BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1Terminologi Judul
Judul proyek ini adalah “Museum Anak Kolong Tangga” yang merupakan museum anak yang menyimpan koleksi-koleksi permainan tradisional anak yang meliputi dari berbagai macam daerah di Indonesia.
Definisi Museum Museum adalah institusi permanen, yang melayani kebutuhan publik dengan sifat terbuka dengan cara melakukan usaha pengkoleksian, meriset mengomunikasikan dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan pendidikan dan kesenangan. Museum berakar dari kata latin “mouseion”, yaitu kuil untuk Sembilan dewi muze, anak-anak Dewa zeus yang tugas utamanya adalah menghibur.Arti museum dapat dipahami dari kegiatannya. Fungsi museum dari zaman ke zaman mengalami perubahan sesuai dengan kondisi dan situasi, tetapi hakikatnya pengertian museum itu tidak berubah. Pengertian museum menurut ICOM adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan, dan kesenangan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 1995, museum adalah
lembaga,
tempat
menyimpan,
perawatan,
pengamanan,
dan
pemanfaatan benda bukti materiil hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah ini museum memiliki tugas menyimpan, merawat, mengamankan, dan memanfaatkan koleksi museum berupa benda cagar budaya.
7
8 2.1.2 Sejarah Museum Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan bangunan museum adalah kompleks perpustakaan yang dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filsafat dan riset di Alexandria oleh PtolemyI Soter pada tahun 280SM. Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti otentik mengenai sejarah kebudayaan. Di Indonesia, museum pertama kali yang dibangun adalah Museum Radya Pustaka yang dikenal dengan Museum Gajah, setelah itu Museum Wayang, Museum Tekstil serta Galeri Nasional.
2.1.3 Kategori dan Jenis-jenis Museum Museum memiliki beragam kategori, dari institusi yang besar hingga institusi kecil yang memusatkan diri kepada subyek tertentu, lokasi, atau seseorang.
Selain
itu
terdapat museum
universal
yang
koleksinya
merepresentasikan dunia diantaranya seni,ilmu pengetahuan, sejarah dan sejarah alam. Tipe dan ukuran museum tercermin dari koleksinya. Sebuah museum biasanya memiliki koleksi yang merupakan benda terpenting di bidangnya. Kategori museum terdiri dari : 1.Museum Arkeologi Museum ini merupakan museum yang mengkhususkan untuk memajang artefak arkeologis.Museum arkeologi banyak bersifat museum terbuka. Di Indonesia, museum artefak adalah Museum Trowulan di Trowulan Jawa Timur. 2. Museum Seni Museum seni, lebih dikenal dengan nama galeri seni, yang merupakan sebuah ruangan untuk pameran benda seni, mulai dari seni visual yaitu lukisan, gambar dan patung. Contoh dari museum seni di Eropa adalah merbach-Cabinet di Basel, yang awalnya merupakan koleksi pribadi yang dijual kepada pemerintahan kota Basel pada tahun 1661 dan menjadi museum untuk umum sejak tahun 1671. Saat ini museum bernama museum Kunstmuseum Basel. Di Indonesia contoh dari museum seni adalah Museum Affandi yang terletak di Yogyakarta.
9 3. Museum Biografi Museum ini merupakan museum yang didefinisikan kepada benda yang terkait dengan kehidupan seseorang atau kelompok orang. Beberapa museum terletak di dalam rumah atau situs yang terkait dengan orang yang bersangkutan pada saathidup. Contoh museum ini adalah Museum Edith Piaf di Paris sedangkan di Indonesia contoh museum biografi adalah museum DR.A.H.Nasution yang terletak di Jakarta Pusat. 4. Museum Anak Museum anak merupakan instiitusi yang menyediakan benda pameran dan program acara untuk menstimulasi pengamalan informasi anak. Berlawanan dengan museum tradisional yang memiliki peraturan untuk tidak menyentuh benda pameran, museum ini biasanya memiliki benda yang dirancang untuk dimainkan oleh anak-anak. Museum anak kebanyakan dikelola secara sukarelawan. Contoh dari museum ini adalah Museum Anak Kolong Tangga yang terletak di Yogyakarta. Pada museum ini terdapat beberapa mainan anak tradisional. 5.Museum Rumah Bersejarah Museum rumah bersejarah atau yang lebih dikenal dengan rumah bersejarah merupakan yang terbanyak jumlahnya di dunia dari kategori museum sejarah.museum ini biasanya beroprasi dengan dana yang terbatas dan staff yang sedikit. Kebanyakan dikelola oleh relawan dan sering kali tidak memenuhi syarat untuk menjadi museum yang profesional.Contoh dari rumah bersejarah ini adalah Museum Sasmita Loka Ahmad Yani. 6. Museum Sejarah Mencakup pengetahuan sejarah dan kaitannya dengan masa kini dan masa depan.Museum memiliki benda koleksi yang sangat beragam, mulai dari dokumen,artefak dalam berbagai bentuk,benda sejarah yang terkait dengan kesejarahan tersebut.Museum yang terdapat di Indonesia dapat dibedakan melalui beberapa jenis klasifikasi yakni sebagai berikut:
10 A. Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki yaitu terdapat dua jenis: - Museum Umum, Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungan yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. - Museum Khusus, Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungan yang berkaitan dengan satu cabang seni, atau ilmu dan cabang teknologi. B.Jenis museum berdasarkan kedudukannya, terdapat tiga jenis: - Museum Nasional Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia. Museum propinsi,Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungannya. - Museum Lokal Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kota madya dimana museum tersebut berada.
2.1.4 Tujuandan Fungsi Museum Tujuan dan Fungsi dari museum tidak hanya mencari keuntungan saja melainkan untuk melayani masyarakat dan memberikan informasi-informasi kepada masyarakat tentang pengetahuan. Selain
untuk memberikan
informasimuseum juga sebagai pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa.
2.1.5Persyaratan – persyaratan Bangunan Museum Dalam berdirinya sebuah museum harus memenuhi persyaratan berdirinya museum dan juga persyaratan dari sebuah bangunan dalam mendirikan museum diantaranya sebagai berikut.
11 Persyaratan dari berdirinya sebuah museum adalah: 1. Lokasi Museum Lokasi museum harus strategis dan sehat (tidak terpolusi,bukan daerah yang berlumpur/tanah rawa). 2. Bangunan Museum Bangunan museum berupa bangunan baru atau memanfaatkan gedung lama.Harus memenuhi prinsi-prinsip konservasi,agar koleksi museum tetap lestari. 3.Koleksi Koleksi merupakan syarat mutlak dari sebuah museum,koleksi harus mempunyai nilai sejarah dan nilai nilai ilmiah, harus diterangkan asal usulnya secara historis,harus dapat dijadikan monument jika benda tersebut berbentuk bangunan yang juga mengandung nilai sejarah, dapat diidentifikasi mengenai bentuk, tipe, dan gaya. 4.Peralatan museum Museum harus memiliki sarana dan prasarana museum yang berkaitan erat dengan kegiatan pelestarian. 5.Sumber Dana Tetap Museum harus memiliki sumber dana tetap dalam penyelenggaraan dan pengelolaan museum. Sedangkan persyaratan khusus untuk bangunan adalah : 1. Bangunan Utama Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan kepada pengunjung, dan bangunan ini harus memiliki daya tarik sebagai bangunan utama yang akan dikunjungi oleh pengunjung museum. Dengan system pengamanan yang baik dari segi konstruksi hingga spesifikasi ruangan. 2. Bangunan Auditorium Bangunan ini harus dapat dengan mudah dicapai oleh umum, karena kegunaaan dari bangunan ini adalah untuk tempat diskusi atau pemutaran pertunjukan. 3. Bangunan Khusus Bangunan ini harus berada pada tempat yang aman, memiliki pintu tersendiri untuk mengakses ke bangunan ini.
12
2.1.6Unsur-Unsur Museum Museum memiliki unsur-unsur seperti bangunan/lokasi, koleksi, pengelola, dan pengunjung. Bangunan museum setidaknya meliputi area publik dan area non publik yang berisi koleksi dan non koleksi. 1. Bangunan/Lokasi Area Publik + Koleksi
Area Non Publik + Koleksi
Area Publik+ Non Koleksi
Area Non Publik + Non Koleksi
Table 2.1.1Bangunan/Lokasi Sumber:data penulis
Bangunan museum adalah bangunan yang dapat berfungsi untuk menyimpan, merawat, mengamankan, dan memanfaatkan koleksi. Oleh karena itu, museum harus memiliki bangunan yang terdiri dari bangunan pokok dan bangunan penunjang. (Kemendikbud,2012:18) Bangunan pokok meliputi beberapa ruangan, diantaranya sebagai berikut: 1. Ruang pameran tetap. 2. Ruang pameran temporer. 3. Ruang auditorium. 4. Ruang kantor. 5. Ruang perpustakaan. 6. Ruang penyimpanan koleksi (storage) 7. Ruang edukasi Bangunan penunjang meliputi beberapa ruang sebagai berikut: 1. Ruang cenderamata. 2. Ruang penjualan tiket dan penitipan barang. 3. Ruang lobi. 4. Ruang toilet. 5. Ruang Parkir. Dalam membuat pra-desain gedung museum harus dipertimbangkan ruangan-ruangan yang diperlukan untuk kepentingan museum berkaitan
13 dengan fungsi, jumlah, ukuran, sirkulasi udara, pengamanan, dan system penggunaan cahaya. Bangunan yang terdiri dari bangunan pokok dan bangunan penunjang perlu memerhatikan beberapa hal, diantaranya: 1. Lokasi yang strategis. 2. Kenyamanan dan ketenangan. 3. Keamanan.
2.1.7Inventarisasi dan Penyimpanan Koleksi Registrasi ataupun inventarisasi adalah suatu kegiatan yang berbeda, tetapi dalam pelaksanaannya mempunyai kesamaan dalam tahap-tahap pengerjaannya, antara lain: 1. Penomoran Tujuan penomoran adalah untuk mengamankan dan mempermudah dalam pengelolaan koleksi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah system penomoran yang mudah dan sesuai dengan kebutuhan. Penomoran dilakukan pada seluruh koleksi museum secara berurutan, dari nomer 1 hingga akhir berdasarkan masuknya koleksi ke museum. 2. Klasifikasi Koleksi yang disimpan di museum mempunyai beragam bentuk dan fungsi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan klasifikasi koleksi berdasarkan kriteria tertentu, yaitu menurut disiplin ilmu atau yang bersifat konvensi.Tujuan klasifikasi ini adalah menciptakan keseragaman dan kelancaran dalam pengelolaan koleksi, sehingga pemanfaatan koleksi dapat dilakukan secara optimal untuk kepentingan pendidikan dan rekreasi. 3. Katalogisasi Katalogisasi adalah suatu kegiatan merekam, baik secara verbal maupunvisual, serta menguraikan identifikasi koleksi pada lembaran kerja yang mempunyai format tertentu. Perawatan
koleksi
adalah
suatu
tindakan
untuk
mencegah,
menghambat proses kerusakan atau pelapukan koleksi, serta tindakan menangani koleksi yang sudah mengalami kerusakan dan menjaga agar tetap berada pada kondisi yang baik sesuai dengan aslinya. (Kemendikbud, 2012:40).
14 Secara umum perawatan koleksi dapat dilakukan melalui beberapa tindakan sebagai berikut: 1. Identifikasi permasalahan (diagnose) Kegiatan penelitian untuk mengetahui penyebab kerusakan koleksi 2. Analisa laboratorium Pengamatan untuk mengetahui penyebab kerusakan yang tidak dapat diamati secara kasat mata. Apabila diperlukan dapat dilakukan pengambilan sampel dari bahan yang sejenis dengan koleksi. 3. Pembersihan Kegiatan untuk menghilangkan kotoran, endapan yang dpaat dilakukan secara kering atau menggunakan air bersih ataupun larutan lain. 4. Perbaikan Tindakan penyambungan yang dilakukan terhadap koleksi yang retak, pecah, dan patah. 5. Pengawetan Tindakan yang dilakukan dalam rangka menghambat atau membebaskan koleksi dari agen perusak (misalnya api, air, serangga, dan sebagainya).
2.1.8 Prinsip- prinsip dan Persyaratan Penyajian Koleksi Penataan koleksi di ruang pameran museum,harus memiliki : 1. Sistematika atau alur cerita pameran Sistematika atau alur cerita ini sangat diperlukan dalam penyajian koleksi di ruang pameran, karena akan mempermudah komunikasi dan penyampaian informasi koleksi museum kepada masyarakat. Biasanya cerita yang utuh dari koleks yang disajikan, dapat dilihat dari awal pintu masuk sampai pintu keluar pameran. 2. Koleksi yang mendukung alur cerita Koleksi yang mendukung alur cerita disajikan di ruang pameran harus dipersiapkan sebelumnya, agar sajian koleksi terlihat hubungan dan keterkaitannya yang jelas antara isi materi pameran dengan koleksi museum yang disajikan. Persiapan tersebut dapat dilakukan melalui penggunaan koleksi yang dimiliki oleh museum peminjaman, dan pengadaan koleksi baru. Selain prinsip – prinsip penataan koleksi yang ada di ruang pameran museum ada beberapa persyaratan ruang museum berdasarkan standarisasi
15 yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai berikut: 1. Pencahayaan dan Penghawaan Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek teknis utama yang perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi. Untuk museum disarankan 50% dengan suhu 210C –260C. Berikut adalah contoh cahaya alami pada museum
r---10.0---------1
Gambar 2.1.1 Pencahayaan Alami Pada Museum Sumber : Data arsitek
2. Ergonomi dan Tata Letak Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat,menikmati maka perletakan peraga turut berperan. Berikut standar-standar peletakan koleksi pada ruangan pamer museum.
Gambar 2.1.2 Standar Peletakkan Panel Koleksi Sumber:perpustakaan diknas
16 3. Jalur sirkulasi Pengaturan langkah dan sirkulasi ruang pamer dilakukan untuk menentukan pergerakan pengunjung sehingga dalam menjelajahi ruang pamer pengunjung terhindar dari kebosanan. Pada perancangan sebuah ruang pamer, desainer memiliki kemampuan untuk mengatur cepat atau lambatnya pengunjung berjalan.Ambrose dan Paine (1993) memberikan solusi untuk menghindari kebosanan pada pengunjung yaitu dengan menyediakan ‘escape hatches’ atau ruang pelarian.Ruang ini dapat berupa ruang istirahat maupun ruang bacadimana tersedia tempat duduk dan mungkin dilengkapi dengan ruang istirahat ataupun ruang baca buku-buku. Tata letak ruang pamer yang buruk dapat menyebabkan kepadatan, ruang penuh sesak, kebingungan, dan pada akhirnya pengunjung akan mengalami kehilangan ketertarikan pada benda koleksi. Ini dapat dihindarkan dengan menyediakan ruang gerak yang cukup diantara benda pamer dan meletakkan benda pamer. Berikut adalah beberapa pola sirkulasi pengunjung yang disarankan oleh McLean (ibid.); pola sirkulasi langung (direct plan), pola sirkulasi terbuka (open plan), pola sirkulasi berputar (radial plan) dan pola sirkulasi acak (random plan).
Gambar2.1.3 Macam-macampolasirkulasi ruangpamer Sumber:McLean, 1993:125
2.1.9Sarana Display Koleksi Museum 1. Vitrine Vitrine adalah lemari panjang untuk menata benda-benda koleksi. Umumnya dipergunakan untuk memamerkan benda-benda koleksi. Umumnya dipergunakan untuk memamerkan benda-benda tiga dimensi. Vitrine menurut bentuknya ada dua macam, yaitu: vitrine tunggal dan vitrine ganda. Vitrine tunggal adalah vitrine yang hanya berguna untuk memajang koleksi. Vitrine ganda adalah vitrine yang
17 mempunyai dua fungsi selain dipakai memajang koleksi,pada bagaian lain terdapat tempat penyimpanan bena-benda yang tidak dipamerkan. (Udansyah,1987/1979:38).
Gambar 2.1.4 Vitrine
Gambar 2.1.5 Ukuran vitrine
Sumber : Pedoman tata pameran di museum Sumber : Pedoman tata pameran di museum
Patokan kira-kira ukuran vitrine yang disesuaikan dengan tinggi rata-rata tubuh maanusia. Ukuran dan bentuk vitrine harus juga memperhitungkan ruang dan bentuk bangunan dimana vitrine itu akan diletakkan. Bentuk vitrine harus disesuaikan dengan ruangan yang akan ditempati oleh vitrine tersebut. Menurut bentuknya disesuaikan dengan penempatannya ada bermacammacam antara lain: 1. Vitrine dinding, vitrine yang diletakkan berhimpitan dengan dinding. Vitrine ini dapat dilihat bagian dalamnya hanya dari sisi samping dan dari sisi depan.Bagian yang tampak itu saja yang diberi kaca polos sedangkan bagian belakang yang berhimpitan dengan dinding ditutup papan. 2. Vitrine tengah, vitrine yang diletakkan di tengah tidak melekat pada dinding, isinya harus dapat dilihat dari segala arah keempat dari sisinya harus terbuat dari kaca polos. 3. Vitrine sudut, vitrine yang diletakkan disudut ruangan. Vitrine ini hanya dilihat dari satu arah saja. Untuk pemasangan lampu sama dengan pemasangan lampu pada vitrine dinding. 4. Vitrine duduk, atau yang disebut juga vitrine lantai, vitrine yang letaknya agak mendatar dibawah pandangan mata kita. Biasanya untuk menata
18 benda-benda kecil seperti perhiasan, permata, mata uang. Vitrine lantai ini ukurannya jangan terlalu rendah karena akan menyulitkan orang melihat koleksi didalamnya. 2. Panel Panel berfungsi sebagai tempat memamerkan benda-benda dua dimensi, misalnya foto, lukisan, dan sebagainya.Bentuk panel terbagi menjadi 2 macam yaitu panel tunggal dan panel ganda.
2.1.10 Jenis dan Metode Pameran Pameran adalah salah satu cara mengkonsumsikan koleksi kepada masyarakat dan tugas pokok museum umum ataupun museum khusus. Untuk menyelenggarakan pameran dengan baik, diperlukan Pedoman Pelaksanaan Tata Penyajian Koleksi/ Tata pameran di museum. Pameran di museum adalah salah satu bentuk penyajian, informasi tentang benda koleksi yang dimiliki museum (Dekdikbud, 1993/1994:3). Jenis pameran di museum dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu : 1. Pameran Tetap Pameran tetap adalah pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu 2-4 tahun. Tema pameran sesuai dengan jenis, visi, dan misi museum. Idealnya, koleksi yang disajikan di ruang pameran tetap adalah 40 persen dari koleksi yang dimiliki museum, dan harus dilakukan penggantian koleksi yang dipamerkan dalam jangka waktu tertentu.Penggantian koleksi ini tidak mengubah subyek/ tema pameran. Hal ini dimaksudkan agar ada nuansa baru pada pameran tetap serta untuk menghilangkan kejenuhan bagi pengunjung. (Kemendikbud,2012:47) 2. Pameran khusus Pameran khusus adalah pameran koleksi museum yang diselenggarakan dalam waktu yang relatif singkat (satu minggu sampai dengan tiga bulan). Fungsi utama pameran khusus ini adalah untuk menunjang pameran tetap, agar lebih banyak mengundang pengunjung untuk datang ke museum. (Kemendikbud,2012:47).
19 3. Pameran keliling Pameran keliling adalah pameran koleksi museum yang diselenggarakan di luar lingkungan museum dalam jangka waktu tertentu dengan tema berskala luas (untuk persatuan dan kesatuan). Penyelenggaraan pameran keliling dimaksudkan untuk menampilkan koleksi museum di tempat-tempat masyarakat yang jarang berkunjung ke museum. (Kemendikbud,2012:47) Metode pameran dengan menggunakan pendekatan teknologi pendidikan dapatdibagi menjadi dua kategori yaitu : 1. Metode pendekatan intelektual, adalah cerita penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan informasi tentang guna, arti, dan fungsi benda koleksi museum. (Kemendikbud,2012:49) 2. Metode pendekatan romantic (evokatif) adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan. (Kemendikbud,2012:50) 3. Metode pendekatan simbolik adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum dengan menggunakan simbol-simbol tertentu sebagai media inteprestasi pengunjung. (Kemendikbud,2012:50) 4. Metode pendekatan interaktif adalah cara penyajian koleksi di museum di mana pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan koleksi yang dipamerkan. (Kemendikbud,2012:50).
2.1.11Jenis –Jenis Museum Museum yang terdapat di Indonesia dapat dibedakan melalui beberapa jenis klasifikasi yakni sebagai berikut: A. Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki yaitu terdapat dua jenis: - Museum Umum, Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungan yang berkaitan dengan berbagai cabang seni,disiplin ilmu dan teknologi. - Museum khusus, Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungan yang berkaitan dengan satu cabang seni,atau ilmu dan cabang teknologi.
20 B.Jenis museum berdasarkan kedudukannya, terdapat tiga jenis: - Museum Nasional, Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia. Museum Propinsi, Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungannya. - Museum Lokal, Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kota madya dimana museum tersebut berada.
2.2 Permainan Tradisional
2.2.1 Definisi Permainan Tradisional Istilah permainan berasal dari kata dasar main.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, terbitan Departemen Pendidikan dan Kebuduayaan Balai Pustaka arti kata main adalah melakukan permainan untuk menyenangkan hati atau melakukan perbuatan untuk bersenang-senang baik menggunakan alat-alat tertentu atau tidak menggunakan alat. Jadi main adalah kata kerja, sedangkan permainan merupakan kata benda jadian untuk memberikan sambutan pada sesuatu yang jika dilakukan dengan baik akam mebuat senang hati si pelaku. Istilah tradisional berasal dari kata tradisi. Menurut buku kamus tersebut,arti kata tradisi adalah adat kebisaan yang turun menurun dan masih dijalankan di masyarakat atau penilaian/anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik. Adat adalah aturan yang berupa perbuatan dan sebagainya yang lazim diturut ataudilakukan sejak dahulu kala. Kebiasaan adalah sesuatu yang biasanya dilakukan. Namun adat berarti pula wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukuman dan aturan-aturan yang satu dengan yang lainnya menjadi satu system. Tradisional memiliki arti sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma-norma dan adat kebiasaan secara turun menurun. Namun tradisional mempunyai arti pula menurut tradisi.
21 Maka permainan tradisional mempunyai makna sesuatu(permainan) yang dilakukan dengan berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun dan dapat memberikan rasa puas atau senang sebagai pelaku.
2.2.2 Sejarah Permainan Tradisional Anak
Gambar 2.2.6 Permainan Tradisional Sumber:http://permainantradisional1.blogspot.com/permainan-tradisional-gasing.html.
Permainan Tradisional adalah bentuk kegiatan permainan atau olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Pada perkembangan selanjutnya permainan tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat. Kegiatannya dilakukan baik secara rutin maupun berkali-kali dengan maksud untuk mencari hiburan dan mengisi waktu luang setelah terlepas dari aktivitas rutin seperti bekerja mencari nafkah, sekolah, dsb.Dalam pelaksaannya permainan tradisional dapat memasukkan unsurunsur permainan rakyat dan permainan anak ke dalamnya. Bahkan mungkin juga dengan memasukkan kegiatan yang mengandung unsur seni seperti lazimnya yang disebut sebagai seni tradisional. Permainan tradisional dimaksudkan untuk pembelajaran dalam pendidikan jasmani. Agar suatu kegiatan dapat dikategorikan sebagai permainan tradisional tentunya harus teridentifikasikan unsur tradisinya yang memiliki kaitan erat dengan kebiasaan atau adat istiadat suatu kelompok masyarakat tertentu. Disamping itu, kegiatan tersebut harus kuat mengandung unsur fisik yang nyata-nyata
22 melibatkan kelompok. Jadi perbedaan esensi permainan tradisional dari aktivitas tradisi lainnya dapat dilihat dari banyak tidakannya gerak yang dilibatkan.(http://permainantradisional1.blogspot.com/2013/01/permainantradisional-.html. Anak adalah seseorang lelaki atau prempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua,di mana kata“anak” merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. Menurut psikologi, anak adalah periode perkembangan yang merentang dari maa bunyi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun sekolah dasar. Sedangkan UU peradilan Anak, dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi:”Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 tahun tetapi
belum
mencapai
umur
18
tahun
dan
belum
pernah
menikah”.(http://id.wikipedia.org/wiki/Anak). Jenis permainan tradisional yang banyak mengandung gerak fisik sepertipermainan gobaksodor, permainan hadang, permainan bentengan, dll. Permainan Tradisional merupakan bentuk budaya suatu bangsa. Permainan tradisional bangsa Indonesia adalah merupakan bentuk budaya bangsa Indonesia yang tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia. Permainan tradisional tersebut merupakan aktivitas bangsa yang menduduki tempat penting dalam kehidupan masyarakat dan merupkan sumber daya yang amat besar serta mempunyai nilai dalam menanamkan sikap dan keterampilan. Permainan tradisional merupakan wadah kegiatan masyarakat sebagai hiburan maupun penyaluran kreativitas di waktu luang sebagai sarana sosialisasi. Menurut Spencer yang dikutip oleh Seefeltd (1996:183), bermain merupakan suatu bentuk pelepasan kelebihan energy. Anak-anak bermain karena mereka harus melepaskan energy yang melimpah. Bermain merupakan jalan bagi anak-anak untuk mendispersikan kelebihan energi. Kelebihan energy dan waktu pada anak-anak harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang memuaskan.Masih dalam buku yang sama, Buhler mendefinisikan bermain sebagai fungsi latihan, tetapi Buhler menetapkan bahwa perasaan khusus akan rasa senang atau kesenangan yang datang dengan keberartian yang khusus pada tiap tahapan bermain. Teorinya adalah
23 segala kegiatan selalu melibatkan rasa senang. Aktivitas itu sendiri murni aktivitas motoric, merupakan sumber kesenangan, permainan kenikmatan dan kepuasan. Sedangkan Gross yang dikutip oleh Seefeltd (1996:184), percaya bahwa anak-anak bermain untuk menyiapkan dirinya menghadapi atau memasuki masa remaja atau dewasa. Anak-anak bermain peran seperti orang dewasa dengan keyakinannya, ketelitiannya dan konsentrasinya dalam menghadapi masa depannya sendiri. Permainan tradisional pada umumnya dilakukan oleh anak-anak. Meskipun ada juga permainan tradisional yang dilakukan oleh para orang dewasa. Permainan yangdilakukan oleh anak-anak pada dasarnya dilakukan untuk kegiatan pengisi waktu luang disela-sela kesibukannya seperti ketika sedang menggembalakan ternak, sambil menggembala, bermain-main dengan temannya sesama penggembala bermain-main. Bermain adalah merupakan hakikat manusia seperti yang dikatakan Huizinga dalam bukunya Homo Ludens (dalam Sukintaka: 2001). Banyak yang sependapat bahwa bermain merupakan aktivitas yang disenangi oleh setiap orang dan berpengaruh terhadap kehidupan. Bermain telah menjadikenyataan merupakan gejala yang menyebar luas di seluruh lapisan masyarakat. (PerpusDiknas,2011:7 ) Frederick Von Schiller yang dikutip oleh Baley dan Field (1996:342), seorang ahli filsafat (philosopher) mengatakan bahwa bermain adalah pemakaian kelebihan energy tanpa tujuan atau tanpa arah (aimless). Beberapa ahli yang lain juga mengatakan bahwa bermain meruupakan pembentukan atau peningkatan energy.Sedangkan William James yang dikutip oleh Baley dan Field (1996:342) menyakini bahwa bermain itu bersifat bawaan (instinctive).Mengingat bermain dan permainan tradisioanal, pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional (sekarang Pendidikan Nasional) berupaya menggali dan melestarikan warisan budaya bangsa Indonesia yang berupa permainan tradisional. Melalui bagian Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam tahun anggaran 1981/1982.
24 2.2.3 Fungsi dan Tujuan Fungsi dari mainan Tradisional dalam konteks fungsi sosial Koentjaraningrat menyatakan bahwa wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola berkaitan dengan perilaku manusia dalam
suatu
system
social
atas
kegiatan
hidup
yang
saling
berinteraksi,berhubungan dan bergaul. Kegiatan hidup seperti itu juga dilakukan anak dalam bermain. Dengan bermain mainan tradisional akan membangun kesadaran kolektif dalam bersosialisasi. Aktivitas berpola yang dilakukan anak-anak dalam bermain lebih lanjut mendorong tumbuhnya kesadaran moral, etika dan estetika. Dan tujuan dari permainan tradisional ini menurut Sukirman Dharmamulya (1996)nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tradisonal adalah melatih sikap mandiri,penuh tanggung jawab, jujur, dan kerjasama.
2.2.4 Pengaruh dan manfaat Bermain Bagi Anak Pengaruh bermain terhadap perkembangan anak adalah sebagai berikut yang dijelaskan oleh Hurlock (PerpusDiknas,2011:7) 1. Perkembangan fisik, bermain berguna untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuh. 2. Dorongan komunikasi, melalui aktivitas bermain anak terdorong untuk berbicara dan berkomunikasi dengan teman lainnya. 3. Penyaluran energi emosional yang terpendam, dengan bermain dapat menyalurkan emosional. 4. Ranggasan kreativitas, dalam bermain anak bebas memilih dan bebas untuk bereksplorisasi. 5. Belajar bersosialisasi, semakin tambah usia, anak cenderung bermain dengan semakin banyak teman. Sedangkan manfaat permainan edukasi terhadap perkembangan anak adalah sebagai berikut yang disingkat APE terhadap perkembangan anak: (PerpusDiknas,2011:7) 1. Melatih kemampuan motorik. 2. Melatih konsentrasi. 3. Mengenalkan konsep sebab dan akibat. 4. Melatih bahasa dan wawasan.
25
2.2.5 Aspek dan Prinsip Perkembangan Fisiologis Anak A. Aspek-aspek Perkembangan Fisiologis Anak taman kanak-kanak yang berusia 4-5 tahun atau 6 tahun memiliki energy yang tinggi. Energi ini dibutuhkan untuk melakukan berbagai kegiatan yang diperlukan dalam meningkatkan keterampilan fisik, baik yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan motorik kasar, seperti berlari, melompat ataupun bermain bola. Sedangkan motorik halus seperti menyusun puzzle, memilih balok dan menyusun bangunan tertentu.
B. Prinsip-prinsip Perkembangan Fisiologis Anak Usia Taman KanakKanak Prinsip utama perkembangan fisiologis anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik kasar maupun motorik halus. Pada awal perkembangannya, gerakan motorik anak tidak terkoordinasi dengan baik. Prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, latihan dan praktik ( Malina dan Bouchard, 1991:178 ).
26 2.2.6Klasifikasi Permainan Anak A.Tradisional
Gambar 2.2.7 Permainan Tradisional Egrang Sumber:http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/453/jbptunikompp-gdl-widasartik.pdf.
Permainan Tradisional adalah permainan yang dilakukan oleh anak-anak setingkat sekolah dasar. Dengan tempat bermainnya bisa dimana saja tempat terbuka, dengan menggunakan tubuhnya sebagai media, atau benda-benda disekitarnya seperti batu, kayu dan lain sebagainya. B.Modern
Gambar 2.2.8Permainan Modern Sumber:http://permainantradisional1.blogspot.com/permainan-tradisional-gasing.html.
Permainan modern ialah permainan yang berasal dari industri atau umumnya menggunakan teknologi dalam pembuatan serta permainannya. Beberapa
27 dampak buruk yang berbahaya bagi anak-anak dan remaja yang kecanduan game online, diantaranya : 1. Pemborosan, karena harus membayar sewa online game maupun rental PS. 2. Anak menjadi malas belajar, karena pikirannya terfokus pada game. 3.Merusak kesehatan mata, karena terlalu lama di depan monitor komputer/televisi. 4. Anak menjadi individualistik. 5. Terjadi perkelahian antar pemain jika bersaing dan akumulasi emosi negatif apabila kalah didalam bermain, bahkan sampai terjadi pembunuhan seperti apa yang terjadi di Perancis pada November 2009 silam. Selain permainan anak dibagi menjadi tradisional dan modern, permainan anak juga dibagi menjadi 2 yaitu permainan anak motoric dan permainan anak sensorik. Berikut ini adalah penjelasan permainan yang dilakukan secara motorik dan sensorik. A.Permainan Motorik 1. Petak Umpet
Gambar 2.2.9 Permainan Tradisional Petak Umpet Sumber: http:// jbptunikompp-gdl-widasartik-22631-3-.pdf.
Permainan ini dimainkan secara berkelompok,pesertanya 5-10 orang. Dengan cara bermain 1orang jaga dan yang lainnya bersembunyi. Dari permainan ini
28 menyimpulkan permainan ini dapat melatih pancaindra, melatih keterampilan dan kecepatan gerak dan melatih rasa setia kawan dan saling tolong menolong.
2. Kelereng
Gambar 2.2.10 Permainan Tradisional Kelereng. Sumber:http:// jbptunikompp-gdl-widasartik-22631-3-.pdf.
Permainan kelereng termasuk salah satu permainan rakyat yang sangat popular.Kelereng terbuat dari adonan semen dengan kapur, bentuknya bulat sebesar ibu jari kaki, atau terbuat dari batu wali,yang dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai kelereng yang sebenarnya, dan akhir-akhir ini telah menggunakan kelereng yang terbuat dari kaca sebesar telunjuk tangan saja. Dari permainan ini pembelajaran yang didapat adalah untuk dapat belajar berkonsentrasi untuk dapat meraih hasil yang memuaskan.
29 3. Egrang
Gambar 2.2.11 Permainan Tradisional Egrang. Sumber:http:// jbptunikompp-gdl-widasartik-22631-3-.pdf.
Permainan ini merupakan salah satu jenis permainan rakyat yang menggunakan fasilitas bamboo atau kayu sebagai medianya. Egrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara pasti dari mana asalnya. Pembelajaran yang dapat dari permainan ini adalah memupuk keberanian dan tentang arti keseimbangannjuga diperlukan kesabaran dan ketekunan untuk mempelajari jajangkungan tersebut.
B.Permainan Sensorik 1. Congklak.
Gambar 2.2.12 Permainan Tradisional Congklak. Sumber:http:// jbptunikompp-gdl-widasartik-22631-3-.pdf.
30 Permainan yang dimainkan oleh dua orang yang biasanya prempuan.Alat yang digunakan biasanya kayu atau plastik. Permainan ini adalah suatu tradisi dikeraton-keraton zaman dulu. Pembelajaran dari permainan ini adalah mengajarkan ketelitian, kesabaran, kecermatan dan strategi yang tepat sehingga tidak jatuh pada lubang yang salah.
2. Beklen
Gambar 2.2.13 Permainan Tradisional Beklen. Sumber:http:// jbptunikompp-gdl-widasartik-22631-3-.pdf.
Permainan yang mengginakan media bola kecil yang terbuat dari karet. Permainan ini dimainkan diatas lantai yang cukup datar dengan jumlahpemain dua sampai lima orang. Pembelajaran yang didapat dari permainan ini adalah menimbulkan sikap lebih cekatan kepada anak.
3.Dam-Daman
Gambar 2.2.14 Permainan Tradisional Dam – daman Sumber:http:// jbptunikompp-gdl-widasartik-22631-3-.pdf
31 Permainan ini adalah salah satu permainan tradisional yang mengarahkan pada daya konsentrasi dan strategi bagi para pemainnya. Dari permainan ini mendapat pembelajaran tentang cara mengatur strategi.
2.3Tinjauan Khusus
2.3.1 Museum Anak Kolong Tangga
Gambar 2.3.1 Museum Anak Kolong Tangga Sumber : Dokumentasi Penulis
Nama museum
: Museum Anak Kolong Tangga, Yogyakarta.
Pendiri
: Rudy Corens.
Koleksi Mueseum
: Permainan tradisional anak-anak.
Jam Operasional
: Selasa –Jumat ( pukul 09.00-13.00 WIB). Sabtu dan Minggu ( pukul 09.00-16.00 WIB). Setiap Senin museum tutup.
Diresmikan
: 02 Februari 2008.
A. Lokasi Musuem Anak Kolong Tangga terletak di Jalan Sriwedari 1,terletak di Gedung Taman Budaya lantai 2. Museum ini berada di pusat kota. Museum ini satu kawasan dengan Taman pintar dan Taman Budaya Yogyakarta.
32 B. Sejarah Museum Anak Kolong Tangga
Gambar 2.3.2 Museum Anak Kolong Tangga Sumber : Dokumentasi Penulis.
Keberadaan Museum Anak Kolong Tangga ini memang tidak Nampak dari luar jika kita berada di kompleks Taman Budaya Yogyakarta. Ruang ini dulu dimanfaatkan sebagai kantin untuk para karyawan TBY. Sementara, dua tangga melingkar adalah jalan menuju ke ruang pertunjukan.Walau berada di bawah tangga,museum ini mudah ditemukan karena temboknya yang berwarna-warni, dengan gambar khas anak-anak yang didesain sendiri oleh sang kurator sekaligus pendiri museum, Rudi Corens. Rudi Corens adalah seorang Belgia yang sudah tinggal di Indonesia lebih dari 25 tahun. Kecintaannya pada dunia anak-anak dan seni membuat beliau hobi mengumpulkan berbagai mainan, permainan, dan pengetahuan mengenai dunia anak dari berbagai tempat dan zaman. Akhirnya pada 2 Februari 2008, museum mungil ini pun resmi dibuka. Sebelumnya Rudi Corens mendirikan sebuah yayasan, yaitu Yayasan Dunia Damai. Yayasan ini menaungi Museum Anak Kolong Tangga sampai sekarang dan menjadi penyandang dana bagi kegiatan museum. Yayasan Dunia Damai didukung oleh para donor, baik institusi maupun perorangan.Museum Anak Kolong Tangga adalah museum mainan sekaligus museum anak pertama di Indonesia. Museum ini memiliki ribuan koleksi dari berbagai negara, dan senantiasa memperbaharui koleksinya. Saat ini jumlah koleksi sudah mencapai 7000 buah. Koleksi yang demikian banyak tersebut tentu tidak bisa
33 dipamerkan sekaligus, maka museum ini rajin mengganti display pameran, yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Biasanya peluncuran pameran baru akan dilakukan bersama dengan perayaan ulang tahun museum. Nama museum Anak Kolong Tangga Yogyakarta ini diambil dari letaknya yang berada di kolong tangga sebuah gedung. Kolong Tangga adalah sebuah museum yang unik, bukan hanya karena konsep dan koleksinya, namun juga karena museum ini dijalankan oleh para volunteer yang kebanyakan tidak memiliki pendidikan di bidang museum. Mereka adalah mahasiswa kreatif yang meluangkan waktunya selama beberapa jam setiap minggu untuk bekerja di berbagai divisi yang ada di museum ini. Divisi-divisi itu antara lain : workshop, perpustakaan, majalah, publikasi dan divisi museum, yang berhubungan langsung dengan koleksi. Keterlibatan anak muda dari berbagai bidang ini seolah menampik pandangan umum bahwa museum hanya bisa diurus oleh sejarawan atau arkeolog. Museum memang seharusnya selalu penuh dengan kreatifitas dari berbagai disiplin ilmu. Apabila berkunjung ke gedung pertunjukan Taman budaya Yogyakarta pusat pameran karya seni dan pertunjukan budaya yang terletak di lantai dua, maka kita akan menemukan sebuah museum yang menyempil di tengah bangunan gedung tersebut. Letak museum unik itu, karena persis berada di kolong tangga menuju ke Gedung Pertunjukan.Karena letak unik inilah, pihak pengelola memberi nama museum ini sebagai museum Anak Kolong Tangga.Tak hanya letak,konsep dari museum pendidikan anak ini juga tergolong museum anak yang berbeda pada umumnya di Indonesia. Konsep yang digunakan pada museum ini adalah memadukan koleksi sehingga lebih interaktif bagi siapapun.Tujuan pendirian museum sebagai wadah kreativitas anak-anak dari kalangan keluarga menengah hingga ke bawah (Kuswanto,2008). Musuem Anak Kolong Tangga ini adalah satu-satunya museum di Indonesiadi daerah TBY(Taman Budaya Yogyakarta). Mainan-mainan yang di-display pada etalase-etalase museum ini bukanlah mainan-mainan modern keluaran pabrik seperti yang mudah kita jumpai di banyak toko, melainkan mainan anak-anak tempo dulu. Selain mainan anak anak yang dapat kita lihat
34 dimuseum ini juga terdapat beberapa lukisan lukisan anak dan juga cerita cerita anak yang di pajang pada dinding–dinding museum. http://jogjatrip.com/id/198/Museum-Anak-Kolong-Tangga
C. Visi dan Misi Visi dan misi dari museum anak kolong tangga ini adalah : 1.Mengumpulkan objek-objek yang ada kaitannya dengan mainan anak tradisional tempo dulu baik di Indonesia dan jika memungkinkan di luar negeri. 2.Melestarikan objek-objek kerajinan rakyat yang masih tersisa yang berhubungan
dengan
permianan
tradisional
anak.
Dengan
tujuan
membangkitkan dan menambah ketertarikan generasi muda terhadap seni kerajinan tradisional. 3. Membantu anak dan generasi muda untuk mengenal kebudayan tradisional dan ceritanya. 4. Menambah kecintaan terhadap seni dan kebudayaan mainan tradisional yang memiliki pesan moral dan makna yang terkandung didalam setiap permainan tradisional anak.
35 D Struktur Organisasi
Diagram 2.3.1 Struktur organisasi Yayasan Sumber: Museum Anak Kolong Tangga
E. Peta Wilayah Museum Anak Kolong Tangga
Gambar 2.3.3 Museum Anak Kolong Tangga Sumber: Dokumentasi Penulis
Lokasi Museum Anak kolong Tangga ini tidak jauh dari Taman Pintar . Lokasi sebelah barat : Toko Progo. Lokasi sebelah timur: Benteng Vredeburg. Lokasi sebelah utara : Taman Pintar .
36 F. Aktifitas Komunitas Kolong Tangga Museum Kolong Tangga beberapa kali berkolaborasi dengan pihak luar museum pernah mengadakan pameran seperti Permainan Robot, workshop story telling,pameran “ You Can I eat” dan curator museum pak Rudi masih aktif sebagai pembicara di berbagai seminar tengtang dunia anak dan mainan anak. Bersama anak-anak yang tinggal di sekitar sanggar, tim volunteer dari Museum secara rutin mengadakan kegiatan belajar dan bermain dalam rangka melestarikan permainan anak tradisional dan membantu anak-anak sekitar belajar dan bermain.
G. Sasaran Museum Anak Kolong Tangga Target Museum Anak Kolong Tangga ini adalah anak-anak usia sekolah dasar hingga sekolah menengah. Umur sekitar 6 - 14 tahun. H.Fasilitas dan Ruang 1.Receptionis & Ticket Box Receptionis & ticket boxpada museum ini hanya ada 1 dan posisinya persis didepan pintu masuk.Bentuk dari Ticket Box ini sangat sederhana. Posisi Receptionis & ticket box ini terpisah dengan bangunan museum.
Gambar 2.3.4 Museum Anak Kolong Tangga Sumber: Dokumentasi Penulis
37 2. Lobby Lobby pada museum ini sangat luas namun kurang digunakan dengan baik hanya terdapat vitrin namun kurang penataan yang baik.
Gambar 2.3.5Lobby MAKT Sumber: Dokumentasi Penulis
3. Ruang Pamer Museum Dalam mendisplay di museum ini terdapat 4 cara. Penempatan vitrin dimuseum ini masih kurang baik sehingga pengunjung akan bingung jika tidak ditemani dengan pemandu.
Gambar 2.3.7a Display Mainan Anak I
Gambar 2.3.7 b Display Mainan Anak
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
38
Gambar 2.3.8 Display Mainan Anak II Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar 2.3.9 Display Mainan Anak III Sumber: Dokumentasi Penulis
I. Elemen Interior 1. Lantai Pada ruangan museum ini menggunakan keramik dengan ukuran yang sama. Ukuran keramik yang digunakan dengan ukuran 50 x 50 cm.
Gambar 2.3.10Area Display Sumber : Dokumentasi Penulis
2. Dinding Pada museum ini menggunakan dinding bata dan dibeberapa sudut dinding terdapat lukisan pohon. Warna yang digunakan pada museum ini warna cat putih.
39
Gambar 2.3.11 Area Display
Gambar 2.3.12 Area Display
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
3. Ceiling
Gambar 2.3.13 Area Display MAKT Sumber: Dokumentasi Penulis
Bentuk ceiling pada museum ini miring dan pada area display dekat dengan pintu keluar museum ini bentuk ceilingnya rata kembali. Bentuk ceiling yang miring ini karena dari bentuk bangunan gedung museum anak kolong tangga yang miring.
40 4. Pencahayaan Pencahayaan pada museum ini menggunakan pencahayaan berasal dari TL, sedangkan pada display menggunakan pencahayaan yang berasal dari spotlight yang diletakkan di pojok meja display.
Gambar 2.3.14Area Display MAKT Sumber: Dokumentasi Penulis.
5. Penghawaan Sistem penghawaan yang digunakan di ruangan museum ini adalah AC split. Dan ada di beberapa ruangan yang menggunakan kipas angin.
6. Keamanan
Gambar 2.3.15 Area Pintu Masuk Museum Gambar 2.3.16 Area Pintu Keluar Museum Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
41 Pada museum ini belum terdapat keamanan yang baik. Pada museum ini belum terpasang kamera CCTV. Padahal, kamera CCTV dinilai lebih efektif untuk merekam segala kegiatan yang berlangsung di dalam museum selama 24 jam. Kamera CCTV juga berguna untuk memperkecil pelanggaran yang dilakukan oleh pengunjung di museum.
7. Pendisplayan Vitrin permainan pada museum ini mengunakan bermacam macam cara display ada yang di display pada dinding ada yang di dekatkan di dinding ada yang ditengah tengah ada juga menggunakan media lagi. Pendisplayan mainan pada ruangan museum ini kurang efektif dan efisien karena banyak space space kosong yang tidak terisi dan juga pengunjung kesulitan untuk memahami dengan alur pada museum ini.
Gambar 2.3.17a Area Pintu Keluar Museum Gambar 2.3.17bArea Pintu Keluar Museum Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar 2.3.17c Area Pintu Keluar Museum. Sumber: Dokumentasi Penulis.
42 J. Permasalahan Terdapat berbagai permasalahan yang ditemukan pada Museum Anak Kolong Tangga, antara lain: 1. Signage pada museum ini kurang,sehingga pengunjung kurang dapat memahami isi di museum. 2. Tata letak display pada museum ini kurang sehingga menyebabkan kurang diminati. 3. Kapasitas space menyebabkan pengunjung terbatas pada museum ini. 4. Perancangan interior pada museum ini Local contentnya kurang muncul sehingga kurang memberikan efek psikologis terhadap pengunjung. 5. Pencahayaan dan penghawaan pada musuemini kurang efektif . 6.Area dan fasilitas yang disediakan oleh museum ini kurang, sehingga pengunjung tidak dapat berinteraksi dan kurang menarik bagi pengunjung.
43 2.3.2Komunitas Hong
Gambar 2.3.18 Komunitas Hong Sumber : http://komunitashong.com
A.Sejarah Pendiri komunitas Hong adalah Mohammad Zaini Alif atau sering disapa Kang Zaini.Ia meneliti tentang seni dan budaya sejak 1996, kemudian tahun2005
komunitas
iniberdiri
hingga
2008.Dilatarbelakangpenelitianpermainansunda
peresmiannya kemudian
kang
tahun Zaini
berniatmelestarikannya dengan mendirikan Komunitas Hong. Komunitas Hong berdiri pada tahun 2003, anggota Komunitas Hong telah mencapai 150 orang yang berasal dari beberapa kalangan masyarakat. Anggotanya terdiri dari berbagai kalangan masyarakat.Anggotanya terdiri dari berbagai tingkatan usia mulai usia 6 tahun hingga 90 tahun. Komunitas Hong (nama Hong konon berasal dari nama permainan hong-hongan atau petak umpet) yang berfungsi sebagai pusat kajian mainan rakyat ini sebenarnya ditujukan bukan hanya untuk mereka yang bosan dengan para permainan canggih perkotaan saja, tetapi juga untuk mengaku sangat mencintai bahkan ingin meneliti lebih dalam tentang budaya dan permainan tradisional ini. Lokasi komunitas Hong terletak pada Jl. Bukit Pakar Utara 35 Dago,Bandung. Sedangkan show room-nya terletak di Jl. Bukit Pakar Utara No.26, Bandung.Komunitas Hong juga melakukan binaan budaya bermain
44 anak melalui pelatihan untuk anak-anak agar budaya bermain yang berbasis budaya local tetap bertahan. Komunitas HONG mengklaim sudah menemukan sekitar 890 jenis mainan di seluruh Indonesia yang berbeda dan 2700 jenis mainan yang sama di seluruh Indonesia. Masuk ke abad 21, yang namanya mainan anak-anak nampaknya semakin teknologi tinggi. Mayoritas pun mengandalkan individualitas dan pengaruh dari luar negeri-nya pun kental terasa. Langka sekali menemukan permainan khas atau tradisional Indonesia yang unik dan kreatif. Setelah iseng tanya sana sini, kami pun mendapatkan satu info menarik mengenai komunitas di Bandung yang melestarikan permainan anak tradisional Indonesia, tepatnya permainan dari tanah Pasundan. Agar permainan tradisional ini tidak hilang ditelan jaman, diperkenalkan kembali mainan rakyat sebagai media pembelajaran media wisata, media kreatif untuk lebih mengenal diri, alam dan tuhannya kepada masyarakat,
terutama
kalangan
pelajar,
mahasiswa
dan
guru.(http://komunitashong.com)
B.Visi dan Misi Visi dan Misi dari pendirian Komunitas Hong itu adalah ingin mengenalkan kepada anak-anak untuk masih mengenal permainan-permainan tradisional.
C. Target Pengunjung Target pengunjung pada komuntas Hong ini universal,namun diperuntukkan pada anak-anak berumur 5 tahun – 12 tahun.
45 D.Stuktur Organisasi
Ketua Mohammad Zaeni Alif
Operasional Cecep
Bendahara Mia Rosmiati
Sekertaris Ayu
Peralatan Logistik Wendi
Diagram 2.3.2 Struktur Organisasi Komunitas Hong Sumber : dokumen penulis
E.Tujuan dan kegiatan-kegiatannya adalah - Melestarikan produk mainan rakyat sebagai artefak budaya agar tidak punah dan tetap ada. - Melakukan binaan budaya bermain anak, agar anak-anak dapat melatih kesabarannya. - Selain melatih kesabaran, permainan tradisional ini ingin melatih anak-anak untuk belajar strategi,kejujuran, dan edukasi.
F.Fasilitas dan Ruang 1. Area Bermain Pada Komunitas Hong ini memiliki 3 tempat untuk bermain ,ruangan itu adalah:
46 -
Amphi teater
Gambar 2.3.19 Komunitas Hong Sumber: Dokumentasi Penulis
Area ini digunakan untuk pertunjukan permaian tradisional. Komunitas Hong ini desainnya sengaja didesain outdoor, agar pengunjung dapat bermain dengan leluasa.
- Saung Gede
Gambar 2.3.20 Saung Gede Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar 2.3.21 Saung Gede Sumber: Dokumentasi Penulis
Pada area Saung Gede juga bisa digunakan sebagai workshop dan bermain. Material yang digunakan pada ruangan ini kebanyakan menggunakan material kayu. Dapat dilihat pada furniture meja,kursi dan pada ceiling saung ini.
47 - Saung Lisung
Gambar 2.3.22 Saung Lisung
Gambar 2.3.23 Saung Lisung
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Pada area Saung Lisung ini digunakan sebagai tempat bermain.Saung Lisung ini artinya adalah tempat anak-anak bermain ketika ibu-ibu mereka sedang bekerja di ladang.
G. Ruang Penyimpanan Permainan
Gambar 2.3.24a Ruang penyimpanan
Gambar 2.3.24b Ruang penyimpanan
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Ruangan
ini
digunakan
untuk
menyimpan
souvenir-souvenir
permainan tradisional yang dapat dibeli dan juga permainan-permainan yang akan dimainkan. Bentuknya seperti rumah yang terbuat dari material kayu.
48 H. Jenis – Jenis Permainan
- Congklak
Gambar 2.3.25 Congklak Sumber: Dokumentasi Penulis
Permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Permainan ini dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan merekamenggunakan papan yang dinamakan papan congklak dan 98 (14 x 7) buah biji yang dinamakan biji congklak atau buah congklak. Umumnya papan congklak terbuat dari kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau plastik. Pada papan congklak terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14 lobang kecil yang saling berhadapan dan 2 lobang besar di kedua sisinya. Setiap 7 lobang kecil di sisi pemain dan lobang besar di sisi kananya dianggap sebagai milik sang pemain.
49 - Serodot Gaplok
Gambar 2.3.26Serodot Gaplok Sumber: Dokumentasi Penulis
Permainan ini menggunakan batu sebagai alat permainan. Jumlah pemain adalah genap, jadi minimal ada dua orang untuk bermain secara bergantian. Bisa juga menyertakan lebih banyak pemain, namun terbagi dalam dua tim. Cara bermain, disepakati satu garis untuk memasang batu secara berdiri. Lantas ada satu garis pada jarak tertentu untuk pemain lawan melemparkan batu Biasanya berjarak 3 - 5 meter. Pemain yang memasang batu secara berdiri adalah pemain/tim yang berjaga. Sedangkan pemain/tim yang melempar batu adalah yang bermain. Tim pemain akan berdiri berjajar di garis lempar untuk melemparkan batu miliknya untuk menjatuhkan batu lawan. Ada yang dalam satu lemparan bisa langsung menjatuhkan batu lawan, ada juga yang lemparannya terlalu dekat atau terlalu jauh, sehingga harus melempar dari posisi jatuh batunya. Jika jaraknya dekat, lemparan dilakukan secara ngolong, yaitu posisi setengah berjongkok dan batu dilemparkan lewat kolong kaki. Jika jaraknya cukup jauh, batu dikolongkan namun ke arah atas, lalu ditangkap, kemudian dilemparkan seperti biasa. Jika semua batu lawan sudah jatuh, dilanjutkan dengan tahap kedua, yaitu menjatuhkan batu lawandengan menggunakan kaki. Batu diletakkan di atas kaki, lalu melangkah seraya berusaha membenturkan batu ke batu lawan. Biasanya pada jarak tertentu, langkah terhenti, sehingga batu meluncur datar. Inilah yang disebut sorodot (meluncur) dan batu yang saling menubruk batu seolah sedang saling menampar (gaplok).
50 - Bedil Jepret
Gambar 2.3.27Bedil Jepret
Gambar 2.3.28 Bedil Jepret
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Mainan yang dimainkan sendiri atau berkelompok, jika sendiri bermain ketepatan, dan jika berkelompok dengan berhadapan dan saling menembak, tapi hal itu jarang dilakukan. Terbuat dari bambu dengan memanfaatkan kelenturan bambu, sehingga dapat melontarkan "peluru" berupa biji salak. Saat bermain yaitu saat menunggu orang tuanya di sawah atau diladang, tetapi kadang pula dimainkan bersama ditempat tinggalnya bersama temannya ketika sudah pulang dari ladang atau huma. Cara bermainnya yaitu dengan memasukan biji salak atau yang lainnya seperti kerikil dari lubangbagian atas. Kemudian tempat bambu dilengkungkan ditekan keatas sehingga terlepas dan melepaskan biji itu ke udara, "peluru" yang keluar pun sangatlemah tergantung tingkat kelenturan bambunya. Mainan ini berwarna coklat karena mengunakan bambu yang telah tua dan kering, tapi pada saat dibuat mainan ini berwarna hijau karena belum kering. Bedil jepret bukan mainan yang sekali pakai tetapi ada batas waktunya sampai kelenturan bambu yang menjadi pelontarnya itu hilang atau tidak lentur lagi dimainkan.
I. Jam Operasional Jam Operasional pada Komunitas Hong ini adalah : Senin-Jumat ( digunakan pada pengunjung berkelompok) jam 09.00-16.00 Sabtu –Minggu( digunakan pada pengunjungan keluarga) jam 10.00-15.00.
51 J. Receptionis & Ticket Box Receptionis & Ticket Box pada Komunitas Hong ini tidak ada. Sedangkan keberadaan dari Receptionis & Ticket Box ini seharusnya ada agar pengunjung dapat bertanya tanya pada Receptionis.
K. Ruang Pamer Pada umumnya ruangan Komunitas Hong ini terbuka dengan alam sehingga Ruangan pamer pada tempat ini cukup kurang.
Gambar 2.3.29 Ruang Pamer Sumber: Dokumentasi Penulis
L. Ruang Bermain Pada Komunitas Hong ini terdapat 3 tempat bermain yaitu : - Saung Gede
Gambar 2.3.30Area Bermain I Sumber: Dokumentasi Penulis.
52 - Saung Lisung
Gambar 2.3.31 Area Bermain II Sumber: Dokumentasi Penuli
- Amphi Teater
Gambar 2.3.32 Area Bermain III Sumber: Dokumentasi Penulis
Dari ketiga area bermain ini, semuanya berada pada ruangan terbuka, dengan maksud agar anak-anak dekat dengan alam, anak-anak dapat bermain dengan leluasa tanpa ada batasan.
53
M. Ruang Penyimpanan
Gambar 2.3.33 Area Penyimpanan
Gambar 2.3.34Area Penyimpanan
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Area penyimpanan, area ini adalah area penyimpanan permainan anak yang akan di buat bersama-sama, ataupun tempta untuk meletakkan souvenir oleholeh permainan tradisional.Bentuk tempat ini bukan ruangan melainkan berada di dalam sebuah rumah yang bermaterial dari kayu.
N. Pencahayaan& Penghawaan Pencahayaan yang digunakan di Komunitas Hong ini adalah pencahayaan alami.Sedangkan penghawaan pada museum ini menggunakan penghawaan alami. Karena letaknya yang berada di puncak maka penghawaan pada museum ini masih terasa segar.
O Pengamanan Pengamanan di Komunitas Hong ini masih kurang baik, karena tidak terdapat pintu masuk dan juga receptionis tidak ada.
P. Permasalahan Terdapat berbagai permasalahan Komunits Hong, antara lain : 1. Pada area penyimpanan, penataannya masih kurang baik. Sehingga banyak mainan-mainan anak yang rusakkarena kurang perawatan.
54 2. Tata letak display pada komunitas hong ini kurang sehingga menyebabkan kurang diminati. 3. Kapasitas space menyebabkan pengunjung terbatas pada museum ini. 4. Perancangan interior pada museum ini local contentnya kurang muncul sehingga kurang memberikan efek psikologis terhadap pengunjung.
2.3.3 Istana Anak
Gambar 2.3.35 Museum Istana Anak Sumber: Dokumentasi Penulis
A. Sejarah Istana anak-anak Indonesia (IAAI) adalah bangunan berbentuk istana mirip dalam sebuah dongeng cinderella. Istana ini dapat menjadi tempat belajar dan bermain bagi anak- anak.Bangunan utama istana dinamakan Graha Widya tama, terdiri atas empat lantai dengan ruang terbuka di lantai dua.Bangunan ini memiliki dua sayap dan menara menjulang tinggi ke angkasa lambing kebersamaan anak laki-laki dan anak prempuan dalam menggapai prestasi setinggi langit. http://www.tamanmini.com/wahana-rekreasi/istana-anak-anak-indonesia
B.Visi dan Misi Visi dan Misi dari Istana Anak ini adalah untuk mengenalkan kepada anakanak tentang permainan anak dan juga ingin memberikan pelajaran kepada anak-anak selain itu juga anak-anak dapat bermain didalam Istana Anak.
55 C.Kegiatan Yang dilakukan Istana Anak menyelenggarakan 2 kegiatan anak diantaranya: 1. Kegiatan Pentas Seni Pergelaran pentas seni ini biasanya diadakan pada hari Minggu dan hari Libur Nasional.
2. Kegiatan Pameran Kegiatan pameran yang diadakan di Istana Anak ini adalah sebagai informasi dan pengenalan budaya Indonesia kepada anak-anak.
D. Receptionis&Ticket Box Receptionis&Ticket Boxdi Istana Anak ini ada namun kurang begitu baik bangunannya, setelah membeli tiket pengunjung akan bertemu dengan petugas yang berada di depan pintu masuk museum.Petugas ini bermaksud agar pengunjung tidak sembarangan bisa masuk ke dalam istana anak ini. Yang dapat masuk ke museum ini hanya pengunjung yang mempunyai tiket yang nantinya akan dirobek oleh petugas.
E. Lobby
Gambar 2.3.36 Istana Anak
Gambar 2.3.37 Papan petunjuk
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Bentuk lobby yang luas pada istana anak ini digunakan untuk area bermain anak-anak. Terdapat rel kereta yang biasanya beroprasi pada hari Sabtu dan Minggu.Pada area lobby ini juga dilengkapi dengan papan petunjuk yang
56 berfungsi untuk memberikan informasi terhadap pengunjung tentang wahana apa saja yang ada di Istana Anak ini.
F. Ruang Display
Gambar 2.3.38 Area Display
Gambar 2.3.39Area Display
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Area display pada Istana Anak ini terbagi menjadi 2 yaitu bagian kanan dan bagian kiri. Cara pendisplayan pada istana anak ini cukup sederhana dengan vitrin yang ditempel pada dinding dan diisikan beberapa mainan anak-anak didalamnya. Namun ada yang paling unik pada bagian ini yaitu pada dinding pilar yang letaknya didepan pintu masuk, pengunjung dapat melihat tulisan beserta gambar yang berisikan tentang dongeng anak si kancil.Tulisan dongeng ini disusun secara melingkar mengikuti pilar pada gedung istana anak.
G. Pencahayaan& Penghawaan Pencahayaan pada Istana Anak ini kurang karena bangunan yang tinggi namun penerangan lampu di dalam istana ini kurang memadai. Penghawaan pada Istana Anak masih menggunakan kipas angin, ventilasi didalam ruangan masih belum memadai karena bangunan yang tinggi namun posisi ventilasi kurang, sehingga menyebabkan udara menjadi lembab.
57 H. Elemen Interior Dinding
Gambar 2.3.40 Istana Anak Sumber: Dokumentasi Penulis
Pada dinding istana anak ini menggunakan gaya rokoko, bangunan ini di terbuat dari bahan batu bata yang dilapisi dengan cat berwarna putih dan kuning telur.
Lantai
Gambar 2.3.41 Istana Anak Sumber: Dokumentasi Penulis
Lantai pada istana anak ini menggunakan keramik yang berukuran 50x50cm . Penggunaan pelapis lantai pada museum ini tidak bervariasi dan tidak banyak menggunakan material pelapis lantai yang bervariasi.
58 I. Permasalahan Permasalahan pada istana anak ini adalah, -
Pemasangan
vitrine
pada
museum
ini
kurang
sesuai
dengan
kebutuhannya. -
Pencahayaan dan penghawaan pada museum ini kurang, disebagian tempat ada yang kurang mendapat pencahayaan sehingga terlihat gelap dan penghawaan kurang baik sehingga lembab.
-
Papapn petunjuk pada museum ini kurang sehingga pengunjung tidak dapat mengerti dan memahami isi yang ada di museum.
2.3.4 Museum Layang-Layang
Gambar 2.3.42 Museum Layang-Layang Sumber : http://museumlayanglayang.com
A.Sejarah Museum layang-layang ini didirikan oleh Endang W puspoyo yang merupakan pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 dengan membentuk Merindo Kites & Gallery yang bergerak dibidang tersebut.Selain iitu,berbagai festival dalam dan luar negri telah diikutinya dengan berbagai kemenangan pun telah diraihnya.Dari kecintaannya tersebut akhirnya pada 21 Maret 2003 berdirilah layang-layang.
B.Visi dan Misi Visi dari museum layang-layang ini adalah agar anak-anak muda jaman sekarang yang cenderung lebih suka permainan modern untuk dapat kembali tertarik terhadap permainan layang-layang.Permainan yang bersifat positif ini
59 sesuai dengan khasan budaya bangsa. Museum layang-layang ini diharapkan dapat bertahan sebagai museum yang ramai dikunjungi anak-anak.Misi dari museum ini menjadikan museum layang-layang yang menarik bagi para remaja zaman sekarang, bukan hanya mengenal dan mencintai layang-layang tetapi mereka juga mengenal keindahan layang-layang.
C. Target Sasaran Target sasaran pada museum layang-layang ini adalah anak anak sekolah dasar hingga sekolah menengah berkisaran umur 6 tahun- 18 tahun dan kalangan dewasa 21-34 tahun.
D. Alamat dan Jam Operasional Museum Layang-layang berlokasi di JL.H.Kamang No 38 Pondok Labu, Jakarta Selatan Jam Operasioanl : 09.00 – 16.00 ( Hari libur nasional tutup) Tiket masuk Rp.10.000
E. Receptionis&Ticket Box Receptionis&Ticket Boxpada museum layang-layang ini sulit ditemukan. Karena letaknya yang menyempil dan kurangnya papan petunjuk sehingga pengunjung sedikit mengalami kesulitan untuk membeli tiket masuk ke museum ini.
60 F. Lobby
Gambar 2.3.43 Museum Layang-Layang Sumber: Dokumentasi Penulis
Bangunan ini berbentuk seperti rumah pendopo.Dari bagian depan sebelum kita masuk kedalamnya kita sudah disungguhkan dengan bermacam-macam bentuk layangan yang dipajang di langit-langit bangunan.
G. Ruangan Display
Gambar 2.3.44 Area Display Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar 2.3.45 Area Display Sumber: Dokumentasi Penulis
Cara pendisplayan pada ruangan display kali ini adalah semua layang-layang diletakkan atau disusun di dinding dan atap dari gedung, seperti gambar yang kita lihat di atas.
61
Gambar 2.3.46Area Display Sumber: Dokumentasi Penulis
Selain pendisplayan pada dinding bangunan, terdapat juga pada vitrin yang berisikan bentuk layang-layang namun dalam ukuran mini.
H. Pencahayaan Pencahayaan pada bangunan ini sudah sangat cukup baik. Di ruangan menggunakan lampu TL dan pada meja display menggunakan lampu sorot kecil da nada juga lampu sorot besar yang diletakkan di bawah layang-layang yang besar.
I. Penghawaan
Gambar 2.3.47 Area Display Sumber: Dokumentasi Penulis
Penghawaan pada museum layang-layang ini sudah sangat baik. Dengan ventilasi udara yang baik , penghawaan di dalam ruangan ini dibantu dengan penghawaan buatan yang berasal dari ac dan kipas angin.
62 J. Keaamanan Keamanan pada museum layang-layang ini masih kurang baik. Karena pada pintu msuk dan pojok-pojok ruangan belum diberikan kamera CCTV. Kamera CCTV ini sebenarnya sangat diperlukan karena untuk memantau aktivitas yang dilakukan oleh para pengunjung. Sehingga benda yang berada di museum tidak hilang ataupun rusak.
K. Aktivitas Museum Aktivitas yang diberikan pengunjung kepada pengunjung bermacammacam.Seperti diadakannya kelas melukis di atas media layang-layang.
Gambar 2.3.48 Area Kreasi Sumber: Dokumentasi Penulis
Pada museum layang-layang ini selain memberikan informasi kepada anakanak, museum layang-layang juga memberikan pengembangan minatnya seperti melukiskan sebuah lukisan diatas layang-layang. Kegiatan ini dilakukan agar anak-anak dapat mengenal cara membuat layang-layang dan agar anak-anak juga dapat merealiasikan apa yang diinginkannya.
63
Gambar 2.3.49 Area Audio Sumber: Dokumentasi Penulis
Selain pengunjung diperbolehkan untuk membuat layang-layang sesuai dengan kretivitasnya pengunjung disajikan sebuah film yang berisi tentang sejarah dari setiap layang-layang yang di pajang. Hal ini baik, karena sebelum melihat bermacam macam koleksi layang-layang pengunjung disuguhkan terlebih dahulu untuk menyaksikkan video tentang layang-layang.
L. Souvenir
Gambar 2.3.50 Area Souvenir Sumber: Dokumentasi Penulis
Pada museum layang-layang ini terdapat sebuah tempat khusus untuk membeli souvenir dari museum layang-layang. Bentuknya seperti bentuk rumah yang berbahan dari kayu.
64 M. Elemen Interior - Dinding Dinding pada museum layang-layang ini terbuat dari batu bata unfinished yang disusun dan diberi cat kuning .
Gambar 2.3.51 Area Display Sumber: Dokumentasi Penulis
- Ceiling Ceiling pada museum layang-layang ini berbentuk pondok, berbahan material dari kayu, tetapi pada ceiling diberi tempelan layang-layang.
Gambar 2.3.52 Area Display Sumber: Dokumentasi Penulis
65 2.6.5 Museum Taman Pintar
Gambar 2.3.53 Museum Taman Pintar Sumber: Dokumentasi Penulis
A.Sejarah Sejak terjadinya ledakan perkembangan sains sekitar tahun 90an,terutama Teknologi Informasi,pada gilirannya telah menghantarkan peradaban manusia menuju era tanpa batas.Perkembangan sains ini adalah sesuatu yang patut disyukuri dan tentunya menjanjikan kemudahankemudahan bagi perbaikan kualitas hidup manusia. Menghadapi realitas perkembangan dunia semacam itu, dan wujud kepedulian terhadap pendidikan, maka Pemerintah Kota Yogyakarta menggagas sebuah ide untuk Pembangunan "Taman Pintar". Disebut "Taman Pintar", karena di kawasan ini nantinya para siswa, mulai pra sekolah sampai sekolah menengah bisa dengan leluasa memperdalam pemahaman soal materi-materi pelajaran yang telah diterima di sekolah dan sekaligus berekreasi. Dengan Target Pembangunan Taman Pintar adalah memperkenalkan science kepada siswa mulai dari dini, harapan lebih luas kreatifitas anak didik terus diasah, sehingga bangsa Indonesia tidak hanya menjadi sasaran eksploitasi pasar teknologi belaka, tetapi juga berusaha untuk dapat menciptakan teknologi sendiri.Bangunan Taman Pintar ini dibangun di eks kawasan Shopping Center, dengan pertimbangan tetap adanya keterkaitan yang erat antara Taman Pintar dengan fungsi dan kegiatan bangunan yang ada di sekitarnya, seperti Taman Budaya, Benteng Vredeburg, Societiet Militer danGedung Agung.Relokasi area mulai dilakukan pada tahun 2004, dilanjutkan dengan
66 tahapan pembangunan Tahap I adalah Playground danGedung PAUD Barat serta PAUD Timur, yang diresmikan dalam Soft Opening I tanggal 20 Mei 2006 oleh Mendiknas, Bambang Soedibyo. Pembangunan Tahap II adalah Gedung Oval lantai I dan II serta Gedung Kotak lantai I, yang diresmikan dalam Soft Opening II tanggal 9 Juni 2007 oleh Mendiknas, Bambang Soedibyo, bersama Menristek, Kusmayanto Kadiman, serta dihadiri oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.Pembangunan Tahap III adalah Gedung Kotak lantai II dan III, Tapak Presiden
dan
Gedung
Memorabilia.
Dengan
selesainya
tahapan
pembangunan, Grand Opening Taman Pintar dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2008 yang diresmikan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. (http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Pintar_Yogyakarta ) Alamat
Jalan Panembahan Senopati No. 1 - 3 Yogyakarta IndonesiaKode Pos : 55122
Email
[email protected]
Notelp
0274-583-631
Fax
0274-583-664
Website
www.tamanpintar.com
B.Visi dan Misi Visi : Sebagai wahana ekspresi, apresiasi dan kreasi sains yang terbaik seAsia Tenggara dalam suasana yang menyenangkan Misi: Pengembangan Sumber Daya Manusia di bidang sains dan teknologi. Penyediaan alat peraga pembelajaran yang berkualitas menumbuhkan dan mengembangkan minat anak dan generasi muda terhadap sains melalui imajinasi dan permainan yang menyenangkan.
67 C. Target Sasaran Target sasaran pada museum layang-layang ini adalah anak anak sekolah dasar hingga sekolah menengah berkisaran umur 6 tahun-18 tahun dan kalangan dewasa 21-34 tahun.
D. Receptionis&Ticket Box
Gambar 2.3.54 Area Ticket Sumber: Dokumentasi Penulis
Letak receptionis & Ticket Box pada museum ini beradaterpisah dengan bangunan museum. Tetapi antara Ticket Box dengan receptionis letak posisinya berbeda.
E. Keamanan Keamanan pada museum ini sudah baik, karena sudah terdapat kamera CCTV didalam museum ini. Sehingga aktifitas yang dilakukan pengunjung didalam gedung dapat terlihat oleh petugas.
68 F. Pencahayaan
Gambar 2.3.55 Area Display Sumber: Dokumentasi Penulis
Pencahayaan pada museum ini menggunakan pencahayaan buatan seperti lampu downlight, spotlight dan lampu TL. Lampu spotlight digunakan pada penerangan display dimuseum.
G. Penghawaan
Gambar 2.3.56 Area Display Sumber: Dokumentasi Penulis
Penghawaan pada museum ini mengunakan penghawaan buatan, penghawaan buatan di museum ini menggunakan AC split.
69 H. Display
Gambar 2.3.57 Area Display
Gambar 2.3.58 Area Display
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar 2.3.59 Area Display Sumber: Dokumentasi Penulis
Cara pendisplayaan pada museum taman pintar ini ada beberapa cara. Ada yang dipajang pada dinding atau pada partisi dinding. Dan ada juga yang diletakkan pada sebuah vitrine .
I. Area Edukasi Dimuseum ini selain sebagai tempat pameran benda-benda prasejarah dimuseum ini juga terdapat area edukasi.
70
Gambar 2.3.60 Area Display
Gambar 2.3.61 Area Display
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Pada area edukasi ini warna dinding yang digunakan lebih cerah dan berani ketimbang pada area pameran. Penggunaan warna-warna yang ceria ini memberikan efek psikologis yang ceria bagi pengunjung.
Gambar 2.3.62 Area Edukasi
Gambar 2.3.63 Area Edukasi
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Pada area edukasi ini pengunjung dapat mencoba langsung permainan yang ada. Bentuk yang unik membuat pengunjung tertarik untuk mencoba.
71 J. Elemen Interior - Ceiling
Gambar 2.3.64 Area Pameran
Gambar 2.3.65 Area Pameran
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Elemen interior pada museum ini tiap ruangan berbeda-beda. Pada ruangan sejarah presiden menggunakan dropceiling. Sedangkan pada ruangan prasejarah menggunakan ceiling biasa.
- Floor Penutup lantai pada setiap area di museum ini berbeda-beda sesuai dengan area museum. Menggunakan material keramik dan plaster (concrete floor).
Gambar 2.3.66 Penutup lantai pada ruang pameran Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar 2.3.67Penutup lantai pada ruang edukasi Sumber: Dokumentasi Penulis.
72
- Dinding
Gambar 2.3.68 Area display
Gambar 2.3.69 Area display
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Material penutup dinding yang digunakan pada museum ini finishing akhirnya adalah cat dinding berwarna ceria.
K. Pembagian Ruangan
Gambar 2.3.70 Area display
Gambar 2.3.71Area display
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Pembagian ruangan pada museum ini menggunakan signageruangan.
73 2.4Kesimpulan Hasil Survei dan Observasi Dari kelima museum tersebut setiap museum memiliki kelebihan dan kekurangannya. Seperti pada museum anak kolong tangga loket pada museum ini berbentuk sederhana dibandingkan dengan museum taman pintar. Bentuk loket pada museum taman pintar interior dan fasilitasnya sudah baik. Namun ada juga yang tidak memiliki tempat khusus untuk loket pembelian tiket, seperti pada komunitas hong. Pada kelima museum ini untuk petunjuk pada museum yang baik terdapat pada museum taman pintar. Pada taman pintar setiap ruangan pameran terdapat petunjuk ruangan . Dan pada setiap display pameran petunjuk pada museum taman pintar sudah banyak dan tertata dengan baik. Untuk penghawaan pada kelima museum inipenghawaan yang baik terdapat pada museum taman pintar. Pada museum taman pintar penghawaan yang digunakan menggunakan penghawaan buatan dengan ac split namun peletakan dan fungsinya berfungsi dengan baik. Pada komunitas hong penghawaan yang digunakan berasal dari penghawaan alami. Karena sebagian besar lokasi komunitas hong ini berada di alam terbuka. Untuk pencahayaan yang baik dari kelima museum ini adalah pencahyaan pada museum taman pintar. Museum anak kolong tangga pencahaayaan yang digunakan sama dengan pencahayaan pada museum taman pintar namun pencahayaaan pada museum anak kolong tangga ini masih kurang karena pada sebagian ada yang gelap. Dari kelima museum ini museum layang-layang, komunitas hong, museum anak kolong tangga dan museum taman pintar menggunakan material alam.
2.5 Green Design Green Design atau Sustainable design adalah reaksi umum untuk krisis lingkungan global, pertumbuhan pesat kegiatan ekonomi dan populasi manusia,
sumber
daya
alam,
kerusakan
ekosistem
dan
hilangnya
keanekaragaman hayati. Prinsip-prinsip dari sustainable design mempunyai kemampuan untuk: 1. Mengoptimalkan potensi situs. 2. Mengurangi konsumsi energi yang tidak bisa diperbaharui. 3. Menggunakan produk ramah lingkungan yang lebih baik. 4. Meningkatkan kualitas lingkungan dalam ruangan.
74 Green
atau
yang
disebut
juga
dengan
Sustainable
design
menggambarkan tentang produk yang ramah lingkungan yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu material yang dipilih untuk bahan daur ulang merupakan material yang ramah lingkungan. Yang termasuk ke dalam green desain adalah : A. Local Content Local Content yang digunakan adalah local conten dari nusantara. Local content yang diterapkan untuk perancangan museum ini adalah local conten Yogyakarta. Untuk local content yang diambil dari Yogyakarta adalah ukiran, wayang dan motif batik.
Gambar 2.3.72 Kesenian khas Jogja wayang kulit Sumber :http:wayangkulit_yogyakarta.com
Gambar 2.3.73Ukiran Yogyakarta Sumber :Google, 2014
Yogyakarta merupakan daerah yang kaya akan budaya-budaya tradisional, diantaranya adalah kebudayaan wayang, ukiran ukiran yang merupakan ciri khas dari kebudayaan Yogyakarta ini adalah ukiran berbentuk bunga.Selain ukiran dan wayang, Yogyakarta merupakan daerah penghasil batik. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak lama. Motif batik Yogyakarta pun bermaca-macam seperti motif batik parang, motif kawung, motif batik truntum, motif batik
75 nitik dan masih banyak lagi motif batik lainnya. Dan dari setiap motif batik memiliki filosofi dan arti motif yang berbeda-beda. Motif batik parang, memiliki bentuk motif yang terbagi menjadi 3 jenis, seperti : 1. Parang Rusak
Motif ini merupakan motif batik sakral yang hanya digunakan di lingkungan kraton. Pada jaman dahulu, Parang Rusak biasanya digunakan prajurit setelah perang, untuk memberitahu Raja bahwa mereka telah memenangkan peperangan. 2. Parang Barong
Motif batik ini berasal dari kata “batu karang” dan “barong” (singa). Parang Barong merupakan parang yang paling besar dan agung, dan karena kesakralan filosofinya motif ini hanya boleh digunakan untuk Raja, terutama dikenakan pada saat ritual keagamaan dan meditasi.
76 3. Parang Klitik
Motif batik yang menyimbolkan perilaku halus dan bijaksana. Dulu motif batik ini hanya dikenakan oleh para putri raja.
Gambar 2.3.74 Kesenian batik parang Sumber :http:batik_jogja.com
2. Motif batik kawung Selain motif parang, terfapat pula motif batik kawung. Motif batik kawung adalah motif batik tulis dengan zat pewarna Napthol dan digunakan sebagai kain panjang. Makna Filosofi dalam batik ini adalah sebagai lambang keperkasaan dan keadilan Motif Kawung berpola bulatan mirip buah Kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga diinterpretasikan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian. Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulatlonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu. Misalnya : Kawung Picis adalah
77 motif kawung yang tersusun oleh bentuk bulatan yang kecil. Picis adalah mata uang senilai sepuluh senyang bentuknya kecil. Sedangkan Kawung Bribil adalah motif.
Gambar 2.3.75 Batik Kawung
Gambar 2.3.76Batik Kawung
Sumber: Google, 2014
Sumber: Google, 2014
B. Material Yang termasuk kedalam material-material green desain adalah material material yang tidak menggunakan bahan kimia, dan aman bagi kesehatan pemakai. Berikut ini adalah bebrapa material-material yang termasuk green desain :
1. Kayu Jati Solid
Gambar 2.3.77Kayu Jati Solid Sumber :Google,2014
Jenis kayu ini adalah kayu yang berasal dari pohon jati, kayu ini merupakan kayu yang berkualitas tinggi. Kayu ini dapat dibuat menjadi beberapa furniture seperti, meja, lemari, credenza dan masih banyak lagi.
78 2. EccoStone
Gambar 2.3.78 Eccostone Sumber :Google, 2014
Jenis material ini bisa digunakan sebagai aplikasi interior yang digunakan pada proyek perumahan, komersial dan aplikasi eksterior. Jenis material ini termasuk ke dalam material yang go green.
3. IceStone
Gambar 2.3.79 IceStone Sumber :Google, 2014
Jenis material ini terbuat dari 85% kaca yang dicampur dengan semen dan material ini biasa digunakan pada dinding dan meja receptionist.
79 4. Rotan
Gambar 2.3.80 Rotan Sumber :Google, 2014
Rotan adalah sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang memiliki habitus memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus. Puak Calameae sendiri terdiri dari sekitar enam ratus anggota, dengan daerah persebaran di bagian tropis Afrika, Asia dan Australasia. Ke dalam puak ini termasuk pula marga Salacca ( misalnya salak), Metroxylon (misalnya rumbia/sagu), serta Pigafetta yang tidak memanjat, dan secara tradisional tidak digolongkan sebagai tumbuhan rotan. Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 2–5 cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Suatu batang rotan dapat mencapai panjang ratusan meter. Batang rotan mengeluarkan air jika ditebas dan dapat digunakan sebagai cara bertahan hidup di alam bebas. Badak jawa diketahui juga menjadikan rotan sebagai salah satu menunya.Sebagian besar rotan berasal dari hutan di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan dunia. Sisa pasar diisi dari Malaysia, Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh.Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta ditransprotasi. Ini dianggap membantu menjaga kelestarian hutan, karena orang lebih suka memanen rotan daripada kayu.
80 C. Furniture
Gambar 2.3.81Furniture Sumber :Google, 2014
Furniture yang digunakan adalah furniture yang berbahan eco- green.
D. Pencahayaan
Gambar 2.3.82LED Sumber :Google, 2014
LED, LED merupakan lampu yang ramah lingkungan.Lampu LED ini dapat menerangi rumah dengan cahaya terang hingga 15 tahun serta hemat energi. Penerangan lampu LED dapat menghemat energy hingga 85%.