keterkaitan antara sebuah objek dengan komponennya. hierarchies
Terdapat
yaitu
dua
aggregation
jenis dan
whole-part composition.
Aggregation digunakan untuk menggambarkan suatu bentuk keterikatan yang menentukan hubungan wholepart antara agregat (keseluruhan) dan komponennya
39
(bagian-bagian) dimana bagian-bagian dapat berdiri sendiri secara terpisah. Composition digunakan untuk menggambarkan hubungan whole-part yang lebih kuat, dimana tiap-tiap bagian, setelah berhubungan, tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah. Simbol atau notasi yang digunakan dalam Whole-part hierarchies: a.
Composition
Gambar 2.12 Contoh Class Diagram dengan Composition b.
Aggregation
Gambar 2.13 Contoh Class Diagram dengan Aggregation (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 192))
40
2.8.2.5 System Sequence Diagram Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:213), menjabarkan system sequence diagram sebagai berikut: System sequence diagram digunakan untuk menentukan input dan output dan urutan interaksi antara pengguna dan sistem dalam sebuah use case. Sebuah system sequence diagram menggambarkan urutan pesan antara eksternal aktor dan sistem dalam use case atau skenario. Dalam sequence diagram, alur informasi yang masuk dan keluar disebut sebagai pesan.
Gambar 2.14 System Sequence Diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 229))
2.8.3
Design Discipline Menurut Satzinger et al. (2005: 263-264), pengembangan sistem adalah disiplin ilmu yang menggambarkan organisasi, dan struktur dari komponen sistem yang keduanya pada level arsitektur, dan level detail, dengan tujuan untuk merancang dan mengembangkan tujuan dari sistem.
2.8.3.1 Deployment and Software Architechture Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:309), deployment environment terdiri dari hardware, software, dan network. Deployment environment terbagi atas dua jenis, yaitu:
41
1)
Single Computer Architecture Single
computer
architecture
menggunakan
sistem komputer tunggal yang menjalankan seluruh software..
Kelebihan
utamanya
adalah
kesederhanaannya. Sistem informasi yang dijalankan pada single computer architecture umumnya mudah dirancang, dibangun, dioperasikan, dan dikelola.
Gambar 2.15 Single Computer Architecture (Sumber: Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 271)) 271)
2)
Multitier Computer Architecture Multitier computer architecture merupakan tipe arsitektur penggunaan proses eksekusinya terjadi di beberapa komputer. Multitier computer architecture a dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Clustered Architecture tipe arsitektur yang menggunakan beberapa komputer dengan model dan produksi yang sama.
Gambar 2.16 Clustered Architecture Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 271)
42
2. Multicomputer Architecture tipe arsitektur yang menggunakan beberapa komputer
namun
dengan
spesifikasi
yang
berbeda-beda.
Gambar 2.17 Multicomputer Architecture Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 271)
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:277), software architecture terdiri atas dua, yaitu: 1.
Client/Server Architecture Client/server architecture membagi software ke dalam dua tipe, client dan server. Server berfungsi untuk mengolah sumber informasi atau menyediakan servis.
Sedangkan
client
berfungsi
untuk
b berkomunikasi dengan server untuk meminta sumber daya atau servis dan server akan merespon terhadap permintaan tersebut. 2.
Three Three-Layer Client/Server Architecture pengembangan dari client/server architecture yang terdiri dari tiga layer, yaitu: a.
Data layer layer untuk mengatur penyimpanan data pada satu atau lebih database.
b.
Business logic layer layer yang mengimplementasikan aturan dan prosedur dari proses bisnis.
43
c.
View layer layer yang menerima input dan menampilkan hasil proses.
2.8.3.2First Cut Class Diagram Menurut
Satzinger,
Jackson,
dan
Burd
(2005:309) menerangkan bahwa first-cut design class diagram ini dikembangkan dengan memperluas domain model. Dalam pembuatannya diperlukan dua langkah, yaitu: a.
Menguraikan atribut dengan jenis dan informasi nilai awal
b.
Menambahkan berfungsi
panah
untuk
navigation
menjelaskan
visibility
objek
yang
yang dapat
berinteraksi satu sama lain.
Gambar 2.18 First-Cut Design Class Diagram
2.8.3.3
Three Layer Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:318) menyatakan bahwa dalam three layer sequence diagram terdapat lebih dari satu objek dan notasi baru yaitu activation lifeline yang digambarkan dengan persegi panjang vertical kecil. Activation lifeline menggambarkan informasi. Itulah
44
sebabnya pesan masukan biasanya di bagian atas persegi panjang dan pesan kembali di bagian bawah.
Gambar 2.19 Three Layer Sequence Diagram
2.8.3.4
Communication Diargam Menurt Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:334), communication diagram tidak jauh berbeda dengan sequence diagram, keduanya merupakan diagram interaksi yang menangkap informasi yang sama. Fokus dari communication diagram adalah pada obyek itu sendiri.
Gambar 2.20 Simbol atau notasi Communication Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 335)
45
2.8.3.5 Updated Class Diagram Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:337), updated design class diagram dapat dikembangkan untuk setiap layer. Pada view dan data access layer, beberapa class baru harus ditambahkan. Demikian pula dengan domain layer juga membutuhkan penambahan class baru sebagai use case controller. Pada updated design class diagram, method dapat ditambahkan untuk setiap class. Tiga method umum yang sering dijumpai pada class-class updated design class diagram adalah constructor methods, data get and set methods, dan use case specific method objects.
Gambar 2.21 Updated Design Class Diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 340))
46
2.8.3.6 Package Diagram Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:339-342), package diagram adalah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan perancang sistem untuk mengasosiasikan kelas-kelas dari grup terkait. Notasi dari package diagram berbentuk kotak persegi panjang dengan label. Nama dari package berada dalam label, sedangkan kelas-kelas yang dimiliki oleh package ditempatkan di dalam kotak persegi panjang. Simbol lain yang digunakan dalam packagediagram adalah titik-titik panah (dashedarrow) yang menggambarkan dependencyrelationship. Buntut panah terhubung dengan dependentpackage, sedangkan kepala panah terhubung dengan independent package. Dependency relationship menggambarkan hubungan antara package, classes, atau usecase yang ketika bagian independent berubah maka bagian dependent lainnya juga dapat berubah.
Gambar 2.22 Package Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 339)
47
2.8.3.7 Entity Relation Diagram “Pengertian ERD menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p354) adalah penggambaran dari sebuah kebutuhan penyimpanan data dengan cara kerja dari suatu perusahaan atau organisasi yang bebas dari ambiguitas, ERD di gunakan untuk mengidentifikasi data yang akan di simpan di olah dan diubah untuk mendukung aktifitas bisnis suatu organisasi”
2.8.3.8 User Interface Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:442-445), user interface terdiri dari input dan output yang melibatkan pengguna
sistem
memungkinkan
secara
pengguna
langsung. untuk
User
interface
berinteraksi
dengan
komputer untuk mencatat sebuah transaksi. Terdapat tiga aspek yang berhubungan dengan user interface, yaitu: a.
Aspek fisik: mencakup alat-alat yang benar-benar disentuh oleh pengguna, seperti keyboard, mouse, layar sentuh, atau keypad.
b.
Aspek persepsi: mencakup semua yang dilihat, didengar atau disentuh (melewati alat fisik) oleh pengguna. Apa yang dilihat pengguna mencakup semua data dan petunjuk yang ditampilkan pada layar termasuk bentuk, garis, angka, dan kata-kata. Contoh dari apa yang didengar adalah berupa suara yang dibuat oleh sistem, seperti bunyi beep atau click. Contoh untuk apa yang disentuh oleh pengguna adalah menu, dialogbox, dan tombol yang ada dilayar dengan menggunakan mouse.
c.
Aspek konseptual: mencakup semua yang pengguna ketahui mengenai penggunaan sistem, termasuk semua masalah utama di dalam sistem yang dimanipulasi oleh pengguna, oprasi yang dapat dilakukan, dan prosedur yang diikuti untuk melaksanakan operasi.
48
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:454-457) menjelaskan
bahwa
terdapat
banyak
pedoman
yang
digunakan untuk membuat interface, salah satunya adalah “EightGoldenRules” yang diajukan oleh Ben Shneiderman yang dapat diterapkan pada kebanyakan interactivesystem. a.
Usahakan untuk konsisten (strive for consistency) Sistem harus konsisten dalam mengatur bentuk, nama dan susunan menu item, ukuran dan bentuk ikn, dan urutan untuk melakukan tugas. Hal tersebut dilakukan karena manusia menciptakan kebiasaan.
b.
Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut (enable frequent users to use shortcuts) Shotcut digunakan untuk mengurangi jumlah interaksi untuk tugas yang dijalankan, sehingga pengguna dapat menghemat
waktu.Selain
itu,
perancang
harus
menyediakan fasilitas makro bagi pengguna untuk membuat shortcut mereka sendiri. c.
Memberikan umpan balik yang informatif (offer informative feedback) Setiap
tindakan
menghasilkan
yang
beberapa
diambil jenis
pengguna
umpan
balik
harus dari
komputer sehingga pengguna mengetahui bahwa tindakan
tersebut
diakui.Contohnya
adalah
klik
keyboard yang membantu pengguna, jadi sebuah "click" elektronik sengaja disertakan oleh sistem operasi.Jika pengguna mengklik tombol, tombol harus mengubah visualnya dan mungkin dapat membuat suara. Tetapi sistem tidak harus memperlambat pengguna dengan menampilkan dialogbox terlalu banyak
dimana
pengguna
harus
merespon
tiap
dialogbox. d.
Merancang dialog untuk menghasilkan penutupan (design dialogs to yield closure)
49
Untuk
setiap
dialog
dengan
sistem
harus
diorganisasikan dengan urutan yang jelas, yaitu dari awal,
tengah,
dan
akhir
agar
pengguna
dapat
mempersiapkan dirinya untuk fokus ke tindakan berikutnya. e.
Memberikan penanganan masalah yang sederhana (offer simple error handling) Ketika sistem menemukan sebuah kesalahan, maka pesan kesalahan harus menegaskan secara spesifik apa yang salah dan menjelaskan bagaimana cara untuk menanganinya. Pesan kesalahan juga tidak boleh menghakimi pengguna.Selain itu sistem harus dapat mengatasi kesalahan dengan mudah.
f.
Memungkinkan untuk kembali ke tindakan sebelumnya dengan mudah (permit easy reversal of actions) Pengguna perlu merasa bahwa mereka dapat mengeksplorasi pilihan dan mengambil tindakan yang dapat dibatalkan atau kembali ke tindakan sebelumnya tanpa kesulitan. Salah satu cara untuk menghindari kesalahan, sebagaimana pengguna menyadari mereka telah melakukan kesalahan, mereka dapat membatalkan tindakan.
g.
Mendukung tempat pengendalian internal (support internal locus of control) Pengguna berpengalaman ingin merasa bahwa mereka memiliki kuasa atas sistem dan bahwa sistem menanggapi perintah mereka.Mereka tidak boleh dipaksa untuk melakukan sesuatu atau dibuat untuk merasa seolah-olah sistem mengendalikan mereka. Sistem harus membuat pengguna merasa bahwa mereka memutuskan apa yang harus dilakukan.
h.
Mengurangi muatan memori jangka pendek (reduce short-term memory load)
50
Orang-orang memiliki banyak keterbatasan, dan memori jangka pendek adalah salah satu yang terbesar.Orang dapat mengingat hanya sekitar tujuh potongan informasi pada satu waktu. Maka rancangan yang terlalu rumit dan terlalu banyak form dapat menjadi beban bagi ingatan pengguna.
51
2.9
Kerangka Berpikir
Gambar 2.23 Kerangka Berpikir